• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kriteria Kesesuaian Lahan Perkebunan Karet. optimalnya.menyangkut hubungan tanah tanaman, terdapat hubungan erat antara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. A. Kriteria Kesesuaian Lahan Perkebunan Karet. optimalnya.menyangkut hubungan tanah tanaman, terdapat hubungan erat antara"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kriteria Kesesuaian Lahan Perkebunan Karet

Tiap jenis tanaman menghendaki syarat iklim tertentu bagi pertumbuhan optimalnya.Menyangkut hubungan tanah tanaman, terdapat hubungan erat antara keserasian tanah dengan faktor-faktor curah hujan, penyebaran hujan, dan deficit kejenuhan lengas udara.Walaupun pengaruh curah hujan terhadap pertumbuhan tanaman amat bergantung pada penyebarannya dan tipe tanahnya, hubungan antara curah hujan dengan produksi tanaman umumnya sangat kuat (Wijaya, 2008).

Faktor tanah dan iklim sangat menetukan tingkat pertumbuhan dan produksi tanaman karet.Produksi optimal tanaman karet dapat dicapai jika lahan (tanah dan iklim) sesuai untuk pertumbuhan karet (Siagian dkk, 2006).

1. Tekstur tanah

Tekstur tanah yang baik bagi tanaman karet adalah tekstur berliat, sedangkan tanah berpasir kurang baik. Tanah dengan tekstur berliat memiliki kapasitas menahan air dan nutrisi lebih baik dibandingkan dengan tanah tekstur pasir (Wijaya, 2008)

2. Kemasaman Tanah (pH)

Secara umum tanaman karet tumbuh pada tanah masam, namun pH tanah yang ekstrim tidak kondusif untuk pertumbuhan tanaman.pH tanah dengan kisaran 4.0 sampai 6.5 merupakan kisaran ideal bagi tanaman karet. Pada pH di bawah

(2)

5

3.5, pertumbuhan dan pruduktivitas sangat tertekan karena tanah pada pH tersebut merupakan tanah sulfat masam.

Tanah sulfat masam yaitu tanah dengan lapisan sulfur yang dapat menekan produksi karet. Berikut perbandingan data produksi kumulatif antara tanah sulfat masam dan non sulfat masam yang disajikan pada tabel 1 (Wijaya, 2008).

Tabel 1. Produksi Karet Pada Tanah Sulfat Masam dan Non Sulfat Masam Tanah

Prduksi kumulatif pada tahun sadap ke–2 Sampai ke–4 (kg/ha)

RRIM 600 GT 1

Non sulfat masam (Munchong) 5038 3758

Sulfat masam (Selangor) 1679 1253

Sumber : Wijaya, 2008 3. Kemiringan Tanah

Kemiringan maksimum untuk budidaya karet adalah 15 derajat.Pada kemiringan lahan seperti ini, erosi dan aliran air pada permukaan tanah sangat tinggi.Pada lahan seperti ini perlu tambahan biaya penyiapan lahan berupa pembuatan teras. Kacangan penutup tanah perlu ditanam untuk melindungi tanah dari erosi, selain itu penambahan bahan organik dari terasan kacangan akan memperbaiki struktur tanah yang dapat meningkatkan infiltrasi air ke dalam tanah (Wijaya, 2008).

4. Drainase

Tanaman karet menghendaki drainase air yang baik.Kondisi banjir atau tegenang sangat tidak mendukung pertumbuhan tanaman. Pada daerah rendahan yang sering tergenang, pertumbuhan tanaman karet tertekan sehingga terlambat matang sadap atau bahkan tidak dapat disadap sama sekali kerdil (Wijaya, 2008).

(3)

6

Berikut ini akan disajikan tabel kesesuaian tanah untuk tanaman karet : Tabel 2. Penilaian Kesesuain Tanah Untuk Tanaman Karet

Parameter Faktor pembatas

Ringan Sedang Berat

Bentuk Muka Lahan Datar s/d Bergelombang 00-80 Bergelombang s/d Sedikit Berbukit 80 – 150 Berbukit Terjal >150 Presentase Batuan (%) 0 0 - 50 >50 Kedalaman Efektif (cm) >100 45 - 99 <45 Lapisan Gambut (cm) 0 – 25 25 - 50 >50 Lapisan Sulfat Masam (cm) - 50 cm dari permukaan tanah 25 cm dari permukaan tanah

Drainase Sedang Cepat Lambat

Sangat Cepat/Sangat Lambat Tekstur Tanah Liat 10% - 40% Pasir/Debu 50% - 80% Liat >80%

Debu 20% - 50% Dengan Liat 10%

- 30% Pasir >80% Pasir 20% - 50% Pasir/Debu 0% - 30% Dengan Liat 40% - 80% pH 4,0 – 5,5 5,5 – 6,5 <4,0 atau >6,5 Sumber : Sugiyanto, dkk.,1998

Menurut Wijaya (2008) Kelas kesuaian tanah dibagi menjadi S1, S2, S3 dan TS masing – masing dengan kriteria sebagai berikut:

1. S1 (sangat sesuai) dengan syarat maksimal 1 pembatas sedang. 2. S2 (cukup sesuai) dengan syarat maksimal 2 pembatas sedang.

3. S3 (kurang sesuai) dengan syarat lebih 2 pembatas sedang dan atau maksimal 1 pembatas lebih.

4. TS (tidak sesuai) apabila pembatas berat 2 atau lebih yang tidak dapat diperbaiki.

(4)

7

Sebagai gambaran umum, produktivitas tanaman karet pada lahan S2 dan S3 masing-masing adalah 70% - 80% dan 50% - 70% dibandingkan dengan lahan S1, sedangkan lahan yang tergolong tidak sesuai produktivitasnya kurang dari 50% (Yew & Watson (Zein, M. Nasrun, 2013)).

5. Tinggi Tempat

Tanaman karet tumbuh baik di dataran rendah, yang ideal adalah pada tinggi 0-200 m dari permukaan laut (dpl). Pada tinggi lebih dari 200 m dari dpl, laju pertumbuhan lilit batang lebih lambat, sehingga lebih lambat dapat disadap 3 -6 bulan setiap naik 200 m. Penyebaran perkebunan karet di Indonesia terbanyak adalah hingga tinggi 400 m dari permukaan laut. Pada ketinggian 400 – 600 m masih mungkin mengusahakan tanaman karet.Tetapi lebih dari 600 m tidak dianjurkan (Anonim, 2010).

6. Curah Hujan

Curah hujan minimum bagi tanaman karet adalah 1500 mm/tahun dengan distribusi merata. Secara umum tanaman karet dapat tumbuh dengan baik pada kisaran curah hujan 1500-3000 mm/tahun dengan distribusi merata. Besarnya evapotranspirasi atau kebutuhan air tanaman karet adalah setara dengan evaporasi yang diukur dengan panci kelas A atau 3 mm 5 mm per hari untuk kondisi di Indonesia Curah hujan 100 mm – 150 mm akan dapat mencakupi kebutuhan air tanaman karet selama 1 bulan (Wijaya, 2008).

Curah hujan yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan pada penyadapan dan meningkatnya penyakit.Serangan penyakit gugur daun Colletotrichum yang berat terjadi pada wilayah pada dengan curah hujan diatas

(5)

8

300 mm/tahun.Klon karet untuk daerah dengan curah hujan yang tinggi didasarkan yang to-leran terhadap penyakit seperti klon PB 260, RRIC 100, BPM1, dan seri IRR (Wijaya, 2008).

7. Suhu Udara

Menurut Wijaya (2008) suhu udara di dataran rendah daerah tropika adalah sekitar 28 derajat dan suhu udara menurun sekitar 0.6 derajat C untuk setiap kenaikan 100 .Pengaruh suhu secara intensif diteliti di Cina.Pengaruh suhu udara terhadap pertumbuhan dan produksi disajikan pada tabel 2.

Tabel 3. Pengaruh Suhu Udara Terhadap Pertumbuhan dan Produksi

Suhu udara 0C Pengaruh terhadap tumbuhan dan produksi 5 Kerusakan tanaman karena suhu rendah

10 Fotosintesis berhenti

18-24 Optimum untuk aliran lateks 27-33 Optimum untuk fotosintesis

35 Stomata menutup

40 Respirasi tinggi dan laju fotosintesis rendah Sumber : Wijaya, 2008

8. Radiasi Matahari

Matahari merupakan sumber energi dalam proses asimilasi tanaman. Faktor cahaya matahari mempunyai peranan sangat besar dalam kehidupan tanaman.Penyinaran matahari sangat berpengaruh terhadap pembentukan vegetatif (pertumbuhan batang, cabang, ranting, daun, dan perakaran) maupun pembentukan generatif (pembentukan bunga, buah, dan biji) (Wijaya, 2008).

Fotosintesa tanaman dipengaruhi oleh intensitas radiasi dan kemampuan tanaman berfotosintesis.Pada tanaman muda dijumpai kisaran yang cukup lebar kemampuan fotosintesis pada klon – klon karet. Pada tanaman menghasilkan, selain kapasitas daun dalam berfotosintesis, arsitektur kanopi tanaman juga

(6)

9

menentukan kapasitas tanaman berfotosintesis karena kanopi tanaman mempengaruhi distribusi radiasi di dalam kanopi (Wijaya, 2008).

Pada tanaman semusim, kanopi yang ideal sering digambarkan sebagai kanopi dengan daun vertical dengan koefisien pemadaman yang rendah sehingga strata daun bawah masih mendapatkan intensitas radiasi yang cukup.Pada karet, studi arsitektur kanopi masih sangat terbatas sehingga kinerja klon – klon karet kaitannya dengan lingkungan radiasi matahari di kanopi tanaaman belum diketahui dengan baik (Wijaya, 2008).

9. Angin

Angin kencang merupakan kendala bagi pengusaha tanaman karet.Kerusakan tanaman karet ditimbulkan dapat berupa patah cabang, patah batang, maupun tumbang. Santosa dan Siregar melaporkan bahwa klon PR 107 merupakan klon yang paling tahan angin di Sumatera Utara kemudian diikuti klon AVROS 2037 dan GT 1 (Wijaya, 2008). Berikut ini akan disajikan tabel kesesuaian iklim untuk tanaman karet :

(7)

10

Tabel 4. Kriteria Perwilayahan Agroklimat Tanaman Karet

Zona Curah Hujan (mm/tahun) Jumlah Bulan Kering Berturut – turut Suhu Udara Faktor Pembatas KKL Sedang 1500 - 3000 0 – 2 25 – 28 - S1 Kering 1500 - 3000 3 – 4 25 – 28 Kekeringan Moderat S2 Basah 3000 - 4000 - 25 – 28 Kelembaban Tinggi, Gangguan Penyakit Daun Colletotrichum, Gangguan Penyakit S3 >4 25 – 28 Kekringan Berat TS - <28 Suhu Rendah Menyebabakan Pertumbuhan Terlambat TS >4000 - 25 – 28 Curah Hujan Berlebihan, Gangguan Penyadapan dan Penyakit Daun TS

Keterangan : KKL = Kelas Kesesuaian Lahan

B. Dasar Kebijakan Replanting Tanaman Karet

Menurut Anonim (1983) replanting atau peremajaan tanaman karet adalah penggantian tanaman sejenis ditempat yang sama dengan alasan tanaman yang lama sudah tidak ekonomis lagi. Kriteria yang dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk mengadakan peremajaan adalah :

(8)

11

Tanaman karet dengan daya tingkat produksi dibawah batas minimum yang ekonomis seharusnya diremajakan.Umumnya bila produksi kurang dari 400 kg/ha/tahun maka areal tersebut sudah waktunya diremajakan.

2. Keadaan dan Persediaan Cadangan Kulit

Dalam hal ini bukan saja keadaan kulit tanaman tetapi juga persediaan cadangan kulit, artinya berapa lama lagi tersedia kulit yang dapat disadap secara menguntungkan.Bagi tanaman karet kulit adalah modal produksi yang nyata.Oleh karena itu penentuan peremajaan berdasarkan faktor penilaian kulit sangat penting.

3. Umur Tanaman

Berdasarkan produksi, umur tanaman karet adalah sampai umur 30 tahun dan sesudah itu perlu diremajakan.

4. Keadaan Tanaman Secara Keseluruhan

Keadaan tanaman secara keseluruhan juga merupakantuan dasar penentuan yang penting.Mungkin keadaan kulit masih baik, persediaan kulit juga masih cukup, tetapi karena jumlah pohon per hektar sudah sedemikian sedikit, maka sudah selayaknya kebun karet tersebut kita remajakan.

C. Teknik Pengolahan Tanah Tanaman Karet

Tujuan pengolahan tanah adalah untuk memperbaiki struktur dan sifat-sifat fisik tanah dengan cara membuka tanah dan memberi kesempatan terkena jemuran sinar matahari untuk mengurangi kemasaman tanah (Sinuhaji, 2010).

Sedangkan pengolahan tanah dengan efisiensi biaya, pengolahan lahan untuk pertanaman karetdapat dilaksanakan dengan sistem minimum tillage, yakni

(9)

12

dengan membuat larikan antara barisan satu meter dengan cara mencangkul selebar 20 cm. Namun demikian, pengolahan tanah secara mekanis untuk lahan tertentu dapat dipertimbangkan dengan tetap menjaga kelestarian dan kesuburan tanah (Anonim, 2003)

Menurut Siagian dkk (2006) teknik pengolahan tanah pada tanaman karet yaitu sebagai berikut :

1. Melakukan ripper I dan ripper II dengan tujuan untuk mengangkat sisa akar, ditarik traktor rantai D-6/D-8 dengan kedalaman garpu 45-50 cm. Ripper I dan ripper II selang waktu 2-3 minggu dan saling tegak lurus.

Gambar 1. Pekerjaan Ripper

2. Melakukan luku I dan luku II dengan tujuan menghancurkan tanah, membalik tubuh tanah. Piringan luku (lebar 25 inci), ditarik traktor ban dengan kedalaman minimal 40 cm. Luku I dan luku II selang 2-3 minggu dan saling tegak lurus.

(10)

13

Gambar 2. Pekerjaan Luku

3. Melakukan garu atau Rajang dengan tujuan meratakan tanah, dengan arah Rajang menyilang tegak lurus dari luku II. Garu atau Rajang dilaksanakan 3 minggu setelah luku II.

Gambar 3. Pekerjaan Rajang

4. Ayap akar dilakukan 5 kali dengan menggunakan system giring tujuannya adalah untuk mencegah penyakit JAP. Ayap akar dilakukan dengan cara akar dikumpul lalu dibakar.

(11)

14

D. Konservasi Tanah Pada Areal Berbukit

Konservasi tanah merupakan salah satu tindakan dalam upaya mencegah terjadinya erosi tanah agar kesuburan tanah tetap terjaga.Perkebunan karet pada saat ini banyak diusahakan pada lahan-lahan marjinal karena lahan optimal sudah mulai berkurang untuk dilakukan usaha perkebunan karet.Lahan yang berbukit dan memiliki kemiringan lebih dari 150 memerlukan teknik konservasi yang perlu diperhatikan (Ardika, 2010).

Tindakan konservasi perlu dilakukan agar tingkat terjadinya erosi pada areal perkebunan dapat diminimalkan dan kehilangan lapisan atas tanah dapat dikurangi sehingga kesuburan tanah tetap terjaga. Beberapa alternatif dalam usaha konservasi tanah pada perkebunan karet untuk daerah berbukit antara lain dengan penanaman tanaman penutup tanah, pembuatan teras kontur pada lahan perbukitan, maupun pembuatan rorak (Ardika, 2010).

Tanaman penutup tanah yang biasa digunakan dalam konservasi tanah adalah tanaman kacang-kacangan (legume).Tanaman kacang-kacangan sangat baik dipergunakan dalam pergiliran tanaman karena tanaman kacangan ini dapat meningkatkan kesuburan tanah.Disamping meningkatkan kesuburan tanah, tanaman kacangan juga bermanfaat untuk melindungi tanah dari pukulan air hujan dan memperbaiki sifat tanah (Ardika, 2010).

Hasil penelitian di perkebunan karet menunujukan bahwa penutup tanah kacangan serelium sangat efektif melindungi permukaan tanah dari erosi.Selain itu tanaman penutup tanah menunjukan bahwa kandungan hara nitrogen, fosfor dan kalium yang tinggi terdapat pada colopogonium caeruleum (cc). Cc juga

(12)

15

menghasilkan bahan-bahan organik yang tinggi secara langsung atau tidak langsung akan dapat meningkatkan kesuburan tanah baik fisik, kimia, maupun biologi tanah (Ardika, 2010).

Gambar 4. Tanaman Penutup Tanah

Tujuan dari perencanaan konservasi tanah adalah membuat suatu sistem perbaikan lahan secara individu dan relevan yang dipilih berdasarkan kondisi tertentu atau dapat juga dikombinasikan dengan sistem lain yang berkesinambungan (Ardika, 2010).

Tanah yang dapat ditanami karet adalah tanah-tanah dengan derajat kemiringan maximum 450. Pada derajad kemiringan ingin slopenya adalah 100 % atau perbedaan tinggi antara 2 titik pada jarak horizontal 100 m adalah 100 m. Tanah yang tidak dapat ditanami karet adalah tanah-tanah dengan derajad kemiringan lebih dari 450 dan tanah-tanah dengan permukaan air tanah yang tinggi dan jika dibuat parit pembuangan tidak akan dapat berfungsi dengan baik (vedemecun, 2003). Untuk menentukan pembuatan penahanan erosi dalam batas

(13)

16

derajat kemiringan 00-450 maka tanah dapat dibagi dalam 4 golongan/klas seperti berikut:

a. Tanah rata :sudut miring lebih kecil dari 00-340 b. Tanah agak miring :sampai dengan 200 dibuat rorak

c. Tanah miring :sampai dengan 280 dibuat terras kontur d. Tanah sangat miring :300 terras individu

Teras adalah tempat penanaman karet yang dibuat rata, dengan merubah lereng-lereng tanah yang asli.Jenisnya yaitu terras bersambung (kontur) dan tertas tapak kuda (individu). Penempatannya terras bersambung dibuat pada tanah-tanah miring dan teras tapak kuda dibuat pada tanah-tanah sangat miring

(Anonim, 2003).

Teras individu sesuai atau cocok untuk areal penanaman tanaman perkebunan didaerah yang curah hujannya terbatas dan penutupan tanahnya cukup baik.Terras dibuat berdiri sendiri untuk setiap tanaman sebagai tempat pembuatan lubang tanaman.Ukuran terras individu disesuaikan dengan lubang tanam tanaman karet (Ardika, 2010).

Pembangunan teras bertujuan agar laju atau kecepatan dari aliran permukaan menjadi lambat dan kekuatan untuk menghanyutkan permukaan tanah menjadi berkurang.Areal yang berbukit dan bergelombang memerlukan persiapan lahan yang tepat agar nantinya mempermudah dalam pemeliharaan dan panen (Ardika, 2010).

(14)

17

Gambar 5. Pembuatan Teras dan Pemancangan Di Lahan Bergelombang Teknik pembuatan teras yaitu tentukan lereng dengan sudut miring besar atau sudut miring rata-rata (titik a).Dari titik a tarik garis horizontal sepanjang jarak antar barisan (misal 5 m).Dari ujung garis horizontal tarik garis vertical ke bawah sampai menyentuh tanah (titik b).Dari titik b dimulai menarik garis kontur teras dengan menggunakan abney level.Jarak antara dua tanaman didalam teras sama dengan jarak antar dua tanaman didalam barisan (Siagian dkk, 2006).

Menurut Siagian, dkk (2006) cara penentuan titik-titik kontur yaitu :

 Ditetapkan titik awal pembuatan kontur berdasarkan jarak tanam yang digunakan (jarak antar baris, misalnya 5 m)

 Di setel sudut abney level pada posisi nol derajat

 Dilakukan peneropongan dengan abney level kearah kiri dan lereng setinggi mata petugas. Peneropongan dalam posisi timbang air (water pas).

 Pasang pancang kayu pada tempat-tempat yang telah ditetapkan dengan peneropongan diatas.

 Pancang titik tanam dalam kontur sesuai dengan jarak tanam dalam barisan (misalnya 3m).

21

Pembuatan Teras dan

Pemancangan di lahan bergelombang Jarak antar barisan ( 5 m)

Garis kontur

Jarak tanaman dalam barisan (3 m) Pancang induk

a

(15)

18

Gambar 6. Bagan Sebuah Teras E. Persiapan Tanam dan Penanaman

1. Pola Tanam

Pada dasarnya pemancangan air adalah untuk menerai tempat lubang tanaman dengan ketentuan jarak tanaman sebagai berikut :

a. Pada areal lahan yang relatif datar / landai (kemiringan antara 00 - 80) jarak tanam adalah 7 m x 3 m (= 476 lubang/hektar) berbentuk barisan lurus mengikuti arah Timur - Barat berjarak 7 m dan arah Utara - Selatan berjarak 3 m.

Gambar 7. Cara Pengajiran pada Lahan Datar

25

Bagan Sebuah Teras

Tanah yang digali

Rorak pancang Tanah pindahan 10O 2 m 0,75 m 1,25 m 0,3 m 0,6 m Lubang tanam

(16)

19

b. Pada areal lahan bergelombang atau berbukit (kemiringan 8% - 15%) jarak tanam 8 m x 2, 5 m (=500 lubang/ha) pada teras-teras yang diatur bersambung setiap 1,25 m (penanaman secara kontur). Bahan ajir dapat menggunakan potongan bambu tipis dengan ukuran 20 cm - 30 cm. Pada setiap titik pemancangan ajir tersebut merupakan tempat penggalian lubang untuk tanaman. (Anonim, 2010).

Gambar 8. Cara Pengajiran Menurut Kontur

2. Pembuatan Lubang Tanam

Secara manual menggunakan cangkul ukuran lubang tanam atas 60 x 40 cm, bawah 40 x 40 cm dan kedalaman 60 cm. Menggunakan hole digger ukuran lubang tanam 70 x 70 x 60 cm (Siagian dkk, 2006).

Pemupukan lubang tanam dilakukan menggunakan pupuk P, dosis anjuran adalah 250 g Rock Phospate per lubang tanam, pemupukan dilakukan kira-kira 1 bulan sebelum tanam, cara pemupukan lubang tanam dengan mencampur 1/3bagian dosis dengan tanah atas, 1/3 lagi dicampur tanah bawah dan 1/3 sisanya ditabur di dinding dan dasar lubang (Siagian dkk, 2006).

(17)

20

Gambar 9. Pembuatan Lubang Tanam 3. Penanaman

Menurut Boerhendhy dan Suryaningtias (2010) hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu penanaman adalah sebagai berikut :

a. Persiapan Bahan Tanaman

Bila menggunakan stum mata tidur dan stum mini, mata okulasi harus sudah membengkak/mentis. Kondisi ini dapat diperoleh dengan cara menunda pencabutan bibit minimal seminggu dari waktu penyerongan (pemotongan). Bila menggunakan bibit dalam polibeg, daun teratas harus dalam keadaan tua.

b. Cara Penanaman

Penanaman dilakukan dengan cara memasukkan bibit ke tengah-tengah lubang, kemudian ditimbun dengan tanah bawah dan tanah atas. Bila menggunakan bahan tanam stum mata tidur, stum mini, dan stum tinggi, pemadatan tanah dilakukan secara bertahap sehingga timbunan menjadi padat dan kompak. Lubang tanam diisi tanah sampai penuh dan dipadatkan sampai permukaannya rata dengan sekelilingnya (Boerhendhy dan Suryaningtias, 2010).

(18)

21

Kepadatan yang benar, ditandai oleh tidak goyang dan tidak dapat dicabutnya stum karet yang ditanam, Bila menggunakan bibit dalam polibeg, pemadatan tanah disekeliling cukup dilakukan dengan tangan. Penginjakan tanah dengan kaki disekeliling tanaman tidak dianjurkan karena akan menyebabkan bergesernya kolom tanah dan mengakibatkan kematian tanaman. Dua minggu setelah penanaman tanah disekeliling tanaman yang cekung perlu ditambah agar rata dengan permukaan tanah disekelilingnya (Boerhendhy dkk, 2010).

Penanaman Leguminose Cover Crop (LCC) dilakukan dengan cara, LCC ditanam segera setelah pengolahan lahan selesai, biji Cp, Cm, Pj dan Cc dicampur dengan pupuk Rock Phospate (1:1),penanaman secara larikan dengan 3-4 jalur tiap gawangan karet, Jarak jalurdengan barisan karet 1-1,5 m dan jarak antara jalur LCC 0,75-1 m, LCC ditanam dengan membuat lubang sedalam 2 cm dalam larikan, kedalam lubang ditaburkan campuran kacangan, ditutup seperlunya dengan tanah, pemakaian biji kacangan ditambah jika daya kecambah < 60% (Siagian dkk, 2006).

Gambar

Tabel 1. Produksi Karet Pada Tanah Sulfat Masam dan Non Sulfat Masam  Tanah
Tabel 3. Pengaruh Suhu Udara Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tabel 4. Kriteria Perwilayahan Agroklimat Tanaman Karet
Gambar 1. Pekerjaan Ripper
+7

Referensi

Dokumen terkait

Variabel dalam penelitian ini adalah aktivitas wanita pekerja pemecah batu meliputi tempat kerja, peralatan kerja yang digunakan, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD),

Data yang dikumpulkan berupa data primer hasil wawancara meliputi persepsi kondisi sanitasi lingkungan yang terdiri dari kamar mandi, ketersediaan sumber air bersih,

Abstrak: Kajian ini bertujuan untuk mengenalpasti kategori-kategori masalah yang dihadapi oleh para pelajar Tahun Satu Fakulti Pendidikan, Universiti Teknologi

Kategori masalah mengikut status mendapati responden yang telah berkahwin dan responden yang masih bujang menghadapi masalah yang sama iaitu masalah pelajaran dan kerjaya masa

Berdasarkan hasil penelitian menyatakan motif yang digunakan siswa SMA Negeri 4 Manado adalah ( In order Motive ) motif masa depan. Hasil penelitian mengungkapkan

Dari hasil pengujian sistem pendukung keputusan serta penelitian dari pihak perusahaan, Maka dapat di simpulkan dari sistem pendukung keputusan ini pengguna yang sebagai

[r]

Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Salimian dan Hosainian yang menunjuk- kan bahwa perasaan optimis dan ke- terbukaan pikiran terhadap