• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN HUKUM HAK CIPTA SENI BATIK PEKALONGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN HUKUM HAK CIPTA SENI BATIK PEKALONGAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN HUKUM HAK CIPTA

SENI BATIK PEKALONGAN

(Studi Hukum pada Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UMKM Kota Pekalongan)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas -tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum Dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh:

Rizky Ariestandi Irmansyah NIM : C 100.040.048

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hak atas Kekayaan Intelektual (selanjutnya disebut HaKI / HKI) merupakan hak atas kekayaan yang timbul atau lahir dari kemampuan intelektual manusia. HKI memang menjadikan karya -karya yang timbul atau lahir karena adanya kemampuan intelektual manusia yang harus dilindungi. Kemampuan intelektual manusia dihasilkan oleh manusia melalui daya, rasa, dan karsanya yang diwujudkan dengan karya -karya intelektual. Karya-karya intelektual juga dilahirkan menjadi bernilai, apalagi dengan manfaat ekonomi yang melekat sehingga akan menumbuhkan konsep kekayaan terhadap karya-karya intelektual.1

Arti penting perlindungan hak milik intelektual menjadi lebih dari sekedar keharusan setelah dicapainya kesepakatan GATT (General Agremeent on Tariff and Trade) dan setelah Konferensi Marakesh pada bulan April 1994 dengan disepakati pula kerangka GATT yang nantinya akan diganti dengan sistem perdagangan dunia yang dikenal dengan WTO (World Trade Organization) yang diratifikasi pada bulan Januari 1995 termasuk di dalamnya TRIP’s (Trade Related Aspect of Intellectual Property Right Including Trade in Counterfeit Goods) yang lebih merupakan sebagai mekanisme yang sangat

1

Suyud Margono, Komentar Atas Undang-Undang Rahasia Dagang, Desain Industri, Desain

(3)

efektif untuk mencegah alih teknologi, yang memainkan peranan kunci dalam proses pe rtumbuhan dan pembangunan ekonomi.2

Kekayaan intelektual (KI) merupakan hasil kreasi dari pemikiran seseorang berupa tulisan-tulisan, seni, dan sastra, simbol-simbol, nama -nama serta gambar yang digunakan untuk kepentingan perdagangan dan ekonomi. KI dilindungi dalam beberapa deklarasi, diantaranya adalah:3

a. Pasal 27 ayat (1) Deklarasi Universal HAM (Setiap orang mempunyai hak sebagai pencipta untuk mendapatkan perlindungan atas kepentingan-kepentingan moral dan material yang merupakan hasil dari ciptaannya di bidang ilmu pengetahuan sastra dan seni),

b. Konvensi Bern (1886), yaitu tentang Konvensi yang diadakan guna perlindungan ciptaan-ciptaan para Pencipta dari negara -negara anggota termasuk diantaranya karya tertulis seperti buku dan laporan, musik, karya drama (sandiwara dan koreografi), karya seni (lukisan, gambar, dan foto), karya arsitektur, karya sinematografi.

Tapi pada umumnya, masyarakat kurang mengetahui secara benar mengenai semua yang bersangkutan dengan Hak atas Kekayaan Intelektual. Dan masyarakat juga masih rancu untuk memahami dan masih mencampuradukkan tentang batasan serta pengertian Hak atas Kekayaan Intelektual tersebut, semisal ada idiom “HaKI itu ya Hak Cipta”.

Terlepas dari itu, bahkan dari kalangan pencipta seperti seniman, desainer (Pendesain), maupun penemu-penemu lainnya pun kurang mengetahui secara tepat bahwa mereka memiliki atas hak karya-karya intelektual mereka sendiri. Dan mereka pun tidak mengetahui kapan dan bagaimana harus menegakkan atau mempertahankan hak tersebut. Sedangkan

2

Saidin, Aspek Hukum Hak, Kekayaan Intelektual, Raja Grafindo Persada Jakarta,1995, hal 57

3

Tim Lindsey, dkk., Hak Kekayaan Intelektual (Suatu Pengantar), Asian Law Group Pty Ltd dan Penerbit PT Alumni Bandung, 2002, hal. 98-99

(4)

hak milik intelektual merupakan suatu hak milik yang berada dalam ruang lingkup kehidupan teknologi, ilmu pengetahuan, maupun seni dan sastra. Kepemilikannya bukan terhadap barangnya melainkan terhadap hasil kemampuan intelektual manusianya yaitu be rupa ide.

Hak kekayaan intelektual merupakan hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada seseorang atau kelompok orang, merupakan perlindungan atas penemuan, ciptaan di bidang seni dan sastra, ilmu pengetahuan, teknologi dan pemakaian simbol atau lamba ng dagang.4

Dalam Persetujuan Umum tentang Tarif dan Perdagangan (General Agreement on Tariff and Trade – GATT) sebagai bagian daripada pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) telah disepakati pula norma-norma dan standar perlindungan HKI yang meliputi 5 :

1. Hak Cipta dan hak-hak lain yang terkait (Copyright and Related Rights). 2. Merek (Trademark, Service Marks and Trade Names).

3. Indikasi Geografis (Geographical Indications). 4. Desain Produk Industri (Industrial Design).

5. Paten (Patents) termasuk perlindungan varietas tanaman.

6. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (Lay Out Designs Topographics of Integrated Circuits).

7. Perlindungan terhadap Informasi yang dirahasiakan (Protection of Undisclosed Information).

8. Pengendalian praktik -praktik persaingan curang dalam perjanjian lisensi (Control of Anti Competitive Practices in Contractual Licences).

Di Indonesia, pengaturan tentang hak cipta mengalami beberapa kali perubahan dan pergantian Undang-Undang yaitu UU No.8 tahun 1982 yang diperbaharui dengan UU No. 17 tahun 1987 dan diperbaharui lagi dengan UU

4 Buku Panduan Permohonan Merek Bagi Sivitas Akademika IPB , Kantor Hak Kekayaan

Intelektual Institut Pertanian Bogor (Kantor HKI-IPB), Bogor, 2005, hal. ii

5

Sudargo Gautama, Hak Milik Intelektual dan Perjanjian Internasional, TRIPs, GATT, Putaran

(5)

No. 12 tahun 1997 terakhir dengan UU No. 19 tahun 2002 (selanjutnya disebut dengan UUHC 2002).

Secara spesifik, undang-undang ini (UUHC 2002) memuat beberapa ketentuan baru, salah satu diantaranya adalah perlindungan terhadap seni batik, terutama mengenai pengaturan seni batik di Indonesia, sebagaimana dalam penjelasan Pasal 12 Ayat (1) huruf i UUHC 2002, bahwa seni batik yang dapat diberi perlindungan, yakni batik yang dibuat secara konvensional dilindungi dalam Undang-undang ini sebagai bentuk Ciptaan tersendiri. Karya-karya seperti itu memperoleh perlindungan karena mempunyai nilai seni, baik pada Ciptaan motif atau gambar maupun komposisi warnanya. Disamakan dengan pengertian seni batik adalah karya tradisional lainnya yang merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang terdapat di berbagai daerah, seperti seni songket, ikat, dan lain-lain yang dewasa ini terus dikembangkan.

Bicara tentang batik adalah bicara tentang hasil karya seni adiluhung karya para leluhur. Batik telah menjadi warisan budaya dunia. Hampir seluruh penjuru dunia telah mengenal batik sebagai bagian dari budaya Indonesia. Telah tercipta ribuan motif batik di Nusantara. Menjadi karya seni yang tak hanya dibuat semata-mata karena keindahan estetika, tapi ju ga lewat pendalaman batin yang pada akhirnya melahirkan karya -karya indah sarat makna. Banyak karya batik diciptakan dengan kandungan makna dan kisah tertentu bahkan setiap daerah punya motif yang fungsi dan maknanya berbeda satu sama lain. Alangkah indahnya jika selembar batik bisa mengandung sekelumit kisah yang tentu menarik. Bukan sekadar goresan canting yang

(6)

menonjolkan kerumitan motif sebagai hiasan belaka, tapi ini mengandung suatu cerita kehidupan yang penuh dengan filosofi.6

Menurut Iwan Tirta, batik merupakan teknik menghias kain atau tekstil dengan menggunakan lilin dalam proses pencelupan warna, dimana semua proses tersebut menggunakan tangan. Pengertian lain dari batik adalah seni rentang warna yang meliputi proses pemalaman (lilin), pencelupan (pewarnaan) dan pelorotan (pemanasan), hingga menghasilkan motif yang halus yang semuanya ini memerlukan ketelitian yang tinggi.7

Industri perbatikan di Indonesia telah menempuh perjalanan sejarah yang cukup panjang hingga mampu melewati ruang-waktu di segala zaman. Meski sejauh ini belum diketahui awal mula sejarah batik secara tepat, artifak batik berusia lebih dari 2000 tahun pernah ditemukan. Hal tersebut menandakan bahwa, dari manapun asalnya, batik telah menjadi warisan peradaban dunia.8

Indonesia patut berbangga karena bagaimanapun batik telah menjadi ikon nasional, setidaknya bagi penggemar dan pecinta batik itu sendiri. Predikat itu didasarkan pada sebuah alasan historis yang cukup kuat, yaitu bahwa batik telah mewarnai perjalanan bangsa ini, bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka. Sejarah perbatikan di Indonesia telah dikenal sejak masa Majapahit dan pada masa penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Namun

6 Pesona Batik; Warisan Budaya Yang Mampu Menembus Ruang dan Waktu (Kumpulan Tulisan Hasil Lomba Menulis Batik), Yayasan Kadin Indonesia, 2007, hal.96.

Penulis: A’an Jindan dan Ash-Shogirie, Melukis Dunia Dengan Batik.

7 Afrillyanna Purba, dkk., TRIPs -WTO dan Hukum HKI Indonesia, Penerbit PT Rineka Cipta

Jakarta, 2005, hal.44

8 Pesona Batik; Warisan Budaya Yang Mampu Menembus Ruang dan Waktu (Kumpulan Tulisan Hasil Lomba Menulis Batik), Yayasan Kadin Indonesia, 20007, hal. 119.

Penulis: Saikhunal Azar, Manajemen Efektif Pengembangan Industri Perbatikan Nasional

(7)

beberapa catatan menyebutkan, bahwa pengembangan batik banyak dilakukan pada masa kerajaan Mataram dan kemudian berlanjut pada masa Kerajaan Solo dan Yogyakarta.9

Sebagaimana diketahui bahwa batik merupakan salah satu hasil kebudayaan tradisional rakyat Indonesia yang telah berlangsung secara turun-temurun. Oleh karena itu, batik tradisional telah me njadi milik bersama seluruh masyarakat Indonesia. Berkenaan dengan hal tersebut, UUHC 2002 menetapkan bahwa hak cipta atas seni batik tradisional yang merupakan salah satu kebudayaan tradisional yang ada di Indonesia, hak ciptanya dipegang oleh negara seba gaimana diatur dalam Pasal 10 Ayat (2) UUHC 2002, termasuk di dalam ketentuan pasal ini adalah mengenai folklore.10 Sedangkan seni batik kontemporer, untuk mendapatkan perlindungan hukum itu dengan cara si pencipta harus mendaftarkannya, sebagaimana yang diatur UUHC.

Miranda belum lama berselang, dalam tulisannya, dikatakan pernah mengunjungi penggiat sekaligus pewaris batik Pekalongan. Begitu Miranda mengatakan maksudnya untuk meneliti kemungkinan penguatan perlindungan atas batik mereka selain dengan Hak Cipta, kontan keluhan berhamburan.11

Puluhan tahun silam, sejumlah pebatik Pekalongan diundang ke Malaysia untuk memeragakan kebolehannya membatik. Dengan hati bersih dan kebanggaan naif untuk turut mengharumkan nama bangsa, mereka

9 Ibid, hal. 119

10 Afrillyanna Purba, dkk., TRIPs-WTO dan Hukum HKI Indonesia, Penerbit PT Rineka Cipta

Jakarta, 2005, hal.42

11

Miranda Risang Ayu, Hak Moral, Indikasi Asal, dan Hak Kebudayaan, Opini, Pikiran Rakyat, Selasa 4 Desember 2007

(8)

memenuhi undangan itu. Akan tetapi, orang Malaysia itu murid yang bukan hanya pintar, tapi juga cerdik.12

Begitu memahami seluk-beluk pembuatan dan pengayaan corak khas batik Pekalongan, mereka membuat pola -pola desain tersendiri dengan motif floral dan warna yang mirip sekali dengan batik pekalongan. Hasil “kreasi” itulah yang kemudian didaftarkan sebagai Hak Kekayaan Intelektual mereka.13

Pemerintah Kota Pekalongan bereaksi dengan mendata berbagai corak batik khas Pekalongan, lalu mendaftarkannya ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual di Tangerang. Kini, puluhan corak batik asal Pekalongan telah “diamankan” melalui perlindungan Hak Cipta. Tentu saja, pendaftaran itu tidak serta-merta menghapus hak para pendaftar di Malaysia. Masalahnya, mereka sudah lebih awal mendaftarkan “kreasi” batiknya, yang kini mulai dikenal luas di mancanegara sebagai batik Malaysia. Tampaknya, mereka juga dapat membuktikan bahwa corak batik karya mereka memiliki orisinalitas tertentu yang beda dengan batik Pekalongan.14

Dalam Hak Cipta, kreasi independen dua seniman yang mirip memang bisa sama-sama mendapat perlindungan, selama dapat dibuktikan bahwa kreasi itu tidak dihasilkan dari niat buruk mencontek. Apalagi kalau “contekan” itu berasal dari karya seni tradisional yang memang masih sulit dilindungi secara menyeluruh oleh sistem Hak Kekayaan Intelektual yang kini umum berlaku, yang umumnya diturunkan dari Perjanjian Internasional

12 Ibid 13 Ibid 14 Ibid

(9)

TRIPS 1994 (Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights 1994).15

Melihat kenyataan tersebut, mendorong saya untuk melakukan penelitian untuk skripsi tentang PENERAPAN HUKUM HAK CIPTA SENI BATIK PEKALONGAN (Studi Hukum pada Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UMKM Kota Pekalongan).

B. Ruang Lingkup dan Perumusan Masalah B.1. Ruang Lingkup

Oleh karena Hak atas Kekayaan Intelektual itu bermacam-macam bentuknya dan mencakup obyek yang sangat luas, maka peneliti membatasi hanya pada Penerapan Hukum Hak Cipta Seni Batik Pekalongan (Studi Hukum pada Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UMKM Kota Pekalongan).

B.2. Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimanakah penerapan hukum hak cipta pada seni batik Pekalongan?

b. Bagaimanakah ha mbatan-hambatan yang dihadapi dalam penerapan hukum hak cipta pa da seni batik Pekalongan? Bagaimana cara mengatasinya?

15

(10)

c. Bagaimana upaya pemerintah kota Pekalongan dalam melindungi batik Pekalongan sebagai hak atas kekayaan intelektual?

C. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan yang sudah dan akan dilaksanakan pasti harus dapat memberikan kegunaan yang jelas pula. Supaya mudah dipahami secara umum dan merupakan pernyataan tentang apa yang hendak dicapai dengan penelitian tersebut. Maka, tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Tujuan Obyektif

a. Mengetahui penerapan hukum hak cipta pada seni batik Pekalongan. b. Mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam penerapan

hukum hak cipta pada seni batik Pekalongan dan cara mengatasinya. c. Mengetahui upaya pemerintah kota Pekalongan dalam melindungi

batik Pekalongan sebagai hak atas kekayaan intelektual

2. Tujuan Subyektif

a. Bagi mahasiswa peneliti

Untuk mengumpulkan data penelitian yang kemudian disusun sebagai karya ilmiah yaitu skripsi sebagai syarat mencapai gelar sarjana di bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dan untuk menambah serta memperluas pengetahuan penulis, khususnya tentang hukum hak atas kekayaan intelektual, yakni hak cipta.

(11)

b. Bagi masyarakat

Bagi masyarakat pada umumnya untuk lebih mengetahui bagaimana cara pendaftaran hak cipta, atau cara penyelesaian, bila suatu hal itu dialami oleh masyarakat tersebut mengalami permasalahan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dihasilkan dari penelitian ini dapat dibedakan ke dalam dua hal, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat menyumbangkan pengetahuan di bidang hukum hak atas kekayaan intelektual, khususnya mengenai hak cipta. b. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah referensi di

bidang hukum hak atas kekayaan intelektual, khususnya mengenai hak cipta.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan data tentang pelaksanaan pendaftaran dan penerapan hak cipta seni batik atas dasar UU No. 19 Tahun 2002.

b. Sebagai bahan masukan bagi para pihak yang berkepentingan langsung dengan hasil daripada penelitian ini, serta sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca mengenai hukum hak atas kekayaan intelektual, khususnya hak cipta.

(12)

E. Metode Penelitian E.1. Metode Pendekatan

Penelitian ini mendasarkan pada penelitian hukum yang dilakukan dengan pendekatan yuridis sos iologis. Penelitian yuridis sosiologis adalah suatu penelitian yang didasarkan pada suatu ketentuan hukum dan fenomena atau kejadian yang terjadi di lapangan.16 Atau dengan kata lain melakukan pembahasan terhadap kenyataan atau data yang ada dalam praktik, untuk selanjutnya dihubungkan dengan fakta yuridis.

E.2. Jenis Penelitian

Penelitian ini dapat digolongkan dalam penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data-data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala -gejala yang lain.17

Dalam hal ini, penulis akan berusaha memberikan penggambaran dan melakukan kajian mengenai Penerapan Hukum Hak Cipta Seni Batik Pekalongan (Studi Hukum pada Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UMKM Kota Pekalongan).

E.3. Sumber Data

Sumber data yang saya (penulis) peroleh dalam penelitian ini ada dua macam data yaitu:

16 Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada

Jakarta, 2001, hal 26

17

Khuzdaifah Dim yati dan Kelik Wardiyono, Metode Penelitian Hukum, Fakultas Hukum UMS, 2004, hal 3.

(13)

a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh melalui wawancara dengan melakukan interview dengan narasumber dan responden atau sampel yang berhubungan dengan penelitian ini.

b. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh dengan cara mempelajari berbagai literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, terdiri atas:

• Bahan hukum primer, yaitu: Bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat terdiri dari Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pembantukan Organisasi Perdagangan Dunia), Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564; UU Republik Indonesia No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 85); dan Tarif Permohonan Pendaftaran Ciptaan ; Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2007.

• Bahan hukum sekunder, yaitu: Bahan hukum yang memberi kejelasan atas bahan hukum primer terdiri dari buku-buku, jurnal ilmiah, dan hasil karya kalangan hukum lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

(14)

• Bahan hukum tersier, yaitu: Bahan hukum yang memberikan kejelasan atas bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus hukum.

E.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan antara lain: a. Studi Kepustakaan / Dokumentasi:

Yaitu mempelajari bahan-bahan tertulis berupa buku-buku, dokumen resmi peraturan perundang-undangan, berkas perkara serta sumber tertulis lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

b. Penelitian Lapangan:

Data yang diperoleh dari hasil penelitian secara langsung pada obyek penelitian adalah dengan cara

• Metode Observasi (pengamatan) , yaitu metode pengumpulan data pada suatu obyek penelitian dengan cara pengamatan atau terjun langsung diobyek penelitian terhadap penerapan hukum hak cipta batik Pekalongan di Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UMKM Kota Pekalongan.

• Interview atau wawancara

Yaitu teknik pe ngumpulan data dengan cara bertatap muka secara langsung dengan melakukan tanya jawab peneliti dengan pihak Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UMKM Kota Pekalongan. Sehingga diperoleh data yang diperlukan berupa tanggapan, pernyataan, dari pihak yang

(15)

bersangkutan. Dan teknik wawancara ini dilakukan dengan dua cara yaitu penulis menyusun pertanyaan yang diperlukan dan mengembangkan pertanyaan lain yang berhubungan dengan masalah-masalah yang ada kaitannya dengan penelitian yang sedang dilakukan peneliti.

E.5. Populasi dan Sampel

Yang menjadi nara sumber atau informan dalam penelitian ini adalah Pemerintah Kota Pekalongan, yakni yang diwakilkan pimpinan beserta jajaran di dalam struktur Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UMKM Kota Pekalongan dan responden lainnya yang terkait dengan penelitian ini, dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang relevan sehubungan dengan tujuan survei dan memperoleh informasi dengan reliabilitas dan validitas setinggi mungkin.

E.6. Teknik Analisa Data

Di dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah data nonstatistik, sehingga data yang terkumpul dirumuskan dalam bentuk kata-kata atau kalimat-kalimat yang terekam dalam catatan. Pada dasarnya dalam penelitian ini analisa data telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah dan berlangsung terus hingga penulisan hasil penelitian.

Dalam melakukan pengolahan data tersebut langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut18:

18

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 2003, hal 86-87

(16)

1 . Reduksi data, adalah proses mengubah rekaman data ke dalam pola, fokus, kategori atau pokok permasalahan tertentu.

2 . Penyajian data (display data), adalah menampilkan data dengan cara memasukkan data ke dalam sejumlah matriks yang diinginkan. Data yang telah direduksi kemudian dimasukkan ke dalam matriks-matriks yang sesuai dengan kategorinya.

3 . Verifikasi data , adalah mencari pola, tema hubungan serta persamaan-persamaan, perbandingan-perbandingan kemudian membuat kesimpulan.

F. Sistematika Skripsi

Pada penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada sistematika yang telah berlaku, yakni guna untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai keseluruhan isi skripsi, maka penulis memberikan sistematika secara garis besar yang berguna untuk pembaca. Sistematika skripsi oleh penulis dibagi menjadi empat bab, dan masing-masing bab secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Ruang Lingkup dan Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian

(17)

E. Metode Penelitian F. Sistematika Skripsi BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Hak atas Kekayaan Intelektual (HKI) 1. Peristilahan dan Pengertian HKI

2. Konsepsi Dasar HKI 3. Lingkup dan Jenis HKI

4. Organisasi dan Perjanjian HKI 5. Pengaturan HKI di Indonesia B. Tinjauan Umum Tentang Hak Cipta

1. Peristilahan dan Pengertian Hak Cipta 2. Lingkup Hak Cipta

3. Prosedur Pendaftaran Hak Cipta

4. Perlindungan Hukum terhadap Hak Cipta C. Tinjauan Umum tentang Batik Pekalongan

1. Pengertian Seni Batik 2. Nama Istilah dalam Batik 3. Jenis-jenis Batik Pekalongan

4. Sejarah Perkembangan Batik di Pekalongan BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penerapan hukum hak cipta pada seni batik Pekalongan.

B. Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam penerapan hukum hak c ipta pada seni batik Pekalongan dan cara mengatasinya.

(18)

C. Upaya pemerintah kota Pekalongan dalam melindungi batik Pekalongan sebagai hak atas kekayaan intelektual.

BAB IV. PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

Referensi

Dokumen terkait

harga gabah adalah model hybrid ARIMA (0,1,[12]) BP dengan struktur jaringan 5-14-1 dengan transformasi mean-standar deviasi pada preprocessing dan fungsi aktivasi

Persahabatan Raya, Pisangan Timur, Pulogadung 46/BH/KWK.9/I/98 28/01/98 Tidak Aktif 144 Kopeg Kantor Pelayanan Pajak, Jatinegara Jl.. Slamet

Sikap titak jujur Buyung tidak pantas untuk ditiru karena tidak sesuai dengan pengamalan sila pertama Pancasila.. Sikap tidak jujur dapat merugikan diri kita sendiri

e) Terminal cabang tanah, merupakan penghantar listrik berbentuk melingkar mengelilingi dinding gedung sebelah dalam, (ditanam dibawah lantai) menghubung antara distribusi induk

Agar penelitian ini lebih dapat terfokus pada tindakan berdasarkan kasus lapangan yang lebih spesifik, maka dalam penelitian ini dibatasi hanya meneliti tentang pengaruh

Sistem Informasi Sungai dan Pantai (SISPA) Berbasis Web ini dikembangkan untuk membantu Kementerian Pekerjaan Umum dalam rangka melaksanakan pengelolaan data sumber daya air sungai

1) Menjamin ketersediaan consumable dan bila terjadi ketidaktersediaan maka MSM wajib menyediakan consumable yang kompatibel dan pembelian tersebut diperhitungkan di dalam target

Jika Penawar yang Berjaya ingkar dalam mematuhi mana-mana syarat di atas atau membayar apa-apa wang yang harus dibayar, maka Pihak Pemegang Serahhak/Pemberi Pinjaman boleh