• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1. Pendahuluan. International Accounting Standard Board (IASB) telah menerbitkan rerangka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1. Pendahuluan. International Accounting Standard Board (IASB) telah menerbitkan rerangka"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1

Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

International Accounting Standard Board (IASB) telah menerbitkan rerangka konseptual dalam penyajian laporan keuangan. Rerangka konseptual ini memiliki karakteristik kualitatif, yang salah satunya adalah relevansi. Relevansi menjelaskan tentang kebermanfaatan informasi akuntansi dalam pengambilan berbagai keputusan yang dibuat oleh pengguna laporan keuangan (Barth et al., 2001). Hal ini berarti bahwa pengguna laporan keuangan membutuhkan informasi akuntansi yang berkualitas agar informasi tersebut bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi dan bisnis.

Beberapa peneliti berpendapat bahwa standar akuntansi internasional yaitu International Financial Reporting Statement (IFRS), dapat menjawab tuntutan pengguna laporan keuangan terhadap informasi akuntansi yang berkualitas. Penelitian Yip dan Young (2012) dan Brochet et al. (2013) memaparkan bahwa pengadopsian IFRS membawa manfaat bagi pasar modal karena meningkatkan komparabilitas informasi akuntansi. Selain meningkatkan komparabilitas informasi akuntansi, Barth et al. (2008) yang melakukan penelitian pada 21 negara pengadopsi standar akuntansi international, menemukan bahwa kualitas laba perusahaan meningkat setelah periode pengadopsian standar akuntansi international dibandingkan dengan periode sebelum adopsi. Hasil temuan ini juga di dukung oleh temuan Elias (2012) dan Chua et al. (2012) yang meneliti pada negara Australia, Zeghal et al. (2012) pada negara

(2)

2 Perancis, dan Dimitropoulos et al. (2013) pada negara Yunani. Penelitian mereka menemukan bahwa penerapan IFRS dapat meningkatkan kualitas informasi akuntansi yang ditandai dengan rendahnya manajemen laba setelah penerapan IFRS.

Selanjutnya, beberapa peneliti juga menemukan bahwa penerapan IFRS memiliki pengaruh positif terhadap akurasi prediksi yang dibuat oleh analis. Choi et al. (2013) meneliti terkait dengan ramalan analis terhadap laba masa depan perusahaan setelah penerapan IFRS pada negara Inggris. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa IFRS memberikan informasi yang membuat ramalan dari analis lebih akurat. Cheong et al. (2010) menyebutkan bahwa kesalahan atas ramalan analis terkait laba perusahaan menurun setelah periode penerapan IFRS. Hal ini berarti bahwa akurasi ramalan analis menjadi lebih tinggi setelah periode penerapan IFRS.

Temuan para peneliti di atas memberikan bukti empiris bahwa IFRS merupakan standar akuntansi yang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan. Kebermanfaatan tersebut terjadi karena pengadopsian IFRS dapat meningkatkan komparabilitas dan kualitas informasi akuntansi serta dapat meningkatkan keakuratan atas prediksi atau ramalan yang dibuat oleh analis keuangan. Selanjutnya, untuk melihat kebermanfaatan informasi akuntansi yang dihasilkan oleh IFRS bagi pengguna laporan keuangan, Barth et al. (2001) memaparkan bahwa relevansi nilai (value relevance) dapat digunakan untuk menilai apakah investor menggunakan informasi akuntansi yang diungkapkan perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini berarti bahwa manfaat informasi akuntansi yang dihasilkan oleh IFRS terhadap pengguna laporan keuangan dapat diukur menggunakan relevansi nilai.

(3)

3 Clarkson et al. (2011) menguji pengaruh pengadopsian IFRS terhadap relevansi nilai di Eropa dan Australia. Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa relevansi nilai informasi akuntansi di Eropa dan Australia meningkat setelah pengadopsian IFRS. Penelitian lain seperti Zeghal et al. (2012), Dimitropoulos et al. (2013) dan Kargin (2013) juga memaparkan bahwa IFRS membuat relevansi nilai informasi akuntansi meningkat dibandingkan sebelum penerapan IFRS. Lebih lanjut lagi, Ismail et al. (2013) menemukan bahwa pengadopsian IFRS bukan hanya berpengaruh terhadap kualitas laba tetapi juga dapat meningkatkan relevansi nilai atas informasi akuntansi perusahaan. Temuan dari beberapa penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengadopsian IFRS berdampak terhadap kualitas laba dan peningkatan relevansi nilai atas informasi akuntansi yang diungkapkan perusahaan.

Di sisi lain, beberapa peneliti menemukan hasil yang berbeda terkait dengan pengadopsian IFRS dan kualitas informasi akuntansi. Penelitian Tendeloo dan Vanstraleen (2005) memaparkan bahwa penerapan IFRS tidak berhubungan dengan rendahnya tingkat manajemen laba akrual. Bahkan, Callao et al. (2010) menemukan manajemen laba dengan discretionary accrual meningkat setelah pengadopsian IFRS.

Penelitian lain yaitu Bryce et al. (2015) meneliti pengaruh kualitas informasi akuntansi di Australia setelah pengadopsian IFRS yang dilihat berdasarkan kualitas akrual. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kualitas informasi akuntansi tidak secara signifikan meningkat setelah IFRS diadopsi. Doukakis (2014) menemukan bahwa pengadopsian IFRS bukan hanya tidak berdampak signifikan terhadap tindakan manajemen laba akrual tetapi juga terhadap tindakan manajemen laba riil. Hasil dari beberapa penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas informasi

(4)

4 akuntansi bisa mengalami penurunan karena fenomena manajemen laba masih terjadi meskipun IFRS telah diadopsi sebagai standar akuntansi.

Selain itu, manajemen laba saat ini telah muncul dalam beberapa bentuk (Ewert dan Wagenhofer, 2005 dan Roychowdhury, 2006). Manajemen laba terdiri atas dua yaitu manajemen laba akrual (AEM) dan manajemen laba riil (REM). Perusahaan menggunakan manajemen laba akrual untuk mengaburkan kinerja ekonomis dengan mengubah metode akuntansi atau estimasi pada laporan keuangan (Dechow and Skinner, 2000). Di sisi laian, manajemen laba riil terjadi ketika manajer melakukan tindakan yang menyimpang dari praktik operasi normal perusahaan untuk meningkatkan laba yang dilaporkan (Roychowdhury, 2006).

Penelitian Graham et al. (2005) menyatakan bahwa manajer atau financial executives akan cenderung menggunakan manajemen laba riil karena beberapa alasan, di antaranya adalah menggunakan akrual cenderung menimbulkan kecurigaan auditor sehingga manipulasi laba dengan manajemen laba akrual terlalu berisiko. Berbeda dengan manajemen laba akrual, penggunaan manajemen laba riil lebih sulit terdeteksi dibandingkan dengan manajemen laba akrual (Badertscher, 2011; Graham et al., 2005; Gunny, 2010).

Hasil penjabaran dari beberapa penelitian di atas mengenai fenomena manajemen laba setelah pengadopsian IFRS, menimbulkan pertanyaan bagi penulis terkait dengan pengaruh penerapan IFRS di Indonesia. Adapun penerapan IFRS di Indonesia dikenal dengan istilah konvergensi. Konvergensi IFRS di Indonesia di mulai pada 1 Januari 2012 (Siregar et al., 2016). Pertanyaan pertama dari konvergensi ini ialah bagaimana praktik manajemen laba akrual dan manajemen laba

(5)

5 riil setelah konvergensi IFRS di Indonesia. Pertanyaan kedua ialah bagaimana pengaruh manajemen laba akrual dan manajemen laba riil setelah konvergensi IFRS terhadap relevansi nilai atas informasi akuntansi yang diungkapkan perusahaan.

Penelitian terkait dengan pengaruh manajemen laba akrual terhadap relevansi nilai perusahaan telah dilakukan oleh Habib (2004), Marquardt dan Christine (2004) serta Shan (2015). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tindakan manajemen laba akrual berpengaruh negatif terhadap relevansi nilai perusahaan. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Habib (2004), Marquardt dan Christine (2004) serta Shan (2015) hanya menggunakan teknik manajemen laba akrual sebagai proksi manajemen laba untuk melihat pengaruhnya terhadap relevansi nilai perusahaan. Padahal, penelitian Matsuura (2008) menyebutkan bahwa manajer menggunakan manajemen laba akrual dan manajemen laba riil untuk mengelola laba perusahaan. Selain itu, Cohen at al. (2008) menyebutkan aktivitas manajemen laba yang dilakukan perusahaan sesudah penerbitan Sarbanes Oxley mengalami perubahan. Oleh karena itu, penulis mengembangkan penelitian Habib (2004), Marquardt dan Christine (2004), Shan (2015) dengan menguji pengaruh manajemen laba akrual dan manajemen laba riil terhadap relevansi nilai (value relevance) perusahaan.

Penelitian ini juga mengembangkan penelitian sebelumnya dengan menambahkan kepemilikan keluarga sebagai variabel moderating. Penggunaan variabel ini dikarenakan menurut penelitian Claessens et al. (2000) sekitar 71,5% kepemilikan perusahaan di Indonesia terkonsentrasi di tangan keluarga. Fan dan Wong (2002) yang meneliti terkait struktur kepemilikan dan keinformatifan laba menunjukkan bahwa 78% dari 129 sampel perusahaan Indonesia yang digunakan

(6)

6 dalam penelitiannya adalah perusahaan keluarga. Bahkan, penelitian Carney dan Child (2013) yang mengembangkan penelitian Claessens et al. (2000) juga menemukan dominasi kepemilikan keluarga pada perusahaan di Indonesia. Penelitian lain, Feliana (2007) dan Andayani (2014) juga membuktikan bahwa kepemilikan perusahaan di Indonesia terkonsentrasi pada keluarga. Temuan dari beberapa penelitian di atas menunjukkan adanya kepemilikan keluarga pada perusahaan Indonesia.

Selain itu, penelitian Wang (2006) menyebutkan bahwa kepemilikan keluarga dapat mempengaruhi kualitas dari laba akuntansi yang dilaporkan perusahaan. Wang (2006) mengunakan dua teori terkait kepemilikan keluarga yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan yaitu entrenchment effect dan alignment effect. Teori entrenchment effect menganggap kepemilikan keluarga pada perusahaan dapat menyebabkan terjadinya perilaku oportunistik dalam mengelola laba. Hal ini menyebabkan kualitas laba perusahaan menjadi lebih rendah.

Sementara itu, teori alignment effect menganggap kepemilikan keluarga pada perusahaan membuat laba yang dilaporkan menjadi lebih berkualitas. Hal ini terjadi karena kepemilikan keluarga dapat menciptakan pengawasan yang lebih besar dan efektif. Kontradiksi dua teori ini membuat peneliti ingin menguji pengaruh kepemilikan keluarga terhadap hubungan antara manajemen laba (manajemen laba akrual dan manajemen laba riil) dengan relevansi nilai atas informasi akuntansi yang diungkapkan perusahaan di Indonesia.

(7)

7 1.2 Rumusan Masalah

a. Apakah terdapat manajemen laba akrual maupun manajemen laba riil di Indonesia setelah konvergensi IFRS?

b. Apakah manajemen laba akrual maupun manajemen laba riil memiliki pengaruh negatif terhadap relevansi nilai perusahaan?

c. Apakah pengaruh manajemen laba akrual dan manajemen laba riil terhadap relevansi nilai cenderung lebih rendah pada perusahaan yang memiliki persentase kepemilikan keluarga yang tinggi?

1.3 Tujuan Penelitian

Peneliti menguji terkait aktivitas manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan setelah konvergensi IFRS di Indonesia. Hal ini untuk membukti apakah konvergensi IFRS memilliki pengaruh terhadap dua jenis tindakan manajemen laba yaitu manajemen laba akrual dan manajemen laba riil. Selanjutnya, penelitian ini menguji apakah dua jenis tindakan manajemen laba tersebut berpengaruh terhadap relevansi nilai perusahaan di Indonesia. Penelitian ini juga menggunakan kepemilikan keluarga dalam memoderasi hubungan antara manajemen laba, baik manajemen laba akrual maupun manajemen laba riil terhadap relevansi nilai atas informasi akuntansi yang dikeluarkan perusahaan.

1.4 Kontribusi Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi untuk literatur penelitian akuntansi. Penelitian ini mengisi gap dari penelitian sebelumnya yaitu penelitian

(8)

8 yang dilakukan oleh Habib (2004), Marquardt dan Christine (2004) serta Shan (2015) yang menguji terkait pengaruh manajemen laba akrual terhadap relevansi nilai perusahaan. Penulis mengembangkan penelitian tersebut dengan menguji pengaruh dua bentuk tindakan manajemen laba yaitu manajemen laba akrual dan manajemen riil terhadap relevansi nilai perusahaan.

Penulis juga mengembangkan penelitian sebelumnya dengan menggunakan variabel kepemilikan keluarga sebagai variabel moderating. Penggunaan variabel ini dimaksudkan untuk menganalisa pengaruh kepemilikan keluarga terhadap dua jenis tindakan manajemen laba yaitu manajemen laba akrual dan manajemen laba riil. Hasil pengujian ini diharapkan bisa memberikan jawaban mengenai dua teori yang dikemukakan oleh Wang (2006) yaitu entrenchment effect dan alignment effect atas tindakan manajemen laba yang dilakukan perusahaan keluarga di Indonesia.

1.5 Sistematika Penulisan

Secara keseluruhan penelitian ini disusun dalam lima bab, dengan penjelasan sebagai berikut:

A. BAB 1 merupakan pendahuluan yang menguraikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kontribusi penelitian dan sistematika penulisan.

B. BAB II merupakan kajian pustaka yang membahas mengenai landasan teori, telaah literatur, dan pengembangan hipotesis.

(9)

9 C. BAB III merupakan uraian metodologi penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data, penjelasan variabel yang digunakan dalam penelitian, dan model analisis untuk pengujian hipotesis.

D. BAB IV merupakan analisis dan pembahasan yang akan menguraikan hasil penelitian.

E. BAB V yaitu kesimpulan, keterbatasan, dan saran untuk penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Pasal 1 huruf (a) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981; upah adalah ”suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada buruh untuk suatu pekerjaan atau jasa yang

Jika pada stuktur ini mengalami kegagalan atau keruntuhan karena kelalahan pada sambungan, maka akan menyebabkan struktur BL platform akan mengalami kerugian biaya yang

Ndara iku ringkesan saka tembung bandara, kang kecatet bangsawan luhur kraton, bisa anak, putu, buyut, canggah lan wareng raja.. Ndara duweni keistimewaan saka

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan produk multimedia pembelajaran interaktif yang layak digunakan siswa kelas X SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen

Setelah kelompok terbentuk peneliti sedikit mengulas dan menjelaskan mekanisme pembelajaran Active Learning Tipe Rotating Trio Exchange (RTE) yang kemarin sudah

Salah satu sebagai wujud pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga adalah melalui permainan tradisional, permainan tradisional diangkat karena budaya merupakan identitas

Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui adakah perbedaan yang signifikan antara pemahaman konsep siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan media

Table 2.9 Past gasification studies using biomass feedstock 30 Table 2.10 Past steam reforming studies using liquid biomass feedstock 36 Table 2.11 Common high melting oxides