UNGKAPAN PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA
Nur Anisa Ikawati
Universitas Negeri Malang
Abstrak:
Ungkapan penerimaan dan penolakan merupakan bagian dari ungkapan persembahan dalam suatu tindak tutur atau tindak berbahasa (speech act). Tindak tutur adalah tindak komunikasi dengan tujuan khusus, cara khusus, aturan khusus sesuai kebutuhan, sehingga memenuhi derajat kesopanan, baik dilakukan dengan tulus maupun basa-basi. Bahasa Indonesia
merupakan bahasa pemersatu serta bertujuan untuk mempersatukan bangsa Indonesia yang sangat beragam mulai dari suku, adat istiadat, ras, agama, dan bahasa. Wujud Ungkapan Penerimaan: Salam Balik. Selamat pagi anak-anak! Selamat pagi!Tanggapan Balik terhadap Ucapan Selamat. Selamat ulang tahun, ya! Terima kasih.Tanggapan Balik Atas Ucapan Terima
Kasih.Terima kasih atas bantuannya! Terima kasih kembali!Tanggapan Balik Atas Permohonan Maaf. Maaf, Saya datang terlambat! Tidak apa-apa..Wujud Ungkapan Penolakan.(1). Maaf, tidak menerima karangan bunga.
Kata Kunci: ungkapan penerimaan, ungkapan penolakan, tindak tutur PENDAHULUAN
Bahasa Indonesia dalam sejarah perpolitikan bangsa Indonesia, pada dasarnya bertujuan untuk mempersatukan bangsa Indonesia yang sangat beragam suku, adat istiadat, ras, agama, dan bahasa. Para pendiri bangsa Indonesia menyadari betul akan ancaman perpecahan bangsa akibat beragamnya masyarakat itu, sehingga sejak peristiwa Sumpah Pemuda, bahasa
Indonesia senantiasa dibina dan dikembangkan. Upaya pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia itu
dipercayakan pengelolaannya kepada sebuah lembaga, yaitu Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa (P3B). Upaya
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia itu telah menunjukkan perkembangan yang semakin baik.
Perkembangan bahasa Indonesia yang terjadi saat ini dapat dirasakan semakin mantap dan maju serta semakin diminati masyarakat internasional. Minat masyarakat internasional itu dapat diketahui dan
dibuktikan dengan munculnya pusat studi bahasa dan budaya Indonesia di berbagai lembaga pendidikan di luar negeri. Studi yang dimaksud berupa program studi di perguruan tinggi, mata kuliah, dan kursus-kursus bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA). Perkembangan terakhir bagi bahasa Indonesia yang sangat menggembirakan adalah telah dibentuknya suatu wadah atau organisasi bagi pecinta dan pengajar BIPA melalui konferensi internasional BIPA 1999 di Universitas Pendidikan Indonesia
Perkembangan-perkembangan itu sangat menggembirakan bagi bangsa Indonesia, karena sekaligus menjadikan jati diri bangsa Indonesia semakin terangkat. Akan tetapi, kegembiraan itu tidak dapat dilepaskan dari berbagai tantangan. Tantangan tersebut antara lain adalah (1) belum adanya kurikulum pengajaran BIPA yang baku, (2) profesionalitas pengajar BIPA masih perlu ditingkatkan, (3) materi pengajaran BIPA belum ditata dengan baik sesuai kebutuhan dan (4) belum adanya lembaga yang secara khusus mendidik guru BIPA. Empat tantangan itu menjadi sebuah mata rantai masalah pengajaran BIPA untuk segera disikapi dan diselesaikan.
Upaya menyikapi dan menyelesaikan mata rantai masalah tersebut di antaranya perlu dilakukan pemotongan terhadap sebagian materi ajar untuk ditata dan dikembangkan. Dengan penataan dan pengembangan materi ajar BIPA tersebut akan menjadikan pengajaran BIPA semakin terarah dan kaya materi.
Makalah ini dimaksudkan untuk mengembangkan materi pengajaran BIPA berupa pengkajian tentang ungkapan penerimaan dan penolakan dalam bahasa Indonesia. Ungkapan penerimaan dan penolakan merupakan bagian materi dari ungkapan persembahan. Contoh ungkapan penerimaan dalam suatu tindak tutur, misalnya “Selamat pagi saudara-saudara!”
Selamat pagi!; “Maaf, Saya terlambat
datang!” Tidak apa-apa, rapatnya baru saja
dimulai; Terima kasih Anda tidak merokok dalam ruangan ini. Ungkapan penerimaan
pada contoh tersebut adalah Selamat pagi;
Tidak apa-apa, rapatnya baru saja dimulai; dan Terima kasih Anda tidak merokok di
ruangan ini. Selanjutnya ungkapan
penolakan, misalnya Maaf, tidak menerima
sumbangan dalam bentuk apa pun; Dengan berat hati, Pimpinan perusahaan tidak menerima lamaran Anda.
Seperti diketahui bahwa ungkapan persembahan yang di dalamnya terdapat ungkapan penerimaan dan penolakan, sangat penting bagi pengajaran bahasa, baik tingkat awal maupun tingkat lanjut. Oleh sebab itu, materi ungkapan persembahan perlu dikaji terlebih dahulu sebelum dipersiapkan untuk materi ajar.
Berkaitan dengan ungkapan penerimaan dan penolakan dalam bahasa Indonesia permasalahan yang akan dibahas dalam hal ini adalah
(1) bagaimanakah wujud ungkapan penerimaan dan penolakan dalam bahasa Indonesia?;
(2) bagaimanakah struktur ungkapan penerimaan dan penolakan dalam bahasa Indonesia?
KONSEP DASAR
Ungkapan penerimaan dan
penolakan merupakan bagian dari ungkapan persembahan dalam suatu tindak tutur atau tindak berbahasa (speech act). Tindak tutur adalah tindak komunikasi dengan tujuan khusus, cara khusus, aturan khusus sesuai kebutuhan, sehingga memenuhi derajat kesopanan, baik dilakukan dengan tulus maupun basa-basi. Richards (dalam Suyono, 1990) menyatakan bahwa tindak tutur adalah “the things we actually do when we speak” atau “the minimal unit of speaking which can be said to have a function”.
Tindak tutur adalah sesuatu yang benar-benar kita lakukan saat kita berbicara. Sesuatu itu berupa unit tuturan minimal dan dapat berfungsi. Dalam hal ini adalah untuk berkomunikasi. Dari sini dapat dipahami bahwa tuturan yang berupa sebuah kalimat dapat dikatakan sebagai tindak tutur jika kalimat itu berfungsi. Fungsi yang dimaksud adalah bisa merangsang orang lain untuk memberi tanggapan yang berupa ucapan atau tindakan.
Tindak tutur dalam komunikasi mencakup tindak (1) konstatif, (2) direktif, (3) komisif, dan (4) persembahan
(acknowledgment) (Austin dalam Ibrahim, 1993). Sedangkan Searle (dalam Wijaya, 1996) mengemukakan bahwa tindak tutur secara pragmatik ada tiga jenis, yaitu (1) tindak lokusi, (2) tindak ilokusi, dan (3) tindak perlokusi. Tindak Lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak ilokusi adalah tindak tutur untuk menginformasikan sesuatu dan juga melakukan sesuatu sejauh situasi tuturnya dipertimbangkan secara seksama. Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang
dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tutur.
Khusus untuk tindak tutur
persembahan Austin (dalam Ibrahim, 1993) berpendapat bahwa tindak tutur
persembahan mencakup tindak permintaan maaf, menyatakan bela sungkawa,
menyatakan rasa terima kasih, pernyataan penerimaan balik ucapan persembahan, penolakan ucapan persembahan, dan menyatakan salam. Dalam makalah ini, pembahasan difokuskan pada tindak tutur berupa ungkapan penerimaan dan
penolakan. Tindak tutur berupa ungkapan
penerimaan dan penolakan secara umum berfungsi untuk menyatakan penerimaan balik terhadap ucapan persembahan dan menyatakan penolakan ucapan
persembahan.
WUJUD UNGKAPAN PENERIMAAN DAM PENOLAKAN
WUJUD UNGKAPAN PENERIMAAN Ungkapan penerimaan persembahan adalah ungkapan berupa kalimat atau wacana yang berisi tanggapan balik positif (berupa penerimaan) atas persembahan yang telah disampaikan oleh seseorang atau kelompok. Tanggapan balik yang bersifat positif tersebut menyangkut (1) salam balik (jawaban atas salam dari seseorang atau kelompok), (2) tanggapan balik terhadap ucapan selamat, baik ucapan simpati suka cita maupun simpati duka cita, (3)
tanggapan balik atas ucapan terima kasih, dan (4) tanggapan balik atas permohonan maaf. Wujud ungkapan penerimaan berupa tanggapan balik tersebut diuraikan sebagai berikut.
a) Salam Balik
Wujud ungkapan penerimaan salam balik adalah berupa tanggapan balik atas pernyataan salam yang
dituturkan oleh seseorang atau kelompok. Wujud salam balik tersebut , misalnya sebagai berikut (tercetak miring).
(1) Selamat pagi anak-anak!
Selamat pagi!
(2) Selamat siang Saudara-saudara! Selamat siang!
(3) Selamat malam Bapak-bapak, Ibu-ibu! Selamat malam!
b)Tanggapan Balik terhadap Ucapan Selamat
Wujud tanggapan balik terhadap ucapan selamat adalah berupa tanggapan balik atau ucapan selamat yang disampaikan oleh seseorang atau kelompok, baik berupa ucapan simpati suka cita maupun simpati duka cita. Wujud tanggapan balik tersebut, misalnya sebagai berikut (tercetak miring).
(1). Selamat ulang tahun, ya!
Terima kasih.
(2). Selamat menempuh hidup baru! Terima kasih, kapan
Kamu menyusul (menikah)?
(3). Kami turut berduka cita atas meninggalnya putra Bapak!
Terima kasih.
(4). Turut berduka cita atas musibah yang dialami Paman, Bi! Terima kasih.
c) Tanggapan Balik Atas Ucapan Terima Kasih
Tanggapan balik atas ucapan terima kasih adalah berupa pernyataan terima kasih yang dituturkan seseorang atau kelompok. Wujud tanggapan balik tersebut, misalnya sebagai berikut.
(1). Terima kasih atas
bantuannya! Terima kasih
kembali!
(2). Terima kasih atas saran-saran yang Anda berikan! Terima
kasih kembali!
(3). Terima kasih atas
partisipasinya! Sama-sama!
d) Tanggapan Balik Atas Permohonan Maaf
Tanggapan balik atas permohonan maaf adalah berupa pernyataan permohonan maaf yang disampaikan seseorang atau kelompok atas perbuatan atau tindakannya, sehingga merugikan orang atau kelompok lain. Namun demikian tanggapan balik yang dituturkan masih bersifat positif. Wujud tanggapan balik tersebut, misalnya sebagai berikut.
(1). Maaf, Saya datang terlambat!
Tidak apa-apa.
(2). Maaf, atas keterlambatan Saya dalam rapat ini! Tidak
apa-apa, baru setengah jam, kok!
(3). Maaf, atas perlakuan kami Pak Guru! Silakan, dan
tolong tutup pintunya!
WUJUD UNGKAPAN PENOLAKAN
Ungkapan penolakan persembahan adalah ungkapan berupa kalimat atau wacana yang berisi informasi atau tanggapan menolak persembahan yang disampaikan oleh seseorang atau kelompok tertentu dengan cara-cara tertentu. Tipe ungkapan
penolakan tersebut dapat berupa penolakan yang sopan (positif) maupun penolakan yang tidak sopan. Dalam makalah ini hanya dibahas ungkapan penolakan yang sopan.
Wujud ungkapan penolakan tersebut, misalnya sebagai berikut.
(1). Maaf, tidak menerima karangan bunga.
(1). Maaf, tidak menerima sumbangan berupa barang
(3). Maaf, tidak melayani
permintaan sumbangan tanpa seizin RT dan RW.
(4). Maaf harga pas! Tidak ada tawar-menawar.
(5). Dengan berat hati, Kami terpaksa mengembalikan barang ini karena ada bagian yang rusak.
(6). Dengan berat hati Pimpinan perusahaan menolak lamaran Saudara.
(7). Maaf, Ngamen sekarang gratis, besok tidak.
(8). Maaf, tidak melayani permintaan sumbangan.
Struktur Ungkapan Penerimaan dan Penolakan
STRUKTUR UNGKAPAN PENERIMAAN
Ungkapan penerimaan dalam bahasa Indonesia memiliki struktur yang beragam berdasarkan wujudnya. Beberapa ungkapan penerimaan yang telah dideskripsikn pada bagian tentang wujud ungkapan penerimaan di muka, dapat ditemukan struktur ungkapan penerimaan sebagai berikut.
1). Selamat + Verba Penanda Waktu
2). Terima kasih + (kembali) + (informasi tambahan)
3). Sama-sama
4). Tidak apa-apa + (informasi tambahan)
5). Silakan + (informasi tambahan)
Struktur Ungkapan Penolakan Ungkapan penolakan persembahan dalam bahasa Indonesia ditemukan pola/ struktur umum sebagai berikut. Ungkapan Tetap (UT) + Verba Penanda Tindak Penolakan +(Objektif)
Ungkapan tetap (UT) dalam ungkapan penolakan ini berupa:
maaf; dengan berat hati. Verba
penanda tindak penolakan, yaitu verba yang secara semantis
bermakna menolak (respon negatif). Dalam hal ini ditandai dengan kata
tidak, gratis, terpaksa, dan
sebagainya. Objektif adalah objek yang menjadi sasaran penolakan seperti yang disebut oleh verba.
PENUTUP
Pembahasan tentang ungkapan penerimaan dan penolakan dalam bahasa Indonesia merupakan upaya untuk memotong mata rantai masalah yang dihadapi dalam pengajaran BIPA. Selain itu juga untuk menata dan mengembangkan materi pengajaran BIPA. Hasil pembahasan tentang ungkapan penerimaan dan
penolakan dalam bahasa Indonesia dapat diketahui bahwa wujudnya sangat beragam. Kemudian struktur ungkapan penerimaan
ditemukan sebagai berikut 1) Selamat + Verba Penanda Waktu; 2) Terima kasih + (kembali) + (informasi tambahan); 3) Sama-sama; 4) Tidak apa-apa + (informasi
tambahan); dan 5) Silakan + (informasi tambahan). Sedangkan struktur umum ungkapan penolakan adalah Ungkapan Tetap (UT) + Verba Penanda Tindak Penolakan +(Objektif).
Pembahasan tentang tindak tutur dalam komunikasi masih banyak yang dapat dikembangkan untuk memperkaya materi pengajaran BIPA. Misalnya, tindak komisif. Dengan penataan dan pengembangan materi ini, diharapkan pengajaran BIPA dapat berkembang semakin baik dan terarah.
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim, Abdul Syukur. 1993. Kajian Tindak Tutur. Surabaya: Usaha Nasional.
Rijadi, Arief dkk. 2001. Sosok Ungkapan Persembahan Dalam Bahasa Indonesia, Analisis
Wujud dan Fungsinya dalam Perspektif Tindak Tutur. Jember: Lembaga Penelitian
Universitas Jember.
Suyono. 1990. Pragmatik: Dasar-Dasar dan Pengajarannya. Malang: FPBS IKIP Malang. Wijaya, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Penerbit Andi.