• Tidak ada hasil yang ditemukan

KRITIK SOSIAL KARIKATUR CLEKIT KEBOHONGAN PEMERINTAH (Studi Semiotik Kritik Sosial Karikatur Clekit Pada Surat Kabar Jawa Pos “Kebohongan Pemerintah” Edisi Sabtu, 15 Januari 2011).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KRITIK SOSIAL KARIKATUR CLEKIT KEBOHONGAN PEMERINTAH (Studi Semiotik Kritik Sosial Karikatur Clekit Pada Surat Kabar Jawa Pos “Kebohongan Pemerintah” Edisi Sabtu, 15 Januari 2011)."

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

KRITIK SOSIAL KARIKATUR CLEKIT KEBOHONGAN

PEMERINTAH

(Studi Semiotik Kritik Sosial Karikatur Clekit Pada Surat Kabar Jawa Pos “Kebohongan Pemerintah” Edisi Sabtu, 15 Januari 2011)

SKRIPSI

oleh :

FACHRIR RAHMAN AMRULLAH

0743010233

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

KRITIK SOSIAL KARIKATUR CLEKIT KEBOHONGAN

PEMERINTAH

(Studi Semiotik Kritik Sosial Karikatur Clekit Pada Surat Kabar Jawa Pos “Kebohongan Pemerintah” Edisi Sabtu, 15 Januari 2011

Disusun Oleh :

FACHRIR RAHMAN AMRULLAH

0743010233

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,

PEMBIMBING

Drs. Saifuddin Zuhri, M.Si

NPT. 3 7006 94 0035 1

Mengetahui,

DEKAN

Dra. Ec. Hj. Suparwati, Msi

(3)

KRITIK SOSIAL KARIKATUR CLEKIT KEBOHONGAN PEMERINTAH

(Studi Semiotik Kritik Sosial Karikatur Clekit Pada Surat Kabar Jawa Pos “Kebohongan Pemerintah” Edisi Sabtu, 15 Januari 2011

Oleh :

FACHRIR RAHMAN AMRULLAH NPM. 0743010233

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 12 Mei 2011

PEMBIMBING TIM PENGUJI

1. Ketua

Drs. Saifuddin Zuhri, M.Si Juwito, S.Sos, M.Si

NPT. 3 7006 94 0035 1 NPT. 3 670 495 0036 1

2. Sekretaris

Drs. Saifuddin Zuhri, M.Si

NPT. 3 7006 94 0035 1

3. Anggota

Zaenal Abidin, A. S.Sos. M.Si NPT. 373 039 901 701

Mengetahui

DEKAN

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirramanirrahim

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Dengan mengucap “Alhamdulillahirabbil Alamin”, syukur sebesar-besarnya kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan ridhoNya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Kritik Sosial Karikatur Clekit Kebohongan Pemerintah (Study Semiotik kritik Sosial Karikatur Clekit Pada Surat Kabar Jawa Pos

“Kebohongan Pemerintah” Edisi Sabtu 15 Januari 2011)” . Shalawat dan salam

kita sampaikan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah menyampaikan Alqur’an sebagai petunjuk dan aturan kepada umat manusia.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Ibu Dra. Hj. Suparwati M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

(5)

vi

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang memberikan banyak bekal pengetahuan selama proses belajar mengajar.

6. Aba, Ibuku Munawar chalil HS dan Masruha yang selalu memberikan terbaik dan kesabaran yang luar biasa untuk kebaikan masa depan penulis. Membangun karakter penulis untuk tidak menyerah pada keadaan dan dengan penuh kasih sayang memberikan dorongan motivasi hingga detik terakhir penulis menyelesaikan penulisan Skripsi ini “Jazakumullah Khairun Katsira”.

7. Kakak-kakakku Nur Lailatul Faizah dan Fajrul Islamy Akbar, Terima kasih atas cinta, kesabaran, do’a, dan dukungannya selama ini.

8. Teman –teman kost : Mas Bowo, Arie Prianto, Ahmad Kurniawan, Ferdy, Rahmad Nizar, Zul, Tito, Imam, Leo, Ebi. Terimakasih atas bantuannya.

9. Semua teman-temanku angkatan 2007, sahabat-sahabat lain, yang penulis tak bisa sebutkan satu persatu disini, penulis mengucapkan terima kasih, tanpa kalian aku tak akan berada di posisi ini dan aku bukanlah apa-apa.

10. Semua pihak yang memberikan kontribusi dan bantuan langsung maupun tidak. Semoga Allah memberikan balasan yang lebih baik dari yang semua anda berikan kepada penulis. Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala kesalahan yang diperbuat dan isyaallah itu semua merupakan khilaf dari penulis sendiri serta tidak ada unsur kesengajaan di dalamnya.

(6)

Besar harapan penulis, semoga penulisan Skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak-pihak yang berkepentingan.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Surabaya, April 2011 Penulis

(Fachrir Rahman Amrullah)

(7)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ...ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI...iii

ABSTRAKSI...iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI...viii

DAFTAR GAMBAR...xi

DAFTAR LAMPIRAN ...xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 12

1.3 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Kegunaan Penelitian... 13

1.4.1 Kegunaan Teoritis... 13

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14

2.1 Landasan Teori ... 14

(8)

2.1.2 Komunikasi Non Verbal ... 15

2.1.3 Kebohongan ... 18

2.1.4 Pemerintah... 20

2.1.5 Kartun dan Karikatur... 21

2.1.6 Karikatur Dalam Media Massa ... 22

2.1.7 Kritik Sosial ... 23

2.1.8 Pendekatan Semiotika ... 28

2.1.9 Semiotika Charles Sanders Pierce... 30

2.1.10 Konsep Makna ... 33

2.2 Kerangka Berpikir ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Jenis Penelitian... 38

3.2 Definisi Konseptual... 39

3.3 Unit Analisis... 40

3.3.1 Ikon ... 41

3.3.2 Indeks ... 41

3.3.3 Simbol ... 42

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.5 Teknik Analisis Data... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 46

(9)

x

4.1.2 Sejarah Harian Jawa Pos ... 49

4.1.3 Karikatur Clekit... 52

4.2 Penyajian Data... 55

4.3 Analisis Data ... 56

4.3.1 Klasifikasi Tanda dalam Semiotika Pierce... 56

4.3.2 Karikatur Clekit “Kebohongan Pemerintah” ... 60

4.3.3 Karikatur Clekit “Kebohongan Pemerintah” Dalam Katagori Tanda Pierce ... 62

4.3.4 Ikon, Indeks dan Simbol (Tipologi Tanda) ... 65

4.4 Pemaknaan, Analisis Karikatur Clekit Kebohongan Pemerintah.... 70

4.4.1 Ikon ... 70

4.4.2 Indeks ... 75

4.4.3 Simbol ... 84

4.5 Makna Keseluruhan Karikatur Clekit Kebohongan Pemerintah... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 93

5.1 Kesimpulan... 93

5.2 Saran... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 96

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Hubungan Tanda, Objek, dan Interpretant Peirce ... 32

Gambar 2.2 : Model Kategori Tanda Oleh Peirce ... 33

Gambar 2.3 : Bagan Kerangka Berpikir ... 37

Gambar 4.1 : Konsep Segitiga Tanda Pierce ... 63

Gambar 4.2 : Gambar Karikatur “Kebohongan Pemerintah” Dalam Elemen Makna Pierce ... 65

(11)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Karikatur Clekit Pada Surat Kabar Jawa Pos

(12)

ABSTRAKSI

FACHRIR RAHMAN AMRULLAH, KRITIK SOSIAL

KARIKATUR CLEKIT KEBOHONGAN PEMERINTAH

(Studi

Semiotik Kritik Sosial Karikatur Clekit Pada Surat Kabar Jawa Pos “Kebohongan Pemerintah” Edisi Sabtu, 15 januari 2011)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana makna yang dikomunikasikan karikatur Clekit pada Surat Kabar Jawa Pos edisi Sabtu, 15 Januari 2011

Teori yang digunakan adalah semiotika Charles Sanders Peirce yang mengemukakan membagi antara tanda dan acuannya tersebut menjadi kategori yaitu : ikon, indeks, simbol adalah tanda yang hubungan antara penanda dan penandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada Frame of Reference (berdasarkan pengetahuan) serta Field of Experience (latar belakang pengalaman).

Metode semiotik dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu sebuah metode yang lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian ini kenyataannya ganda, menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan objek peneliti, lebih peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan berupa kata- kata dan gambar.

Kesimpulan yang didapat adalah dalam karikatur tersebut tidak menginginkan adanya pemerintahan yang jauh dari kata-kata jujur. Yang berarti memiliki makna menginginkan suasana baru, suasana yang lebih baik dan lebih maju, yaitu sistem pemerintahan yang bersih, transparan, serta tidak mengedepankan pencitraan dan bersikap berpura-pura.

Kata Kunci : Kritik Sosial Karikatur Clekit Kebohongan Pemerintah

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator pada khalayak. Masyarakat haus akan informasi, sehingga media massa sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Media massa terdiri dari media massa cetak, dan media massa elektronik. Media massa cetak terdiri dari majalah, surat kabar, dan buku. Sedangkan media massa elektronik terdiri dari televisi, radio, film, internet, dan lain - lain. Media cetak seperti, majalah, buku, surat kabar justru mampu memberikan pemahaman yang tinggi kepada pembacanya, karena ia sarat dengan analisa yang mendalam dibanding media lainnya. (Cangara, 2005:128)

(14)

Selama ini kita tahu bahwa surat kabar tidak hanya saja sebagai pencarian informasi yang utama dalam fungsi - fungsinya, tetapi bisa juga mempunyai suatu karakteristik yang menarik yang perlu diperhatikan untuk memberikan analisis yang sangat kritis yang akan menumbuhkan motivasi, mendorong serta mengembangkan pola pikir bagi masyarakat untuk semakin kiritis dan selektif dalam menyikapi berita - berita yang ada di dalam media, khususnya surat kabar. (Sumadria, 2005:86)

(15)

setidaknya satu surat kabar nasional yang terbit di seluruh bagian negara. Di Indonesia contohnya adalah Jawa Pos. Pemilik surat kabar atau penanggung jawab adalah Penerbit, orang yang bertanggung jawab terhadap isi surat kabar disebut Editor.

Dalam buku Desain Komunikasi Visual, Kusmiati (1999:36), mengatakan bahwa Visualisasi adalah cara atau sarana untuk membuat sesuatu yang abstrak menjadi lebih jelas secara visual yang mampu menarik emosi pembaca, dapat menolong seseorang untuk menganalisa, merencanakan dan memutuskan suatu problema dengan mengkhayalkannya pada kejadian yang sebenarnya. Media verbal gambar merupakan media yang paling cepat untuk menanamkan pemahaman. Informasi bergambar lebih disukai dibandingkan dengan informasi tertulis karena menatap gambar jauh lebih mudah dan sederhana. Gambar berdiri sendiri, memiliki subjek yang mudah dipahami dan merupakan “simbol” yang jelas dan mudah dikenal.

(16)

lewat berita dan artikel, namun pesan - pesan dalam karikatur lebih mudah dicerna karena sifatnya yang menghibur. Seringkali gambar itu terkesan lucu dan menggelikan sehingga membuat kritikan yang disampaikan oleh karikatur tidak begitu dirasakan melecehkan atau mempermalukan. (Indarto, 1999: 5).

Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji tanda verbal (terkait dengan judul, subjudul, dan teks) dan tanda visual (terkait dengan ilustrasi, logo, tipografi dan tata visual) karikatur dengan pendekatan semiotika. Sementara itu, pesan yang dikemukakan dalam pesan karikatur, disosialisasikan kepada khalayak sasaran melalui tanda. Secara garis besar, tanda dapat dilihat dari dua aspek, yaitu tanda verbal dan tanda visual. Tanda verbal akan didekati dari ragam bahasanya, tema dan pengertian yang didapatkan, sedangkan tanda visual akan dilihat dari cara menggambarkannya apakah secara ikon, indeks, maupun simbols

(17)

Memahami makna karikatur sama rumitnya dengan membongkar makna sosial dibalik tindakan manusia, atau menginterpretasikan maksud dari karikatur sama dengan menafsirkan tindakan sosial. Menurut Heru Nugroho, bahwa dibalik tindakan manusia ada makna yang harus ditangkap dan dipahami, sebab manusia melakukan interaksi sosial melalui saling memahami makna dari masing-masing tindakan (Indarto, 1999: 1).

Dalam sebuah karikatur yang baik, kita menemukan perpaduan dari unsur - unsur kecerdasan, ketajaman, dan ketepatan berpikir secara kritis serta ekspresif melauli seni lukis dalam menanggapi fenomena permasalahan yang muncul dalam kehidupan masyarakat luas, yang secara keseluruhan dikemas secara humoris, dengan demikian memahami karikatur juga perlu memiliki referensi - referensi sosial agar mampu menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh karikaturisnya. Tokoh, isi, maupun metode pengungkapan kritik yang dilukiskan secara karikatural sangat bergantung pada isu besar yang berkembang yang dijadikan headline.

Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa karikatur merupakan salah satu wujud lambang (symbol) atau bahasa visual yang keberadaannya dikelompokkan dalam kategori komunikasi non verbal dan dibedakan dengan bahasa verbal yang berwujud tulisan atau ucapan. Karikatur merupakan ungkapan ide atau pesan dari karikaturis kepada publik yang dituju melalui simbol yang berwujud gambar, tulisan dan lainnya.

(18)

dibandingkan tulisan. Sebagai sarana komunikasi, gambar merupakan pesan nonverbal yang dapat menjelaskan dan memberikan penekanan tertentu pada isi pesan. Gambar dalam karikatur sangat berpengaruh, karena gambar lebih mudah diingat daripada kata - kata, paling cepat pemahamannya dan mudah dimengerti, karena terkait dengan maksud pesan yang terkandung dalam isi dan menampilkan tokoh yang sudah dikenal. Gambar mempunyai kekuatan berupa fleksibilitas yang tinggi untuk menghadirkan bentuk atau perwujudan gambar menurut kebutuhan informasi visual yang diperlukan. Simbol atau tanda pada sebuah karikatur mempunyai makna yang dapat digali kandungan faktualnya. Dengan kata lain, bahasa simbolis menciptakan situasi yang simbolis pula. Dimana didalamnya terkandung makna, maksud dan arti yang harus diungkap.

Simbol pada gambar merupakan simbol yang disertai maksud (signal). Sobur (2003: 163) menyatakan bahwa pada dasarnya simbol adalah sesuatu yang berdiri atau ada sesuatu yang lain, kebanyakan diantaranya tersembunyi atau tidak jelas. Sebuah simbol dapat berdiri untuk institusi, ide, cara berpikir, harapan, dan banyak hal lain. Dapat disimpulkan bahwa simbol atau tanda pada sebuah gambar memiliki makna yang dapat digali, dengan kata lain, bahasa simbolis menciptakan situasi yang simbolis pula atau memiliki sesuatu yang mesti diungkap maksud dan artinya.

(19)

terhadap suatu kejadian, tokoh, suatu soal, pemikiran, atau pesan tertentu, karena itu kita bisa mendeteksi tingkat intelektual sang kartunis dari sudut ini. Juga cara dia mengkritik yang secara langsung membuat orang yang dikritik justru tersenyum (Sobur, 2003: 140).

Kartun merupakan symbolic speech (komunikasi tidak langsung), artinya bahwa penyampaian pesan yang terdapat dalam gambar kartun tidak dilakukan secara langsung tetapi dengan menggunakan bahasa simbol. Dengan kata lain, makna yang terkandung dalam gambar kartun tersebut merupakan makna yang terselubung. Simbol - simbol pada gambar kartun tersebut merupakan simbol yang disertai signal (maksud) yang digunakan dengan sadar oleh orang yang mengirimnya dan mereka yang menerimanya. Sedangkan menurut (Pramoedjo dalam Marliani, 2004: 6) karikatur adalah bagian kartun yang diberi muatan pesan yang bernuansa kritik atau usulan terhadap seseorang atau sesuatu masalah. Meski didalamnya terdapat unsur humor, namun karikatur merupakan kartun yang terkadang malahan tidak menghibur, bahkan dapat membuat seseorang tidak tersenyum.

(20)

seseorang atau suatu masalah. Meski dibumbui dengan humor, namun karikatur merupakan kartun yang terkadang tidak menghibur, bahkan dapat membuat orang tesenyum kecut. (Pramoedjo, 2008 : 13)

Karikatur membangun masyarakat melalui pesan - pesan sosial yang dikemas secara kreatif dengan pendekatan simbolis. Jika dilihat dari wujudnya, karikatur mengandung tanda - tanda komunikatif. Lewat bentuk - bentuk komunikasi itulah pesan tersebut menjadi bermakna. Disamping itu, gabungan antara tanda dan pesan yang ada pada karikatur diharapkan mampu mempersuasi khalayak yang dituju. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji tanda verbal (terkait dengan judul, subjudul, dan teks) dan tanda visual (terkait dengan ilustrasi, logo, tipografi dan tata visual) karikatur dengan pendekatan semiotika. Dengan demikian, analisis semiotika diharapkan menjadi salah satu pendekatan untuk memperoleh makna yang terkandung dibalik tanda verbal dan tanda visual dalam iklan layanan masyarakat.

Sementara itu, pesan yang dikemukakan dalam pesan karikatur, disosialisasikan kepada khalayak sasaran melalui tanda. Secara garis besar, tanda dapat dilihat dari dua aspek, yaitu tanda verbal dan tanda visual. Tanda verbal akan didekati dari ragam bahasanya, tema dan pengertian yang didapatkan, sedangkan tanda visual akan dilihat dari cara menggambarkannya apakah secara ikon, indeks, maupun simbols.

(21)

permasalahan bangsa ini. Baik masalah sosial, ekonomi, politik, budaya, bahkan musibah yang sedang dialami masyarakat. Isi pesan dari gambar tersebut biasanya ditujukan untuk mengkritik kebijakan atau langkah pemerintah atau lembaga dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berkaiatan dengan kepentingan masyarakat luas. Tentu saja kritik yang diopinikan media tersebut adalah kritik yang membangun, kritik yang ditujukan kearah perbaikan untuk semua pihak yang bersangkutan.

Peneliti memilih Jawa Pos karena merupakan salah satu media yang memberikan porsi pada idealisme yang termasuk pula pada visinya “Selalu ada yang baru” yang sekaligus menjadi merek dagang Jawa Pos yang membidik pasar kelas menengah. Media Jawa Pos merupakan salah satu saluran komunikasi politik di Indonesia sela era reformasi, realitas media dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Di samping menggunakan bahasa tulis sebagai media utama penyampaian informasi, juga dapat menggunakan dengan memaknai gambar kartun. Sebagai Koran Nasional peredaran Jawa Pos meliputi hampir seluruh kota di Indonesia dan selalu menjadi market leader.

(22)

publik dengan tema “Pencanangan Tahun Perlawanan Terhadap Kebohongan. Pengkhianatan Harus Segera Dihentikan”. Acara ini digelar

sampai dua kali. Pertama, bertempat di gedung Dakwah PP Muhammadiyah, Senin 10 Januari 2011. Kedua bertempat di PGI (Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia), Jumat 14 Januari 2011. Kegiatan tersebut memicu perhatian seluruh Bangsa Indonesia. Pendapat ini jelas dipicu karena Pemerintah masih mengedepankan pencitraan dan bersikap berpura-pura. Salah satunya adalah dalam upaya penegakan hukum dan hak asasi manusia.

Dalam gambar editorial Clekit, ditampilkan diantaranya dengan visualisasi gambar sosok pria gemuk mengenakan jas bertuliskan “PEMERINTAH” dan memakai topi pesulap berbendara merah putih, tangan kanan dan kiri menarik kain bersambung dari dalam mulut bertuliskan “KEBOHONGAN” sehingga membentuk bulatan seperti bola.

(23)

akan menggambarkan tanggapan permasalahan yang terjadi dalam sudut pandang masyarakat Indonesia. Ini adalah suatu bentuk spontanitas dan kejujuran dari para tokoh lintas agama baik melalui gerakan tersebut ataupun juga karikatur yang diwakili. Sebuah kontrol politik yang bisa dianggap tulus dan tidak ditumpangi kepentingan apapun. Dalam mengungkapkan makna pesan gambar karikatur tersebut, peneliti menggunakan pendekatan Semiotik, yaitu studi mengenai tanda dan segala yang berhubungan dengan acuannya.

Charles Sanders Peirce membagi antara tanda dan acuannya tersebut menjadi 3 kategori yaitu : ikon, indeks, simbol adalah tanda yang hubungan antara penanda dan penandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain ikon adalah hubungan antara tanda objek atau acuan yang bersifat kemiripan, misalnya potret dan peta. Indeks adalah tanda yang menunjuk adanya hubungan alamiah antara tanda dan penanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Contoh yang paling jelas ialah asap sebagai tanda adanya api. Tanda dapat pula mengacu pada denotatum melalui konvensi. Tanda seperti itu adalah tanda konvensional yang biasa disebut simbol. Jadi, simbol tanda yang menunjuk hubungan alamiah antara penanda dan petandanya. Hubungan diantaranya bersifat arbitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi atau perjanjian masyarakat (Sobur, 2004: 42).

(24)

83). Menurut Peirce salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sesuatu yang digunakan agar tanda dapat berfungsi, oleh Peirce disebut ground. Sementara itu, pesan yang dikemukakan dalam pesan karikatur, disosialisaikan kepada khalayak sasaran melalui tanda. Secara garis besar, tanda dapat dilihat dari dua aspek, yaitu tanda verbal dan tanda visual. Tanda verbal akan didekati dengan ragam bahasanya, tema, dan pengertian yang didapatkan. Sedangkan tanda visual akan dilihat dari cara menggambarkan, apakah secara ikonis, indeksikal, atau simbolis, dan bagaimana cara mengungkapkan idiom estetiknya dimana hal tersebut terangkum dalam teori Charles Sanders Pierce. Tanda - tanda yang telah dilihat dan dibaca dari dua aspek secara terpisah, kemudian diklasifikasikan dan dicari hubungan antara yang satu dengan yang lainnya. (Sobur, 2004: 86)

1.2 Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana makna kritik sosial karikatur Clekit” pada Surat Kabar Jawa Pos Edisi Sabtu, 15 Januari 2011.

1.3 Tujuan Penelitian

(25)

13

 

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran pada Ilmu Komunikasi mengenai makna karikatur Clekit pada Surat Kabar Jawa Pos “Kebohongan Pemerintah” edisi Sabtu, 15 Januari 2011 yang berkaitan dengan krtik sosial.

1.4.2 Kegunaan Praktis

(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Surat Kabar

Salah satu komunikasi massa dalam bentuk media cetak adalah surat kabar. Dengan sendirinya surat kabar juga mempunyai fungsi - fungsi komunikasi massa. Hal ini dapat diketahui batasan ataupun kriteria standard surat kabar.

Menurut Assegaf (1991: 140) surat kabar adalah penerbitan yang berupa lembaran yang berisi berita - berita, karangan - karangan dan iklan yang dicetak dan terbit secara tetap dan periodik dan dijual untuk umum. Selain itu surat kabar juga mempunyai beberapa karakteristik. Menurut Pareno (2005 : 24) karakteristik surat kabar adalah sebagai berikut :

1) Berita merupakan unsur utama yang dominan. 2) Memiliki ruang yang relatif lebih leluasa.

3) Memiliki waktu untuk “dibaca ulang” lebih lama. 4) Umpan balik relatif lebih lamban.

5) Kesegaran (immediately) relatif lebih lamban. 6) Dalam hal kenyataan relatif kurang kredibel. 7) Ditentukan oleh jalur distribusi.

(27)

kebosanan, agar merasa lebih dekat dengan lingkungannya, atau untuk menyesuaikan perannya di masyarakat. Bagi sebagian orang, koran merupakan sumber informasi dan gagasan tentang berbagai masalah publik yang seruis. Bagi sebagian yang lain, koran bukan untuk mencari informasi, melainkan untuk mengisi rutinitas. Sebagian pembaca juga menjadikan koran sebagai alat kontak sosial. Ada pula yang menjadikan koran untuk membuang kejenuhan dari kehidupan sehari - hari. (Rivers dan Peterson, 2003: 313)

2.1.2 Komunikasi Non Verbal

Istilah non verbal biasanya digunakan untuk melakukan semua peristiwa komunikasi diluar kata - kata terucap dan tertulis. Pada saat yang sama kita harus menyadari bahwa banyak peristiwa dan perilaku non verbal ini ditafsirkan melalui simbol - simbol verbal. Dalam pengertian ini, peristiwa dan perilaku non verbal itu tidak sungguh - sungguh bersifat non verbal (Mulyana, 2001: 312).

Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat non verbal menjadi beberapa bagian, antara lain:

1) Isyarat Tangan

(28)

2) Postur Tubuh

Postur tubuh sering bersifat simbolik. Postur tubuh memang mempengaruhi citra diri. Beberapa penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara fisik dan karakter atau temperamen. Klasifikasi bentuk tubuh yang dilakukan William misalnya menunjukkan hubungan antara bentuk tubuh dan temperamen.

3) Ekspresi Wajah dan Tatapan Mata

Secara umum dapat dikatakan bahwa makna ekspresi wajah dan padangan mata tidaklah universal, melainkan sangat dipengaruhi oleh budaya.

Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan mata yang paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan sekitarnya adalah terang atau gelap. Mata yang lebih kompleks dipergunakan untuk memberikan pengertian visual. Bagian - bagian pada organ mata bekerjasama mengantarkan cahaya dari sumbernya menuju ke otak untuk dapat dicerna oleh sistem saraf manusia. Bagian - bagian tersebut adalah:

1) Kornea

Merupakan bagian terluar dari bola mata yang menerima cahaya dari sumber cahaya.

2) Pupil dan Iris / Selaput Pelangi

(29)

Pupil mata akan melebar jika kondisi ruangan yang gelap, dan akan menyempit jika kondisi ruangan terang. Lebar pupil dipengaruhi oleh iris di sekelilingnya. Iris berfungsi sebagai diafragma. Iris inilah terlihat sebagai bagian yang berwarna pada mata.

3) Lensa mata

Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada retina. Fungsi lensa mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh tepat pada bintik kuning retina. Untuk melihat objek yang jauh (cahaya datang dari jauh), lensa mata akan menipis. Sedangkan untuk melihat objek yang dekat (cahaya datang dari dekat), lensa mata akan menebal.

4) Retina / Selaput Jala

Retina adalah bagian mata yang paling peka terhadap cahaya, khususnya bagian retina yang disebut bintik kuning. Setelah retina, cahaya diteruskan ke saraf optik.

5) Saraf optik

Saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam retina, untuk menuju ke otak.

Sedangkan definisi mata terbelalak adalah melihat sesuatu dengan membelalakkan mata karena penegasan.

(30)

tangan akan membentuk suatu kepalan. Selain manusia, banyak jenis hewan lain yang memiliki tangan, terutama dari kelompok primata.

2.1.3 Kebohongan

Kebohongan dapat dipahami dengan mudah melaui dimensi komunikasi. Banyak definisi yang menjelaskan mengenai kebohongan. Gambaran umumnya kebohongan itu mengarah pada adanya penyampaian informasi yang tidak benar. Krauss (dalam Vrij 2001) menyatakan kebohongan sebagai suatu aksi yang bertujuan untuk membangun pemahaman pada orang lain, padahal pemahaman yang dibentuknya adalah salah. Mitchels (dalam Vrij 2001) memberikan definisi kebohongan sebagai sebuah komunikasi yang palsu, yang mengarah pada keuntungan buat pelakunya. Buler dan Burgon (1996) menjelaskan kebohongan itu merupakan pesan yang tidak benar yang disampaikan pelakunya kepada sasaran. 

(31)

mendapatkan keuntungan dari kebohongan yang dilakukan. Kelima alasan orang berbohong adalah untuk alasan sosial, kebohongan dilakukan untuk kepen-tingan hubungan sosial, hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa kebanyakan orang merasa dihargai ketika orang lain memberikan pernyataan yang sifatnya positif.  

Untuk lebih mudah memahami cara-cara berbohong kita perlu mengetahui bahwa orang yang berbohong percakapannya bermaksud untuk menipu. Deaux dkk (1993) memaparkan bahwa pesan yang menipu dapat diciptakan dengan membuat pernyataan faktual yang dilebihkan sedikit dari yang sebenarnya, membuat suatu pesan yang sifatnya samara- samar, membuat pernyataan yang luas maknanya.

Menurut Buler dan Burgon (1996) untuk melakukan kebohongan dapat dilakukan dengan cara ; falsifikasi (penipuan) cara ini digunakan dengan membuat suatu fiksi, atau dengan kata lain dengan cara membuat suatu pernyataan atau uraian yang sifatnya tidak menggambarkan apa yang ada atau yang sebenarnya terjadi. Yang kedua  conceal ment (penyembunyian), strategi ini dijalankan dengan cara menyembunyikan seusuatu. Yang ketiga equivocation (samar-samar), yaitu dengan cara membuat pesan yang isinya samar-samar untuk menghindari suatu persoalan.

http://www.scribd.com/doc/15274435/KecenderunganBerbohong-Sasaran-Kebohongan

(32)

2.1.4 Pemerintah

Pemerintah sebagai sekumpulan orang-orang yang mengelola kewenangan-kewenangan, melaksanakan kepemimpinan dan koordinasi pemerintahan serta pembangunan masyarakat dari lembaga-lembaga dimana mereka ditempatkan. Pemerintah merupakan organisasi atau wadah orang yang mempunyai kekuasaaan dan lembaga yang mengurus masalah kenegaraan dan kesejahteraan rakyat dan negara.

Government dari bahasa Inggris dan Gouvernment dari bahasa Perancis yang keduanya berasal dari bahasa Latin, yaitu Gubernaculum, yang berarti kemudi, tetapi diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi Pemerintah atau Pemerintahan dan terkadang juga menjadi Penguasa. Pemerintah dalam arti luas adalah segala kegiatan badan-badan publik yang meliputi kegiatan legislatif, eksekutif dan yudikatif dalam usaha mencapai tujuan negara. Pemerintahan dalam ari sempit adalah segala kegiatan badan-badan publik yang hanya meliputi kekuasaan eksekutif. (C.F. Strong) Pemerintah dalam arti luas adalah segala urusan yang dilakukan oleh Negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya dan kepentingan Negara sendiri, jadi tidak diartikan sebagai Pemerintah yang hanya menjalankan tugas eksekutif saja, melainkan juga meliputi tugas-tugas lainnya temasuk legislatif dan yudikatif.

(33)

Negara (Ermaya Suradinata). Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum serta undang-undang di wilayah tertentu. Ada beberapa definisi mengenai sistem pemerintahan. Sama halnya, terdapat bermacam-macam jenis pemerintahan di dunia. Sebagai contoh: Republik, Monarki / Kerajaan, Persemakmuran (Commonwealth). Dari bentuk-bentuk utama tersebut, terdapat beragam cabang, seperti: Monarki Konstitusional, Demokrasi, dan Monarki Absolut / Mutlak.

2.1.5 Kartun dan Karikatur

Secara singkat dapat dijelaskan, bahwa karikatur seperti halnya kartun strip, kartun gags (kartun kata), kartun komik dan kartun animasi adalah bagian dari apa yang dinamakan kartun.

Karikatur adalah produk suatu keahlian seorang karikaturis, baik dari segi pengetahuan, intelektual, teknik melukis, psikologis, cara melobi, referensi bacaan, maupun bagaimana dia memilih topik isu yang tepat. Karena itu, kita bisa mendeteksi intelektual seorang karikaturis dari sudut ini. Juga, cara dia mengkritik yang secara langsung membuat orang yang dikritik justru tersenyum (Sobur, 2006: 140)

(34)

Dikatakan kritik yang sehat karena penyampaiannya dilakukan dengan gambar-gambar lucu dan menarik (Sobur, 2006: 40).

Kritik ditulis dengan huruf besar semua. Menggunakan huruf besar telah dianggap sama dengan berteriak. Huruf besar mungkin merupakan sebuah cara untuk menarik perhatian seseorang, tetapi huruf besar tidak mempertahankan perhatian, terutama kalau dipakai terus-menerus.

2.1.6 Karikatur Dalam Media Massa

Komunikasi massa secara umum diartikan sebagai komunikasi yang dilakukan melalui media massa seperti majalah, surat kabar, radio, televisi dan lain sebagainya. Komunikasi massa merupakan komunikasi dimana penyampaian pesan kepada sejumlah orang dilakukan melalui media massa. Baik kartun maupun karikatur di Indonesia belakangan ini sudah bisa menjadi karya seni yang menyimpan gema panjang, sarat oleh pesan dan estetika, disamping kadar humornya. Karikatur penuh dengan perlambangan-perlambangan yang kaya akan makna, oleh karena itu karikatur merupakan ekspresi dari situasi yang menonjol di dalam masyarakat. Setajam atau sekeras apapun kritik yang disampaikan sebuah gambar karikatur, tidak akan menyebabkan terjadinya evolusi. Dengan kata lain, karikatur dapat mengetengahkan suatu permasalahan yang sedang hangat di permukaan.

(35)

(komunikasi langsung) dan Symbolic Speech (komunikasi tidak langsung). Komunikasi langsung merupakan konsepsi politik yang analisanya dipahami sejauh penelitian tersebut ditinjau dari komunikasi yang bersifat langsung, seperti humor, gossip, diskusi, argumen, intrik, dan lain - lain. Sedangkan komunikasi tidak langsung, tidak dapat secara langsung dipahami maupun diteliti seperti patung, monument dan simbol - simbol lainnya (Bintoro dalam Marliani, 2004: 49).

Peran karikatur yang tertulis seperti yang telah diuraikan di atas, merupakan alasan utama dijadikannya karikatur sebagai objek studi ini. Selain karena karikatur merupakan suatu penyampaian pesan lewat kritik yang sehat dan juga suatu keahlian karikaturis adalah bagaimana dia memilih topik - topik isu yang tepat dan masih hangat.

2.1.7 Kritik Sosial

Indonesia terbangun ketika budaya tulis sudah menyebar luas, ketika segala tatanan kehidupan dirumuskan secara tertulis dan tidak tertulis baik dalam bentuk buku, majalah, surat kabar, radio, televisi, dan internet. Semakin luas melalui pendidikan modern dan yang tak kalah pentingnya, ketika segala bentuk tulisan sebagian besar menyampaikan berbagai informasi melalui bahasa Indonesia dijadikan media resmi pendidikan nasional dan sebagai alat komunikasi dalam birokrasi (Masoed, 1999: 42).

(36)

lahir dari kebutuhan pengembangan hidup bersama manusia. Dalam konteks budaya tulis, budaya modern materialistis yang berpenopang pada budaya tulis di atas pembangunan, pengembangan, dan penyebaran kritik sama statusnya dengan pembangunan dan pengembangan, dan penyebaran kritik itu sendiri.

Dalam beberapa pengertian kritik sosial mengandung konotasi negatif seperti “celaan”, namun kata “kecaman” mengandung kemungkinan kata positif yaitu dukungan, usulan, atau saran, penyelidikan yang cermat. (Masoed, 1999: 36). Definisi “kritik” menurut kamus Oxford adalah “one who appreises literaryor artistic work” atau suatu hal yang membentuk dan memberikan penilaian untuk menemukan kesalahan terhadap sesuatu. Kritik awalnya dari bahasa Yunani (Kritike = pemisahan, Krinoo = memutuskan) dan berkembang dalam bahasa Inggris “critism” yang berarti evaluasi atau penilaian tentang sesuatu. Sementara sosial adalah suatu kajian yang menyangkut kehidupan dalam bermasyarakat menciptakan suatu kondisi sosial yang tertib dan stabil (Susanto, 1986: 7).

(37)

reproduksi sebuah sistem sosial atau masyarakat (Abar dalam Masoed, 1999: 47).

Kritik sosial juga dapat berarti sebuah inovasi sosial dalam arti bahwa kritik sosial menjadi sarana komunikasi gagasan baru, sembari menilai gagasan lama, untuk suatu perubahan sosial. Kritik sosial konservatif, status quo dalam masyarakat untuk perubahan sosial, kritik sosial dalam pengertian ini sering muncul ketika masyarakat atau sejumlah orang atau kelompok sosial dalam masyarakat yang menginginkan suasana baru, suasana yang lebih baik dan lebih maju, atau secara kritik sosial yang demikian yang lebih banyak dianut kaum oleh kritis dan struktualis. Mereka melihat kritik sosial adalah wahana komunikatif untuk suatu tujuan perubahan sosial. Suatu kritik sosial selalu menginginkan perbaikan, ini berarti bahwa suatu kritik sosial yang murni kurang didasarkan pada peneropongan kepentingan diri saja, melainkan justru menitikberatkan dan mengajak masyarakat atau khalayak untuk memperhatikan kebutuhan - kebutuhan nyata dalam masyarakat. Suatu kritik sosial kiranya didasarkan pada rasa tanggung jawab atas perkembangan lingkungan sosialnya, sehingga diharapkan dapat menuju ke arah perbaikan dalam masyarakat untuk mewujudkan suatu ketertiban sosial. (Susanto, 1986: 105).

(38)

sastra, dan melalui media massa. Kritik dari masyarakat ini hendaknya ditanggapi dengan serius oleh pemerintah. Memang dalam menanggapi kritik dari masyarakat, belum menjamin persoalan akan selesai, tetapi itu menunjukkan adanya perhatian dari pemerintah. Perhatian inilah yang secara akumulatif membentuk kesan, pemerintah mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap rakyatnya. Apabila masyarakat sudah diperhatikan aspirasinya, masyarakat tidak akan lupa budi, sehingga apabila pemerintah mempunyai program kerja maka partispasi masyarakat akan muncul dengan sendirinya (Panuju, 1999: 49).

Kritik sosial itu sebenarnya merupakan sesuatu yang positif karena ia mendorong sesuatu yang terjadi didalam masyarakat untuk kembali ke kriteria yang dianggap wajar dan telah disepakati bersama. Menurut Aris Susanto dalam bidang politik istilah kritik sosial seringkali memperoleh konotasi negatif karena diartikan mencari kelemahan - kelemahan pihak lain dalam pertarungan politik sehingga arti yang substansial dari kritik sosial itu menjadi kabur (Masoed, 1999: 71).

(39)

arti. Setidaknya menjadi masukan yang dapat dipertimbangkan dalam merumuskan kebijaksanaan dan tindak lanjutnya. (Ali, 1999: 84).

Kritik - kritik terbaik, sesuai dengan setting sosial, politik, dan budaya kita adalah kritik yang membuat saran kritik menangis, tapi dalam mimik mukanya yang tetap tertawa, artinya jika kita melaksanakan kritik kepada sasaran tertentu, kritik tersebut tidak boleh membuat malu sasaran kritik dihadapan publik, apalagi secara meluas.

Sesuai dengan ciri makhluk rasional, maka keterbukaan dan kritik harus mengandung beberapa unsur utama. Diantaranya adalah peningkatan supremasi individu, kompetisi dan membuka peluang pengarahan bagi tindakan manusia untuk meraih sukses dan keuntungan di planet bumi ini. (Ali, 1999: 194).

(40)

2.1.8 Pendekatan Semiotika

(41)

tanda dan manusia hanya dapat berkomunikasi dengan tanda. Tanda yang dapat dimanfaatan dalam seni rupa berupa tanda visual yang bersifat non verbal, terdiri dari unsur dasar berupa seperti grafis, warna, bentuk, tekstur, komposisi, dan sebagainya. Tanda - tanda yang bersifat verbal adalah objek yang dilukiskan, seperti objek, manusia, binatang, alam, imajinasi atau hal hal lainnya yang abstrak. Apapun alasan (senirupawan, designer) untuk berkarya, karyanya adalah sesuatu yang kasat mata, karena itu secara umum bahasa digunakan untuk merangkul segala yang kasat mata dan merupakan media atara perupa dengan pemerhati atau penonton. Seniman dan designer membatasi bahasa rupa pada segitiga, estetis - simbolis - bercerita (story

telling). Bahasa merupakan imaji dan tata ungkapan. Imaji mencakup makna

yang luas, baik imaji yang kasat mata maupun imaji yang ada khayalnya. Menurut John Fiske pada intinya semua model yang membahas mengenai makna dalam studi semiotik memiliki bentuk yang sama, yaitu membahas tiga elemen antara lain:

1) Sign atau tanda itu sendiri

(42)

2) Codesi atau kode

Sebuah sistem yang terdiri dari berbagai macam tanda yang terorganisasikan dalam usaha memenuhi kebutuhan masyarakat atau budaya untuk mengeksploitasi media komunikasi yang sesuai dengan transmisi pesan mereka.

3) Budaya

Lingkungan dimana tanda atau kode itu berada. Kode dan lambang tersebut segala sesuatunya tidak dapat lepas dari latar belakang budaya dimana tanda dan lambang itu digunakan.

Dalam semiotik model yang digunakan dapat berasal dari berbagai ahli, seperti Ferdinand De Saussure, Roland Barthes, dan sebagainya. Pada penelitian ini yang akan digunakan adalah model semiotik milik Charles Sanders Peirce karena adanya kelebihan yang dimiliki yaitu tidak mengkhususkan analisisnya pada studi linguistik.

2.1.9 Semiotika Charles Sanders Peirce

(43)

ground. Konsekuensinya, tanda (Sign atau Represetamen) selalu terdapat dalam sebuah triadik, yakni ground, object dan interpretant (Sobur, 2004: 41).

Sementara itu interpretant adalah suatu tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. Makna adalah persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi (Barthes dalam Kurniawan, 2008: 37).

(44)

Hubungan segitiga makna Peirce lazimnya ditampilkan dalam gambar berikut.

(Fiske dalam Sobur, 2001: 85)

Sign

Interpretant Object

Gambar 2.1 : Hubungan Tanda, Objek, dan Interpretant Peirce

(45)

Charles S. Peirce membagi antara tanda dan acuannya tersebut menjadi tiga kategori, yaitu : ikon, indeks, simbol. Ketiga kategori tersebut digambarkan dalam sebuah model segitiga sebagai berikut :

Icon

Index Simbol

Gambar 2.2 : Model Kategori Tanda Oleh Peirce

2.1.10 Konsep Makna

Para ahli mengakui, istilah makna (meaning) memang merupakan kata dan istilah yang membingungkan. Dalam bukunya The Meaning of

Meaning, (Odgen dan Richards dalam buku Kurniawan, 2008: 27) telah

mengumpulkan tidak kurang dari 22 batasan mengenai makna.

(46)

mental dari Locke sampai ke respon yang dikeluarkan dari Skinner. “Tetapi”, (kata Jerold Katz dalam Kurniawan, 2008: 47), “setiap usaha untuk memberikan jawaban yang langsung telah gagal. Beberapa seperti misalnya Plato, telah terbukti terlalu samar dan pekulatif. Yang lainnya memberikan jawaban salah.”

Menurut Devito, makna bukan terletak pada kata - kata melainkan pada manusia. “Kita”, lanjut Devito, menggunakan kata - kata untuk mendekati makna yang ingin kita komunikasikan. Tetapi kata - kata ini secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang kita maksudkan. Demikian pula makna yang didapat pendengar dari pesan - pesan akan sangat berbeda dengan makna yang ingin kita komunikasikan. Komunikasi adalah proses yang kita gunakan untuk memproduksi dibenak pendengar dan apa yang ada dalam benak kita.

Ada tiga hal yang dijelaskan para filusuf dan linguis sehubungan dengan usaha menjelaskan istilah makna. Ketiga hal tersebut adalah (1) menjelaskan makna secara alamiah, (2) mendeskripsikan secara alamiah, (3) menjelaskan makna dalam proses komunikasi (Kempson dalam Sobur, 2004: 258).

Ada beberapa pandangan yang menjelaskan teori atau konsep makna. Model konsep makna (Johnson dalam Devito 1997: 123 - 125) sebagai berikut :

(47)

mendekati makna yang ingin kita komunikasikan, tetapi kata - kata tersebut tidak secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang ingin kita gunakan untuk memproduksi dibenak pendengar apa yang ada dalam benak kita dan proses ini adalah proses yang bisa salah.

2) Makna berubah. Kata - kata relatif statis, banyak dari kata - kata yang kita gunakan 200 atau 300 tahun yang lalu. Tetapi makna dari kata - kata ini dan berubah khusus yang terjadi pada dimensi emosional makna.

3) Makna membutuhkan acuan, walaupun tidak semua komunikasi mengacu pada dunia nyata. Komunikasi hanya masuk akal bilamana ia mempunyai kaitan dengan dunia atau lingkungan eksternal.

4) Penyingkiran berlebihan akun mengubah makna. Berkaitan erat dengan gagasan bahwa acuan tersebut kita butuhkan bilamana terjadi masalah komunikasi yang akibat penyingkatan berlebihan tanpa mengaitkan acuan yang diamati. Bila kita berbicara tentang cerita, persahabatan, kebahagiaan, kejahatan dan konsep - konsep lain yang serupa tanpa mengaitkannya dengan sesuatu yang spesifik, kita tidak akan bisa berbagi makna dengan lawan bicara. 5) Makna tidak terbatas jumlahnya. Pada suatu saat tertentu, jumlah

(48)

menimbulkan masalah bila ada sebuah kata diartikan secara berbeda oleh dua orang yang sedang berkomunikasi.

Makna yang dikomunikasikan hanya sebagian. Makna yang kita peroleh dari suatu kejadian bersifat multi aspek dan sangat kompleks. Tetapi hanya sebagian saja dari makna - makna ini yang benar - benar dapat dijelaskan. Banyak dari makna tersebut yang tetap tinggal dalam benak kita, karenanya pemaknaan yang sebenarnya mungkin juga merupakan tujuan yang ingin kita capai tetap tidak pernah tercapai (Sobur, 2003: 285 - 289).

2.2 Kerangka Berpikir

Setiap individu mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda - beda dalam memahami suatu peristiwa atau obyek. Hal ini dikarenakan latar belakang pengalaman (field of experience) dan pengetahuan (frame of reference) yang berbeda - beda dari setiap individu tersebut. Begitu juga penelitian yang memahami lambang dan tanda yang ada, dalam obyek yang berdasarkan pengalaman dan pengetahuan peneliti.

Berdasarkan landasan teori yang telah disampaikan, maka peneliti dalam memaknai kartun editorial Clekit melakukan pemaknaan terhadap tanda dan lambang berbentuk gambar dengan menggunakan teori segitiga makna Pierce (triangle meaning) yang meliputi tanda, obyek, dan interpretan sehingga diperoleh hasil intrepetasi data mengenai kartun editorial Clekit tersebut.

(49)

37

 

indeks, dan simbol. Obyek disini adalah karikatur Clekit pada surat kabar Jawa Pos yang bertema “Kebohongan Pemerintah” pada edisi Sabtu, 15 Januari 2011. Setelah menganalisis kategori tanda tersebut, maka peneliti akan mengetahui makna gambar kartun editorial Clekit tersebut.

Sistematika tersebut digambarkan sebagai berikut :

Karikatur Clekit

“Kebohongan Pemerintah”

Pemaknaan dengan Pendekatan Semiotika Charles Sanders Pierce

 Tulisan “PEMERINTAH”.

 Tulisan “KEBOHONGAN”.

 Kringat di pipi kiri dan kangan pria gemuk

 Tanda garis-garis di bawah sikut kiri dan kanan pria gemuk serta di atas dan di bawah bulatan seperti bola.

 Posisi gulungan kain bersambung yang membentuk bulatan seperti bola

 Posisi tangan kanan dan kiri yang menarik kain bersambung

 Pipi kiri dan kanan membesar

 Mata terpejam

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan semiotik. Alasan digunakannya metode deskriptif kualitatif terdapat beberapa faktor pertimbangan, yaitu pertama, metode deskriptif kualitatif akan lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian ini kenyataannya ganda, kedua, metode deskriptif kualitatif menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan objek peneliti, ketiga, metode deskriptif kualitatif lebih peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola - pola nilai yang dihadapi (Moeloeng, 2002: 33).

Selain itu pada dasarnya semiotik bersifat kualitatif interpretatif, yaitu suatu metode yang memfokuskan dirinya pada tanda dan teks sebagai objek kajian, serta bagaimana menafsirkan dan memahami kode dibalik tanda dan teks tersebut (Christomy dan Yuwono dalam Marliani, 2004: 48).

(51)

secara bersama. Ketiga adalah pembentukan secara bertahap dari makna sebuah pesan melalui pemahaman dan interpretasi.

Dalam penelitian ini, menggunakan metode semiotik. Semiotik adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda (Sobur, 2004: 15). Dengan menggunakan metode semiotik, peneliti berusaha menggali realitas yang didapatkan melalui interpretasi simbol - simbol dan tanda - tanda yang ditampilkan sepanjang gambar dalam cover karikatur. Pendekatan semiotik termasuk dalam metode kualitatif. Tipe penelitian ini adalah deskriptif , dimana peneliti berusaha untuk mengetahui pemaknaan karikatur Clekit “Kebohongan Pemerintah” pada Surat Kabar Jawa Pos edisi Sabtu, 15Januari 2011.

3.2. Definisi Konseptual

Berdasarkan model semiotik dari Charles Sanders Peirce, yaitu sistem Tanda (sign) dalam karikatur yang dijadikan Korpus (sample) dalam penelitian, dikategorikan kedalam tanda dengan acuannya yang dibuat oleh Charles Sanders Peirce terbagi dalam tiga kategori yaitu ikon (icon), indeks (index), dan simbol (symbol).

(52)

taraf substansi maupun homogen pada taraf waktu (sinkroni). (Kurniawan, 2001: 70).

Tetapi sebagai analisis, korpus itu bersifat terbuka pada konteks yang beraneka ragam, sehingga memungkinkan untuk memahami banyak aspek dari sebuah pesan yang tidak ditangkap atas dasar suatu analisis yang bertolak dari unsur tertentu. (Arkoun: Setianingsih, 2003: 40).

Sedangkan Korpus pada penelitian ini adalah gambar karikatur Clekit “Kebohongan Pemerintah” pada Surat Kabar Jawa Pos edisi Sabtu, 15 Januari 2011.

3.3 Unit Analisis

Untuk mempermudah interpretasi dari digunakan tiga hubungan dalam menyelami semiotik karikatur pada gambar karikatur Clekit “Kebohongan Pemerintah” pada Surat Kabar Jawa Pos edisi Sabtu, 15 Januari 2011. Dalam gambar editorial Clekit, ditampilkan diantaranya dengan visualisasi gambar sosok pria gemuk mengenakan jas bertuliskan “PEMERINTAH” dan memakai topi pesulap berbendara merah putih, tangan kanan dan kiri menarik kain bersambung dari dalam mulut bertuliskan “KEBOHONGAN” sehingga membentuk bulatan seperti bola.

(53)

3.3.1 Ikon

Ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. (Sobur, 2001: 41). Dengan kata lain tanda memiliki ciri - ciri sama dengan apa yang dimaksudkan.

Ikon pada gambar karikatur Clekit “Kebohongan Pemerintah” ditunjukkan dengan :

1) Pria gemuk. 2) Topi pesulap. 3) Stelan Jas. 4) Dasi kupu-kupu. 5) Bendera merah putih. 6) Kain bersambung.

3.3.2 Indeks

Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat (Sobur, 2004: 42), atau disebut juga dengan tanda sebagai bukti.

Indeks pada gambar karikatur Clekit “Kebohongan Pemerintah” dengan tulisan, seperti :

1) “PEMERINTAH”. 2) “KEBOHONGAN”.

(54)

4) Tanda garis-garis di bawah sikut kanan dan kiri pria gemuk serta di atas dan di bawah bulatan seperti bola.

5) Posisi gulungan kain bersambung yang membentuk bulatan seperti bola. 6) Posisi tangan kanan dan kiri yang menarik kain bersambung.

7) Pipi kiri dan kanan membesar. 8) Mata terpejam.

3.3.3 Simbol

Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara tanda penanda dengan petandanya, bersifat arbitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian masyarakat) (Sobur, 2004: 42).

Simbol pada gambar karikatur Clekit “Kebohongan Pemerintah” ditunjukkan dengan :

1) Gambar Pria gemuk. 2) Stelan Jas.

3) Bendera merah putih.

Sehingga penempatan tanda - tanda karikatur Clekit “Kebohongan Pemerintah” di atas, yang mana sebagai ikon, mana sebagai indeks, dan mana sebagai simbol tersebut hanya sebatas subjektifitas peneliti, bukan menjadi sesuatu yang mutlak, karena hal ini kembali lagi kepada sudut pandang khalayak yang memaknai karikatur Clekit “Kebohongan Pemerintah” kepada para pembaca Surat Kabar Jawa Pos sesuai dengan kebutuhan masing - masing.

(55)

Pengumpulan data dalam penelitian ini melakukan pengamatan secara langsung pada gambar karikatur Clekit “Kebohongan Pemerintah” pada Surat Kabar Jawa Pos edisi Sabtu, 15 Januari 2011. Pengumpulan data dalam penelitian ini, melalui bahan studi kepustakaan, bahan - bahan yang dapat dijadikan referensi serta penggunaan internet. Selanjutnya data - data akan dianalisis berdasarkan landasan teori semiotik Peirce dan data dari penelitian ini kemudian akan digunakan untuk mengetahui penafsiran makna gambar karikatur Clekit “Kebohongan Pemerintah” pada Surat Kabar Jawa Pos edisi Sabtu, 15 Januari 2011.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Data yang dikumpulkan berupa kata - kata dan gambar. Hal ini disebabkan adanya penerapan metode kualitatif, selain itu semua yang dikumpulkan kemungkinan menjadi jawaban terhadap objek yang diteliti. Analisis data dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan model semiotik dari Charles Sanders Peirce, yaitu sistem Tanda (sign) dalam karikatur yang dijadikan Korpus (sample) dalam penelitian, dikategorikan kedalam tanda dengan acuannya yang dibuat oleh Charles Sanders Peirce terbagi dalam tiga kategori yaitu ikon (icon), indeks (index), dan simbol (symbol).

(56)

gambar karikatur Clekit “Kebohongan Pemerintah” ini akan diinterpretasikan dengan cara mengindentifikasi tanda - tanda yang terdapat dalam setiap penggambaran karikatur, untuk mengetahui makna yang ada dalam karikatur tersebut.

Untuk mengetahui hubungan antara tanda, penggunaan tanda dan realitas eksternal dapat dilakukan dengan menggunakan model semiotik dari Charles Sanders Peirce. Sistem tanda (gambar, warna, perilaku non verbal dan atribut pendukung) yang digunakan sebagai indikator pengamatan dalam penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif gambar karikatur Clekit “Kebohongan Pemerintah” pada Surat Kabar Jawa Pos edisi Sabtu, 15 Januari 2011.

Yang dikupas oleh teori segitiga makna adalah persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan oleh seseorang ketika akan berkomunikasi. Konsekuensinya, tanda (sign /

representamen) selalu terdapat dalam hubungan triadic, yakni ground,

object, dan interpretant. Atas dasar hubungan ini, Pierce mengadakan

klasifikasi tanda. Tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi

Qualisign, Sinsign, dan Legsign. Qualisign adalah kualitas yang ada pada

(57)

45  

hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan oleh manusia. Berdasarkan pada Interpretant, tanda (sign / representamen) dibagi atas rheme, dicent sign atau dicisign dan argument. Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Misalnya, orang yang merah matanya dapat saja menandakan bahwa orang tersebut mengalami iritasi, atau menderita penyakit mata, bahkan dapat disebut juga orang tersebut sedang menangis. Dicent sign atau dicisign adalah tanda sesuai dengan kenyataan. Misalnya, apabila di suatu jalan sering terjadi kecelakaan, maka di tepi jalan harus dipasang rambu - rambu yang menunjukkan di area tersebut sering terjadi kecelakaan. Argument adalah tanda yang langsug memberi alasan tertentu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(58)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Harian Jawa Pos

Jawa Pos adalah surat kabar harian yang berpusat di Surabaya, Jawa Timur. Jawa Pos merupakan harian terbesar di Jatim dan salah satu harian dengan oplah terbesar di Indonesia. Sirkulasi Jawa Pos menyebar di seluruh Jatim, Bali, sebagian Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Jawa Pos mengklaim sebagai "Harian Nasional yang terbit dari Surabaya". 

(59)

tidak mampu lagi mengurus perusahaannya, sementara tiga orang anaknya lebih memilih tinggal di London, Inggris.

Pada tahun 1982, Eric FH Samola, waktu itu adalah Direktur Utama PT Grafiti Pers (penerbit majalah Tempo) mengambil alih Jawa Pos. Dengan manajemen baru, Eric mengangkat Dahlan Iskan, yang sebelumnya adalah Kepala Biro Tempo di Surabaya untuk memimpin Jawa Pos. Eric Samola kemudian meninggal dunia pada tahun 2000. Dahlan Iskan adalah sosok yang menjadikan Jawa Pos yang waktu itu hampir mati dengan oplah 6.000 eksemplar, dalam waktu 5 tahun menjadi surat kabar dengan oplah 300.000 eksemplar.

Lima tahun kemudian terbentuklah Jawa Pos News Network

(JPNN), salah satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia, dimana

memiliki lebih dari 80 surat kabar, tabloid, dan majalah, serta 40 jaringan percetakan di Indonesia. Pada tahun 1997, Jawa Pos pindah ke gedung yang baru berlantai 21, Graha Pena, salah satu gedung pencakar langit di Surabaya. Tahun 2002 dibangun Graha Pena di Jakarta. Dan, saati ini bermunculan gedung-gedung Graha Pena di hampir semua wilayah di Indonesia.

(60)

Jawa Pos edisi Surabaya beredar di daerah Kota Surabaya dan sekitarnya (Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Gresik), terbit dengan empat seksi utama:

1. Jawa Pos (utama), berisi berita-berita utama, politik, ekonomi/bisnis,

Jawa Timur, nasional, internasional, dan rubrik-rubrik tematik lainnya.

2. Metropolis, berisi berita Kota Surabaya dan sekitarnya (Sidoarjo dan

Gresik), Deteksi (halaman untuk remaja, salah satunya berisi polling harian), hiburan, kesehatan, teknologi, dan rubrik-rubrik "ringan" lainnya serta rubrik mingguan

3. Olahraga, berisi berita-berita olahraga, terutama ulasan mengenai sepak

bola dan balap (Formula 1, MotoGP). Seksi ini juga berisi iklan baris.

4. DetEksi berisi berita tentang kehidupan remaja, mulai dari otomotif,

(61)

4.1.2 Sejarah Harian Jawa Pos

Harian Jawa Pos pertama kali diterbitkan pada 1 Juli 1949. Dilihat dari hari lahirnya, Jawa Pos termasuk salah satu surat kabar tertua di Indonesia. Saat itu namanya Java Post. Lalu pernah juga menjadi DJAWA POST, DJAWA POS, JAWA POS dan kemudian Jawa Pos seperti sekarang. Riwayat pendiriannya pun sederhana saja. Saat itu, The Chung Sen, seorang WNI kelahiran Bangka, bekerja di kantor film di Surabaya. Dialah yang bertugas untuk selalu menghubungi surat kabar agar pemuatan iklan filmnya lancar. Dari sini pula The Chung Sen mengetahui bahwa memiliki surat kabar ternyata mengguntungkan. Maka didirikanlah Java Post.

Saat itu, harian ini tentunya juga dikenal sebagai harian Melayu-Tionghoa. Sebab pengelolanya, modalnya dari kalangan itu. Harian ini tentunya bukan satu-satunya harian Melayu-Tionghoa di Surabaya. Yang terbesar saat itu adalah Pewarta Soerabaia Trompet Masyarakat dan Perdamaian.

(62)

sama dengan Pewarta Soerabaia. Jadi harian ini kemudian mempunyai ciri yang khas sebagai harian Melayu-Tionghoa.

Masalah ini tentunya bukan satu masalah yang kecil. Karena waktu itu, masalah orang Tionghoa atau keturunan Tionghoa belum diatur oleh undang-undang. Masalah mereka baru diatur sekitar tahun enam puluhan. Sehingga memihak kepada Republik dalam situasi masih jauh dari konferensi Meja Bundar tentunya satu gagasan yang menarik buat dikaji. Ini tentunya tak lepas dari wawasan The Chung Sen yang jauh ke depan. Jika hanya untuk memperoleh uang, ia tentunya bisa memerintahkan pemimpin redaksinya untuk juga berorientasi ke tanah leluhur. Tapi itu tak pernah dilakukan. Pemimpin redaksi pertamanya adalah Goh Tjing Hok. Yang kedua yang memangku jabatan itu sejak tahun 1953 adalah Thio Oen Sik. Keduanya memang dikenal sebagai orang-orang republikein yang tak pernah goyah pendiriannya.

(63)

Jawa Pos. Bahkan yang satu inipun kian hari kian redup. Apalagi The Chung Sen harus berpacu dengan usia, dan tiga orang putranya tidak satupun yang tinggal di Indonesia.

Perkembangan teknologi cetak juga kian sulit diikuti. Maka oplah Jawa Pos pun terus menurun. Sehingga di tahun 1982 lalu tinggal 6.700 eksemplar setiap hari. Pelanggannya di dalam kota Surabaya tinggal 2000 orang. Peredarannya di Malang tinggal 350 lembar. Saking sedikitnya sampai-sampai kantor pusatnya mengurusi loper sendiri yang jumlahnya cuma 40 orang.

Maka dalam keadaan fisiknya yang kian uzur dan didorong keinginannya untuk bisa dekat dengan anak-anaknya, The Chung Sen memutuskan untuk menyerahkan pengelolaan Jawa Pos kepada pengelola majalah mingguan berita Tempo. Ini terjadi pada 1 April 1982. Saat itu Dahlan Iskan yang kini menjadi direktur, masih bekerja sebagai Kepala Biro Tempo di Surabaya.

“Pak The (begitu panggilan untuk The Chung Sen) menyatakan tidak mungkin lagi bisa mengembangkan Jawa Pos tetapi Pak The tidak ingin surat kabar yang didirikannya mati begitu saja. Itulah sebabnya Jawa Pos diserahkan kepada penggelola yang baru,” ujar Dirut PT Grafiti Pers, penerbit Tempo, Eric Samola, SH yang kini juga jadi Direktur Utama PT Jawa Pos.

(64)

yang sudah punya surat kabar, tentu surat kabar saya ini akan dinomorduakan", begitu kata Pak The saat itu. Dengan pertimbangan seperti itu Pak The ingin perkembangan Jawa Pos tidak terhambat.

Pak The sendiri dalam usianya yang sudah 89 tahun akhirnya memang berangkat ke Inggris bersama istrinya, Megah Endah, yang berusia 71 tahun. Dia berpesan agar Jawa Pos bisa dikembangkan sebagaimana di masa mudanya. Maka pada suatu malam sebelum keberangkatannya ke Inggris sebuah pesta kecil diadakan di halaman rumahnya di Jalan Pregolan. Di situlah diadakan kebulatan tekad. "Kami bertekad merebut kembali sejarah yang pernah dibuat Pak The," begitu kata-kata akhir sambutan Dahlan Iskan yang saat itu ditunjuk untuk memimpin Jawa Pos.

4.1.3 Karikatur Clekit

Pada awalnya karkatur di harian Jawa Pos tidak muncul atau dimuat secara periodik dan tidak diberi nama khusus. Baru pada bulan Oktober 1994 karikatur mulai muncul secara rutin seminggu sekali setiap sabtu di halaman empat harian Jawa Pos dengan nama Clekit. Beberapa bulan kemudian atas kesepakatan redaksi, frekuensi pemunculan karikatur Clekit ditambah menjadi dua kali seminggu setiap hari Rabu dan Sabtu. Sejak Januari 1997, frekuensi pemunculan karikatur Clekit ditambah lagi menjadi tiga kali seminggu tiap hari Selasa, Kamis dan Sabtu.

(65)

masih kuliah di IKIP PGRI Semarang. Untuk itu nama Clekit kemudian dipakai sebagai nama karikatur yang ia gambar di surat kabar harian Jawa Pos dengan maksud untuk menyapa teman-teman lamanya bahwa Leak Koestiya masih aktif dan eksis sebagai karikaturis. Leak Koestiya membuat karikatur sampai dengan Desember 2002 dan setelah itu sampai sekarang Leak Koestiya dipercaya sebagai Redaktur Pelaksana Jawa Pos. Clekit ala Leak Koestiya ini diwakili oleh tokoh sentral seorang anak kecil bercelana pendek, berkaus oblong dan memakai topi terbalik.

Mulai Januari 2003 sampai sekarang, Clekit dikerjakan (digambar) oleh Wahyu Kokkang yang sebelumnya sebagai ilustrator dan karikaturis Radar Surabaya (Jawa Pos Group) sejak 1998. Clekit Wahyu Kokkang memakai tokoh sentral seorang pemuda dengan celana jins dan baju lengan panjang yang dilipat sebatas bawah siku lengan, plus topi yang menutupi rambutnya yang agak gondrong. Dan nama Clekit itu sendiri diambil dari bahasa Jawa yang berarti rasa sakit yang disebabkan karena gigitan serangga kecil, cubitan kecil, badan yang kotor oleh kringat, tidak mandi dan lain-lain. Demikian halnya dengan kritik yang disampaikan dalam gambar kartun Clekit. Kritik yang ada dalam gambar kartun Clekit tidak bermaksud untuk membuat sakit orang lain tetapi sebagai media pengingat bahwa ada sesuatu yang terjadi di masyarakat.

(66)

disampaikan dikemas dalam bentuk humor, dari kelucuan gambar yang ditampilkan itu diharapkan bisa membuat orang tertawa dalam memandang permasalahan yang ada di masyarakat. Topik yang diangkat dalam gambar kartun Clekit merupakan pencerminan dari permasalahan yang sedang hangat di masyarakat, yang meliputi permasalahan poilitik dan pemerintahan, sosial dan moral masyarakat, budaya, ekonomi, kejahatan dan hukum, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, pendidikan, seni dan olahraga serta human interest.

Sesuai namanya Clekit berharap dapat memberikan sedikit cubitan dengan maksud untuk mengingatkan atau menyadarkan kembali pihak-pihak lain yang mungkin sedang lupa, sehingga melakukan kesalahan atau tidak melaksanakan pekerjaan atau kewajibannya dengan tidak benar. Pihak-pihak lain disini misalnya lembaga (Presiden, Wakil Presiden, tokoh politik dan publik figur lain). Karikatur Clekit bertindak sebagai penyalur keinginan politis dari surat kabar. Keinginan politis suatu peristiwa dapat berupa kritik atau komentar terhadap suatu peristiwa atau isu yang sedang terjadi di dalam masyarakat. Sehingga dapat dikatakan karikatur Clekit merupakan tajuk rencana suatu surat kabar yang dituangkan dalam bentuk gambar kartun bersifat humor dan mempunyai bobot kritik yang membangun.

(67)

begitu, penelitian terhadap karikatur ini juga harus dipahami sebagai sebuah studi komunikasi melalui media massa. Artinya isi komunikasi yang disampaikan oleh Wahyu Kokkang selaku karikaturis dalam karikatur Clekit sendiri sebenarnya sangat dipengaruhi oleh media massa tempat sang karikaturis tersebut berada.

4.2 Penyajian Data

Dari hasil pengamatan peneliti yang dilakukan pada gambar karikatur Clekit pada Surat Kabar Jawa Pos maka akan disajikan data - data yang didapat dari gambar karikatur edisi Sabtu, 15 Januari 2011. Data - data yang dianalisis terdiri dari sekumpulan tanda - tanda yang secara spesifik akan dipilah - pilah yang disesuaikan dengan materi data yang tersedia.

Tanda - tanda tersebut berupa tanda yang digunakan sebagai indikator pengamatan dalam penelitian. Pengkategorian tanda pada karikatur ini berdasarkan landasan teori Semiotika Charles Sanders Peirce untuk mengetahui makna yang terkandung dalam karikatur Clekit pada Surat Kabar Jawa Pos edisi Sabtu,15 Januari 2011.

(68)

4.3 Analisis Data

4.3.1 Klasifikasi Tanda dalam Semiotika Pierce

Semiotika merupakan cabang ilmu yang semula berkembang dalam bidang bahasa. Dalam perkembangannya kemudian semiotika bahkan masuk pada semua segi kehidupan manusia. Charles Sanders Peirce merupakan ahli filsafat dan tokoh terkemuka dalam semiotika modern Amerika menegaskan bahwa, manusia hanya dapat berfikir dengan sarana tanda dan manusia hanya dapat berkomunikasi dengan tanda. Tanda yang dimaksud dapat berupa tanda visual yang bersifat non-verbal, maupun yang bersifat verbal.

Semiotika adalah ilmu tanda, Istilah ini berasal dari bahasa Yunani,

Semeion yang berarti tanda atau Seme yang berarti penafsir tanda. Tanda

(69)

berkomunikasi dengan melakukan proses pemaknaan terhadap tanda (sign) tersebut.

Charles Sanders Pierce sebagai tokoh terkemuka dalam dunia semiotika dengan teori tandanya membagi tanda menjdi sepuluh jenis, selengkapnya sebagai berikut :

1. Qualisign, adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata - kata

kasar, keras, lemah, lembut, dan merdu. Gambar karikatur Clekit pada Surat Kabar Jawa Pos “Kebohongan Pemerintah” edisi Sabtu, 15 Januari 2011 tidak ditemukan adanya kata - kata kasar, keras, lemah, lembut, dan merdu.

2. Iconic Sinsign, adalah tanda yang memperlihatkan kemiripan. Gambar

karikatur Clekit pada Surat Kabar Jawa Pos “Kebohongan Pemerintah” edisi Sabtu, 15 Januari 2011 yaitu gambar sosok pria gemuk mengenakan jas dan memakai topi pesulap berbendara merah putih, tangan kanan dan kiri menarik kain bersambung dari dalam mulut sehingga membentuk bulatan seperti bola. Adanya macam-macam

Iconic Sinsign yang terdapat pada gambar karikatur tersebut memiliki

kemiripan dengan seorang pesulap yang diibaratkan sebagai pemerintah yang masih mengedepankan pencitraan dan bersikap berpura-pura serta melakukan kebohongan.

3. Rhematic Indexical Sinsign, adalah tanda berdasarkan pengalaman

(70)

Pos “Kebohongan Pemerintah” edisi Sabtu, 15 Januari 2011. Misalnya : Gambar sosok pria gemuk mengenakan jas sebenarnya hanya seorang pesulap yang sedang melakukan salah satu trik sulap digunakan sebagai lambang untuk mereplikasikan pemerintah Indonesia.

4. Dicent Sinsign, adalah tanda yang memberikan informasi tentang

sesuatu. Gambar karikatur Clekit pada Surat Kabar Jawa Pos “Kebohongan Pemerintah” edisi Sabtu, 15 Januari 2011. Misalnya : Bendera merah putih yang terdapat pada topi pria gemuk menginformasikan bahwa bendera tersebut merupakan bendera Indonesia.

5. Iconic Legisign, adalah tanda yang menginformasikan norma atau

hukum. Gambar karikatur Clekit pada Surat Kabar Jawa Pos “Kebohongan Pemerintah” edisi Sabtu, 15 Januari 2011. Misalnya : Pemerintah yang melakukan kebohongan.

6. Rhematic Indexical Legisign, adalah tanda yang mengacu pada obyek

tertentu. Gambar karikatur Clekit pada Surat Kabar Jawa Pos “Kebohongan Pemerintah” edisi Sabtu, 15 Januari 2011. Misalnya : Gambar sosok pria gemuk mengenakan jas dan memakai topi berbendera merah putih.

7. Dicent indexical Legisign, adalah tanda yang bermakna informasi dan

(71)

“KEBOHONGAN” pada kain bersambung yang ditarik keluar dari dalam mulut pria gemuk tersebut.

8. Rhematic Symbol atau Symbolic Rheme, adalah tanda yang

dihubungkan dengan obyeknya melalui asosiasi ide umum. Gambar karikatur Clekit pada Surat Kabar Jawa Pos “Kebohongan Pemerintah” edisi Sabtu, 15 Januari 2011 adalah semua gambar yang terdapat dalam karikatur tersebut.

9. Dicent Symbol atau Proposion (proposisi), adalah tanda yang langsung

menghubungkan dengan obyek melalui asosiasi dalam otak. Gambar karikatur Clekit pada Surat Kabar Jawa Pos “Kebohongan Pemerintah” edisi Sabtu, 15 Januari 2011. Misalnya : Pada jas yang dikenakan pria gemuk terdapat teks “PEMERINTAH” dan kain bersambung yang ditarik keluar dari dalam mulut pria gemuk tersebut terdapat teks “KEBOHONGAN”

10. Argument, adalah tanda yang merupakan inferens seseorang terhadap

Gambar

Gambar 4.1 : Konsep Segitiga Tanda Pierce ..................................................
gambar karikaturnya yang unik. Dapat dikatakan unik karena gambar
Gambar 2.1 : Hubungan Tanda, Objek, dan Interpretant Peirce
Gambar 2.2 : Model Kategori Tanda Oleh Peirce
+7

Referensi

Dokumen terkait

berdasarkan hasil dari pembahasan bab III dari 4 indikator yang digunakan sebagai alat ukur maka dapat disimpulkan bahwa Implementasi Best Practices program

Batas pernyataan bersedia/tidak bersedia peserta seleksi dimaksudkan untuk melihat kesiapan tiap peserta untuk mengikuti tahapan seleksi tersebut guna kepentingan

Agama Tahun Anggaran 2007, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta akan melaksanakan Seleksi CPNS Tahun 2007 untuk jenis formasi Calon Dosen dan Tenaga Teknis Lainnya, Laboran

Hasil penelitian ini dapat diigunakan sebagai sumber acuan atau sumber kepustakaan berkenan dengan proses pembelajaran menulis teks deskripsi dan berpikir kreatif, khususya

Dukungan instrumental : sebagian besar keluarga memberikan dukungan instrumental pada anak, dengan menjaga kesehatan, menjaga dari kelelahan, makan, minum, dan istirahat,

Evaluasi dapat dilakukan dalam dua bentuk evaluasi yaitu formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilakukan selama dan di antara tahapan-tahapan tersebut. Tujuan

Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kinerja pelayanan siswa, citra institusi terhadap kepuasan siswa selama belajar di Teknik Metalurgi FT Unjani khususnya, Fakultas

Secara garis besar sikap dan perilaku pelatih berkaitan dengan disiplin dan kepemimpinan, bagaimana pelatih mengelola waktu, tanggung jawab, membangun jejaring