• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM PADA IBU BERSALIN NORMAL DI PUSKESMAS KARANGRAYUNG I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM PADA IBU BERSALIN NORMAL DI PUSKESMAS KARANGRAYUNG I"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

41

RUPTUR PERINEUM PADA IBU BERSALIN NORMAL

DI PUSKESMAS KARANGRAYUNG I Wiji Utami, Oktavia Takarina Choiroh Akademi Kebidanan An-Nur Purwodadi

Latar Belakang: Mortalitas dan morbiditas pada wanita bersalin adalah masalah besar di negara berkembang, termasuk di Indonesia. Berat bayi lahir merupakan salah satu faktor resiko yang meningkatkan kejadian perlukaan perineum selama kelahiran. Semakin besar bayi yang dilahirkan meningkatkan resiko terjadinya rupture perineum, pada normalnya berat badan bayi sekitar 2.500-3.800 gram. Ruptur perineum merupakan robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik secara spontan maupun dengan alat atau tindakan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara berat badan bayi baru lahir dengan kejadian ruptur perineum pada ibu bersalin normal di Puskesmas Karangrayung I. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei analitik dengan pendekatan retrospektif. Sampel penelitian ini adalah 223 ibu yang bersalin normal di Puskesmas Karangrayung I yang diambil dari data rekam medis tahun 2016. Teknik pengambilan sampel adalah Random Sampling dengan penggambilan Sampel Acak Sistematis. Teknik analisa data denggan menggunakan analisa univariat dan bivariat (uji Chi Square).

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara berat badan bayi baru lahir dengan kejadian ruptur perineum pada ibu bersalin normal dengan nilai Uji X2 Hitung > X2 Tabel (7,274 > 5,991). Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara berat badan bayi baru lahir dengan kejadian ruptur perineum pada ibu bersalin normal.

Kata Kunci : Berat Bayi Baru Lahir, Ruptur Perineum

ABSTRACT

Background: Mortality and morbidity in maternity women is a major problem in developing countries, including in Indonesia. Birth weight is one of the risk factors that increase the incidence of perineal injury during labor. The larger the baby born increases the risk of rupture of the perineum, at normal the baby's weight is about 2,500-3,800 grams. The perineal rupture is a tear that occurs when the baby is born either spontaneously or by means or action. Objective: This study aims to determine the relationship between the weight of newborns with the incidence of perineal rupture in normal maternal mothers in Puskesmas Karangrayung I. Method: This study used an analytic survey research method with a retrospective approach. The sample of this research is 223 normal maternity mother at Puskesmas Karangrayung I which taken from medical record data year 2016. The sampling technique is Random Sampling with random sampling systematis. Data analysis technique using univariate and bivariate analysis (Chi Square test).

Results: The results showed that there was a relationship between the weight of the newborn and the incidence of perineal rupture in normal maternal womb with the value of Test X2 Count> X2 Table (7,274> 5,991). Conclusion: The conclusion of this study is that there is a relationship between the weight of newborns with the incidence of perineal rupture in normal maternal mothers.

(2)

42

PENDAHULUAN

Persalinan seringkali mengakibatkan robeknya perineum atau rupture perineum (Rohani,2011:02). Ruptur perineum merupakan robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik secara spontan maupun dengan alat atau tindakan. Robekan perineum umumnya terjadi pada garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat. Ruptur perineum terjadi pada hampir semua primipara (Wiknjosastro, 2008:38).

Penyebab ruptur perineum salah satunya disebabkan oleh bayi besar (Vivian, 2011:01). Faktor penyebab ruptur perineum terdiri dari dua faktor yaitu faktor ibu dan faktor janin. Faktor ibu seperti: usia, paritas, partus presipitatus, ibu yang tidak mampu berhenti mengejan, partus yang di selesaikan terburu-buru, odema, kerapuhan perineum, varises vulva, arkus pubis yang sempit sehingga kepala terdorong kebelakang dan episiotomi yang sempit. Faktor janin seperti: bayi besar, kelainan presentasi, kelahiran

bokong, distosi bahu

(Wiknjosastro,2007:668).

Mortalitas dan morbiditas pada wanita bersalin adalah masalah besar di Negara berkembang, termasuk di Indonesia. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita pada masa puncak produktivitasnya. Berat bayi lahir merupakan salah satu faktor resiko yang meningkatkan kejadian perlukaan perineum selama kelahiran. Semakin besar bayi yang dilahirkan meningkatkan resiko terjadinya rupture perineum, pada normalnya berat badan bayi sekitar 2.500-3.800 gram (Sekartini, 2007:54).

Menurut hasil penelitian dari Fitriana (2013) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara berat badan bayi baru lahir pada persalinan fisiologis dengan kejadian ruptur perineum terbukti dari 24 ibu bersalin terbesar responden yaitu 21 responden (87,5%) yang terjadi rupture, dan responden yang tidak terjadi rupture yaitu 3 responden (12,5%). Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Enggar (2010) kejadian ruptur perineum mayoritas terjadi pada berat badan bayi lahir 3000-3500 gram sebanyak 48 bayi (64,3%) dan mayoritas yang mengalami

ruptur perineum yaitu ibu primipara

sebanyak 52 orang (77,6%). Berdasarkan studi pendahuluan yang

dilakukan di Puskesmas Karangrayung I didapatkan hasil bahwa 2015 terdapat 527 ibu bersalin normal, sebanyak 437 atau 74% ibu mengalami ruptur perineum. Pada tahun 2016 terdapat ibu bersalin normal sebanyak 508 dengan persentase ibu yang mengalami ruptur perineum sebanyak 406 atau 80%. Pada data tersebut didapatkan peningkatan ibu bersalin normal dengan ruptur perineum pada tahun 2015 dan 2016 sebanyak 6%. tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara berat badan bayi baru lahir dengan kejadian ruptur perineum pada ibu bersalin normal.

METODOLOGI

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi pada bulan Juli-Agustus 2017. Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian Survei Analitik dengan menggunakan pendekatan penelitian Retrospektif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin normal di puskesmas karangrayung I pada tahun 2016 sebanyak 508. Sampel penelitian ini adalah 223 ibu bersalin normal. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Random Sampling dengan pengambilan Sampel Acak Sistematis. Sumber Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dalam rekam medis di Pusksmas Karangrayung I. Teknik Analisa data yang digunakan dengan menggunakan analisia univariat dan bivariat.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil

a.Analisa Univariat

(3)

43

1) Tabel 1.1 Distribusi ibu bersalin

normal berdasarkan berat badan bayi baru lahir

Sumber: Data Sekunder (Puskesmas Karangrayung I,2016)

Berdasarkan tabel distribusi diatas didapatkan data jumlah kasus paling tertinggi adalah pada berat badan bayi baru lahir normal sebanyak 180 kasus atau 80,7%, sedangkan pada berat badan bayi rendah sebanyak 42 kasus atau 18,8%, dan pada berat badan bayi lahir besar terdapat 1 kasus atau 0,5%.

2) Tabel 1.2 Distribusi ibu bersalin normal yang mengalami ruptur perineum Ruptur perineum 181 kasus 81,1%

Tidak ruptur perineum

42 kasus 18.9%

Total 223 kasus 100% Sumber: Data Sekunder (Puskesmas Karangrayung I,2016)

Berdasarkan tabel diatas didapatkan distribusi ibu bersalin normal dengan ruptur perineum memiliki jumlah ibu bersalin normal dengan kasus yang tinggi sebanyak 181 kasus atau 81,1% dibandingkan jumlah ibu bersalin normal tidak ruptur perineum sebanyak 42 kasus atau 18,9%.

b. Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan setelah mengetahui karakteristik atau distribusi dari setiap variabel yang di dapatkan dari analisis univariat. Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoadmodjo,2010:183).

menggunakan metode chi-square untuk mengadakan pendekatan dari beberapa faktor atau mengevaluasi frekuensi yang diselidiki atau frekuensi hasil observasi (fo) dengan frekuensi yang diharapkan dari sampel apakah terdapat hubungan antara berat badan bayi lahir dengan kejadian ruptur perineum. Tabel 4.3 Hasil Analisis Bavariat

Variabel Nilai

Berdasarkan tabel diatas terdapat variabel inependent (Berat Badan Bayi Lahir) dan variabel dependent (Ruptur Perineum) dengan menggunakan Uji X2 (Chi Square Test) dengan hasil penelitian H0 ditolak karena nilai Uji X2 Hitung > X2 Tabel (7,274 > 5,991) yang dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara hubungan antara berat badan bayi baru lahir dengan kejadian ruptur perineum pada ibu bersalin normal dengan nilai Contingency 0,178 < 0,05 yang berarti kekuatan hubungan lemah.

PEMBAHASAN

(4)

44

primipara maupun multipara. Ruptur

perineum adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan.

Pada penelitian Fitriana (2010) kejadian rupture perineum terbesar pada berat badan normal 2500-3500gram 90,5%, yang mengalami rupture perineum terkecil pada berat badan kecil<2400gram 0%. Seperti halnya menurut Wiknjosastro (2007:168) berat neonatus pada umumnya < 4000 gr dan jarang mebihi 5000 gram. Kriteria janin cukup bulan yang lama kandungannya 40 pekan mempunyai panjang 48-50 cm dan berat badan 2750 – 3000 gram. Pada janin yang mempunyai berat lebih dari 3000 gram memiliki kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan adalah karena besarnya kepala atau besarnya bahu. Bagian paling keras dan besar dari janin adalah kepala,sehingga besarnya kepala janin mempengaruhi berat badan janin. Oleh karena itu sebagian ukuran kepala digunakan Berat Badan(BB) janin. Kepala janin besar dan janin besar dapat menyebabkan laserasi perineum.

Ruptur perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil dari pada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar dari pada sirkumferensia suboksipito bregmantika. Ruptur perineum terjadi pada kelahiran dengan berat lahir yang besar. Hal ini terjadi karena semakin besar bayi yang di lahirkan akan meningkatkan risiko terjadinya ruptur perineum dikarenakan berat badan bayi baru lahir yang terlalu besar berhubungan dengan besarnya janin yang dapat mengakibatkan perineum tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi dengan berat badan bayi lahir yang besar sehingga pada proses kelahiran bayi dengan berat badan bayi lahir yang besar sering terjadi ruptur perineum (Sekartini,2007:67). Seperti yang dikemukakan oleh Wiknjosastro (2007:168) berat badan janin dapat mempengaruhi proses persalinan kala II. Berat neonatus pada umumnya < 4000 gr dan jarang mebihi 500 gram. Kriteria janin cukup bulan yang

lama kandungannya 40 pekan mempunyai panjang 48-50 cm dan berat badan 2750 – 3000 gram. Pada janin yang mempunyai berat lebih dari 4000 gram memiliki kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan adalah karena besarnya kepala atau besarnya bahu. Bagian paling keras dan besar dari janin adalah kepala,sehingga besarnya kepala janin mempengaruhi berat badan janin. Oleh karena itu sebagian ukuran kepala digunakan Berat Badan(BB) janin. Kepala janin besar dan janin besar dapat menyebabkan ruptur Perineum.

Menurut Waspodo (2008:56) faktor-faktor yang mempengaruhi ruptur perineum tidak hanya berat badan bayi baru lahir melainkan posisi ibu bersalin, cara meneran dan pimpinan persalinan. Demikian pula Mochtar (2008:90) menyatakan bahwa derajat ruptur perineum semakin besar bila besar berat badan bayi baru lahir terlalu besar pula atau berat badan bayi baru lahir lebih 4000 gram. Berat badan lahir merupakan berat badan bayi yang di timbang 24 jam pertama setelah kelahiran (Sekartini, 2007:35).

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian Hubungan Antara Berat Badan Bayi Baru Lahir Pada Persalinan Normal Dengan Kejadian Ruptur Perineum di Puskesmas Karangrayung I didapatkan hasil perhitungan uji chi-square yaitu penelitian H0 ditolak karena nilai Uji X2 Hitung > X2 Tabel (7,274 > 5,991) yang dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara hubungan antara berat badan bayi baru lahir dengan kejadian ruptur perineum pada ibu bersalin normal dengan nilai kontingensi 0,178 < 0,05 yang berarti kekuatan hubungan lemah.

(5)

45

berat badan bayi selama masa kehamilan.

DAFTAR PUSTAKA

Hamilton, M. 2012. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. EGC. Jakarta

Mochtar, R. 2008. Sinopsis Obstetri. EGC. Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan.Rineka Cipta. Jakarta.

Rohani, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Edisi Pertama. Salemba Medika. Jakarta.

Sekartini, A. 2007. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Dan Penatalaksanaan Komplikasi. Rineka Cipta. Jakarta.

Vivian, D dkk. 2008. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Salemba Medika. Jakarta.

Waspodo, D. 2008. Asuhan Persalinan Normal. EGC. Jakarta.

Wiknjsastro. 2008. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta.

Wiknjsastro. 2008. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta.

Gambar

Tabel 4.3 Hasil Analisis Bavariat

Referensi

Dokumen terkait

Bukan berarti seorang ibu, tidak mampu untuk menerima keadaan yang dimiliki oleh anaknya yang memiliki keterbatasan dan kebutuhan yang berbeda dengan anak-anak lainnya,

Berdasarkan dalam hal ini pengasuh dapat memberikan sanksi kepada santri yang mengulangi perilaku bully yang dilakukannya kepada santri lain, sehingga pengasuh

Obyek Penelitian : Tingkat pengetahuan masyarakat Surabaya mengenai informasi pendaftaran kependudukan melalui

appear in the students ' dictation papers mostl y consist. of meaning

Parameter yang diamati, yaitu: waktu munculnya tunas (HST), panjang tunas (cm), jumlah tunas, jumlah daun (helai), dan warna daun. Data yang diperoleh kemudian dianalisis

Diagnosis dari KVVR menjadi terbatas apabila tidak disertai dengan tes laboratorium untuk deteksi dari Candida. Untuk episode KVVR yang dianggap perdana, maka dengan dasar

Dengan penerapan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Think Talk Write (TTW) pada proses belajar Pendidikan Agama Islam diharapkan dapat memberikan kontribusi positif

Pendekatan yang umum dilakukan untuk meningkatkan keamanan komputer antara lain adalah dengan membatasi akses fisik terhadap komputer, menerapkan mekanisme pada perangkat keras dan