PENERAPAN HEALING GARDEN PADA PANTI
WERDHA DI JAKARTA SELATAN
Lafisya Putra Syahrial, Albertus Galih Prawata, ST.Trikariastoto
Jurusan Arsitektur, Universitas Bina Nusantara, Jl. K. H. Syahdan No. 9 Jakarta Barat 11480 Telp (62-21) 5345830, Email : lafisyaputra1992@gmail.com
ABSTRACT
Her background in nurshing home is to accommodatethe elderly are neglected and care of the elderly, because their family do not have a lot of time to care for the elderly. Nowadays the Nursing home buildings are still far from being comfortable and according to the needs of the elderly , which is why the elderly feel useless and exclude from their environment so that the elderly become stressed and susceptible to disease, the elderly require to safe and comfortable atmosphere and can help them to train the organs of their bodies and their senses, healing garden is a place which is very suitable to be applied in addition to the elderly institutions, nursing, visitors and resident in nursing homes can enjoy the atmosphere of the park. The concept of healing garden is very suitable for the elderly because the elderly require to be comfortable and the natural atmosphere can be as a place to stimulate sensory issues often experienced.(LPS)
Keywords: Nursing home,Healing garden,Comfortable
ABSTRAK
Latar belakang di buatnya panti jompo yaitu untuk menampung para lansia yang terlantar dan mengasuh para lansia, sebab keluarga lansia tersebut tidak dapat dan tidak banyak waktu untuk mengasuh para lansia. Bangunan panti jompo yang ada sekarang ini masih jauh dari kesan nyaman dan sesuai kebutuhan lansia, itu sebabnya lansia merasa tidak berguna dan tersisihkan dari linngkungannya sehingga lansia menjadi stress dan mudah terserang penyakit, lansia membutuhkan suasana yang aman dan nyaman dan dapat membantu mereka dalam melatih organ-organ tubuh mereka dan panca indera mereka, healing garden adalah taman yang sangat cocok diterapkan dipanti jompo selain untuk lansia, para pengunjung dan warga yang berada di panti jompo dapat menikmati suasana taman tersebut. Konsep healing garden sangat cocok untuk lansia karena lansia membutuhkan suasana alam yang nyaman dan sebagai tempat untuk merangsang permasalahan panca indera yang sering dialami.(LPS)
Kata kunci:Panti Jompo, Healing garden, Kenyamanan
PENDAHULUAN
Popuasi penduduk lanjut usia atau lansia di Indonesia mengalami peningkatan yang awalnya hanya terjadi di negara-negara maju. Menurut Nugroho (1995) peningkatan ini disebabkan oleh 3 faktor, yaitu meningkatnya sosial ekonomi, kemajuan dalam bidang kesehatan, dan meningkatnya pengetahuan masyarakat. Peningkatan ini dirasakan sejak tahun 2000 dan terus
mengalami pertamabahan angka dan diperkirakan Indonesia akan berada di peringkat empat dunia.
Di Jakarta, menurut Badan Pusat Statistik di dalam buku Statistik Penduduk Lansia Provinsi DKI Jakarta 2010, rasio ketergantungan penduduk lansia pada usia produktif meningkat seiring perubahan struktur penduduk. Kondisi perubahan struktur yang terjadi berdampak pada lingkungan fisik lansia, dimana lansia masih membutuhkan sosialisasi dan perhatian. Wilayah Jakarta memiliki jumlah lansia terbanyak menurut BkkbN adalah Jakarta Selatan, tepatnya di kecamatan Cilandak dengan jumlah mencapai 7.374 jiwa. Menurut Badan Pusat Statistik di dalam buku Jakarta Selatan Dalam Angka 2013 hanya terdapat satu panti sosial yang milik pemerintah, panti sosial tersebut dapat menampung 200 lansia yang terlantar. Di Jakarta Selatan terdapat panti werdha yang berada di Cilandak yang dapat menampung 60 lansia dengan peminat yang ingin masuk lebih banyak jumlahnya di banding kapasitas yang tersedia. Hal tersebut membuktikan bahwa di Jakarta Selatan masih membutuhkan panti werdha untuk menampung lansia
Dalam buku Health and Human Behaviour, terungkap bahwa justru faktor lingkunganlah yang berperan besar dalam proses penyembuhan manusia. Faktor lingkungan terdiri dari lingkungan yang bersifat buatan dan alami. Salah satu konsep desain yang menempatkan faktor lingkungan dalam porsi besar adalah healing environment. Lingkungan fisik merupakan pendukung bagi kehidupan lansia dalam menjaga kesehatannya. Tetapi pada kenyataannya, lingkungan fisik yang terdapat pada panti werdha yang sudah ada di Jakarta dan sekitarnya tidak mendukung lansia dalam menjaga kesehatanny. Fakta yang ditemukan di lapangan ternyata tidak sesuai dengan standard an teori yang ada karena hal tersebut dalam penelitian ini penulis akan mengangkat topik penerapan healing environment yang didalamnya terdapat lingkungan fisik pada panti werdha.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian
• Bagaimana desain healing garden yang dapat menstimulasi panca indera lansia?
• Bagaimana menciptakan pergerakan yang baik dan aktivitas yang baik untuk lansia pada healing garden?
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan solusi desain yang sesuai dengan kosnep healing garden kebutuhan dan permasalahan yang ada pada panti werdha
Definisi Panti Jompo
Panti jompo menurut kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tempat merawat dan menampung panti jompo dan perda No. 15 tahun 2002. Tempat dimana berkumpulnya orang-orang lanjut usia yang baik secara sukarela ataupun diserahkan oleh pihak keluarga untuk diurus segala keperluannya.
Prinsip Perancangan Panti Jompo
Dalam artikel “Pynos dan Regnier (1991) tertulis tentang 12 macam prinsip yang diterapkan pada lingkungan dalam fasilitas lansia untuk membantu dalam kegiatan-kegiatan lansi dan dibagi menjadi aspek fisiologis dan psikologi, aspek fisiologis diantaranya keselamatan dan keamanan, signage/ orientation/ wayfindings, aksesibilitas dan fungsi, adaptabilitas. Aspek psikologis diantaranya privasi, interaksi sosial, kemandirian, dorongan atau tantangan, aspek panca indera, ketidak asingan atau keakraban, estetika atau penampilan, personalisasi
Jenis-jenis Terapi Untuk Lansia
Jenis-jenis terapi yang sering dilakukan oleh lansia adalah program fisioterapi yaitu latihan aktivitas fisik lansia dari yang paling ringan sampai maksimal yang bisa dicapai oleh individu tersebut, program okupasiterapi yaitu latihan yang ditujukan untuk mendukung aktivitas kehidupan sehari-hari dengan bentuk latihan aktivitas, permainan atau langsung pada aktivitas yang diinginkan. Program psikologi program ini ini dilakukan agar setiap pengawas atau suster dapat memahami dan mengerti karakter emosional masing-masing lansia. Terapi berkebun, terapi ini bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan untuk memanfaatkan waktu luang yang dimiliki lansia.
Healing Environment
Ada beberapa hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menembangkan healing environment, yaitu kualitas udara, kenyamanan suhu udara, privasi, cahaya, komunikasi, pemandangan, tekstur, warna. Menurut Murphy ada tiga pendekatan yang digunakan dalam healing environment, yaitu alam karena alam memiliki efek restoratif dan memberikan kontribusi bagi keadaan emosi yang positif, beberapa jenis taman yang dapat diterapkan adalah contemplative garden, restorative garden, healing garden, enabling garden, dan therapeutic garden. Selain alam pendekatan indra juga perlu diperhatikan yaitu indra pendengaran, indra penglihatan, indra peraba, indra penciuman, indra perasa. Pendekatan psikologs juga termasuk hal yang perlu diperhatikan dalam membantu pemulihan pasien menjadi lebih cepat, mengurangi stress dan rasa sakit.
Elemen Tata Ruang Healing Environment
Elemen tata rauang luar dari konsep healing environment yang paling menonjol adalah ruang hijau yang diwujudkan melalui keberadaan healing garden atau taman penyembuh, yaitu taman yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat membuat orang merasa aman, relaks, nyaman dan semangat, keberadaan taman ini juga sebagai sarana terapi alam bagi pasien karena menghadirkan elemen-elemen alam sehingga memungkinkan manusia untuk berinteraksi langsung dengan alam. Manfaat healing garden pada fasilitas pelayanan kesehatan seperti yang dimuat dalam buku Healing Garden antara lain mengurangi stress pada pengunjung dan staf, mengurangi tingkat depresi pada pasien, terlebih jika dihubungkan dengan aktifitas-aktifitas fisik, menambah kualitas hidup, mengurangi rasa sakit, menambah kepuasan pasien dan staf, menambah ruang gerak bagi pasien. Kriteria healing garden menurut Marcus dan Banes (1999) adalah menyediakan keragaman ruang, meratanya taman, mendukung aktivitas, menyediakan pengalihan yang positif, meminimalisasi gangguan, meminimalisasi ketidkajelasaan.
Tata Ruang Healing Garden
Penataan ruang pada tapak dikembangkan menjadi tiga bagian yaitu area aktif, area pasif serta area private, dan jalur sirkulasi. Area aktif berfungsi sebagai tempat untuk melakukan aktivitas dan bersosialisasi. Area pasif dan area private berfungsi sebagai tempat untuk duduk-duduk, berkumpul, bersosialisasi serta menikmati pemandangan hijau, dalam ruang bersantai ditanami tanaman estetika serta tanaman peneduh yang telah disediakan dalam tapak dan fitur air yang dapat menurunkan tingkat stres, dalam ruang bersantai disediakan juga ruang bersantai
private dengan fasilitas tambahan seperti kursi taman ukuran perseorangan. Jalur sirkulasi yang terbentuk membentuk ruang baru yang berfungsi sebagai tempat untuk melakukan aktivitas berjalan. Jalur sirulasi juga ditanami tanaman pengarah serta tanaman estetika yang memberikan pemandangan yang menyenangkan saat berjalan.
Elemen-elemen Pada Healing Garden
Elemen-elemen yang ada pada desain healing garden ada dua yaitu soft material dan hard material, hard material seperti kolam, gazebo, jalan setapak, perkerasan, lampu taman. Soft material yaitu perdu, semak, tanaman penutup tanah, rumput.
METODE PENEITIAN
Metode yang akan digunakan dalam Penerapan”Healing Garden”Pada Panti Werdha di Jakarta Selatan adalah metode penelitian kualitatif. Metode yang menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif, serta analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah. Proses dalam melakukan penelitian merupakan penekanan dalam penelitian kualitatif oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti lebih fokus pada proses dari pada hasil akhir. Adapun tujuan penelitian kualitatif yaitu untuk mendeskripsikan suatu proses kegiatan berdasarkan apa yang terjadi di lapangan sebagai bahan kajian lebih lanjut, menganalisis dan menafsirkan suatu fakta, gejala, dan peristiwa yang terjadi di lapangan sebagaimana adanya dan menyusun hipotesis berdasarkan data dan informasi yang terjadi di lapangan (induktif).
ANALISA DAN BAHASAN
Analisa penerapan healing garden adalah pengguna harus dilibatkan dalam proses design, taman harus menstimulasi panca indera penggunanya seperti indra penglihatan, indra peraba, indra pendengaran, indra penciuman dan perasa, pemilihan jenis tanaman juga harus diperhatikan dalam design healing garden, kriteria selanjutnya desain taman harus bersentuhan dengan alam, mendukung ekosistem, dan mengundang satwa-satwa liar seperti burung, kebebasan untuk memilih ruang karena pengunjung taman bermacam-macam dan tidak semua pengunjung taman ini melakukan kegiatan yang sama, pergerakan di dalam taman harus jelas arahnya agar lansia atau pengunjung dapat merasa nyaman dan dapat berjalan-jalan di sekitar area taman, memberikan rasa lega dan bebas stress, taman bersifat menyambut atau welcoming
Analisa Aspek Manusia
Pada panti werdha terdapat beberapa kegiatan atau aktivitas manusia dan kegiatan ini di lakukan setiap hari oleh pengguna panti diantaranya pengurus, penghuni (lansia), pengunjung, kegiatan lansia pada dasarnya sama seperti biasanya yaitu sarapan, mandi, dan tidur tapi yang membedakan yaitu adanya jam-jam khusus yang diisi dengan bermacam kegiatan dan keterampilan.kegiatan pengurus yaitu menjaga lansia dan menemani lansia dari bangun tidur sampai istirahat, untuk pegawai yang bekerja, jam kerja seperti normal biasanya masuk pagi hari dan pulang sore hari
Kebutuhan ruang yang ada berasal dari analisa aktivitas setiap penghuni panti seperti, kamar tidur, kamar mandi, ruang makan untuk lansia dan pengurus, ruang baca, ruang keterampilan, ruang fitness, ruang hidroteraphy, klinik, ruang komunal, ruang kantor, ruang meeting, dapur umum, gudang, ruang istirahat, ruang tunggu, ruang serbaguna, dan musholla
Analisa Besaran Ruang
Analisa besaran ruang dibutuhkan untuk mengetahui berapa ukuran yang dibutuhkan pengguna panti werdha.
Tabel 1. Tabel Analisa Besaran Ruang Pengguna Kebutuhan Ruang Dimensi Ruang Jumlah
Kebutuhan Ruang
Total
Lansia − Kamar tidur − Kamar mandi − Ruang makan − Teras − Ruang fitness − Ruang komunal − Ruang Keterampilan − 8,15 m x 4 m = 2 orang lansia − 2,1 m x 2 m − 14x10m − 7m2/ 4 lansia − 20m x 10m − 20m x 5 m − 10x14m 40 1 1 1 1 1306m2 140 m2 200 m2 100 m2 140 m2
Pengguna Kebutuhan Ruang Dimensi Ruang Jumlah Kebutuhan
Ruang
Total
Pengurus − Kamar tidur − Kamar mandi − Ruang makan − Pantri − Janitor − Ruang kantor − Ruang istirahat − 5m x 7m= 2 orang − 2m x 1,5m − 14,90m2= 8 orang − 1m x 2m − 8m x 12m − 8m x 13m − 5m x 5m 5 1 1 1 1 1 1 175 m2 14,90m2 2m2 96m2 104m2 25m2 12m2
− Locker room − Gudang penyimpanan makanan − Ruang meeting − Dapur − Resepsionis − Ruang Laundry − 2m x 6m − 4m x 5m=15orang − 8m x 6m − 13,93m2 − 6m x 6,7m 1 1 1 1 20m2 64m2 13,93m2 40,2 m2 Pengunjung − Ruang tunggu − Toilet − 13m x 21m − 2m x 1m 1 260m2 Fasilitas tambahan − Musholla − Aula − Klinik − Kolam Terapi − Kantin − R. Rekreasi − R.Perpus − 20m x 28m= 40 orang − 20m x 15m − 4m x 5m − 15m x 28m − 20m x 14,5m − 20m x 28m − 10m x 14m 1 1 1 1 1 1 1 560m2 300m2 20m2 420m2 290m2 560m2 140m2 Total 5003 m2
Hubungan Antar Ruang
Analisa hubungan antar ruang untuk meletakan ruang-ruang yang memiliki hubungan antara jenis kegiatan dengan jenis ruang, pada analisa ini ruang-ruang yang paling sering digunakan oleh lansia adalah kamar tidur, kamar mandi, ruang makan, dan ruang komunal, oleh karena itu ruangan-ruangan tersebut diletakan secara berdekatan agar pencapaian lansia ke ruangan tidak terlalu jauh. Pada ruangan yang lainnya diletakan sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Dari analisa hubungan ruang terbentuk zoning-zoning ruang seperti unutk lansia kamar tidur, ruang makan, kamar mandi (private), ruang fitness, ruang keterampilan, ruang komunal (semi private), teras atau ruang komunal dan taman (public), untuk pengurus seperti kamar tidur, kamar mandi, toilet, ruang kantor, ruang meeting, locker room (private), ruang makan, ruang istirahat, pantry
(semi private), dapur dan gudang (service), untuk pengunjung ruang-ruang yang tersedia adalah ruang tunggu, toilet dan taman, serta fasilitas tambahan seperti aula, musholla, klini, dan gudang.
Analisa Aspek Lingkungan
Tapak berlokasi di Jl.Anuraga, Fatmawati, Jakarta Selatan dengan luas lahan kurang lebih sebesar 26,293,51 m2 , bentuk fisik tapak ini memanjang dari arah Utara kea rah Selatan dan melebar kea rah timur laut. Batas tapak di area ini adalah sebelah Utara terdapat jalan utama Jl. R.A.Kartini dan jl.tol lingkar luar Jakarta, sebelah Selatan terdapat jalan Lebak Bulus Raya dan komplek perumahan, sebelah Timur terdapat jalan utama jl. RS. Fatmawati, dan RSUP Fatmawati, sebalah Barat terdapat jalan Taman Cilandak Raya dan komplek perumahan. Pada tapak ini tidak ada potensi view yang dapat dikebangkan karena terletak di tengah-tengah perumahan warga dengan tingkat kebisingan yang tidak terlalu tinggi. Kendaraan yang melintas di area depan tapak ini dibilang teratur karena area depan tapak ini adalah jalan utama yang mneghubungkan jalan pada komplek perumahan dan jalan raya fatmawati, dan jalan pada depan tapak ini adalah jalan satu arah yang dapat dilalui dua kendaraan, sehingga entrance utama kendaraan dan pejalan kaki diletakan di area depan tapak ini, entrance pejalan kaki dan kendaraan bermotor di pisah agar teratur.
Gambar 1. Bentuk Tapak dan Lingkungan Sekitar Tapak
Zoning dalam Tapak
Zoning pada bangunan ini di bagi menjadi area public seperti area lobby dan kantin untuk tepat istirahat, area private seperti bangunan kantor, tempat tinggal lansia dan area-area penunjang kegiatan lansia, area semi public seperti ruang pengunjung dan aula unutk mengadakan acara-acara atau kegiatan-kegiatan sosial dengan warga panti. Zoning taman di letakan pada dua tempat yaitu di area penghubung antara ruang public dan semi public taman ini bersifat menyambut karena sesuai dengan kriteria desain helaing garden, taman utama terletak di bagian tengah tapak ini, taman ini menjadi vocal point dari bangunan ini dan menjadi view yang bagus dari tempat tinggal lansia dan dapat dinikmati oleh lansia dalam setiap aktivitasnya.
Gambar 2. Zoning Bangunan dan Zoning Healing Garden Pada Tapak
Detail Zoning Taman
Zoning pada taman ini di bagi menjadi area public dan private,area public terdapat area unutk bersosialisasi dan berkumpul, pada area ini terdapat kursi taman dan tanaman yang bersifat sebagai tanaman peneduh. Area private terdapat area terapi untuk lansia seperti area terapi berjalan dan area terapi berkebun sesuai dengan kebutuhan terapi yang dilakukan di outdoor oleh lansia, dan juga terdapat gazebo untuk lansia melakukan relaksasi, karena lansia membutuhkan waktu untuk sendiri dan tidak di ganggu orang lain.
Gambar 3. Zoning Pada Healing Garden
Ruang Terapi Lansia
Area terapi lansia pad ataman dibagi menjadi dua kegiatan yaitu terapi berjalan dan berkebun dimana pada terapi ini terdapat elemen-elemen desain healing garden yang dapat membantu aktivitas lansia dan juga terdpat jenis-jenis tanaman yang dapat membantu penyembuhan panca indra lansia dan juga psikis lansia itu sendiri, elemen-elemen itu diantaranya bangku taman, handrail, gazebo, dan untuk jenis-jenis tanaman yang dapat menstimulasi panca indra dan memulihkan psikis lansia adalah tanaman Browallia,dan tanaman Helliconia Psittacorum, bunga ini dipilih karena sesuai dengan aroma, bentuk dan warnanya yang dapat menstimulasi panca indra manusia.
Gambar 4. Area Terapi Healing Garden
Area Berjalan dan Bersosialisasi
Pada area ini terdapat jalan setapak yang dapat dilalui kursi roda dan dilalui oleh 2 orang atau lebih, pada area berjalan ini terdapat kursi taman yang diletakan setiap 5 meter, karena sesuai dengan analisa gerak lansia, agara dalam melakukan kegiatan berjalan-jalan lansia tidak terlalu kelelahan dan dapat beristirahat di bangku yang telah disediakan, dan juga terdapat pohon-pohon peneduhagar pada siang hari taman tetap terlihat sejuk. Selain itu jenis-jenis tanaman yang dipilih pada area ini sesuai dengan aroma dan bentuknya yang dapat menstimulasi panca indra manusia yang berada di area ini, jenis-jenis tanaman yang ada di area ini adalah Allamanda Cathartica, Brunfelsia Pauciflora, Saraca Asoka. Selain itu pada setiap area ini terdapat satu kolam air mancur, air mancur ini bertujuan untuk merangsang indra pendengaran manusia karena suara air mancur dapat membuat perasaan menjadi tenang dan nyaman.
Gambar 5. Area BerjalanHealing Garden
Area pad ataman ini merupakan bagian tengah dari taman ini, dimana area ini menjadi point of interest dari taman ini dengan adanya kolam air mancur yang besar dan lansia serta pengunjung dapat turun menikmati kola mini sambil bersantai-santai. Jenis-jenis tanaman pada area ini sama seperti pada area berjalan dan juga terdapat elemen seperti bangku taman agar dapat bersantai-santai.
Gambar 6. Area Bersosialisasi Healing Garden.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Aspek Tapak dan Lingkungan
Pencapaian aspek tapak, sirkulasi dalam tapak, dan zoning tapak yang didapat dari analisa tapak dan lingkungan adalah sebagai berikut:
Secara umum area dalam tapak ini di bagi menjadi 7 area berdasarkan kegiatan di dalamnya, yaitu area penerima, area pengunjung, area service area tempat tinggal, area terapi dan area penunjang kegiatan dan hiburan. Entrance utama pada tapak ini diletakan pada sisi selatan tapak, sedangkan entrance untuk pejalan kaki dan kendaraan bermotor di letakan di 3 sisi, yaitu sisi timur, selatan dan barat. Pejalan kaki dan kendaraan bermotor dipisah agar tidak terjadi tabrakan dan menjaga
Kesimpulan Aspek Bangunan
Bentuk masa bangunan mengikuti bentuk tapak dan bentuk bangunan sekitar serta fungsi-fungsi ruang yang mendukung lansia. Zoning masa pada tapak ini dibagi menjadi area publik yang berwarna kuning, lalu area private yang berwarna biru, area pengunjung berwarna coklat, area service yang berwarna merah dan area penunjang yang berwarna hijau, area penunjang seperti ruang terapi, ruang keterampilan, dan hiburan.
Kesimpulan Aspek Taman
Letak taman berada di 2 tempat yaitu di sebelah utara dan selatan, pada taman yang berada di sebelah selatan taman ini berfungsi untuk menyabut tamu atau pengunjung yang datang ke area pengunjung ataupun ke area penerima tamu, taman ini dapat menjadi daya tarik bagi setiap orang yang datang dengan pemilihan tanaman yang seusai dengan hasil analisa. Taman yang berada di sebelah utara merupakan yang utama dan menjadi vocal point dari bangunan ini karena pada site ini tidak memiliki potensi view yang baik, oleh karena itu taman ini diletakan ditengah dan semua bangunan mengarah kepada taman ini. Taman ini terbentuk dari garis-garis axis yang dihasilkan dari bentuk tapak ini dan menghubungkan bangunan satu dengan yang lainnya, taman ini juga memfasilitasi kegiatan terapi lansia seperti terapi berkebun, terapi berjalan dan tempat
untuk relaksasi serta bersosialisasi dengan penghuni atau pengunjung panti ini, dengan pemilihan jenis tanaman dan aroma tanaman yang dapat melatih pancaindera lansia.
Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat memberikan beberapa saran untuk penelitian berikutnya, yaitu:
• Untuk konsep healing environment pada panti werdha sebaiknya perlu mencari refrensi dari bangunan-bangunan di luar negri krena konsep ini sudah dikembangkan dari lama.
• Untuk pengembangan desain healing garden lebih menggali informasi dan konsep-konsep tentang healing garden sehingga desain taman dapat bekerja maksimal dan dapat menyatu dengan desain bangunan dan tapak sekitar.
• Memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk mencari data dan mengumpulkan data yang lebih dalam sehingga hasil penelitian menjadi optimal.
REFRENSI Jurnal
Jurnal Kemunduran Fisiologis Lansia dan Pengaruhnya Terhadap Keselamatan di Kamar Mandi, Anastasha Oktavia Sati Zein.
Ayu Diah Amalia . Jurnal Dampak Perubahan Struktur Keluarga Bagi Lanjut Usia . Jurnal Mental and Function.
Jurnal tentang Tinjauan Umum Panti Werdha danHealing Environment. http://e-journal.uajy.ac.id/1070/3/2TA12520.pdf
Mahedra Wardhana. Jurnal Terbentuknya Ruang Bersama oleh Lansia Bedasarkan Interaksi Sosial dan Pola Penggunanya.
Anggana Fitri Satwikasari. (2013). Desain Taman Sebagai Zona Terapi Dan Edukasi Penyandang Cacat, C1-C5.
Maya Norma Putri, Nyoman Gede Astawa, Ni Wayan Febriani Utami. (2013). Perancangan Taman Terapi Hortikultura Bagi Penderita Gangguan Jiwa Pada Rumah Sakit Jiwa Privunsi Bali. 2(4), 233-243
Vidra Lidyana, M. Ridha Alhamdani, Valentinus Pebriano.(2013). Konsep dan Aplikasi Healing Environment Dalam Fasilitas Rumah Sakit. 13(2), 417-428.
.
Web
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/59160/BAB%20II%20Tinjauan%20Pusta ka.pdf?sequence=3
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/59160/BAB%20IV%20Hasil%20dan%20 Pembahasan.pdf?sequence=5 http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-01230-AR%20Bab2001.pdf (2001) (2015) http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00715-AR%20Bab2001.pdf (2001) (2015) http://www.academia.edu/7070772/AKSESIBILITAS_DAN_KEMUDAHAN_DALAM_PENG GUNAAN_SARANA_DAN_PRASARANA. (2015) http://aplikasi.bkkbn.go.id/mdk/MDKReports/KS/tabel102.aspx
Febriani Kurniawati, Peran Healing Environment Terhadap Proses Penyembuhan. http://www.academia.edu/9640504/Peran_Healing_Environment_Terhadap_Proses_Penyembuh an.
RIWAYAT PENULIS
Lafisya Putra Syahrial lahir di Bekasi pada tanggal 01 September 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang arsitektur pada tahun 2015.