• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GERAKAN HIDUP HEMAT (SUATU TINJAUAN TEORITIS DAN TEOLOGIS) lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GERAKAN HIDUP HEMAT (SUATU TINJAUAN TEORITIS DAN TEOLOGIS) lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. 1"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GERAKAN HIDUP HEMAT

(SUATU TINJAUAN TEORITIS DAN TEOLOGIS)

2.1 Tinjauan Teoritis

Sebagai makhluk individu maupun sosial, kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari kebudayaan dan nilai adat-istiadat dalam masyarakat. Tylor antara lain mengatakan bahwa “kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat”.1

Tylor menjelaskan bahwa manusia sebagai makhluk sosial berkewajiban untuk tetap menjaga serta melestarikan budaya dan hasilnya, baik itu lewat tulisan maupun adat kebiasaan agar kelak dapat diwariskan ke generasi selanjutnya. Demikian pentingnya kebudayaan dalam kehidupan manusia, sehingga ketakterpisahan itu pun terus mengikat manusia hingga kini dan mengharuskannya untuk terus mempertimbangkan nilai-nilai baru yang sesuai dan cocok dengan nilai-nilai budaya setempat.

Manusia adalah makhluk yang berbudaya. Oleh karena itu kebudayaan menjadi sangat penting baginya. Hal ini penting, karena di dalamnya terdapat seperangkat gagasan-gagasan yang mempengaruhi tingkah laku individu atau kelompok dalam suatu ekosistem. Manusia hidup, berkembang dan akan terus mewariskan kebudayaan itu, sebab di dalamnya terdapat struktur-struktur yang saling berhubungan, sehingga merupakan kesatuan yang berfungsi sebagai pedoman dalam kehidupannya. Ki Sarino Mangun Pranoto yang dikutip oleh Budiono mengatakan bahwa, “…budaya manusia terwujud karena adanya perkembangan norma hidupnya atau lingkungannya. Norma hidup itu terwujud dalam bentuk

(2)

1) alam pikir, 2) alam budi, 3) alam karya, 4) alam tata susila, 5) alam seni yang meliputi: seni suara, sastra, tari, musik. Keseluruhan sifat-sifat hidup di atas itulah yang melahirkan adanya rasa budaya manusia. Kalau rasa budaya ini dilaksanakan maka terjadilah kebudayaan atau budaya manusia. Begitu erat hubungan manusia dengan kebudayaannya, disebabkan oleh karena kebudayaan merupakan lingkup di mana manusia harus hidup.”2

Ditinjau dari sudut etimologis kata kebudayaan (budaya) sendiri berasal dari kata Sansekerta “buddhayah” bentuk jamaknya, ”buddhi,” artinya budi atau akal, dengan demikian kebuyaan dpat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal.3 Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kebudayaan merupakan hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, adat istiadat.4 Karena itulah maka Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa kebudayaan adalah budi daya manusia dalam hidup bermasyarakat yang diperoleh melalui belajar.5

Memperhatikan bahwa betapa luasnya definisi tentang kebudayaan maka Samuel Patty dalam analisanya tentang kebudayaan mengatakan bahwa dari setiap bangsa ada sejumlah unsur kebudayaan antara lain:6

a. Peralatan bagi kehidupan manusia meliputi pakaian perumahan, alat rumah tangga, senjata, alat-alat untuk mata pencaharian, peralatan transportasi.

b. Mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi (pertanian, peternakan, sistem reproduksi, sistem distribusi, dan sebagainya)

c. Sistem kemasyarakatan meliputi: sistem perkawinan, sistem kekerabatan, organisasi sosial politik, sistem hukum.

d. Bahasa baik lisan maupun tulisan.

2 Budiono Herusatoto, Simbolisme dalam Budaya Jawa (Yogyakarta: PT. Hanindita, 1984), 7. 3 Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan (Jakarta: PT Gramedia, 1982), 9. 4 Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan (Jakarta: PT Gramedia, 1982), 9. 5 Machmoed Effendhie, Sejarah Budaya (Jakarta: Dep. Pendidikan dan Kebudayaan, 1999), 3. 6 Semuel Patty, Bahan Mata Kuliah Agama dan Budaya

(3)

e. Kesenian meliputi seni rupa, seni ukir, seni tari, musik dan sebagainya. f. Sistem ilmu pengetahuan dan teknologi.

g. Religi dan sistem kepercayaan.

Berangkat dari pandangan di atas, maka sebagai pelaku dan pewaris budaya, manusia merupakan tonggak utama yang menentukan apa dan bagaimana budaya yang semestinya akan diwariskan kelak. Karena adat istiadat senantiasa tumbuh dan berkembang berdasarkan kebutuhan masyarakat yang nyata, cara berpikir dan pandangan hidup yang secara keseluruhan merupakan kebudayaan dari masyarakat pendukungnya, di mana adat istiadat itu hidup dan berkembang. Perlu juga diperhatikan bahwa adat istiadat dapat saja berubah sewaktu-waktu dengan timbulnya peristiwa-peristiwa ataupun kebutuhan-kebutuhan baru yang memerlukan penyelesaian dan penyesuaian secara baru pula. Karena kita ketahui bahwa adat istiadat pada suatu tempat merupakan norma-norma yang telah berlaku sepanjang masa dan telah diwariskan secara turun temurun sehingga merupakan sesuatu yang harus dipatuhi, ketika menyelenggarakan kepentingan bersama.

Pandangan agama Marapu dalam hal kemiskinan yang disebabkan oleh upacara-upacara adat bukanlah hal yang penting karena kehidupan setelah kematian merupakan hal yang sangat penting. Pemikiran religius seperti pada dasarnya berpandangan bahwa kehidupan manusia di dalam dunia ini adalah sementara, sedangkan kehidupan yang kekal dan bahagia adalah di surga nanti setelah manusia mati.7 Upacara-upacara adat merupakan alat bagi manusia untuk sampai ke surga (atau sejenisnya) tersebut.8 Hal ini semakin diperparah dengan karakteristik masyarakat di pulau Sumba yang mempunyai orientasi ke masa lampau yang berlebihan, ketergantungan pada orang lain yang cukup besar, puas dengan apa yang dimiliki, pemanfaatan waktu yang tidak efektif, kehidupan ekonomi yang boros.

7 Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), 79. 8 Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologis Sosial, (Jakarta: Dian Rakyat, 1774), 103.

(4)

Pola hidup masyarakat Sumba Barat adalah orientasi ke masa lampau yang berlebihan, ketergantungan pada orang lain yang cukup besar, puas dengan apa yang dimiliki, pemanfaatan waktu yang tidak efektif, hidup boros. Kenyataan ini dapat dilihat dari kegiatan upacara atau pesta adat yang mengakibatkan pengeluaran dana yang begitu besar tanpa mempertimbangkan kemampuan ekonominya, hanya demi mempertahankan harga diri atau gengsi semata yang mana hanya bersifat sesaat. Sifat konsumtif masyarakat Sumba Barat yang cenderung boros dengan cara membantai ternak, menghabiskan dana secara tidak bijaksana ditambah lagi apabila dana yang digunakan itu bukan milik sendiri tetapi merupakan “pinjaman“ Hal ini pada gilirannya dapat menjadi beban keluarga yang akhirnya dapat mengakibatkan terjadinya kemiskinan dan konflik sosial.

Sesuatu menjadi tujuan bersama dalam kehidupan berkelompok, individu setiap manusia dalam suatu negara adalah tercapainya kesejahteraan. Kesejahteraan bersama yang cara penanganannya pun secara bersama antara semua pihak. Pihak yang bertanggung jawab dalam mensejahterakan rakyat adalah pemerintah dikarenakan pemerintah yang memiliki kebijakan dalam mengelola jalannya negara. Masyarakat dalam membantu pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya sangat diperlukan dikarenakan merupakan suatu kerja yang dilakukan secara bersama agar kesejahteraan dapat tercapai. Pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang ditambah dengan perubahan. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya berorientasi pada kenaikan produksi barang dan jasa, tetapi juga dalam berbagai aspek kegiatan ekonomi, seperti perkembangan pendidikan, teknologi, peningkatan kesehatan, peningkatan infrastruktur, peningkatan pendapatan dan kemakmuran masyarakat.9

(5)

Dalam konteks ini, pembangunan ekonomi dapat dikatakan berhasil, apabila terjadi perubahan langsung pada peningkatan pendapatan per kapita masyarakat yang mengarah pada pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dalam pembangunan masyarakat, prioritas utama diberikan pada upaya untuk menbangun aspek masyarakat yang juga berarti aspek manusianya. Salah satu indikasi bahwa sudah ada pembangunan pada aspek masyarakat dan aspek manusia tersebut adalah adanya peningkatan kapasitas, termasuk kapasitas untuk membangun dirinya sendiri. Pada kenyataannya, proses perubahan dalam pembangunan negara-negara berkembang seringkali disebabkan oleh dominasi factor eksternal.10

Menurut Rostow dalam kutipan Arif Budiman, pembangunan merupakan proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni dari masyarakat yang terbelakang ke masyarakat maju. Rostow membagi proses pembangunan ini menjadi lima tahap, yaitu:11

1. Masyarakat tradisional, ditandai dengan gerak kemajuan yang sangat lambat. Produksi dipakai untuk konsumsi, tidak ada investasi. Pada tahap ini, masyarakat hanya memikirkan cara untuk bertahan hidup pada hari ini, tanpa berpikir untuk kelanjutan kehidupan mereka;

2. Prakondisi untuk lepas landas, ditandai dengan usaha untuk meningkatkan tabungan;

3. Lepas landas. Proses ini ditandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan yang menghalangi proses pertumbuhan ekonomi.

4. Bergerak kedewasaan ditandai dengan proses kemajuan yang terus bergerak ke depan.

5. Jaman konsumsi massal yang tinggi. Pada periode ini, investasi untuk meningkatkan produksi tidak lagi menjadi tujuan yang paling utama. Pada titik

10 Soetomo, Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat, (Yogjakarka: Pustaka Pelajar, 2006), 24. 11 Arief Budiman, Teori Pembangunan Dunia Ketiga, (Jakarta: Gramedia Pustaka Umum, 1996), 26-28.

(6)

ini, pembangunan sudah merupakan sebuah proses yang berkesinambungan yang bisa menopang kemajuan secara terus menerus.

Gerakan pembangunan dalam teori Rostow lebih bersifat evolusioner, karena harus mengikuti lima tahapan pembangunan yang telah ditetapkan. Pembangunan yang ideal dalam kacamata Rostow adalah apabila kelima tahapan tersebut telah dilewati dalam proses jangka tertentu. Suatu negara dikatakan maju dalam teori Rostow adalah apabila masyarakatnya telah mencapai tahapan akhir dalam lima tahapan yang diajukannya. Jika kita cermati lebih lanjut, teori Rostow dalam lima tahapan pembangunan hanya dapat diterapkan dalam konteks negara-negara yang sudah maju dan belum dapat diterapkan oleh negara-negara berkembang. Teori ini merupakan teori besar bagi keberhasilan pembangunan di negara-negara yang sudah maju dan berkembang pesat.

Gerakan Hidup Hemat adalah salah satu bentuk kebijakan pemerintah Sumba Barat yang prihatin akan bentuk pola hidup masyarakat Sumba Barat yang ”boros”. Masyarakat Sumba Barat seperti yang dipaparkan di atas, adalah masyarakat yang sangat konsumtif. Dalam upacara kematian biasanya akan menghabiskan hewan dalam jumlah yang cukup banyak. Hal ini merupakan salah satu hal yang menjadi perhatian pemerintah. Karena untuk mengorbankan sejumlah hewan, terkadang mereka berhutang, ini merupakan tindakan yang kurang bijaksana dan juga ini merupakan salah satu faktor pemicu kemiskinan. Terutama bagi mereka yang berada pada tataran tingkat sosial yang rendah. Berangkat dari hal inilah pemerintah mengusulkan suatu bentuk Gerakan yang dinamakan Gerakan Hidup Hemat yaitu salah satu aturan yang di dalamnya terdapat pembatasan jumlah hewan dalam upacara kematian. Kebijakan ini diambil untuk menekan jumlah persembahan hewan dalam jumlah yang tinggi. Kebijakan ini diharapkan mampu untuk menolong pemerintah dalam menghadapi masalah kemiskinan di Sumba Barat.

(7)

Pembangunan masyarakat bukan merupakan tindakan yang dilakukan hari ini dan berakhir keesokan harinya. Oleh karena itu, intervensi yang dilakukan tidak boleh menyebabkan ketergantunggan. Hal ini berarti bahwa masyarakat bergerak melakukan berbagai aktivitas membangun pada saat ada intervensi dan kembali statis setelah intervensi berakhir. Apabila intervensi berhasil mengembangkan kapasitas masyarakat, maka keberlanjutan akan tetap terjaga walaupun intervensi dihentikan. Hal ini disebabkan karena prakarsa dan aktivitas yang mandiri telah terlembagakan. Dalam pengertian pembangunan yang berkelanjutan, terkandung paling tidak tiga dimensi yang saling mendukung: keberlanjutan sumber daya alam, keberlanjutan ekonomi dan keberlanjutan sosial. Keberlanjutan sosial merupakan suatu kondisi dimana masyarakat dapat mengelola berbagai aktivitas membangun secara mandiri, sehingga dengan dan tanpa unsur eksternal proses pembangunan tetap berjalan.12 Proses pemberdayaan masyarakat diharapkan menjadi proses yang memberi kebebasan bagi masyarakat untuk mengekspresikan diri dan potensi mereka dalam memberdayakan diri sendiri. Melalui gerakan Hidup Hemat ini diharapkan masyarakat dapat mensejahterakan dirinya sendiri, sehingga pada batas tertentu akan mampu pula mensejahterakan orang lain. Apabila proses pensejahteraan masyarakat ini dapat berjalan dengan baik, maka pembangunan di segala bidang tentunya akan semakin mudah terjangkau.

1.1.1 Hemat

Kata hemat adalah kata yang kurang bisa diterima dalam lingkungan hidup kita dari pada kerendahan hati.13 Kadang-kadang kita bisa menghargai orang yang rendah hati, sedangkan sukar rasanya bagi kita untuk menghargai orang yang hemat. Bahkan kita sering mengejek orang yang hemat dengan sebutan orang yang kikir. Kita menjulukinya sebagi orang yang hemat itu sebagi orang yang pelit.

12 Ibid, 25.

(8)

Ada peribahasa yang menyatakan “ Hemat Pangkal Kaya “ artinya bahwa mengimplementasikan pola hidup hemat atau tidak boros yaitu dengan membatasi pengeluaran agar tidak melebihi atau sama dengan pendapatan maka ini merupakan langkah awal menuju kehidupan yang kaya atau keadaan tidak kekurangan ( miskin ).

Menurut Kamus Bahasa Indonesia Hemat diartikan tidak boros.14 (Program pemerintah untuk mensejahterakan masyarakatnya dengan mengadakan program gerakan hidup hemat). Sejarah telah membuktikan bahwa masyarakat yang mampu mempertahankan generasinya karena memiliki sifat hidup hemat. Semua ajaran-ajaran di dunia mengajarkan hidup hemat. Dalam budaya Jepang, ada anggapan bahwa kalau ekonominya merosot maka moralnya merosot pula. Hemat berarti mengelola secara baik pengeluaran agar tidak melebihi pendapatan. Pengeluaran pendapatan yang berlebihan maka akan menyebabkan hutang yang berakhir kepada penderitaan15.

Program Gerakan Hidup Hemat ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang akan datang. Dampak positif yang ingin dicapai dengan adanya program ini adalah16 :

a. Pemanfaatan lahan dari lahan tidur menjadi lahan produktif menunjukkan persentase yang cukup meningkat sehingga produksi pertanian meningkat;

b. Penyimpanan jenasah ditetapkan dan bahkan sudah diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat paling lama tiga hari. Kebijakan ini didukung pula dengan adanya Hasil Sidang Sinode Gereja Kristen Sumba (GKS);

c. Pemotongan dan pembantaian hewan pada upacara-upacara adat berkurang dengan adanya kesepakatan maksimal lima ekor untuk tiap upacara adat;

d. Berkurangnya tingkat pencurian di kalangan masyarakat miskin;

14 Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua, Jakarta : Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan 1991, hal 350 15www.management.com. Diunduh Tgl 23 mei 2011 pukul 21:27

(9)

e. Tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat, karena berkurangnya kewajiban-kewajiban upacara adat yang harus dilaksanakan;

f. Melalui gerakan hidup hemat akan memperkecil tingkat pengeluaran, sehingga masyarakat bisa memanfaatkan sisa penghasilan untuk membiayai pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya.

Banyak manfaat apabila kita hidup hemat yang bisa kita dapat yaitu:

a. Bagi diri sendiri: berarti kita telah mampu menyesuaikan pendapatan dengan kemampuan kita terhindar hidup boros dan bergaya hidup mewah;

b. Bagi masyarakat: dapat menghilangkan kesenjangan sosial yaitu adanya perbedaan yang mencolok atau adanya jurang pemisah antara si kaya dan si miskin, sehingga tidak menimbulkan kecemburuan sosial yang dapat meresahkan semangat kegotong-royongan dan kebersamaan;

2.1.2 Kemiskinan

Pembangunan adalah proses mewujudkan masyarakat sejahtera secara adil dan merata. Masyarakat sejahtera ditandai adanya dengan kemakmuran berupa meningkatnya konsumsi masyarakat karena meningkatnya pendapatan. Pembangunan merupakan proses perubahan sosial budaya yang dapat bergerak maju atas kekuatan sendiri dan berorientasi pada manusia dan struktur budaya. Pembangunan sebagai proses dinamis menuju keadaan sosial yang lebih baik, jelas merupakan gejala yang berdimensi sosial tinggi dan dapat didekati dari berbagai bidang ilmu pengetahuan.17

17 Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Sosial: Kajian ringkasan tentang Pembangunan Manusia Indonesia (Kompas, Jakarta) 2007,

(10)

Sementara kehidupan sosial masyarakat Sumba saat ini, lebih menitikberatkan pada orientasi sosial budaya yang terkadang membutuhkan biaya tinggi. Hal ini menjadi beban bagi masyarakat yang memiliki status sosial dan berpenghasilan rendah, sehingga menciptakan tingkat kemiskinan yang tinggi.

Kemiskinan adalah ketiadaan aset-aset dan kesempatan esensial yang menjadi hak setiap manusia. Setiap orang harus mempunyai akses pada pendidikan dasar dan rawatan kesehatan primer. Rumah tangga miskin mempunyai hak untuk menunjang hidupnya dengan jeripayahnya sendiri, serta juga mempunyai perlindungan terhadap ganggung mendadak dari luar. Selain pendapatan dan layanan dasar, individu-individu dan masyarakat juga menjadi miskin jika mereka tidak diberdayakan untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan dalam hal-hal yang menentukan kehidupan mereka.18

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara. Kemiskinan merupakan masalah global.19

Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:

a. Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.

18 Makalah : Memerangi Kemiskinan di Asia dan Pasifik : Strategi Bank Pembangunan Asia Dalam Pengurangan Kemiskinan. (Asian

Development Bank,1999). 1.

(11)

b. Gambaran tentang kebutuhan social, termasuk keterkucilan social, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan social biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.

c. Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna memadai di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.20

Intinya kemiskinan adalah masalah multi dimensi yang kompleks menyangkut segi ekonomi, sosial budaya dan politik, dimana akar persoalan kemiskinan disebabkan oleh memudar serta lunturnya nilai-nilai luhur kemanusiaan, prinsip-prinsip kemasyarakatan.

Kaum miskin bukanlah merupakan suatu kelompok yang homogen. Sebagaimana halnya kemiskinan itu sangat beragam, demikian pula sebab dan korbannya. Kaum miskin itu mungkin tidak punya aset-aset esensial karena mereka hidup di tempat terpencil atau di daerah yang langka sumber daya; atau karena mereka renta akibat usia, kesehatan, lingkungan kehidupan, atau jenis pekerjaan. Mereka mungkin tidak mempunyai akses kepada aset-aset esensial karena mereka termasuk etnik minoritas atau komunitas yang dianggap berkedudukan sosial rendah. Tanggung jawab utama untuk menemukan pemecahan terhadap masalah kemiskinan terletak pada pemerintah dan kebijakan-kebikjakan yang diambil oleh pemerintah yang bersangkutan. Akan tetapi keberhasilannya tergantung pada upaya terpadu dari pemerintah dan masyrakat sipil.

(12)

1.2 Landasan Teologis ( Penatalayanan )

Penatalayanan menurut PL artinya “kepala rumah tangga” (Kej 44: 19), atau “kepala rumah” (Kej 44: 4), artinya orang yang kepadanya dipercayakan tanggung jawab dan tugas untuk mengepalai serta mengurus harta serta kegiatan di dalam rumah tangga. Istilah lain dipakai juga kata “hamba” yang lahir dalam rumah tangga, yang diterima dan memperoleh hak sebagai pewaris (Kej 15: 3 – 4).21 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penatalayanan adalah orang yang dipercayai dan diberi hak serta tangung jawab untuk mengepalai, mengatur dan mengerjakan segala sesuatu yang dipercayakan kepadanya.

Penatalayanan dalam PB dijelaskan bahwa seseorang yang mendapat kehormatan dan kepercayaan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu. Jadi “ penatalayanan Kristen” ialah semua orang Kristen yang dipercayakan atau mendapat kehormatan untuk mengepalai dan mengatur serta mengerjakan pelayanan Kristus yang dimandatkan secara penuh (Bd. 1 Kor 4: 1 – 2, Tit 1: 7, 1 Pet 4: 10, Mat 28: 19 – 20).22

Dari penjelasan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, antara lain:

1. Penatalayanan adalah orang yang mendapat kepercayaan untuk melakukan tugas tertentu.

2. Penatalayanan memperoleh hak dan tanggung jawab penuh untuk menjalankan tugas yang telah dilimpahkan kepadanya.

3. Penatalayanan bertanggungjawab atas tugas yang dipercayakan kepadanya dan ia bertanggungjawab kepada pemimpinnya atas pelaksanaan tugas tersebut.

4. Penatalayanan bekerja atas nama dan untuk kepentingan tuannya.

21

http://sabda.org/c3i/penatalayanan_persembahan_dan_persepuluhan

(13)

5. Setiap orang Kristen adalah penatalayan Kristus yaitu orang yang dipercaya dan ditugaskan untuk melaksanakan pekerjaan Allah dengan hak yang penuh yang telah diserahkan kepadanya dan ia sepenuhnya melayani atas nama Allah serta bertangguingjawab kepada Allah atas pelaksanaan semua pekerjaan yang diserahkan kepadanya.

Allah sebagai pencipta alam semesta adalah pemberi mandat, kuasa penuh kepada umatNya. Sebagai pemberi mandat, kuasa penuh, pemilikan penuh ada pada Allah (Mzm 24: 1, Yes 66: 2) dan di pihak lain sebagai penerima mandat, umat Allah memiliki kepercayaan dan wewenang penuh untuk menatalayani segala milik Allah yang dipercayakan Allah kepadanya (Kej 1: 28, Mat 28: 19 – 20). Umat Allah atau kita semuanya sebagai penerima mandat penatalayanan harus mengabdi dan penuh tanggungjawab dan wajib melaksanakannya. Mandat penatalayanan Allah didasarkan dan didukung oleh perjanjian berkat Allah sehingga dimana umat Alah menatalayani milik Allah dengan penuh tanggungjawab, di sana aka nada berkat Allah (Mat 28: 20 b).

Lingkup penatalayanan umat Allah meliputi semua ciptaan Allah termasuk alam dan isinya, waktu, harta, diri, rumah tangga, gereja dan masyarakat (Kej 1: 28,2: 25, Yes 45: 12, Yoh 13: 15 – 17, Kol 1: 17). Kapasitas kemampuan umat Allah untuk mengerjakan penatalayanan milik Allah telah diberikan oleh Allah sehingga tidak ada umatNya yang dapat berdalih untuk tidak melaksanakan tugas penatalayanan Allah ( 1 Pet 4: 10, 1 Kor 4: 1, 1 Rj 19: 9, Kel 19: 4 – 6).23

Tugas penatalayanan dapat dipahami sebagai tugas pengantara berkat Allah, maka umat Allah dituntut untuk membuktikan ketaatan kepada Allah sebagai syarat mutlak

23

(14)

untuk membuktikan bahwa umat Allah sedang terlibat dalam misi penatalayanan Allah yang dipercayakan kepadanya.

Kuasa untuk melaksanakan penatalayanan Allah ada pada Allah dan ketaatan kita untuk melaksanakan tugas penatalayanan akan membuktikan bahwa tugas penatalayanan berjalan dengan baik dan berhasil. Ketaatan merupakan faktor terutama dan terpenting, karena penatalayanan Allah adalah kewajiban umat Allah yang tidak dapat ditunda atau ditawar-tawar. Tuhan Yesus secara tegas menggambarkan penatalayanan sebagai bagian utuh dari kedatanganNya ke dunia ini dengan mengatakan “ datang bukan untuk dilayani melainkan melayani” (Mrk 10 : 45).24

Tugas yang dilaksanakanNya adalah tugas dari Bapa yang mengutusNya. Tugas itu merupakan suatu tanggungjawab dan kepercayaan Bapa kepadaNya yang harus dilaksanakan secara menyeluruh dan penuh tanggungjawab.

Setiap orang Kristen yang terlibat dalam penatalayanan merupakan alat Allah untuk melebarkan kerajaanNya dengan tanggungjawab untuk membawa berita pembebasan kepada dunia. Dengan melaksanakan tugas ini maka orang Kristen adalah teman sepelayanan (partner) dengan Kristus dalam kerajaan Allah. Tujuan operasional penatalayanan Yesus adalah melayani dan bekerja. Motif pelayananNya adalah kasih. Yesus melayani dengan kasih dan rela mempersembahkan diri dan nyawa sebagai korban karena dosa dan pelanggaran manusia. Paulus juga meneladani pelayanan Yesus (2 Kor 5: 14 – 15). Bila kasih Kristus telah menjadi motif penatalayanan orang Kristen, maka ia pasti melaksanakan penatalayanan Allah secara objektif dengan tidak egois. Dasar dan pola penatalayanan Yesus dilukiskan dengan kata “berkorban” dan inilah juga yang diteladani penatalayan Kristen termasuk di dalamnya Pengurus Seksi di setiap tingkatannya. Pengorbanan yang membawa dampak positif bagi seksi atau jemaatNya.

24

(15)

Penatalayanan gereja yang patut dan membawa kemajuan bagi perkembangan gereja haruslah seperti yang dilakukan Yesus sebagai “Penatalayan Agung”. Yesus telah melengkapi gereja dengan karunia rohani bagi umatNya dalam rangka pelaksanaan penatalayanan Allah di dalam dan melalui gereja. Rasul Paulus dengan tegas menyinggung peranan karunia rohani dalam rangka penatalayanan gereja ( 1 Kor 12 – 14). Jadi penatalayan gereja berarti:

1. Penatalayanan gereja adalah penatalayanan Allah yang bertujuan membangun tubuh Kristus demi kepentingan bersama.

2. Setiap orang Kristen adalah penatalayanan Allah yang terlibat dalam penatalayanan gereja.

3. Kepada setiap orang Kristen Allah menganugerahkan karunia rohani untuk melaksanakan tugas dalam penatalayanan gereja, jadi karunia dan potensi itu harus dipertanggungjawabkan dalam kesatuan membagun tubuh kristus.25

Dalam Mzm 24: 1 disebutkan “Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang ada di dalamnya”. Jadi segala sesuatu yang ada, yang nampak dan tidak nampak adalah milik Alah yang harus ditatalayani dengan penuh tanggungjawab. Karena itu semua penatalayanan Kristen perlu menyadari bahwa apapun yang dimilikinya diterima dari Tuhan dan harus didaya-gunakan sesuai dengan kehendak Tuhan.

Perjanjian Baru mengajar bahwa tiap orang Kristen harus memberi persembahannya secara teratur, metodik dan memadai, untuk mendukung kehidupan gereja, orang miskin, penginjilan dan missi (1Kor 16:2).

Harta benda memiliki sifat yang fana: Amsal 27: 24 dan 1 Tim 6 :7. Penerapan praktis untuk hal ini adalah:

25

(16)

a. Kelolah harta benda dengan baik.

b. Anggarkanlah keuangan. Belilah yang perlu. Pengeluaran harus lebih kecil dari penghasilan, hal ini merupakan pencegahan terhadap jerat hutang.

Oswald Sanders, mengutip A.W. Tozer mengatakan: cirri kedewasaan Rohani adalah lebih banyak member daripada diberi, Maleakhi 3: 10, standar minimum pemberian kepada Allah sebab kita dibawah anugerah26.

Hemat pada suatu saat disajikan kepada orang-orang yang terkenal yang rindu untuk berdisiplin kepada hidup yang lebih berarti. Mereka dengan mudah menerima disiplin kepatuhan, kerendahan hati, kasih, dan kemurnian. Tetapi ketika hemat disebutkan mereka menentang keras. Mereka berpendapat bahwa praktek hemat demikian itu akan mengacaukan ekonomi dan merusak semangat kerja dari banyak orang. Mereka percaya bahwa kita harus menikmati sebanyak-banyaknya kelimpahan dunia kita.

Hemat dimengerti dan dilakukan, dengan maksud untuk menggoncangkan kesadaran kita supaya bebas dari penguasaan benda-benda. Jika kita mempraktekkan hemat, yang berarti mengatakan tidak kepada benda untuk kepentingan benda itu sendiri, dan mengatakan ya kepada benda hanya pada waktu ada nilai yang lebih tinggi yang akan dicapai yang meminta benda itu, maka ia akan membentuk suatu kesadaran yang merupakan kebiasaan terhadap benda.

26

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dodge (1983, dalam Santrock, 2002) meyakini bahwa ketika seseorang melakukan interaksi sosial, ia melampaui lima tahap dalam memroses informasi tentang dunia

Desain dari struktur akan berpengaruh terhadap perilaku struktur tersebut apabila terkena gelombang yang berimplikasi juga dengan performa pemecah gelombang terapung dalam

Menurut Sutiarti & Edi (2017:26) Media Interaktif adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan software dan hardware yang bisa digunakan sebagai perantara dalam

Hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa persepsi kelompok tani terhadap peranan penyuluh pertanian dalam pengembangan Gabungan Kelompok Tani di Kabupaten Sukoharjo sudah

Sebaliknya individu yang memiliki tingkat pe- ngetahuan tentang agama yang rendah akan melakukan perilaku seks bebas tanpa berpikir panjang terlebih dahulu sehingga

Dan kegiatan ini biasanya merupakan tanggung jawab dari seorang Public Relations dalam suatu perusahaan berkaitan dengan tugasnya dalam membina hubungan yang baik

Dari hasil pengujian sistem penggunaan teknologi computer vision yang digunakan untuk mengenali sampah dibawah laut bisa dimplementasikan dengan menguji jenis