• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH SMAN 7 TANGERANG SELATAN KELAS X TAHUN AJARAN 2019/2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH SMAN 7 TANGERANG SELATAN KELAS X TAHUN AJARAN 2019/2020"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

TANGERANG SELATAN KELAS X TAHUN AJARAN

2019/2020

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(S.Pd.)

Oleh: Maratun Nafisah NIM. 11140130000034

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2021

(2)

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM PROSES BELAJAR

MENGAJAR BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH SMAN 7

TANGERANG SELATAN KELAS X TAHUN AJARAN

2019/2020

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasadan Sastra Indonesia pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(S.Pd.) Oleh: Maratun Nafisah NIM. 11140130000034 Di bawah bimbingan Dr. Nuryani, M.A NIP. 19820628 200912 2 003

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2021

(3)

disusun oleh Maratun Nafisah, NIM 11140130000034, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Telah dinyatakan lulus dalam ujian Munaqosoh pada tanggal 30 Juni 2021 di hadapan dewan penguji, oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Jakarta, 30 Juni 2021 Panitia Ujian Monaqosah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi) Tanggal Tanda Tangan

Dr. Makyun Subuki, M.Hum 9 Agustus 2021

NIP. 19800305 200901 1 015

Sekretaris Panitia (Sekretaris Jurusan/Prodi)

Novi Diah Haryanti, M.Hum. 9 Agustus 2021

NIP. 19841126 201503 2 007

Penguji I

Dona Aji Karunia Putra, MA. 6 Agustus 2021 NIP. 19840409201101 1 015

Penguji II

Dr. Makyun Subuki, M.Hum 7 Agustus 2021

NIP. 19800305 200901 1 015

Mengetahui:

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Dr. Sururin, M.Ag NIP. 19710319 199803 2 001

(4)
(5)

i

Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dosem Pembimbing: Dr. Nuryani, M.A. 2021.

Penelitian ini berjudul “Penggunaan Deiksis dalam Proses Belajar Mengajar di Sekolah” bertujuan untuk memperoleh informasi yang mendalam tentang deiksis dalam penggunaan deiksis dalam proses belajar mengajar di sekolah. Penelitian ini menggunakan dekriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data berupa hasil audio rekaman saat berlangsungnya pemeblajaran.

Hasil dari penelitian ini yaitu, bahwa peneliti menemukan 67 deiksis. Berupa deiksis sosial, deiksis persona, deiksis ruang, dan deiksis waktu. Bentuk dan fungsi deiksis sosial berupa frasa berjumlah 22 deiksis, bentuk dan fungsi deiksis waktu terdapat 7 deiksis, bentuk dan fungsi deiksis persona ditemukan terdapat 27 deiksis, bentuk dan fungsi deiksis ruang ditemukan 11 deiksis. Melalui hasil dari penelitian ini guru dapat melakukan pendekatan dengan siswa menerapkannya dengan pendekatan pragmatik baik secara lisan.

(6)

ii

Maratun Nafisah. NIM: 11140130000034. Thesis on the Use of Deixis in Teaching and Learning in Schools. Department of Indonesian Language and Literature Education. Faculty of Tarbiyah and Teacher Training. Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. Supervisor: Dr. Nuryani, M.A. 2021.

This study entitled "The Use of Deixis in Teaching and Learning in Schools" aims to obtain in-depth information about deixis in the use of deixis in the teaching and learning process in schools. This study uses a descriptive qualitative approach. Data collection techniques in the form of audio recordings during the learning process.

The result of this research is that the researcher found 67 deixis. There are social deixis, person deixis, space deixis, and time deixis. The form and function of social deixis in the form and function of phrases is 22 deixis, the form and function of time deixis has 7 deixis, the form and function of personal deixis is found to have 27 deixis, the form and function of space deixis is found to be 11 deixis. Through the results of this study, teachers can approach students with pragmatic approaches, both orally.

(7)

iii

dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, serta pengikutnya yang akan mendapat syafaatnya di dunia maupun di akhirat.

Penulis menyadari dalam pembuatan skripsi ini tidak luput dari kesalahan masih jauh dari kata sempurna, tidak sedikit aral melintang yang mehambat penulis, namun berkat doa, motivasi, kerja keras, bantuan orang-orang terdekat serta dorongan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini terselesaikan.

Selama penyusunan skripsi ini banyak yang membantu doa, ilmu, tenaga, dan waktunya oleh berbagai pihak.oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr.Sururin. M.Ag, selaku Dekan Ilmu Tarbiayah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Makyun Subuki, M.Hum. selaku ketua jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan arahan, bimbingan, agar penulis dapat segera menyelesaikan skripsi. 3. Dr. Nuryani, M.A. selaku dosen pembimbing yang telah sabar dalam

membimbing, meluangkan waktunya dan mengarahkan penulis dalam pembuatan skripsi ini,

4. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan banyak ilmu dengan penuh kesabaran selama perkuliahan tanpa kenal lelah.

5. Kepada sekolah SMAN 7 Tangerang Selatan yang telah mengizinkan saya untuk melakukan penelitian dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Teruntuk orang tua penulis Mama Iis, Bapak Basit yang selalu melimpahkan kasih saying, doa, dan motivasi yang tiada henti-hentinya kepada penulis

(8)

iv mendengarkan keluh kesah penulis.

8. Eka, Cahaya, Sri Ayu, Luthfi, Dwina, Ghina O, dan Shabrina yang telah menemani suka duka, memberikan semangat dan membantu selama perkuliahan.

9. Teman seperjuangan PBSI angkata 2014 yang telah menyemangati dalam penyelesaian skripsi ini.

Terima kasih kepada semua yang terlibat dalam membantu menyelasaikan skripsi ini, semoga amal baik dibalas oleh Allah SAW, dan penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat khususnya untuk penulis dan juga bagi setiap pembaca.

Jakarta 25 Juni 2021

(9)

v

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

ABSTRACK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Identifikasi Masalah ... 2 C. Pembatasan Masalah ... 2 D. Rumusan Masalah ... 3 E. Tujuan Penelitian ... 3 F. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II Landasan Teori ... 5

A. Pragmatik ... 5

B. Konteks ... 8

C. Deiksis ... 12

1. Hakikat Deiksis ... 12

2. Jenis-jenis Deiksis ... 15

D. Penelitian yang Relevan ... 20

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 23

A. Metode Penelitian ... 23

B. Data dan Sumber Data ... 24

(10)

vi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Penyajian Data dan Analisis Data ... 32

BAB V SIMPULAN ... 70 A. Simpulan ... 70 B. Saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN UJI REFERESNSI

(11)

vii

Tabel 3.1 Contoh Instrumen Analisis Data Deiksis ... 28

Tabel 4. 1 Data dan Analisis Deiksis Sosial ... 30

Tabel 4. 1. 1 Bentuk Deiksis Sosial ... 35

Tabel 4. 1. 2 Fungsi Deiksis Sosial ... 37

Tabel 4. 2 Data dan Analisis Deiksis Waktu ... 38

Tabel 4. 2. 1 Bentuk Deiksis Waktu ... 41

Tabel 4. 2. 2 Fungsi Deiksis Waktu ... 42

Tabel 4. 3 Data dan Analisis Deiksis Persona ... 43

Tabel 4. 3. 1 Bentuk Deiksis Persona ... 54

Tabel 4. 3. 2 Fungsi Deiksis Persona ... 60

Tabel 4. 4 Data dan Analisis Deiksis Ruang ... 61

Tabel 4.4.1 Analisis Deiksis Ruang ... 64

(12)

viii Lampiran 2 Surat Permohonan Penelitian Lampiran 3 Transkrip Data

Lampiran 4 Dokumentasi Proses Penelitian Lampiran 5 Lembar Uji Referesni

(13)

1

Penelitian kali ini, penulis menggunakan bagian dari ilmu linguistik makro, yaitu ilmu pragmatik. Pragmatik adalah ilmu linguistik yang mengkaji maksud penutur dalam menuturkan sebuah bahasa, analisis dalam kajian ini menitikberatkan pada konteks yang melatarbelakangi pengetahuan bersama yang dimiliki penutur dan mitra tutur. Dapat diartikan bahwa makna bahasa yang di sampaikan oleh penutur dapat dimengerti apabila mitra tutur mengetahui konteksnya. Konteks dapat diartikan sebagai latar belakang pengetahuan yang diperkirakan diketahui oleh penutur dan mitra tutur sebagai penunjang interpretasi mitra tutur terhadap maksud ucapan atau ujaran penutur.

Pragmatik merupakan perihal linguistik yang mempelajari relasi antara bahasa dan konteks tuturnya. Makna sebuah satuan lingual tertentu ditentukan oleh konteks situasi tuturnya. Pragmatik merupakan salah satu kajian bahasa yang menitikberatkan pada keserasian penggunaan bahasa.

Deiksis tidak memiliki referen yang tetap tetapi berubah-ubah. Seperti kata saya, sini, sekarang. Kata sini mengacu kepada tempat yang dekat dengan penutur, kata sekarang mengacu kepada waktu ketika penutur sedang berbicara. Deiksis berkaitan dengan hal penunjukkan langsung yang tergolong dalam beberapa jenis kata. Dalam deiksis juga terdapat gesture yang menunjukkan makna dari sebuah ujaran yang dituturkan. deiksis adalah kata yang tidak memiliki referen yang tetap tetapi berubah-ubah. Seperti kata saya, sini, sekarang. Kata sini mengacu kepada tempat yang dekat dengan penutur, kata sekarang mengacu kepada waktu ketika penutur sedang berbicara. Deiksis berkaitan dengan hal penunjukkan langsung yang tergolong dalam beberapa jenis kata. Dalam deiksis juga terdapat gesture yang menunjukkan makna dari sebuah ujaran yang dituturkan. Deiksis ruang atau tempat membahas penggunaan

(14)

kata-kata yang menunjukkan suatu lokasi atau tempat atau benda sesuai ujaran yang dibicarakan. Sedangkan, deiksis waktu tentunya tidak terlepas dari keterangan-keterangan waktu yang digunakan dalam sebuah ujaran atau tuturan.

Pemilihan deiksis dalam penelitian ini peneliti ingin mempelajari kata atau kalimat yang di dalamnya terdapat deiksis, tetapi tidak semua kata mengandung deiksis maka dari itu perlu adanya pengkajian penelitian tentang deiksis. Deiksis ini perlu dipelajari agar tidak terjadi kesalahan pemahaman terhadap tafsiran yang mengandung deiksis.

Deiksis berhubungan erat dengan konteks dan ujaran lisan maupun tulisan baik proses belajar mengajar. Hal ini menunjukkan tuturan guru dan siswa penting dalam proses pemebajaran agar siswa mudah memahami maksud dan ujaran atau teks. dari latar belakang ini maka peneliti akan meneliti tentang penggunaan deiksis dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia kelas X di sekolah SMAN 7 TANGERANG SELATAN.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa peneliti akan menindentifikasi sebagai berikut.

1. Perlunya pembahasan deiksis dalam proses pembelajaran untuk memahami isi deiksis.

2. Perlunya peningkatan pengetahuan siswa tentang deiksis.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian ini dapat dilakukan dengan lebih cermat, mendalam, dan lebih tuntas. Persoalan yang dikaji dalam identifikasi masalah perlu dibatasi agar tidak meluas pembahasannya. Perhatian penelitian ini ditekankan pada permasalahan

(15)

terkait penggunaan deiksis dalam proses pembelajaran di sekolah SMAN 7 TANGERANG SELATAN.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan yang dapat dirumusakan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk penggunaan deiksis dalam proses belajar mengajar Bahasa Indonesia kelas X di sekolah SMAN 7 TANGERANG SELATAN?

2. Bagaimana fungsi deiksis yang digunakan dalam proses belajar mengajar Bahasa Indonesia kelas X di sekolah SMAN 7 TANGERANG SELATAN?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan tujuan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk deiksis yang digunakan dalam proses

belajar mengajar Bahasa Indonesia kelas X di sekolah SMAN 7 TANGERANG SELATAN

2. Mendeskripsikan fungsi deiksis yang digunakan dalam proses belajar mengajar Bahasa Indonesia kelas X di sekolah SMAN 7 TANGERANG SELATAN

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan secra praktis, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapakan dapat menambah wawasan pengetahuan dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia,

(16)

terutama menambah pengetahuan untuk mengindentifikasi bentuk-bentuk deiksis dan menjadi referensi ilmiah.

2. Manfaat Praktis

Manfaat bagi penelitian ini untuk menambah wawasan tentang deiksis lebih dalam dan mengimplikasikannya sebagai acuan pembelajaran Bahasa Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga bisa sebagai acuan peserta didik mengetahui proses pembentukan deiksis di dalam pembentukan paragraf.

(17)

5

Pragmatik merupakan disiplin ilmu bahasa yang mengkaji makna yang erat kaitannya dengan penutur/pemakai bahasa dan atau lawan tuturannya, keadaan/situasi, serta konteks yang melatar belakangi peristiwa tutursn tersebut. Nadar mengungkapkan bahwa pragmatik merupakan cabang linguistik yang mempelajari bahasa untuk berkomunikasi dalam situasi tertentu.1 Sementara itu, Purwo yang mengungkapkan bahwa “pragmatik adalah telaah mengenai hubungan antara lambang dan penafsirnya.2 Pakar lainnya, Leech menyatakan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situation).3

Pragmatik merupakan perihal linguistik yang mempelajari relasi antara bahasa dan konteks tuturnya. Makna sebuah satuan lingual tertentu ditentukan oleh konteks situasi tuturnya. Pragmatik merupakan salah satu kajian bahasa yang menitikberatkan pada keserasian penggunaan bahasa. Menurut Jacob L. Mey, dalam buku Pragmatiks: An Introduction, acuan pragmatik yaitu sebagai ilmu bahasa yang mempelajari pemakaian dan penggunaan bahasa, yang ditentukan oleh konteks situasi tutur dalam masyarakat dan wahana kebudayaan yang mewadahi dan melatarbelakanginya.4

1F.X. Nadar, Pragmatik dan Penelitian Penelitian Pragmatik, (Yogyakarta : Graha Ilmu,

2009), h. 2.

2 Bambang Kawati Purwo, Pragmatik dan Pengajaran Bahasa : Menyibak Kurikulum

1984, (Yogyakarta : Kanisius, 1990) h.15.

3Geoffery Leech, Prinsip-Prinsip Pragmatik, (Jakarta : Universitas Indonesia, 2011), h.8. 4

Nuri Nurhaidah, Wacana Politik Pemilihan Presiden di Indonesia, (Yogyakarta: Smart Writing, 2014) hlm. 21

(18)

Mengenai pragmatik Verhaar, ia mengungkapkan bahwa Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang membahas tentang apa yang termasuk struktur bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dan pendengar, dan sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa pada hal-hal “ekstralingual” yang dibicarakan.5

Jadi, pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji penggunaan bahasa penutur dan pendengar dalam situasi tertentu.

Yule, mengungkapkan empat definisi pragmatik yaitu, pragmatik adalah studi tentang maksud penutur,pragmatik adalah studi tentanf makna kontekstual, pragmatik adalah studi tentang bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan daripada dituturkan, dan pragmatik adalah studi tentang ungkapan dari jarak hubungannya. dijelaskan satu-persatu dari empat definisi tersebut.

1. Pragmatik adalah studi tentang maksud penutur, pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak berhibungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri.

2. Pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual, studi ini melibatkan penafsiran tentang apa yang, dimaksudkan orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan. Diperlukan suatu pertimbangan tentang bagaimana cara penutur disesuaikan dengan orang yang mereka ajak bicara, di mana, kapan, dan dalam keadaan apa.

5J. W. M. Verhaar, Asas-Asas Linguistik Umum, (Yogyakarta : Gajah Mada University

(19)

3. Pragmatik adalah studi tentang bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan, bagaimana cara pendengar dapat menyimpulkan tentang apa yang dituturkan agar dapat sampai pada suatu interpretasi makna yang dimaksudkan oleh penutur. Menggali betapa banyak sesuatu yang tidak dikatakan ternyata menjadi bagian yang disampaikan. Bahwa studi ini adalah studi pencarian makna yang tersamar.

4. Pragmatik adalah studi tentang ungkapan dari jarak hubungan, pandangan ini menimbulkan pertanyaan tentang apa yang menentukan pilihan antara yang dituturkan dengan yang tidak dituturkan. Jawaban yang mendasar terkait pada gagasan jarak keakraban. Keakraban, baik keakraban fisik, sosial, atau konseptual, menyiratkan adanya pengalaman yang sama. Pada asumsi seberapa

dekat dan jauh jarak pendengar, penutur menentukan seberapa banyak kebutuhan yang dituturkan.6

Definisi yang dipaparkan oleh Yule tersebut bisa disimpulkan pragmatik menganalisis berhubungan tentang apa yang dimaksud penutur, diperlukan pertimbangan apa yang dimaksud dan bagaimana konteksnya. lainnya pendengar harus dapat menyimpukan sampai interpretasi yang dimaksud oleh penutur.

Pragmatik adalah “telaah mengenai hubungan antara bahasa dan konteks yang tergramatisasikan atau disandikandalam struktur suatu bahasa.7Lavinson dalam Nababan menjelaskan dua pengertian dari pragmatik, pengertian “pertama pragmatik ialah kajian dari hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari pengertian/pemahaman bahasa. Kedua, pragmatik adalah kajian tentang kemampuan pemakai bahasa

6

George Yule, (Penerjemah Rombe Mustajah), Pragmatik, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2014) h. 3-4.

7 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Pragmatik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), Cet II,

(20)

mengaitkan kalimat-kalimat dengan konteks-konteks yang sesuai bagi kalimat-kalimat.8 Pragmatik mencakup studi interaksi antara pengetahuan kebahasaan dan dasar pengetahuan tentang dunia yang dimiliki oleh pendengar/pembaca. Studi ini melibatkan unsur interpretatif yang mengarah pada studi tentang keseluruhan pengetahuan dan keyakinan akan konteks.9 Maksud dari kedua pernyataan tersebut bahwa pragmatik tidak lepas atau ada hubungannya dengan konteks, sturuktur bahasa dan keadaan.

B. Konteks

Istilah “konteks” didefinisikan oleh Mey (1993:38) sebagai the surroundings, in the widest sense, that enable the participants in the communications process to interact, and that make the linguistic expressions of their interction intelligible (“situasi lingkungan dalam arti luas yang memungkinkan peserta pertuturan untuk dapat berinteraksi, dan yang membuat ujaran mereka dapat dipahami”). Searle, keifer dan Bierwich (1980:ix) menegaskan bahwa pragmatik berkaitan interpretasi suatu ungkapan yang dibauat mengikuti aturan sintaksis tertentu dan cara menginterpretasi ungkapan tersebut dalam konteks. Lain dengan Lavinson (1983:9), yang mendefinisikan pragmatik sebagai pragmatik merupakan kajian hubungan antara bahasa dan konteks yang tergramatikalisasi atau terkodifikasi dalam suatu bahasa.10 Dapat disimpulkan dari pernytaan tersebut bahwa konteks tuturan dalam lingkungan atau ujaran dalam situasi dan kejadian memahami makna ujaran.

Teori konteks dipelopori oleh antropolog Inggris Bronislaw Malinoski. Malinoski berpendapat bahwa untuk memahami ujaran harus diperhatikan konteks situasi. Berdasarkan analis konteks situasi ujaran itu,

8 P.W.J Nababan, Ilmu Pragmatik dan Penerapannya. (Jakarta : Departemen Pendidikan

& Kebudayaan, 1987,) h.2.

9

T. Fatimah Djajasudarma, Wacana dan Pragmatik, (Bandung :PT Refika Aditama, 2012) h.48.

10 F.X. Nadar, Pragmatik dan Penelitian Penelitian Pragmatik, (Yogyakarta : Graha

(21)

kita dapat memecahkan aspek-aspek bermakna bahasa sehingga aspek linguistik dan aspek nonlinguistik dapat dikorelasikan. Teori konteks intinya adalah; (a) makna tidak terdapat pada unsur-unsur lepas yang berwijud kata, tetapi terpadu pada ujaran secara keseluruhan, (b) makna tak boleh ditafsirkan secara ditulis (kata acuan) atau secra trialis (kata, acuan, tafsiran), tetapi makna merupakan suatu fungsi atau tugas yang terpadu dalam tutur yang dipengaruhi oleh situasi.11 Jadi, uatu konteks harus diperhatikan berdasarkan situasi, tidak dengan kata karena suatu masalah tidak bisa dipecahkan jika bukan dengan ujaran keseluruhan.

Syafi’i dalam lubis mengatakan bahwa konteks pemakaian bahasa dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu; (1) konteks fisik (physical context), yang meliputi terjadinya pemakaian bahasa dalam suatu komunikasi, objek yang disajikan dalam peristiwa komunikasi it; (2) konteks epistemis (epistemic context), atau latar belakang pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh pembicara atau pendengar; (3) konteks linguistik (lingustic context,) yang terdiri atas kalimat-kalimat atau tuturan-tuturan yang mendahului satu kalimat atau tuturan tertentu dalam peristiwa komunikasi; (4) konteks sosial (social context), yaitu relasi sosial dan latar setting yang melengkapi hubungan antara pembicara (penutur) dengan pendengar.12 Diungkapkan oleh Kridalaksana bahwa konteks adalah pengetahuan yang sama-sama dimiliki pembicara dan pendengar paham apa yang dimaksud pembicara.13 Jadi, konteks peristiwa komunikasi yang tidak lepas dari pendengar dan pembicara terdiri atas kalimat atau tuturan yang melengkapi pendengar dan pembicara.

Moelino dan Soenjono dalam Fatimah Djajasudarma mengatakan konteks wacana dibentuk oleh berbagai unsur seperti situasi, pembicara,

11

Mansoer Pateda, Linguistik (Sebuah Pengantar), (Bandung ; Angkasa, 2011), h. 118.

12 A. Hamid Hasan Lubis, Analisis Wacana Pragmatik, (Bandung : Agkasa, 2011), h. 60. 13 Harismurtii Kridalaksana, Kamus Linguistik Edisi Keempat, (Jakarta : PT. Gramedia

(22)

pendengar, waktu, tempat, adegan, topik, peristiwa bentuk amanat, kode dan saluran.14 Berhubungan dengan unsur-unsur yang terdapat dalam setiap komunikasi bahasa, anatara lain yang dikemukakan oleh Hymes (1974) sebagai berikut:

1. Latar (Setting dan Scane) ini mengacu pada tempat (ruang-space) dan waktu atau tempo (time) terjadinya percakapan.

2. Peserta (Participants) mengacu kepada peserta percakapan, pembicara (penutur) dan pendengar atau kapan bicara (lawan tutur).

3. Hasil (Ends) mengacu pada hasil percakapan dan tujuan percakapan.

4. Amanat (Massage) mengacu pada bentuk dan isi amanat. Bentuk amanat dapat berupa surat, esai, iklan, dan pengumuman.

5. Cara (Key) mengacu pada semangat melaksanakan percakapan, misalnya ‘dengan cara bersemangat’, ‘menyala-nyala’, atau ‘dengan cara santai’, ‘tenang menyakitkan’.

6. Sarana (Instrument) mengacu kepada apakah pemakaian bahasa dilaksanakan secara lisan atau tulisan, dan mengacu pula pada variasi bahasa yang digunakan.

7. Norma (Norms) mengacu pada perilaku peserta, perilaku percakapan, misalnya, diskusi yang cenderung dua arah, setiap peserta memberikan tanggapan (argumentasi), dengan demikian, ada norma diskusi.

8. Jenis (Genre) mengacu pada kategori, seperti sajak, teka-teki, kuliah, dan doa.

14

T. Fatimah Djajasudarma, Wacana dan Pragmatik, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2012), h.25.

(23)

Kedelapan unsur konteks wacana tersebut yang dapat membedakan wacana. Firth dalam Wijana mengemukakan bahwa kajian bahasa tidak dapat dilakukan tanpa mempertimbangkan konteks situasi yang meliputi partisipasi, tindakan partisipasi (baik tindak verbal maupun nonverbal). ciri-ciri situasi lain yang relevan dengan hal yang sedang berlangsung dan dampak-dampak tindakan tutur yang diwujudkan dengan bentuk-bentuk perubahan yang timbul akibat tindakan partisipan.15 Pernyataan Leech dalam Nadar menyebutkan konteks merupakan latar belakang pemahaman yang dimiliki oleh penutur maupun lawan tutur sehingga lawan tutur dapat membuat interpretasi mengenai apa yang dimaksud oleh penutur pada waktu membuat tuturan tertentu. Dengan demikian konteks adalah hal-hal yang gayut dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan ataupun latar belakang pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh penutur danlawan tutur yang membantu lawan tutur menafsirkan makna tuturan.16 Dalam penelitian bahasa atau analisis pragmatik tidak lepas dari konteks. Pragmatik atau konteks yang menjadi acuan.

Konteks merupakan ciri/gambaran yang berfokus pada budaya dan linguistik sesuai dengan ujaran yang dihasilkan dan interpetasinya, beberapa ciri/gambaran konteks adalah adanya pengetahuan tentang:

1. Norma (norma pembicara dan kaidah sosial) dan status (konsep-konsep tentang status sosial),

2. Ruang dan waktu, 3. Tingkat formalitas,

15 I Dewa Putu Wijana, Dasar-Dasar Pragmatik, (Yogyakarta : ANDI, 1996), h.5. 16 F.X. Nadar, Pragmatik dan Penelitian Penelitian Pragmatik, (Yogyakarta : Graha

(24)

4. Media (sasaran) 5. Tema,

6. Wilayah bahasa.

Konsep konteks mencakup pula dunia sosial dan psikologis yang dimanfaatkan oleh pemakai bahasa terhadap latar temporal, sosial, spasial, aksi (verbal dan nonverbal) serta tingkat pengetahuan dan kepedulian dalam interaksi sosial.17 Konteks adalah satu situasi yang terbentuk karena terdapat setting, kegiatan, dan relasi. Jika terjadi interaksi tiga komponen itu, maka terbentuklah konteks.18

Berdasarkan definisi-definisi mengenai konteks yang telah dijabarkan penulis akan mengambil fokus ke dalam konteks yang dijabarkan oleh syafi’i menganalisis dalam temuan data yang diperoleh oleh penulis.

Dalam konteks belajar mengajar, guru merupakan sosok penting yang turut serta menentukan ketercapaian tujuan belajar. Guru adalah kreator yang harus mampu menangkap dan memahami kebutuhan pembelajar. Aktivitas yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar harus didasarkan pada analisis kebutuhan pembelajar. Bahan-bahan yang diberikan dalam proses pembelajaran harus benar-benar didasarkan pada kebutuhan dan minat pembelajar. Hal ini dapat dilakukan dengan mengaitkan antar pengembangan dan pengetahuan pembelajar.19

C. Deiksis

1. Hakikat Deiksis

Deiksis adalah kata tertentu yang kadang-kadang disertai dengan perbuatan tingkah laku pembicara berupa gesture atau mimik muka untuk

17 T. Fatimah Djajasudarma, Op, Cit., h.48-49. 18

J.D. Parera, Teori Semantik: Edisi kedua. (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004, Cet VII, h.227

19 Ma’mur Saedie, dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Universitas

(25)

menyatakan makna kata yang diucapkan lebih jelas. Makna pragmatik ditentukan oleh konteks dan apabila ada deiksis, elemen konteks merupakan sumber wacana penting.20 Kata deiksis berasal dari kata Yunani deiktikos yang berarti “hal penunjukan secara langsung”. Sebuah kata dikatakan bersifat deiksis apabila referennya berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada saat dan tempat dituturkannya kata itu.21 Bentuk linguistik yang dipakai untuk menyelesaikan ‘penunjukan’ disebut ungkapan deiksis. Ketika menunjukan objek asing dan bertanya, “Apa itu?”, maka menggunakan ungkapan deiksis (“itu”) untuk menunjuk sesuatu dalam suatu konteks secara tiba-tiba.22

Deiksis sebenarnya termasuk fenomena semantik, berdasarkan paham bahwa pragmatik merupakan studi semua unsur makna yang tidak terjangkau oleh teori semantik, maka juga deiksis termasuk ranah (domain) pragmatik sebab secara langsung merupakan hubungan antara struktur bahasa dan konteks yang digunakan. Secara lebih jelas dikatakan bahwa pragmatik berhubungan dengan semua aspek makna dan struktur bahasa yang tidak dapat dipahami melalui kondisi kebenaran semantik, kategori gramatikal deiksis berada, baik pada semantik maupun pragmatik.23

Alwi juga mengatakan bahwa deiksis adalah gejala semantis yang terdapat pada kata atau konstruksi yang hanya ditafsirkan acuannya dengan memperhitungkan situasi pembicaraan. Kata atau konstruksi seperti itu bersifat deiksis. Deiksis merujuk kepada waktu, tempat, persona, dan semua hal yang berhubungan dengan situasi pembicara.24 Ciri khas ungkapan deiksis adalah selalu berpindah-pindah pada setiap

20 Diemroh Ihsan, Pragmatik, Analisis Wacana, dan Guru Bahasa, (Palembang:

Universitas Sriwijaya, 2011), h.73.

21 F.X Nadar, Op, Cit., h.54.

22 George Yule, (Penerjemah Rombe Mustajah), Pragmatik, (Yogyakarta : Pustaka

Pelajar, 2014) h. 13.

23

Fatimah Djajasudarma, Wacana dan Pragmatik, (Bandung: PT Refika Aditama, 2012) hlm 51

24

Hasan Alwi, dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), hlm 42.

(26)

situasi ataupun konteksnya. Hal ini sejalan apa yang dikatakan Alan Cruse “Deixis means different things to different poeple”25

(deiksis berati hal yang berbeda untuk orang yang berbeda). Deiksis berhubungan erat dengan konteks atau peristiwa ujaran yang bergantung pada konteks tuturan sendiri. Hal tersebut dapat tergambar dalam contoh berikut:

1. Buku ini saya beli di situ 2. Buku ini saya beli di sana

Pada buku (1) buku ini dan pada (2) buku itu, kata ini dan itu sebagai penanda takrif (definite). Buku ini maksudnya buku yang ada di sini atau buku yang dekat dengan pembicara; buku itu maksudnya buku yang ada di situ atau buku yang dekat dengan pembicara.26

Verhaar mempunyai definisi sendiri mengenai deiksis, menurutnya deiksis adalah semantik (di dalam tuturan tertentu) yang berakar pada identitas penutur. Semantik itu dapat bersifat gramatikal, dapat bersifat pula leksikal bila hal yang diacu merupakan akar referensi sehingga perlu diketahui identitasnya.27 “The most obvious way in which the relationship between language and context is reflected in the structures of languages themselves, in through the phenomenon of deixis.”(Levinson dalam bukunya menyebutkan bahwa cara yang paling jelas untuk mencerminkan hubungan antara bahasa dan konteks dalam struktur bahasa itu sendiri adalah melalui deiksis.)28 Deiksis berhubungan erat dengan konteks yang dituturkan pada seseorang.

Kata seperti saya, sini, sekarang adalah kata-kata yang deiktis. Kata-kata seperti ini tidak memiliki referen yang tetap. Berbeda halnya dengan kata seperti kursi, rumah, kertas. Siapa pun yang mengucapkan kata kursi, rumah, kertas, di tempat mana pun, pada waktu kapan pun,

25 Alan Cruse, Meaning In language: An Introdustion to Semantic and Pragmatic, (New

York : Oxford University, 2004), h. 332

26

T. Fatimah Djajasudarma, semantik II Relasi Makna

Paradigmatik-Sintagmatik-Derivasional, (Bandung : PT Refika Aditama), h.66

27

J. W. M. Verhaar, Asas-Asas Linguistik Umum, (Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 1996), Cet. Ke-1, h.397

28

(27)

referen yang diacu tetaplah sama. Akan tetapi, referen dari kata saya, sini, sekarang, barulah dapat diketahui jika diketahui pula siapa, di tempat mana, dan pada waktu kapan kata-kata itu diucapkan.29 Lavinson juga mengatakan bahwa deiksis diatur oleh Origo yang terdiri dari pembaca pada waktu tempat dan berbicara. Origo juga sebagai penunjuk antara penutur dan mitra tutur.

Lynos dalam F X Rahyono menjelaskan bahwa “deiksis berkenaan dengan identifikasi ‘referen’ orang (penutur), objek, peristiwa, proses, atau aktivitas yang dibicarakan dalam tuturan dan kaitannya dengan konteks ruang dan waktu.Konteks itu dibangun dalam tindak tutur yang dilakukan oleh penutur dan lawan tutur di tempat dan paada saat tuturan itu dilakukan.”30

Maksud dari Lynos yaitu seseorsng dapat memahami deiksis dengan jelas apabila tuturan yang diucapkan juga jelas.Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa deikis adalah kata yang jelas dan mempunyai acuan bergantung pada konteks pembicara dan situasi yang ada.

2. Jenis-jenis Deiksis

Deiksis dapat dibagi atau dibedakan dalam beberapa macam. Menurut Nababan mengatakan “dalam kajian pragmatic dikenal lima macam deiksis yakni deiksis orang, deiksis tepat, deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis social”.31

Sementara Yule menyebutkan bahwa deiksis dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu deiksis pesona, deiksis ruang, dan deiksis waktu.32 Kemudian Chaniago mengatakan deiksis merupakan pengunaan bentuk dalam sebuah tuturan . Sebuahkata

29 Bambang Kuswanti Purwo, Pragmatik dan pengajaran Bahasa : Menyibak Kurikulum

1984, (Yogyakarta :Kanisius, 1990), h.17

30

F X Rahyono, Studi Makna, (Jakarta : Penaku 2012), cet I, h.249.

31 P.W.J Nababan, Ilmu Pragmatik dan Penerapannya. (Jakarta : Departemen Pendidikan

& Kebudayaan, 1987,) h.40.

32

George Yule, (Penerjemah Rombe Mustajah), Pragmatik, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2014) h. 13.

(28)

dikatakan bersifat deiksis apabila acuan /rujukan referennya berpindah-pindah atau berganti-ganti bergantung pada siapa yang menjadi si pembicara dan bergantung pula pada saat dan tempat dituturkannya kata itu. Lingkup kajian deiksis sangat luas. Dalam kajian pragmatik dikenal ada lima macam deiksis, yaitu: 1. Deiksis orang, 2. Deiksis tempat, 3. Deiksis waktu, 4. Deiksis wacana, 5. Deiksis sosial.33

1. Deiksis Persona (orang)

Deiksis persona dapat dilihat pada bentuk-bentuk pronomina. Bentuk-bentuk pronomina itu sendiri dibedakan atas pronomina orang pertama, pronomina orang kedua, dan pronominal orang ketiga. Di dalam bahasa Indonesia bentuk ini masih dibedakan atas bentuk tunggal dan bentuk jamak sebagai berikut.

Tabel 2.1 Deiksis Persona

Pronomina Tunggal Jamak

Orang pertama Aku, saya Kami, kita

Orang kedua (eng)kau, kamu, Anda Kamu (semua), Anda (semua) kalian

Orang ketiga Dia, ia, beliau Mereka

Kadang-kadang penutur bahasa menyebut dirinya dengan namanya sendiri. Di antara penutur bahasa Indonesia, sapaan kepada orang kedua tidak hanya kamu atau saya, melainkan juga Bapak, Ibu, atau Saudara.34

33

Chaniago, Sam Muk’htar., dkk, Pragmatik.(Jakarta: Universitas Terbuka, 2007) h.225.

34

Kushartanti, dkk., PesonaBahasa: LangkahAwalMemahamiLinguistik, (Jakarta: PT GramediaPustakaUtama, 2009), hlm 112

(29)

Jika dalam bahasa Inggris, referensi orang dinyatakan oleh pronoun atau kata ganti orang seperti I me orang pertama tunggal, we us orang pertama jamak, you orang kedua tunggal atau jamak, he him orang ketiga tunggal laki-laki, she her orang ketiga tunggal perempuan, it kata ganti orang ketiga tunggal untuk benda, they them orang ketiga jamak untuk semua gender dan benda. Semua kata ganti tersebut untuk subjek dan objek.35

Lain halnya deiksis persona (orang) menurut Rahyono “merupakan kategori deiksis yang paling tinggi kadar kedeiktisannya jika dibandingkan dengan deiksis ruang dan deiksis waktu. Semua pronominal bersifat deikti. Penutur merupakan pusat orientasi deiksis yang menentukan referen yang ditunjuan oleh penutur.36

2. Deiksis Ruang

Deiksis ruang berkaitan dengan lokasi relatif penutur dan mitra tutur yang terlibat di dalam interaksi. Di dalam bahasa Indonesia, misalnya, pada kata di sini, di situ, dan di sana. Titik tolak penutur diungkapkan dengan ini dan itu. Kata-kata seperti di sini, di situ, dan ini untuk merujuk kepada sesuatu yang terlihat atau jaraknya terjangkau oleh penutur. Selain itu, ada kata-kata seperti di sana, menunjuk kepada tempat yang agak jauh yang mungkin masih terlihat atau tidak, tetapi pembicara hanya menunjukkan arahnya saja. Sedangkan kata itu menunjuk kepada objek yang agak jauh tetapi masih dapat terlihat atau pada sesuatu yang jaraknya tidak terjangkau oleh penutur. Dalam hal tertentu, suatu tindakan sering kali berhubungan dengan ruang. Jika hendak menunjukkan bagaimana cara mengerjakan sesuatu, misalnya, kita

35

DiemrohIhsan, Op.Cit., hlm 75

36

(30)

memakai kata begini. Jika kita hendak merujuk kepada suatu tindakan, kita memakai kata begitu.37

Hal tersebut jika dalam bahasa Inggris penggunaannya sama, yaitu pada kata keterangan penunjuk tempat (here, there, up, down, behind, ahead) dan frasa kata benda demonstratif (this, these, that, those). Kata deiksis ini dan itu dipakai lazim dalam percakapan lisan yang sadar atau tidak disertai dengan gerak tangan atau anggota badan lainnya seperti kepala atau mata untuk menunjukkan tempat benda yang sedang dibicarakan.38

3. Deiksis Waktu

Deiksis waktu berkaitan dengan waktu relatif penutur atau penulis dan mitra tutur atau pembaca. Pengungkapan waktu dalam setiap bahasa berbeda-beda. Bahasa Indonesia mengungkapkan waktu dengan sekarang untuk waktu kini, tadi dan dulu untuk waktu lampau, nanti untuk waktu yang akan datang. Hari ini, kemarin, dan besok juga merupakan hal yang relatif, dilihat dari kapan suatu ujaran diucapkan. Jika dalam bahasa Inggris pengungkapan waktu didukung di dalam verbanya, yaitu tense (simple/past/future tense). Seperti now, today, yesterday, tomorrow, then, ago, before, after, this morning, this year dan sebagainya.

4. Deiksis Wacana

Ungkapan linguistik dalam deiksis wacana digunakan untuk mengacu pada suatu bagian tertentu dari wacana yang lebih luas (baik teks tertulis maupun teks lisan). Deiksis wacana juga diungkapkan melalui banyak unsur linguistik yang sama yang digunakan untuk mengungkapkan deiksis ruang dan waktu. Deiksis wacana dibedakan dari gagasan terkait, yakni gagasan anafora dan

37

Kushartanti, dkk., Op.Cit., hlm 111

38

(31)

katafora yang berfungsi sebagai alat kohesi teks. Anafora adalah peranti dalam bahasa untuk membuat rujuk silang dengan hal atau kata yang telah dinyatakan sebelumnya. Peranti itu dapat berupa kata ganti persona. Sedangkan katafora adalah rujuk silang terhadap anteseden yang ada dibelakangnya (menunjuk kepada hal yang akan disebutkan).39

5. Deiksis Sosial

Deiksis sosial berkaitan atau faktor sosial dalam wujud bahasa yang digunakan dalam sebuah peristiwa tutur. Deiksis sosial merupakan perwujudan dari keterkaitan antara pengguna bahasa dengan faktor sosial yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat.40 Deiksis sosial mencakup penyebutan deiksis orang tertentu dengan ciri-ciri status sosial dan atribut orang. Pada deiksis ini adanya keterkaitan antara deiksis persona (orang) dengan sosialnya yang disebut deiksis sosial. Bahasa-bahasa yang digunakan menempatkan orang-orang yang lebih rendah atau lebih tinggi status sosialnya daripada penutur (orang pertama) dalam konteks personal dan sosial sebuah ujaran. Deiksis orang ternyata tergantung pada aspek-aspek deiksis sosial. Dalam hal ini terdapat hubungan sosial antara penutur dan mitra tutur. Deiksis ini dapat digunakan untuk menyapa, memanggil atau menunjuk seseorang dalam sebuah ujaran.41

Dengan ciri-ciri seperti terutama status sosial dan atribut orang, penjelasan tentang deiksis sosial harus berkaitan dengan penyebutan deiksis orang tertentu.42 Fungsi pemakaian deiksis sosial, yaitu: (1) Sebagai salah satu bentuk efektivitas kalimat, misalnya: Kapolwil: (2) Sebagai pembeda tingkat sosial seseorang,

39

Louise Cummings, Op.Cit.,hlm 40

40 Chaniago dkk., Ibid., h.227 41

Louise Cummings, PragmatikSebuahPerspektifMultidisipliner, (Yogyakarta: PustakaPelajar, 2007), hlm 32

42

(32)

membedakan tingkatan sosial penulis, orang yang dibicarakan dan pembaca., misalnya: Drs, Prof; karena orang yang mendapatankan gelar Drs atau Prof adalah orang yang menempuh pendidikan yang tinggi, jadi panggilan tersebut merupakan pembeda tingkat sosial seseorang. (3) Untuk menjaga sopan santun berbahasa, merupakan aspek sopan santun berbahasa misalnya; PSK, Istri. (4) Untuk menjaga sikap sosial kemasyarakatan, penggunaan sistem sapaan guna memperhalus nahasa misalnya; sungkem.43 Kelima deiksis ini baik deisis person, deiksis waktu, deiksis ruang, deiksis wacana dan deiksis sosial karena terpusat pada kata lain. Karena tuturan berpusat pada deiksis origo selalu dilihat dari pandangan pembicara pada waktu dan tempat.

D. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan mengenai deiksis pertama permah dilakukan oleh Ligayu Febriani Nahampun, mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan. Dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Deiksis dalam Karangan Cerpen Siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara Tahun Pembelajaran 2016/2017”. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan dan mengklasifikasikan bentuk kesalahan deiksis. Hasil dari pengolahan data dan analisis data diperoleh kesalahan penggunaan deiksis tempat, deiksis ruang/tempat dan deiksis waktu pada cerpen siswa kelas X di SMA Negeri 1 Pahae Jae. Terdapat kesalahan yaitu kesalahan deiksis persona terdapat 29 kesalahan, kesalahan deiksis ruang/tempat terdapat 6 kesalahan, dan kesalahan deiksis waktu terdapat 58 kesalahan. Kesalahan penggunaan deiksis waktu merupakan kesalahan paling banyak ditemukan pada teks cerpen siswa kelas X di SMA Negeri 1 Pahae Jae.

Penelitian relevan yang selanjutnya dilakukan oleh Dwiyan Sebastian, Irma Diani, dan Ngudining Rahayu, mahasiswa Jurusan

(33)

Pendidikan Bahasa dan Seni Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Bengkulu. Dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Deiksis pada Percakapan Mahasiswa Pendidkan Bahasa Indonesia Universitas Bengkulu”. Tujuan Penelitian ini untuk mendeskripsikan jenis deiksis serta referennya pada percakapan mahasiswa bahasa Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dalam analisis ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data menggunakan teknik sadap dan teknik rekam. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa deiksis persona (persona pertama tunggal, persona pertama jamak, persona kedua tunggal, persona kedua jamak, persona ketiga tunggal), deiksis ruang/tempat, deiksis waktu (lampau, sekarang, medatang, deiksis wacana (anafora, katafora), deiksis sosial.

(34)
(35)

23

Metode penelitian adalah suatu cara bertindak menurut sistem aturan atau tatanan yang bertujuan agar kegiatan terlaksana secara rasional dan terarah sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal dan optimal. Metode penelitian terbagi menjadi dua yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif karena pada penelitian ini penulis tidak menyertakan angka-angka dalam menganalisis data. Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu mendeskripsikan atau menggambarkan objek yang diteliti. Menurut Bodgan dan Tylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.1

Metode penelitian kualitatif juga dinamakan sebagai metode baru, karena popularitasnya belum lama. Metode ini disebut juga sebagai metode artistik, karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola), dan disebut sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan.2 Penelitian kualitatif menyampaikan data secara natarif dari perkataan orang atau kutipan, berbagai teks, atau wacana lain.3

Metode penelitian deskriptif memiliki beberapa ciri, antara lain tidak mempermasalahkan benar atau salah objek yang dikaji, penekanan pada gejala aktual atau pada yang terjadi pada saat penelitian dilakukan, dan biasanya tidak diarahkan untuk menguji hipotesis. Penelitian ini

1Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,

1993), hlm 3

2 Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. (Alfabeta,cv: Bandung, 2010), hlm 13 3

Septiawan Santana K, Menulis Ilmiah Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007), hlm 30

(36)

menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, karena penyajian hasil penelitian ini berupa penjabaran tentang subjek dan objek, pengumpulan data dengan latar alamiah (observasi), dan peneliti menjadi instrumen utama. Penelitian akan berisi kutipan-kutipan data yang memberi gambaran penyajian penelitian tersebut.

Penelitian akan berisi kutipan-kutipan data yang memberi gambaran penyajian penelitian tersebut. Data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.4 Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan teori Nababan yang membagi deiksis menjadi lima bagian diantaranya: Deiksis persona, deiksis ruang, deiskis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial, lalu menentukan pengkualisifikasian.

Maka penelitimemakai metode deskripsi kualitatif karena, sumber data yang dipeoleh tidak adanya perhitungan atau statistik. Melaikan mendeskripikan apa yang sudah di dapat ketika mengambil data di sekolah, kemudian di anali sesuai konteks.

B. Data dan Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari sumber datanya oleh peneliti untuk suatu tujuan khusus, dengan kata lain, bahwa primer adalah data asli dari sumber tangan pertama.5

Data penelitian ini berupa data tertulis yakni dari transkrip dari hasil pembelajaran. Sedangkan sumber data dalam penelitian ini bersumber dari Guru bidang studi Bahasa Indonesia Bapak Danan Jaya, M.Pd. dan Siswa kelas IPA X saat pembelajaran bahasa Indonesia di dalam kelas. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 7 Tangerang Selatan.

4

Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), hlm.6

5

Abdul Halim Hanafi, Metode Penelitian Bahasa Untuk Penelitian, Tesis, dan Disertasi (Jakarta: Diadit Media Press, 2011), hlm 128.

(37)

Penelitian ini menambil data bulan januari 2020 sebelum adanya wabah virus COVID19.

Peneliti memilih melakukan peneilitan di sekolah tersebut karena lokasi yang strategis mudah mencari kendaraan umum dan sekolah yang nyaman dilingkungannya sehingga peneliti memilih sekolah ini dijadikan objek observasi penelitian untuk memenuhi syarat sidang strata satu.

A. Lokasi Penelitian 1. Profil Sekolah

SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan semula bernama SMA Negeri 1 Serpong yang berdiri pada tanggal 10 Juli 2005. Berdirinya SMA Negeri 1 Serpong atas dasar pengajuan, Prakarsa dan upaya Kepala SMPN 1 Serpong (Dra. Tuti Sumartuti dan para wakilnya serta dewan Guru yang didukung oleh Bapak Drs. Arsid, M.Si selaku Camat Serpong pada waktu itu. Juga tidak lepas peran serta para tokoh masyarakat setempat. Mengingat pada tahun itu SMA Negeri 1 Serpong belum memiliki gedung sendiri, maka atas kerjasama yang baik dan kebijakan Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang serta kebijakan Kepala SMP Negeri 1 Serpong.

SMA Negeri 1 Serpong diizinkan dapat menempati gedung SMP Negeri 1 Serpong yang berlokasi di Jalan Raya Serpong Kec. Serpong dengan batas waktu yang tidak ditentukan. Atas kerja sama yang baik dari semua pihak, maka pada tahun 2006 dibangunlah gedung SMA Negeri 1 Serpong sebanyak 12 ruang yang berlokasi di perumahan Villa Melati Mas Blok J Kelurahan Pondok Jagung di atas tanah seluas 8.000 M2. Tanah tersebut merupakan milik pemerintah Kabupaten Tangerang. Diberikannya tanah itu dengan berdasarkan Surat Keputusan (SK) Bupati Tangerang dengan Nomor: 593/Kep.46- HUK/2007.

Dengan berjalannya waktu bersamaan dengan berdirinya Kota Tangerang Selatan pada tahun 2008, maka dengan kebijakan

(38)

Wali Kota Tangerang Selatan SMA Negeri 1 Serpong diganti namanya menjadi SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan. SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan sekarang memiliki jumlah siswa sebanyak 1.249 siswa dan memiliki 57 orang guru. Dari 57 guru tersebut 12 orang jenjang S2, 45 guru bergelar S1. Dengan dibantu 8 orang Tata Usaha, 5 orang office boy dan 3 orang Satpam.

2. Visi dan Misi Sekolah a. Visi Sekolah

"UTAMA" Unggul dalam prestasi, TAmpil sebagai teladan, dan MAmpu menjawab tantangan masa depan serta peduli terhadap budaya lingkungan hidup.”

b. Misi Sekolah

1. Meningkatkan pembinaan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

2. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, nyaman, menyenangkan (learning

enjoyfull), dan berkelanjutan sehingga setiap siswa dapat berkembang secara optimal dengan potensi yang dimiliki

3. Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah.

4. Membangun kultur sekolah yang mampu

menciptakan sikap kreatif, inovatif, kondusif, dan harmonis

5. Menerapkan manajemen berbasis sekolah yang mendorong partisipasi dan semangat kekeluargaan seluruh warga sekolah dan komite sekolah

6. Menjalin hubungan kemitraan dengan

lembaga/instansi pemerintah, perguruan tinggi, dan dunia usaha/dunia industri.

(39)

3. Sarana dan Prasarana

SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan yang berdiri di

atas tanah 8.000 M2 dibangun seluas 5.000M2, rincian dari 5000 M2 tersebut adalah sebagai berikut terdiri dari ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang tata usaha, ruang belajar yang dilengkapi dengan AC dan LCD, ruang laboratorium Bahasa, computer, IPA, ruang PPBKG, ruang perpustakaan, ruang bimbingan konseling (BK), ruang OSIS/MPK, ruang UKS, ruang PMR, panggung pentas, masjid, toilet putra putri, mes karyawan, kantin sekolah, lapangan, dan parkiran.

C. Teknik Pengumpulan Data

Keberhasilan dalam suatu penelitian salah satunya ditentukan oleh pengumpulan data. Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data sangat penting karena data yang disajikan dalam bentuk kata atau kalimat maka data-data yang dikumpulkan diupayakan valid dan andal (reliabel) sehingga data harus benar-benar memperhatikan lagkah-langkah yang telah ditentukan. Sebelumnya peneliti melakukan pengamatan observasi secara langsung objek penelitian yang akan dianalisis. Peneliti mengamati alur jalannya saat proses belajar mengajar Bahasa Indonesia di dalam kelas agar memudahkan saat memperoleh data secara langsung sebelum memulai penelitian.

Secara umum ada dua metode dalam menyediakan data yaitu, metode simak dan metode cakap.6 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan studi pustaka dengan teknik simak dan catat, lalu metode catat dalam penelitian ini mengarah pada pencacatan kembali tuturan para guru dan siswa selama kegiatan pemebelajaran berlangsung dan mengumpulkan data yang berupa di luar alat bantu rekam untuk menambah informasi penting lain yang berhubungan pada saat proses pembelajaran Bahasa Indonesia di dalam kelas berlangsung. Kemudian

6

(40)

peneliti menumpulkan data berupa media rekam yang dibantu dengan alat pendukung lainnya seperti Handphone dan alat perekam untuk merekam tuturan Guru dan Siwa saat sedang berlangsungnya pembelajaran Bahasa indonesia di dalam kelas.. Kemudian, menyimak data yang sudah didapat, mencatat hasil yang didapat membuat tabel, menganalisis dan membaginya ke dalam tabel deiksis proses pengklasifikasian data dibagi menjadi lima bagian deiksis persona, deiksis ruang, deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial.

D. Teknik Analisis Data

Peneliti dalam melakukan analisis data terlebih dahulu menyajikan seluruh data yang didapatkan dari transkrip. Setelah semua data disajikan dengan rinci maka selanjutnya peneliti menganalisisnya dengan menggunakan teori yang telah terpilih. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi lima bagian yaitu, deiksis persona, deiksis ruang, deiskis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial, lalu menentukan pengkualisifikasiannya. Kemudian, penulis mendeskripsikan hasil analisis agar pembaca lebih jelas dan terperinci.

E. Instrumen Analisis Data

Instrumen penelitian berupa catatan-catatan yang dikumpulkan berdasarkan studi kepustakaan peneliti. Peneliti berperan sebagai peneliti utama. Sebagai instrumen pelengkapnya, peneliti dibantu dengan perlengkapan alat untuk merekam sebagai sumber data, dan agar data yang di transkrip lebih akurat lagi penelitian menggunakan instrumen speaker agar terdengar lebih jelas mengtranskrip data dan dibantu oleh tabel kerja.

(41)

Tabel 3.1 Contoh Instrumen Analisis Data Deiksis No DEIKSIS Tuturan D.P D.R D.WKT D.WCN D.S 1 2 3 4 5 Analisis Data: ... ... Keterangan: D.P = Deiksis Persona

D.R = Deiksis Ruang dan Waktu D.WKT = Deiksis Waktu

D.WCN = Deiksis Wacana D.S = Deiksis Sosial

F. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian merupakan tahapan-tahapan atau langkah yang harus dikerjakan dalam suatu penelitian. Adapun tahapan atau pelaksanaan dalam penelitian sebagai berikut:

1. Peneliti mrngumpulkan referensi yang berisi teori-teori mengenai deiksis.

2. Peneliti membaca dengan cermat dan teliti mengenai hasil transkripan.

3. Peneliti membaca ulang hasil transkripan umtuk menemui ada deiksis apa saja yang terdapat di dalamnya.

(42)

4. Peneliti mengumpulkan data berupa deiksis yang terdapat di dalamnya dan mengelompokannya ke dalam tabel.

5. Peneliti menganalisis dan mendeskripsikan setiap bentuk deiksis yang telah dikelompokan.

(43)
(44)

32

Situasi pada saat penelitian ini berlasung dalam kelas yaitu sedang belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi teks negoisiasi. Saat berlangsungnya penelitian di kelas terbilang kundusif ataupun mengikuti alur guru dan siswa yang aktif. Penelitian ini juga diambil pada kelas 12 IPA 3 yang terdiri dari 36 siswa dan 12 IPA 4 terdiri 38 siswa. Guru bidang studi ini terbilang masih muda guru ini bernama Danan Jaya. M.Pd. Berikut penyajian data dan analisis data yang ditemukan oleh peneliti.

Tabel 4. 1

Data dan Analisis Deiksis Sosial

No DEIKSIS Tuturan

D.P D.R D.WKT D.WCN D.S

1.  Siswa : Baik, Pak.

2. 

Siswa : Masuk semua Pak.

3. 

Siswa : Kesepakatan Pak, Penawaran Pak.

4. 

Siswa : Kesepakatan Pak, kemajuan Pak sudah Pak.

5. 

Siswa : Tujuan Pak.

6. 

(45)

7. 

Siswa : Mencapai kesepakatan Pak.

8.  Siswa : Egois, Pak.

9.  Contoh : Bang beli!

10.  Bang.jualan apa,

Bang?

11. 

A : Berapa, Bang satu porsi cilok? 12.  Siswa : Permintaan, Pak. 13.  Siswa : Persetujuan, Pak. 14. 

Siswa : Penutup, Pak, Penutup.

15. 

B : Oh iya, Nak, nanti ya. Kalau sudah gajian nanti dibelikan.

16  Pak, mudah sulit?

17. 

Namanya siapa, Pak?

18. 

Pak, gampangan yang

(46)

Dari tabel 4.1 ditemukan 22 deiksis sosial, Siswa : Baik, Pak

Pada kolom nomer satu terdapat frasa yang bermakna sebagai pembeda tingkat sosial sebagai guru dan murid.

Siswa : Masuk semua Pak

Pada kolom nomer dua terdapat frasa yang bermakna sebagai pembeda tingkat sosial murid menjawab pertanyaan guru..

Siswa : Kesepakatan Pak, Penawaran Pak

Siswa : Kesepakatan Pak, kemajuan Pak sudah Pak

Kolom nomer tiga dan empat sama makna dan kalimatnya. Ditemukan frasa dan bermakna terdapat sebagai pembeda tingkat sosial.

nomer tiga,

19.  Pak ini satu orang,

individu, atau kelompok?

20. 

Ketua OSIS :

Terima kasih, Pak. Begini,

Jika Bapak memberi kepercayaan, kami yakin kegiatan ini akan berjalan lancar. 21.

(47)

Siswa : Tujuan Pak Siswa : Tujuan Pak

Pada kolom nomer lima dan enam terdapat juga kalimat yang sama yaitu sebagai frasa pembeda tingkat sosial.

Siswa : Mencapai kesepakatan Pak

Pada kolom tujuh terdapat frasa dan sebagai deiksis pembeda tingkat sosial.

Siswa : Egois, Pak

Pada kolom ini terdapat frasa dan sebagai pembeda tingkat sosial. Contoh : Bang beli!

Pada kolom ini terdapat frasa dan sebagai pembeda tingkat sosial ketika interaksi sosial pedagang dan pembeli.

Bang.jualan apa, Bang?

A : Berapa, Bang satu porsi cilok?

Dua kolom ini terdapat frasa dan sebagai pembeda identitas sosial pedagang dan pembeli.

Siswa: Permintaan,Pak Siswa: Persetujuan, Pak Siswa: Penutup, Pak, Penutup

Pada tiga kolom ini kata Pak bermakna sebagai pembeda tingkat sosial dengan penegrtian yang sama.

(48)

Pada kalom ini terdapat frasa dan sebagai pembeda sosial orang tua kepada anaknya.

Pak, mudah sulit?

Kolom itu sebagai frasa dan sebagai pembeda tingkat sosial. Namanya siapa, Pak?

Bermakna sebagai frasa pembeda tingkat sosial. Seorang siswa menanyakan nama kepada orang yang tingkatannya lebih tinggi..

Pak, gampangan yang nomer tiga

Pada kolom ini sebagai frasa bermakna sebagai pembeda tingkat sosial. Pak ini satu orang, individu, atau kelompok?

Bermakna sebagai pembeda tingkatan sosial. Adanya siswa menanyakan pada guru dengan adanya pembeda tingkat..

Ketua OSIS : Terima kasih, Pak. Begini, Terima kasih, Pak. Kalau begitu, saya permisi

Dua kolom tersebut memiliki makna yang sama yaitu bermakna sebagai penanda identitas sosial.

Jika Bapak memberi kepercayaan, kami yakin kegiatan ini akan berjalan lancar

bermakna sebagai pembeda tingkat sosial siswa berterima kasih memberi keyakinan kepada guru untuk lebih mempercayai kegiatan yang akan dilaksanakan.

(49)

Tabel 4.1.1 Bentuk Deiksis Sosial NO

DATA TUTURAN BENTUK DEIKSIS

1. Siswa : Baik, Pak.

Frasa yang bermakna sebagai pembeda tingkat sosial sebagai guru dan murid.

2. Siswa : Masuk semua Pak.

frasa yang bermakna sebagai pembeda tingkat sosial murid menjawab pertanyaan guru 3. Siswa : Kesepakatan Pak,

Penawaran Pak.

frasa dan bermakna terdapat sebagai pembeda tingkat sosial

4.

Siswa : Kesepakatan Pak, kemajuan Pak sudah Pak.

frasa dan bermakna terdapat sebagai pembeda tingkat sosial

5. Siswa : Tujuan Pak.

terdapat juga kalimat yang sama yaitu sebagai frasa pembeda tingkat sosial.

6. Siswa : Tujuan Pak.

terdapat juga kalimat yang sama yaitu sebagai frasa pembeda tingkat sosial.

7. Siswa : Mencapai kesepakatan Pak.

frasa dan sebagai deiksis pembeda tingkat sosial.

8. Siswa : Egois, Pak

frasa dan sebagai pembeda tingkat sosial.

9. Contoh : Bang beli!

frasa dan sebagai pembeda tingkat sosial ketika interaksi sosial pedagang dan pembeli. 10. Bang.jualan apa, Bang? frasa dan sebagai pembeda

(50)

pembeli.

11. A : Berapa, Bang satu porsi cilok?

frasa dan sebagai pembeda identitas sosial pedagang dan pembeli.

12. Siswa : Permintaan, Pak.

bermakna sebagai pembeda tingkat sosial dengan penegrtian yang sama.

13. Siswa : Persetujuan, Pak.

bermakna sebagai pembeda tingkat sosial dengan penegrtian yang sama.

14. Siswa : Penutup, Pak, Penutup.

bermakna sebagai pembeda tingkat sosial dengan penegrtian yang sama.

15.

B : Oh iya, Nak, nanti ya. Kalau sudah gajian nanti dibelikan.

frasa dan sebagai pembeda sosial orang tua kepada anaknya.

16. Pak, mudah sulit frasa dan sebagai pembeda tingkat social

17. Namanya siapa, Pak?

frasa pembeda tingkat sosial. Seorang siswa menanyakan nama kepada orang yang tingkatannya lebih tinggi

18. Pak, gampangan yang nomer tiga,

frasa bermakna sebagai pembeda tingkat social

19. Pak ini satu orang, individu, atau kelompok?

sebagai pembeda tingkatan sosial. Adanya siswa menanyakan pada guru dengan adanya pembeda tingkat

(51)

20 Ketua OSIS : Terima kasih, Pak. Begini,

bermakna sebagai penanda identitas sosial.

21.

Jika Bapak memberi kepercayaan, kami yakin kegiatan ini akan berjalan lancar

pembeda tingkat sosial siswa berterima kasih memberi keyakinan kepada guru untuk lebih mempercayai kegiatan yang akan dilaksanakan.

22. Terima kasih, Pak

bermakna sebagai penanda identitas sosial.

Tabel 4.1.2 Fungsi Deiksis Sosial

Fungsi Deiksi Sosial No Data Jumlah

Menunjukan Sikap Hormat 20, 21. 22 3

Pembeda Tingkat Sosial

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,

11, 12, 13, 14 14

Menyapa 17 1

Menyatakan 15, 16, 18, 19 4

Pada tabel 4.1.1 dan 4.1.2, deiksis sosial yang sering digunakan dalam proses belajar mengajar Bahasa Indonesia di sekolah SMAN 7 Tangerang Selatan kelas X IPA berjumlah 22 fungsi deiksis sosial, diantaranya; menunukan sikap hormat 3 deiksis, pembeda tingkat sosial 14, menyapa 1, dan menyatakan 4 deiksis.

(52)

Tabel 4. 2

Data dan Analisis Deiksis Waktu

No DEIKSIS Tuturan

D.P D.R D.WKT D.WCN D.S

1. 

Guru : Apa kabar semuanya hari ini?

2. 

Guru : Alhamdullilah. Siapa yang tidak masuk hari ini?

3. 

Guru : Baik. Hari ini kita akan membahas Teks Negoisasi. Apa si itu Teks Negoisasi? 4.  Guru : Salam, baik selamat pagi, selamat siang, selamat malam, selamat sore, atau Assalamualaikum itu bagian dari pembuka untuk mengawali dari Teks Negoisiasi. 5. Negara kita sekarang sedang 

(53)

Dari table 4.2 terdapat 7 deiksis waktu yaitu, “Guru : Apa kabar semuanya hari ini?”

Dalam dialog percakapan di atas merupakan deiksis waktu yang dimaksud merujuk hari ini sedang berlangsung atau sudah jelas menanykan kabar sekarang.

“Guru : Alhamdullilah. Siapa yang tidak masuk hari ini?”.

Pada dialog ketiga terdapat deiksis waktu guru menanyakan kabar hari ini yang sedang berlangsung pada siswa

dihadapi masalah-masalah besar salah satunya adalah pulau Natuna, supaya tidak terjadi perang diperlukan Negoisiasi antar Negara melalui siapa? Melalui mentri luar Negeri. Pembina OSIS : Selamat siang. Silakan duduk. 6.  7.  Rapat mengenai kegiatan wirausaha di sekolah

(54)

“Guru : Baik. Hari ini kita akan membahas Teks Negoisasi. Apa si itu Teks Negoisasi?”.

Dalam tuturan keempat atau percakapan di atas terdapat deiksis waktu guru memberi tahu siswa bahwa yang akan dipelajari hari ini yaitu teks negoisasi.

“Guru : Salam, baik, selamat malam, selamat sore, atau Assalamualaikum itu bagian dari pembuka untuk mengawali dari Teks Negoisiasi “.

Pada deiksis waktu kelima terdapat dialog mengucapkan salam selamat malam, karena dalam dialog diutarakan berlangsung pada malam hari.

“Negara kita sekarang sedang dihadapi masalah-masalah besar salah satunya adalah pulau Natuna, supaya tidak terjadi perang diperlukan Negoisiasi antar Negara melalui siapa? Melalui mentri luar Negeri”.

Dalam dieksis waktu tuturan keenam dipercakapan guru sedang menceritakan kejadian sekarang ini yang dialami langsung oleh guru dan diceritakan kembali sekarang pada siswa.

“Pembina OSIS : Selamat siang. Silakan duduk”.

Dalam percakapan ketujuh terdapat deiksis waktu yang diucapkan oleh Pembina osis menyampaikan salam balik kepada ketua osis yang berlangsung pada siang hari.

“Rapat mengenai kegiatan wirausaha di sekolah”.

Dalam percapakan kedepalan terdapat deiksis waktu ketua osis menyampaikan akan ada kegiatan wirausaha dan mengadakan rapat memberi tahu kepada Pembina osis di sekolah.

(55)

Tabel 4. 2.1 Bentuk Deiksis Waktu NO

DATA TUTURAN BENTUK DEIKSIS

1. “Guru : Apa kabar semuanya

hari ini?”

yang dimaksud merujuk hari ini sedang berlangsung atau sudah jelas menanykan kabar

sekarang.

2. “Guru : Alhamdullilah. Siapa yang tidak masuk hari ini?”.

terdapat deiksis waktu guru menanyakan kabar hari ini yang sedang berlangsung pada siswa

3.

“Guru : Baik. Hari ini kita akan membahas Teks Negoisasi. Apa si itu Teks Negoisasi?”.

deiksis waktu guru memberi tahu siswa bahwa yang akan dipelajari hari ini yaitu teks negoisasi.

4.

“Guru : Salam, baik, selamat malam, selamat sore, atau Assalamualaikum itu bagian dari pembuka untuk mengawali dari Teks Negoisiasi “.

terdapat dialog mengucapkan salam selamat malam, karena dalam dialog diutarakan berlangsung pada malam hari.

5.

“Negara kita sekarang sedang

dihadapi masalah-masalah

besar salah satunya adalah pulau Natuna, supaya tidak

terjadi perang diperlukan

Negoisiasi antar Negara

melalui siapa? Melalui mentri luar Negeri”.

guru sedang menceritakan kejadian sekarang ini yang dialami langsung oleh guru dan diceritakan kembali sekarang pada siswa.

Gambar

Tabel 2.1  Deiksis Persona
Tabel 3.1 Contoh Instrumen Analisis Data Deiksis  No  DEIKSIS  Tuturan  D.P  D.R  D.WKT  D.WCN  D.S  1                    2                    3                    4                    5                    Analisis Data:   .................................
Tabel 4.1.1  Bentuk Deiksis Sosial  NO
Tabel 4.1.2  Fungsi Deiksis Sosial
+7

Referensi

Dokumen terkait

konsentrasi POME dengan pengenceran 5× menggunakan umpan pada kepadatan 0.443 g/L. Dari penelitian ini, diharapkan dilakukan penelitian lanjutan untuk waktu

dan salah satu karyawan bagian produksi sebagai responden dengan pertimbangan bahwa pimpinan dan salah satu karyawan di bidang produksi sangat berkompeten untuk memberikan

Sistem informasi manajemen merupakan serangkaian sub bab informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi dan secara rasional terpadu yang mampu mentransformasi data sehingga

Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dan pengambilan sampel dengan teknik sensus sampling pada 75 orang aparat pengawas intern

Selama proses penerbitan Sertifikat,SKP dan Lisensi dari Kemnaker RI, peserta dapat menggunakan Sertifikat Internal dan Surat Keterangan dari PT Indohes Magna

Pada bagian akhir kuesioner mengenai kepuasan mahasiswa terhadap layanan UPJ (melingkupi 4 kategori yaitu: (1) Layanan Akademik, (2) Layanan Proses Pembelajaran, (3) Layanan

Meskipun nilai rerata antibodi protektif sapi jantan pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan pada sapi betina, namun berdasarkan uji t tidak berpasangan