OPTIMASI PENENTUAN ZONA PADA
PROTOKOL ROUTING HOPNET DENGAN
TEKNIK
MIN-SEARCHING
Oleh:
Surateno, NRP. 5108 201 021
Pembimbing : Prof. Ir. Supeno Djanali, M.Sc, Ph.D
Co-Pembimbing : Ir. Muchammad Husni, M.Kom
Algoritma Routing pada MANET
Proactive
Reactive
Hybrid
Hybrid
Algoritma : Proactive (1)
Setiap node secara periodik
mem-broadcast routing tabelnya ke tetangga
Keuntungannya: waktu respon pendek
pada penentuan jalur dari sumber ke
3
Keuntungannya: waktu respon pendek
pada penentuan jalur dari sumber ke
tujuan
Kerugian: broadcast informasi agar
node up to date menyebabkan
pemborosan bandwidth
Algoritma : Reactive (2)
Diharapkan mereduksi beban kontrol
paket
Tiap node akan mencari jalur routing
Tiap node akan mencari jalur routing
hanya jika membutuhkan (on demand)
Proses on demand memiliki 2 fase:
Route discovery
Algoritma : Hybrid (3)
Mengombinasikan fitur algoritma
proactive dan reactive
Algoritma yang terkait HOPNET
Ant Colony Optimization (ACO)
ACO
Merupakan algoritma hybrid
berdasarkan ant routing algoritma
Secara reaktif mencari jalur tujuan
7
Secara reaktif mencari jalur tujuan
sesuai permintaan (on demand)
Secara proaktif memelihara dan
memperbaiki jalur yang ada atau
mengekplorasi jalur yang lebih baik
Zone Routing Protocol (ZRP)
Juga merupakan algoritma hybrid
Tiap node secara proaktif memelihara
tabel routing internal dari link informasi
tabel routing internal dari link informasi
node yang berada dalam variabel zona
routing dengan radius γ
Routing reaktif digunakan untuk
Kerja ZRP
Paket di-broadcast dalam zona node, ini
untuk menghindari banjir paket dalam
jaringan
Waktu responnya cepat untuk
9
Waktu responnya cepat untuk
menentukan jalur dalam zona
Untuk menemukan jalur diluar zona,
node mengirimkan paket query pada
border node dalam zona
HOPNET
Algoritma HOPNET menggunakan routing protocol proactive
dalam mencari node terdekat / sekitar dan menggunakan algoritma reactive dalam berkomunikasi antar node tersebut.
Jaringan / network dibagi menjadi zona-zona yang terdiri dari
beberapa node terdekat.
Ukuran suatu zona tidak berdasarkan posisi / tempat tetapi
Ukuran suatu zona tidak berdasarkan posisi / tempat tetapi
berdasar panjang radius dengan satuan hops .
Oleh karena itu routing suatu zona terdiri dari node dengan
spesifikasi panjang radius .
Node dapat dikategorikan menjadi node bagian luar ( boundary)
dan bagian dalam ( interior ).
Node bagian luar merupakan node dengan jarak terjauh dari
pusat node sedang node bagian dalam adalah yang kurang dari radius .
Zona dalam HOPNET
11
Pada Node A dengan nilai Radius 2 dari zona , didapatkan :
Boundary Node : C,E,H,J Interior Node : I,B,G,D,F
Exterior Node ( Node diluar zona ) : Node lain
Dalam membangun sebuah zona, sebuah node membutuhkan
informasi tentang node terdekat yang didapat dari balasan pesan
Contoh Pencarian Rute
Diasumsikan node asal adalah A , dengan node tujuan U . Node U berada tidak dalam satu zona dengan node A.
A akan mengirim external forward ant menuju node peripheral
(C,E,H,J) menggunakan route yang terdapat pada table IntraRT.
Ketika ant sampai pada C,E dan H , ant akan dihancurkan karena
peripheral node tidak mempunyai tetangga untuk melanjutkan paket keluar .
Pada node J, dilakukan pengecekan pada tabel IntraRT apakah U berada
dalam satu zona.
13 dalam satu zona.
Pada contoh ini U tidak terdapat dalam table . Oleh karena itu , J akan
mengirim ant ke node peripheral ( O,M ) .
Diperhatikan J tidak akan mengirim ant pada node peripheral yang lain (A
) karena ant datang dari A-F-J , dimana akan dihancurkan ant yang dikirim dari node tersebut .
Ini adalah mekanisme pengaturan routing ( duplikasi dan beban routing
yang penuh ) .
Mekanisme ini akan membantu ant berjalan langsung dari node asal .
Dengan cara yang sama , O tidak dapat menemukan U pada
zona tersebut .
Karena itu node O mengirim ant ke node peripheral (Q,T) .
Karena itu node O mengirim ant ke node peripheral (Q,T) . T mengetahui bahwa U berada dalam zona, maka T mengirim
ant ke U menggunaka jalur yang diketahui dari tabel IntraRT.
Backward ant melewati jalur kebalikan (U,T,O,J,A) menuju node
Jika radius diubah?
Permasalahan
Radius r merupakan hal krusial yang
perlu diperhatikan, bagaimana
mendapatkan r yang optimal.
mendapatkan r yang optimal.
Tujuan / Kontribusi
Tujuan penelitian ini adalah
menghasilkan sebuah perbaikan pada
penentuan radius zona pada HOPNET
penentuan radius zona pada HOPNET
dengan memanfaatkan teknik
min
searching
Teknik Min-searching
Teknik
min-searching
telah digunakan
oleh Donggeon Noh dalam
megembangkan protokol SPIZ (a
megembangkan protokol SPIZ (a
service
Ad/D-advertisement and
discovery protocol with independent
zones
, yang menekankan pada
keefektifan layanan proses
discovery
pada MANET
Penentuan Radius Optimal
Penentuan Radius Optimal
Penentuan Radius Optimal
21
Penentuan Radius Optimal
Penentuan Radius Optimal
23
Penentuan Radius Optimal
Penentuan Radius Optimal
25
Desain Protokol
Desain Protokol
ACO
ZRP
HOPNET
27HOPNET
Radius ??
Desain Protokol
ACO
ZRP
HOPNET
HOPNET
Radius ??
Min-searching
Desain Protokol
ACO
ZRP
HOPNET
29
HOPNET
Radius dengan Min-searching
Mulai
Max_Hop=7; Max Node=500; Input Jumlah Node; Hop=1;
Min=0;
Generatedistribusi Node /
topologi jaringan Hop <= Max_Hop? Y T 30 Hitung traffic IntraRT Hitung traffic InterRT Trafic=InterRT+IntraRT
Hop=1? Min=TraficHop=Hop+1
Min=Trafic Hop=Hop+1 Trafic < Min Selesai Output Radius zona optimal Y Y T T
Pengembangan pada Glomosim
Initialization Function
. Fungsi ini akan digunakan
untuk mengalokasikan dan menginisialisasi model
protokol yang ditambahkan.
Finalization Function
. Fungsi ini akan membangkitkan
Finalization Function
. Fungsi ini akan membangkitkan
keluaran statistic dari simulasi yang sudah berjalan
pada model ini.
Simulation Event Handling Function
. Fungsi ini yang
akan menangani proses simulasi dan penjadwalan
aksi setiap kejadian.
Lingkungan Ujicoba
SIMULATION-TIME 5M TERRAIN-DIMENSIONS (1500, 1500) NUMBER-OF-NODES 25 #50,100 NODE-PLACEMENT RANDOM MOBILITY RANDOM-WAYPOINT MOBILITY RANDOM-WAYPOINT MOBILITY-WP-PAUSE 30S MOBILITY-WP-MIN-SPEED 0 MOBILITY-WP-MAX-SPEED 10 MAC-PROTOCOL 802.11 NETWORK-PROTOCOL IP NETWORK-OUTPUT-QUEUE-SIZE-PER-PRIORITY 100 ROUTING-PROTOCOL HOPNETOR ZONE-RADIUS 1 #2,3,4,5,6Contoh Tampilan Hasil
Trafik HOPNET 25 node
Trafik HOPNET 100 node
Penjelasan-1
terlihat bahwa pada nilai hop / radius
yang rendah didominasi oleh nilai trafik
routing antar zona, sedangkan untuk
routing antar zona, sedangkan untuk
hop / radius dengan nilai yang lebih
besar didominasi oleh trafik routing
dalam zona.
Penjelasan-2
Hop=1 beban trafik yang dihitung hanya untuk beban trafik
antar zona.
Hop=1 tiap node tidak punya tetangga dalam zona. Yang dimiliki hanyalah node periferal / border.
Tidak ada proses routing proaktif dalam zona tetapi hanya
routing reaktif antar zona
Tabel Zona Optimal (huruf tebal)
JUMLAH NODE HOP TRAFIK DALAM ZONA TRAFIK ANTAR ZONA TOTAL TRAFIK 25 1 0 1890 1890 2 257 970 1227 3 414 450 864 4 480 200 680 5 532 50 582 6 530 0 530 1 0 5690 5690 50 1 0 5690 5690 2 1711 3740 5451 3 2988 2200 5188 4 3986 940 4926 5 4881 200 5081 6 5420 0 5420 100 1 0 33690 33690 2 14486 18690 33176 3 21813 10090 31903 4 26537 7220 33757 5 30558 2050 32608 40Grafik Zona Optimal
Kesimpulan
Penentuan hop / radius zona secara manual pada algoritma
sebelumnya (HOPNET) berpotensi menghasilkan beban trafik yang tidak optimal karena pengguna tidak mengetahui apakah nilai hop/radius yang dimasukkan tersebut menghasilkan trafik yang tinggi atau tidak. Algoritma yang diusulkan (HOPENTOR) memberikan alternatif pemecahan untuk masalah tersebut
memberikan alternatif pemecahan untuk masalah tersebut
dimana pengguna tidak perlu melakukan penyetelan nilai hop / radius zona. Algoritma akan menemukan sendiri hop / radius yang optimal untuk kondisi saat itu.
Hal yang cukup penting diperhatikan adalah penyetelan waktu
simulasi. Penyetelan waktu yang terlalu kecil(kurang dari 2
menit) diduga menyebabkan konvergensi jaringan tidak optimal. Sedangkan penyetalan waktu yang terlalu besar (lebih dari 5 menit) menjadikan proses menjadi lama dan menjadi kurang adaptif terhadap perubahan lingkungan semisal perubahan jumlah node dan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abolhasan,M, Wysocki,T, dan Dutkiewicz,E. 2003, “A review of routing
protocols for mobile ad hoc networks”, www.sciencedirect.com
Beijar, N, 2002. “Zone Routing Protocol”, http://www.tct.hut.fi/
opetus/s38030/k02/Papers/08-Nicklas.pdf
Friedman,R, Shotland,A, Simon,G.2008” Efficient route discovery in hybrid
networks”, www.sciencedirect.com
networks”, www.sciencedirect.com
Haas,Z. 1997, “ A new routing protocol for the reconfigurable wireless
Networks”, www.sciencedirect.com
Kadono,D, Izumi,T, Ooshita,F, dan Kakugawa,H. 2009, “Toshimitsu Masuzawa
An Ant Colony Optimization Routing based on Robustness for Ad Hoc Networks with GPSs”, www.sciencedirect.com
Noh,D, Shin,H.2007, “SPIZ: An Effective Service Discovery Protocol for Mobile
Ad Hoc Networks”, EURASIP Journal onWireless Communications and Networking, Article ID 25167.
Wang,J, Osagi,E, dan Thulasiraman,P. 2008, “HOPNET: A hibrid ant colony