• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN ph PADA INLINE MIXER MENGGUNAKAN FUZZY LOGIC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN ph PADA INLINE MIXER MENGGUNAKAN FUZZY LOGIC"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

i TUGAS AKHIR - TF 141581

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN pH

PADA INLINE MIXER MENGGUNAKAN FUZZY

LOGIC

ALEN JAYA WICAHYA NRP. 0231 1645 000022 Dosen Pembimbing

Hendra Cordova, S.T., M.T.

DEPARTEMEN TEKNIK FISIKA Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

(2)
(3)

iii FINAL PROJECT - TF 141581

DESIGN OF pH CONTROL SYSTEM IN INLINE

MIXER BY USING FUZZY LOGIC METHOD

ALEN JAYA WICAHYA NRP. 0231 1645 000022 Supervisor

Hendra Cordova, S.T., M.T.

DEPARTMENT OF ENGINEERING PHYSICS Faculty of Industrial Technology

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

(4)
(5)

v

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Alen Jaya Wicahya

NRP : 02311645000022

Departemen : Teknik Fisika FTI-ITS

Dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir saya yang berjudul PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN pH PADA INLINE MIXER MENGGUNAKAN FUZZY LOGIC adalah bebas dari plagiasi. Apabila pernyataan ini terbukti tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Surabaya, 25 Juli 2018 Yang membuat pernyataan,

(6)
(7)

vii

LEMBAR PENGESAHAN

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN pH PADA INLINE MIXER MENGGUNAKAN FUZZY LOGIC

TUGAS AKHIR Oleh : Alen Jaya Wicahya NRP : 02311645000022 Surabaya, Juli 2018 Mengetahui/Menyetujui Pembimbing I Hendra Cordova,S.T,M.T NIPN. 196905301994121001 Kepala Departemen Teknik Fisika FTI-ITS

Agus Muhamad Hatta,S.T.,M.Si,Ph.D NIPN. 197809022003121002

(8)
(9)

ix

LEMBAR PENGESAHAN

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN pH PADA INLINE MIXER MENGGUNAKAN FUZZY LOGIC

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

pada

Bidang Studi Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol Program Studi S-1 Departemen Teknik Fisika

Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Oleh :

ALEN JAYA WICAHYA NRP. 02311645000022

Disetujui oleh dosen penguji tugas akhir :

1. Hendra Cordova, ST, MT. ... (Pembimbing) 2. Totok Ruki Biyanto, ST, MT, Ph.D. ... (Ketua Penguji) 3. Ir. Matradji, M.Sc ... (Penguji I) 4. Prof. Dr. Ir. Sekartedjo, MSc ... (Penguji II)

SURABAYA JULI, 2018

(10)
(11)

xi

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN PH PADA INLINE MIXER MENGGUNAKAN FUZZY LOGIC Nama Mahasiswa : Alen Jaya Wicahya

NRP : 02311645000022 Departemen : Teknik Fisika FTI-ITS Dosen Pembimbing : Hendra Cordova, ST. MT Abstrak

Pengendalian pH merupakan suatu komponen penting pada suatu industri seperti pada sistem penetralan limbah, dan pada pembuatan suatu produk. Pupuk KCL merupakan salah satu produk dari pencampuran dua larutan yaitu HCl dan KOH. Pada pencampuran larutan dapat terjadi dengan menggunakan CSTR (Continuous Stirred Tank Reactor) atau menggunakan inline mixer. Pada penelitian ini bertujuan untuk merancang sistem pengendalian pH larutan HCl + KOH pada inline mixer menggunakan fuzzy logic. Dari hasil perancangan didapat hasil respon menggunakan FGS didapat hasil yang baik, selain itu dari hasil uji closeloop didapatkan settling time pada pH 7 yaitu pada detik ke 0,084 pada controller FGS dan detik ke 0,570 pada controller PID, dan dari hasil perbandingan IAE, kontroler FGS mempunyai hasil yang lebih kecil dibanding menggunakan kontroler PID. Pada uji disturbance, memasukan gangguan pada sistem ini akan menghasilkan perubahan pH yang drastis di titik saat terjadi perubahan aliran asam.

Kata Kunci: inline mixer, pengendalian pH, fuzzy-PID, HCl, KOH

(12)
(13)

xiii

DESIGN OF PH CONTROL SYSTEM IN INLINE MIXER BY USING FUZZY LOGIC METHOD

Name : Alen Jaya Wicahya

NRP : 02311645000022

Department : Teknik Fisika FTI-ITS Supervisor : Hendra Cordova, ST. MT

Abstract

PH control is one of the important process in the industry, such as a waste neutralizing system and the process of mixing product. KCL fertilizer is one of the products that made from mixing two liquids, HCl and KOH. Mixing liquids can be made by using CSTR (Continuous Stirred Tank Reactor) or using inline mixer. In this experiment is about how to design a pH control system of HCl + KOH liquids in inline mixer using fuzzy logic. The result of control system is the setpoint tracking response of the FGS have good responses, beside that closeloop test at setpoint 7, the settling time is 0,084 at FGS controller and 0,570 at PID controller and from the comparisons, IAE of FGS controller are smaller than using PID controller. In disturbance test, giving disturbance in this system are affect to the drastic change of pH at the time of acid flow changes.

(14)
(15)

xv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME, karena rahmat dan hikmat-Nya sehingga penulis diberikan kesehatan, kemudahan, dan kelancaran dalam menyusun laporan tugas akhir ini. Tidak lupa juga penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada keluarga dan para sahabat. Oleh karena dukungan mereka, penulis mampu menyusun laporan tugas akhir yang berjudul:

“PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN pH PADA INLINE MIXER MENGGUNAKAN FUZZY

LOGIC ”

Tugas akhir ini merupakan salah satu persyaratan akademik yang harus dipenuhi dalam Program Studi S-1 Teknik Fisika FTI-ITS. Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Agus M. Hatta, S.T., M.Si, Ph.D selaku kepala departemen Teknik Fisika ITS.

2. Totok Ruki Biyanto, Ph.D selaku ketua bidang minat rekayasa instrumentasi dan kontrol sekaligus yang telah banyak membantu penulis.

3. Hendra Cordova, S.T, M.T selaku dosen pembimbing tugas akhir ini, yang selalu memberikan bimbingan dan semangat pada penulis.

4. Ibu Lizda Johar Mawarani, ST, M.T selaku dosen wali penulis.

5. Bapak dan Ibu dosen Teknik Fisika yang telah banyak memberikan ilmunya sehingga penulis dapat

6. Orang Tua saya yang tercinta, dan adik saya, terima kasih atas segala dukungan dan kepercayaan baik moril, spiritual dan material. Semoga selalu dilimpahkan rahmat dan hidayahnya.

7. Jerry Ardiyanto selaku rekan satu dosen pembimbing yang telah banyak memotivasi penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Teman-teman seperjuangan tugas akhir yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan BDBY team yang selalu memberi

(16)

xvi

dukungan serta semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Tugas Akhir ini

Penulis menyadari bahwa mungkin masih ada kekurangan dalam laporan ini, sehingga kritik dan saran penulis terima. Semoga laporan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis dan pihak yang membacanya.

Surabaya, 25 Juli 2018

(17)

xvii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

PAGE TITLE ... iii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ... v

LEMBAR PENGESAHAN ... vii

LEMBAR PENGESAHAN ... ix

ABSTRAK ... xi

ABSTRACT ... xiii

KATA PENGANTAR ... xv

DAFTAR ISI ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR TABEL ... xxi

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 2 1.3 Lingkup Kerja ... 2 1.4 Tujuan ... 2 1.5 Batasan Masalah ... 2 1.6 Tinjauan Pustaka ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 CIPM (Continous Inline Pipe Mixing) ... 5

2.2 Teori Asam Basa ... 6

2.3 Titrasi Asam Basa ... 7

2.4 Konsep Dasar Fuzzy ... 8

2.5 Operasi Himpunan Fuzzy ... 9

2.6 Kendali Logika Fuzzy ... 12

2.7 PID Controller ... 12

2.8 Fuzzy Gain Scheduling ... 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 15

3.1 Pemodelan Dinamik Pada Inline Mixer ... 16

(18)

xviii

3.3 Pemodelan Matematik Elemen Pengendali ... 18

3.4 Perancangan Sistem Pengendalian ... 21

3.5 Uji Openloop Model ... 22

3.6 Uji Closeloop Model ... 22

3.7 Perancangan Logika Fuzzy ... 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

4.1 Hasil Uji Open loop ... 31

4.2 Hasil Uji Close loop ... 33

4.3 Hasil Uji Tracking Setpoint ... 37

4.4 Hasil Uji Disturbance ... 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

5.1 Kesimpulan ... 39

5.2 Saran ... 39 DAFTAR PUSTAKA

(19)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Continous Inline Pipe Mixing ... 5

Gambar 2.2 Kurva titrasi larutan asam basa ... 8

Gambar 2.3 Fungsi trapesium ... 10

Gambar 2.4 Fungsi gaussian ... 10

Gambar 2.5 Fungsi keanggotaan segitiga ... 10

Gambar 2.6 Struktur dasar kendali logika fuzzy ... 12

Gambar 2.7 Diagram blok pengendali PID ... 13

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian ... 15

Gambar 3.2 Pemodelan dinamik pada matlab simulink ... 16

Gambar 3.3 Diagram blok sistem pengendalian ... 22

Gambar 3.4 Simulasi openloop pada matlab simulink ... 22

Gambar 3.5 Simulasi closeloop pada matlab simulink ... 23

Gambar 3.6 Desain input output pada FIS ... 24

Gambar 3.7 Membership function pada input error ... 24

Gambar 3.8 Membership function pada input delta error ... 25

Gambar 3.9 Membership function parameter Kp ... 26

Gambar 3.10 Membership function parameter Ki ... 26

Gambar 3.11 Membership function parameter Kd ... 27

Gambar 3.12 Rule viewer pada fuzzy logic ... 29

Gambar 3.13 Surface viewer pada fuzzy logic ... 29

Gambar 3.14 Fuzzy PID gain scheduling ... 30

Gambar 4.1 Hasil uji openloop ... 31

Gambar 4.2 Hasil validasi openloop ... 33

Gambar 4.3 Perbandingan respon setpoint pH 5 ... 34

Gambar 4.4 Perbandingan respon setpoint pH 7 ... 35

Gambar 4.5 Perbandingan respon setpoint pH 9 ... 36

Gambar 4.6 Uji tracking setpoint naik ... 37

Gambar 4.7 Uji tracking setpoint turun ... 37

(20)
(21)

xxi

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Tabel Parameter Kp. Ki, dan Kd ... 13

Tabel 3. 1 Rule base untuk parameter Kp ... 27

Tabel 3. 2 Rule base untuk parameter Ki ... 28

Tabel 3. 3 Rule base untuk parameter Kd ... 28

Tabel 4. 1 Penentuan parameter Kp,Ti dan Td menurut Ziegler Nichols ... 33

Tabel 4. 2 Indeks Parameter Respon pH 5 ... 33

Tabel 4. 3 Indeks Parameter Respon pH 7 ... 34

(22)
(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengendalian merupakan suatu hal penting bagi dunia industri, salah satunya adalah pengendalian pH. Seiring dengan perkembangan dibidang pengendalian pH pada industri maka perlu dibuat suatu sistem pengendalian pH yang memberikan performansi yang lebih baik. Hal ini bertujuan untuk mengontrol pH agar tetap terjaga pada kisaran nilai yang diinginkan sesuai dengan produk yang akan dihasilkan, seperti proses penetralan pada water treatment, penggabungan larutan pada CSTR(Continuous flow Stirred-Tank Reactor), maupun pada inline mixing.

Menurut Jin Young choi dan Jietae Lee, umumnya proses pengendalian pH terjadi pada tanki CSTR (Continuous Stirred Tank Reactor). Selain itu, proses tersebut juga dapat dilakukan pada ILFM (In Line Flash Mixing). Proses inline mixing merupakan suatu sistem yang digunakan untuk mencampur 2 jenis larutan atau lebih untuk mendapatkan produk dengan pH tertentu dengan cara mengatur besar atau kecilnya aliran yang diinjeksi pada larutan untuk menaikan ataupun menurunkan pH pada suatu aliran fluida. Untuk mengukur pH pada suatu plant maka diperlukan perhitungan sistem dinamik larutan. Berdasarkan literatur yang ada, sistem dinamik tersebut digunakan untuk mencari nilai [H+] yang nantinya akan digunakan untuk menentukan pH.

Pada penelitian ini bertujuan untuk mendesain proses pengendalian pH menggunakan sistem inline mixing pada larutan HCL + KOH  KCL + H2O dengan menggunakan fuzzy logic.

KCL sering digunakan sebagai bahan dari pupuk KCL. Menurut Sarief (1986) menyatakan bahwa reaksi tanah akan mempengaruhi ketersediaan unsur hara bagi tanaman, pada reaksi tanah yang netral pH (6,5-7,5) unsur hara yang tersedia dalam jumlah yang cukup banyak (optimal), sedangkan pada pH tanah kurang dari 6,0 ketersediaan unsur P, kalium, belerang, kalsium, magnesium, dan

(24)

2

molibidinum menurun cepat, serta pada pH yang tinggi dari 8.0 menyebabkan unsur nitrogen, besi, mangan, borium, tembaga, dan seng tersedianya relatif sedikit. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat mendapatkan suatu sistem dengan performansi yang lebih baik dibidang pengendalian pH.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan diangkat dalam tugas akhir ini, antara lain:

a. Bagaimana membuat sistem dinamik dan statik dari larutan HCL + KOH  KCL + H2O pada inline mixer.

b. Bagaimana merancang sistem pengendalian pH pada inline mixer dengan mengunakan sistem fuzzy.

1.3 Lingkup Kerja

Adapun lingkup kerja dari tugas akhir ini adalah membuat sistem pengendalian pH pada continous inline mixing menggunakan larutan HCL + KOH  KCL + H2O agar

mendapatkan nilai pH yang sesuai dengan set point dan steady pada nilai set point tersebut.

1.4 Tujuan

Adapun Tujuan yang akan dilakukan pada tugas akhir ini, yaitu:

a. Dapat membuat sistem dinamik dan statik dari larutan HCL + KOH  KCL + H2O pada inline mixer

b. Dapat merancang sistem pengendalian pH pada inline mixer dengan mengunakan sistem fuzzy.

1.5 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah yang digunakan dalam pengerjaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Plant yang digunakan adalah CIPM (Continous Pipe Inline Mixer)

(25)

3

3. Perancangan sistem pengendalian menggunaan Fuzzy Gain Scheduling

1.6 Tinjauan Pustaka

Dalam menunjang pelaksanaan tugas akhir ini terdapat beberapa referensi literature, antara lain:

[1] Firmansyah. 2013. “Perancangan Sistem Kontrol Pid

Pada Proses pH Berbasis Pembagian Region Kurva

Titrasi”. Jurnal Teknik POMITS Vol. 2, No. 2, (ISSN:

2337-3539)

[2] Jean-Peter Ylen.2001. “Measuring, Modelling and

Controlling the Ph Value and the Dynamic Chemical

State”.

Helsinki University of Technology Control

Engineering Laboratory.

[3]

Warin Gusena. 2013. “Rancang Bangun Pengendalian

pH Pada InlineFlash Mixing Menggunakan Metode

Neural Network Controller”. Jurnal Teknik Pomits

Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271

Print)

[4]

Fihir

. 2011. “

Perancangan PID Sebagai Pengendali Ph Pada Continuous Stirred Tank Reactor (Cstr)

”.

(26)

4

(27)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 CPIM (

Continous Inline Pipe Mixing)

Inline mixer atau sering disebut CIPM (Continous Inline

Pipe Mixing) adalah sebuah proses pencampuran fluida

dengan cara menginjeksi larutan B (Fb.Cb) pada aliran

larutan A (Fa.Ca) langsung pada pipa tersebut. Inline mixer

digunakan untuk tujuan tertentu seperti pengolahan limbah,

penetralan

pada

proses

water

treatment

ataupun

pencampuran dua buah larutan. Pada penelitian ini akan

mencampurkan dua buah larutan untuk mengontrol pH

keluaran dari inline mixer ini. Larutan yang digunakan adalah

HCL + KOH  KCL + H

2

O. Dari larutan tersebut akan

dibuat sistem pengendalian pH agar keluaran pH dari proses

tersebut sesuai dengan apa yang diinginkan. Untuk gambar

contoh dari inline mixing dapat dilihat pada gambar 2.1.

(28)

6

2.2 Teori Asam Basa

Menurut Arrhenius apabila larutan elektrolit dilarutkan kedalam air maka akan menghasilkan ion-ion positif dan negatif. Apabila larutan yang dicelupkan kedalam air mengasilkan ion H+

atau H3O+ maka larutan tersebut tergolong larutan yang bersifat

asam. Sedangkan suatu larutan dikatan bersifat basa jika suatu larutan yang dilarutkan kedalam air menghasilkan ion hidroksida atau OH-.

Teori tentang konsep asam dan basa lainnya dikemukan oleh Bronsted-Lowry. Bronsted-Lowry menyatakan bahwa asam adalah zat yang dapat memberikan proton (donor) sedangkan basa adalah suatu zat yang dapat menerima proton (akseptor). Proton yang dimaksud adalah ion H+. sebagai contoh yaitu larutan HCl dilarutkan kedalam air maka reaksinya akan menjadi sebagai berikut (Ylen, 2001):

𝐻𝐶𝑙 + 𝐻2𝑂 ↔ 𝐶𝑙−+ 𝐻3𝑂+ (2.1) Konstanta kesetimbangan reaksi diatas dapat ditulis:

𝐾 =[𝐶𝑙

] [𝐻

3𝑂+]

[𝐻𝐶𝑙][𝐻2𝑂]

(2.2) K merupakan konstanta disosiasi larutan yang didapat dari perbandingan konsentrasi hasil dengan konsentrasi produk. Karena reaksi terjadi dalam larutan air, maka harga atau nilai konstanta asam adalah (Ylen, 2001):

𝐾𝑎 = 𝐾 ∗ [𝐻2𝑂] =[𝐶𝑙

][𝐻

3𝑂+]

[𝐻𝐶𝑙] (2.3) Pada persamaan diatas konsentrasi H2O dianggap konstan,

sehingga persamaan diatas dapat ditulis menjadi: 𝐾𝑎 =[𝐶𝑙

][𝐻

3𝑂+]

[𝐻𝐶𝑙] (2.4) Untuk larutan yang bersifat basa, reaksinya hampir sama dengan

(29)

7

larutan yang bersifat asam. Hanya saja pada larutan basa ion yang dihasilkan dari proses disosiasi adalah ion OH- sebagai berikut:

𝐴 + 𝐻2𝑂 ↔ 𝐻𝐴++ 𝑂𝐻 (2.5) Larutan basa A dilarutkan kedalam air, didalam air terjadi reaksi dimana larutan A menerima sumbangan 1 ion H+ dari H

2O.

Konstanta disosiasi untuk larutan basa (Kb) adalah sebagai berikut

(Ylen, 2001): 𝐾𝑏=[𝑂𝐻

][𝐻𝐴+]

[𝐴] (2.6) Nilai tetapan kesetimbangan air pada temperature 25o C adalah sekitar 1.82 x 10-16 . Hal ini menyebabkan derajat disosiasi air dapat diabaikan atau dianggap tisak terdisosiasi, atau dapat juga dikatakan bahwa konsentrasi air dapat dianggap konstan karena nilainya yang sangat kecil. Sehingga konstanta disosiasi air adalah sebagai berikut (Ylen, 2001):

𝐾 =[𝐻

+][𝑂𝐻]

[𝐻2𝑂] (2.7) 𝐾𝑤= [𝐻+]𝑥[𝑂𝐻−] = 10−14 (2.8) Pada dasarnya derajat keasaman dari suatu larutan bergantung pada konstransi ion H+ dalam larutan. Semakin besar konsentrasi ion H+ maka semakin asam larutan tersebut. Nilai pH dapat dirumuskan sebagai berikut (Ylen, 2001):

𝑝𝐻 = − log[𝐻+] (2.9) 𝑝𝑂𝐻 = − log[𝑂𝐻−] (2.10)

2.3 Titrasi Asam dan Basa

Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan standar ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan

(30)

8

mengetahui komponen yang tidak dikenal. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa - volum larutan). Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standardisasi (Day Underwood,1999). Dari proses titrasi didapat kurva sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kurva titrasi larutan asam basa 2.4 Konsep Dasar Fuzzy

logika fuzzy adalah: “Sebuah metodologi berhitung dengan variabel kata-kata (linguistic variable) sebagai pengganti berhitung dengan bilangan. Kata-kata digunakan dalam fuzzy logic memang tidak sepresisi bilangan, namun kata-kata jauh lebih dekat dengan intuisi manusia” Mengenai logika fuzzy pada dasarnya tidak semua keputusan dijelaskan dengan 0 atau 1, namun ada kondisi diantara keduanya, daerah diantara keduanya inilah yang disebut dengan fuzzy atau tersamar. Secara umum ada beberapa konsep sistem logika fuzzy , sebagai berikut dibawah ini:

a. Himpunan tegas yang merupakan nilai keanggotaan suatu item dalam suatu himpunan tertentu.

(31)

9

b. Himpunan fuzzy yang merupakan suatu himpunan yang digunakan untuk mengatasi kekakuan dari himpunan tegas. c. Fungsi keanggotaan yang memiliki interval 0 sampai 1 d. Variabel linguistic yang merupakan suatu variabel yang

memiliki nilai berupa kata-kata yang dinyatakan dalam bahasa alamiah dan bukan angka.

e. Operasi dasar himpunan fuzzy merupakan operasi untuk menggabungkan dan atau memodifikasi himpunan fuzzy. f. Aturan (rule) then fuzzy merupakan suatu pernyataan

if-then, dimana beberapa kata-kata dalam pernyataan tersebut ditentukan oleh fungsi keanggotaan.

Dalam proses pemanfaatan logika fuzzy, ada beberapa hal yang harus diperhatikan salah satunya adalah cara mengolah input menjadi output melalui sistem inferensi fuzzy. Metode inferensi fuzzy atau cara merumuskan pemetaan dari masukan yang diberikan kepada sebuah keluaran. Proses ini melibatkan fungsi keanggotaan, operasi logika, serta aturan IF-THEN. Hasil dari proses ini akan menghasilkan sebuah sistem yang disebut dengan FIS (Fuzzy Inferensi System). Dalam logika fuzzy tersedia beberapa jenis FIS diantaranya adalah Mamdani, Sugeno, dan Tsukamoto. (Mahargiyak, 2013).

2.5 Operasi Himpunan Fuzzy

Fungsi keanggotaan menyatakan derajat keanggotaan dari masing-masing anggota dalam semesta pembicaraan. Fungsi keanggotaan ini dapat didefinisikan dengan memakai dua cara yaitu dengan numerik dan dengan fungsional. Definisi numerik menyatakan fungsi keanggotaan himpunan fuzzy dalam sebuah vektor dimana dimensinya tergantung pada tingkat diskritisasi. Definisi fungsional mendefinisikan fungsi keanggotaan himpunan fuzzy dalam pernyataan analitik dimana tingkat keanggotaan masing-masing elemen dihitung didalam semesta pembicaraan. Adapun fungsi keanggotaan yang sering dipakai dalam praktek antara lain (Arifin, 2016) :

(32)

10

a. Fungsi Trapesium

Fungsi keanggotaan trapesium tergantung pada empat parameter.

Gambar 2.3 Fungsi trapesium b. Fungsi Gaussian

Gambar 2.4 Fungsi gaussian

Dengan s adalah derajat exponensial fungsi gaussian, c adalah titik tengah fungsi Gaussian (Arifin, 2016).

c. Fungsi-T (Segitiga)

Gambar 2.5 Fungsi keanggotaan segitiga

Dua himpunan fuzzy A dan B dalam suatu himpunan semesta U dengan fungsi keanggotaan masing-masing µA dan µB memiliki operasi-operasi himpunan antara lain sebagai berikut (Arifin, 2016) :

(33)

11

1) Komplemen dari A (A’)

Komplemen dari himpunan fuzzy A dengan derajat keanggotaan µA (u) didefinisikan sebagai himpunan fuzzy yang terletak pada semesta yang sama dengan derajat keanggotaan.

µA (u) = 1- µA (u) (2.11)

2) Irisan dari A dan B (A ∩ B)

Irisan dari dua himpunan fuzzy A dan B adalah himpunan fuzzy dengan derajat keanggotaan elemennya diberikan persamaan

µA ∩ B (u) = Min (µA (u), µB (u)) (2.12) 3) Gabungan dari A dan B (A U B)

Gabungan dari dua himpunan fuzzy A dan B adalah himpunan fuzzy dengan derajat keanggotaan elemennya diberikan persamaan

µA U B (u) = Max (µA (u), µB (u)) (2.13) 4) Kesamaan

Dua himpunan fuzzy A dan B dikatakan sama jika keduanya berada pada semesta yang sama dan tiap elemennya memiliki derajat keanggotaan yang sama.

µA (u) = µB (u) (2.14)

Relasi fuzzy adalah suatu relasi yang nilai kebenarannya diantara 0 dan 1. Relasi fuzzy dari himpunan semesta A1,A2,...,An.

(34)

12

2.6 Kendali Logika Fuzzy

Gambar 2.6 Struktur dasar kendali logika fuzzy

Prinsip operasi dari kendali dengan menggunakan logika fuzzy serupa dengan operator manusia yaitu dengan mengatur sinyal input dari sistem dengan hanya melihat output dari sistem itu sendiri. Terdapat tiga bagian utama dari kendali logika fuzzy yaitu fuzzifier, rule base, dan defuzzifier yang ditunjukan pada gambar 2.6. Sinyal-sinyal input, biasanya berupa error dari setpoint, dikonversi kedalam bilangan fuzzy oleh fuzzifier. Selanjutnya bilangan fuzzy tersebut diterjemahkan oleh rule base agar diperoleh sinyal output yang diinginkan. Terakhir, kumpulan nilai fuzzy yang merepresantasikan sinyal output kontroler tersebut dikonversi kedalam nilai yang crisp. (Altas & M, 2007)

2.7 PID Controller

PID Controller merupakan salah satu jenis pengatur yang banyak digunakan. Selain itu sistem ini mudah digabungkan dengan metode pengaturan yang lain seperti Fuzzy dan Robust. Sehingga akan menjadi suatu sistem pengatur yang semakin baik, untuk diagram blok pengendalian PID dapat dilihat pada gambar 2.7 sebagai berikut:

(35)

13

PID Controller memiliki transfer function sebagai sebagai berikut: 𝑚𝑣(𝑡) = 𝐾𝑝. 𝑒(𝑡) + 𝐾𝑖 ∫ 𝑒(𝑡)𝑑𝑡 + 𝐾𝑑𝑑𝑒(𝑡)

𝑑𝑡 𝑡

0

(2.15)

PID Controller sebenarnya terdiri dari 3 jenis cara pengaturan yang saling dikombinasikan, yaitu P (Proportional) Controller, D (Derivative) Controller, dan I (Integral) Controller. Masing-masing memiliki parameter tertentu yang harus diset untuk dapat beroperasi dengan baik, yang disebut sebagai konstanta. Setiap jenis, memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.1 Tabel Parameter Kp. Ki, dan Kd

Response Rise Time Overshoot Settling Time SS Error Kp Decrease Increase Small change Decrease Ki Decrease Increase Increase Eliminate

Kd Small

change Decrease Decrease

Small change Parameter - parameter tersebut, tidak bersifat independen, sehingga pada saat salah satu nilai konstantanya diubah, maka mungkin sistem tidak akan bereaksi seperti yang diinginkan. Tabel di atas hanya dipergunakan sebagai pedoman jika akan melakukan perubahan konstanta. Untuk merancang suatu PID Controller, biasanya dipergunakan metoda trial & error. Sehingga perancang harus mencoba kombinasi pengatur beserta konstantanya untuk mendapatkan hasil terbaik yang paling sederhana. (Fatchul Arifin,2013)

2.8 Fuzzy Gain Scheduling

Pengendali PID merupakan pengendali yang banyak digunakan di industri proses karena bentuknya yang sederhana dan mudah diimplementasikan. Untuk mengatasi permasalahan biasanya adalah dengan menggunakan metode Fuzzy Gain Schedulling.

(36)

14

Dimana parameter kendali berubah secara otomatis. Hal ini terjadi jika perubahan kondisi operasi yang menyebabkan kinerja kendali menurun, dimana dapat diketahui dari nilai error dan derror. Metode ini dinamakan Fuzzy Gain Schedulling (Handrian, Arifin, & Roekmono, 2011).

Pada aplikasi ini, fuzzy berfungsi menghitung secara otomatis parameter kontrol PID (Kp,Ki, dan Kd), berdasarkan kondisi signal error (E) dan perubahan error (∆E) (Handrian, Arifin, & Roekmono, 2011).

Variabel tambahan yang akan dijadikan variabel penjadwal pada dasarnya harus terkolerasi atau berhubungan dengan titik kerja atau kondisi proses yang dikontrol. Variabel tersebut dapat saja berupa output proses itu sendiri atau variabel input lain yang secara langsung mempengaruhi dinamika proses.

Dalam bentuknya yang sederhana, metode kontrol gain schedulling ini dapat direalisasikan dalam sebuah tabel yang berisi himpunan parameter PID untuk berbagai kondisi yang mungkin terjadi selama pengontrolan proses berlangsung (Handrian, Arifin, & Roekmono, 2011).

(37)

15 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada laporan ini akan dirancang sistem pengendalian pH pada inline mixer dengan beberapa tahapan seperti berikut:

(38)

16

3.1 Pemodelan Dinamik pada Inline Mixer

Pada Inline mixer reaksi antara HCL dan KOH terjadi pada pada suatu pipa kontinyu dimana aliran larutan HCL mengalir secara konstan sehingga larutan KOH berfungsi sebagai larutan pengendali yang akan diinjeksikan kedalam pipa yang dialiri HCL. Sehingga didapat rumus permodelan dinamik seperti pada rumus (3.1).

𝑥

𝑖

(𝑡) =

𝐹𝑎. 𝐶𝑎

𝑖

𝐹𝑎 + 𝐹𝑏(𝑡 − 𝜃)

+

𝐹𝑏

(𝑡 − 𝜃). 𝐶𝑏

𝑖

𝐹𝑎 + 𝐹𝑏 (𝑡 − 𝜃)

(3.1) Dimana:

Fa = Laju aliran influent (l/s)

Fb = Laju aliran titrasi (l/s)

Cai = Total konsentrasi influent ke-i (M) Cbi = Total konsentrasi larutan titrasi ke-i. (M) 𝑥𝑖 = Total konsentrasi pada keluaran

= time delay i = 1,2,3,..,n

Sehingga apabila persamaan (3.1) diterapkan pada matlab simulink sebagai bentuk pemodelan dinamik, maka akan didapatkan hasil seperti ditunjukan oleh Gambar (3.2).

(39)

17

3.2 Pemodelan Statik Reaksi HCl dan KOH

Untuk mencari permodelan statik dari reaksi HCl dan KOH maka diperlukan persamaan kesetimbangan larutan HCl dan KOH seperti berikut:

𝐻𝐶𝐿 + 𝐾𝑂𝐻 ↔ 𝐾𝐶𝐿 + 𝐻2𝑂 (3.2) Dari persamaan kesetimbangan berikut dapat dicari masing masing kesetimbangan antara asam dan basa seperti berikut: 𝐾𝑎 =[𝐶𝑙 −][𝐻+] [𝐻𝐶𝑙] (3.3) 𝐾𝑏 =[𝐾 +][𝑂𝐻] [𝐾𝑂𝐻] (3.4) Pemodelan statik reaksi kimia dilakukan berdasarkan konsep reaksi invariant. Pada sistem ini terdapat 2 reaksi invariant yang terjadi yaitu (Wahyuni & Cordova, 2012):

𝑋𝑎 = [𝐶𝑙 ] + [𝐻𝐶𝑙] (3.5) 𝑋𝑏 = [𝐾𝑂𝐻] + [𝐾] (3.6)

Karena kedua larutan bersifat asam kuat maka:

𝑊𝑎𝑡𝑒𝑟 = 𝑋𝑎 + 𝑋𝑏 (3.7) Berdasarkan persamaan kesetimbangan larutan dan persamaan reaksi invariant maka dapat dihitung permodelan statik dari reaksi pencampuran larutan HCl dan KOH seperti berikut: [𝐻+] + 𝑥𝑏 − 𝐾𝑤

[𝐻+]− 𝑥𝑎 = 0 (3.8) [𝐻+]2+ 𝑥𝑏[𝐻+] − 𝑥𝑎[𝐻+] − 𝑘𝑤 = 0 (3.9) [𝐻+]2+ (𝑥𝑏 − 𝑥𝑎)[𝐻+] − 𝑘𝑤 = 0 (3.10)

(40)

18

3.3 Pemodelan Matematik Elemen Pengendali

Pada permodelan matematik elemen pengendali ada dua elemen yang dimodelkan yaitu:

3.3.1 Fungsi Transfer Transmitter pH

Pada sistem ini transmitter pH akan membaca nilai pH dengan rentang pembacaan 0 – 14 dan diubah menjadi output sinyal elektrik berupa 4 – 20 mA, sehingga akan didapat nilai Gain pH seperti berikut: 𝐾𝑝𝐻= 𝑠𝑝𝑎𝑛 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝑠𝑝𝑎𝑛 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟 (3.11) 𝐾𝑝𝐻=20𝑚𝐴 − 4𝑚𝐴 14 − 0 = 8 7 (3.12) 𝐾𝑝𝐻= 𝐾𝑝𝐻 𝜏(𝑠)+ 1 (3.13)

Karena media yang digunakan adalah sinyal elektrik maka time lag (time konstan) yang terjadi sangat kecil dan diasumsikan bernilai 0 atau dapat diabaikan maka fungsi alih transmitter menjadi:

𝐺𝑝𝐻= 8/7

0 + 1 (3.14) Nilai output dari sensor pH berupa nilai arus 4 sampai 20 mA, nilai ini harus dikonversi menjadi nilai tegangan lalu dimasukan kedalam ADC (Analouge to Digital Converter) diasumsikan bahwa kecepatan dari konversi dari nilai arus kembali ke nilai pH berlangsung sangat cepat sehingga nilai gain dari transmitter ini adalah 1. Sehingga nilai fungsi transfer dari transmitter adalah :

𝐺𝑝𝐻=8 7∗

7

(41)

19

3.3.2 Fungsi Transfer Control Valve

Secara umum fungsi transfer dari control valve dapat dituliskan dalam persamaan berikut:

𝑓𝑏(𝑠) = 𝐾𝑇𝑜𝑡 . 𝑈(𝑠)

𝜏𝑐𝑣(𝑠) + 1 (3.16) Dengan:

Fb(s) = manipulated variable (L/s)

U(s) = sinyal masukan control valve (mA) KTot = Gain total dari kontrol valve

Tcv = Time konstan dari kontrol valve

Prinsip dari kontrol valve yaitu menggubah input 4 – 20 mA menjadi output flow. Pada penelitian ini menggunakan flow minimum sebersar 0 l/s dan flow maximum sebesar 50 l/s. Sebelum diubah menjadi flow untuk mengatur bukaan dari valve sinyal elektrik diubah menjadi tekanan untuk mendorong diafragma pada control valve pada tekanan 3 – 15 Psi. Maka gain total dari control valve dapat dituliskan sebagai berikut:

𝐾𝑇𝑜𝑡 = 𝐾𝑖/𝑝. 𝐾𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑡𝑜𝑟 (3.17)

Ki/p dan Kact dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut:

𝐾𝑖/𝑝. = 𝑠𝑝𝑎𝑛 𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑢𝑟𝑒 𝑘𝑒 𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑠𝑝𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑛𝑦𝑎𝑙 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 (3.18) 𝐾𝑎𝑐𝑡 = 𝑑 𝑑𝑥 𝑓(𝑥) 𝑓𝑏 𝑚𝑎𝑥 𝑠𝑝𝑎𝑛 𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑢𝑟𝑒 𝑑𝑎𝑟𝑖𝑖 𝑝 (3.19) Dimana :

Ki/p = Gain katup kendali pada actuator

Kact = Karakteristik control valve

Y = persamaan keluaran konversi

(42)

20

Dari persamaan diatas didapat KTot sebesar :

𝐾𝑇𝑜𝑡= 3.125 𝑥 − 12.5 (3.20) Untuk mencari nilai dari time constant digunakan persamaan berikut:

𝜏𝑐𝑣= 𝜏(∆𝑉 + 𝑅) (3.21) Dimana :

∆𝑉 = Persamaan perubahaan control valve =𝑓𝑏 max − 𝑓𝑏 𝑚𝑖𝑛

𝑓𝑏 𝑚𝑎𝑥 R = Perbandingan time constant inherent dengan time stroke

= 0.03 (untuk jenis diaphragm valve)

Dari persamaan diatas dengan menggunakan fb max sebesar 50 l/s dan fb min sebesar 0 l/s didapat nilai time constant dari control valve sebesar :

𝜏𝑐𝑣= 1.785𝑠 (3.22) Sehingga didapat persamaan fb(s) yaitu:

𝑓𝑏(𝑠) = 3.125 𝑥 − 12.5

1.785𝑠 + 1 (3.23) Menurut Shinskey (1992), Permodelan karakteristik control valve memiliki persamaan seperti berikut:

𝑦 = 𝑥

𝐿 + (1 − 𝐿)𝑥 (3.24) Dimana :

(43)

21

X = Masukan control valve (mA)

L = Bernilai 1 untuk control valve yang berkarakteristik linier Dengan mendistribusi persamaan 3.23 dan 3.24 didapatkan persamaan control valve dengan karakteristiknya. Untuk persamaan control valve karakteristik linear dengan harga L=1 maka persamaan menjadi:

𝑓𝑏(𝑠) = 3.125 𝑈(𝑠) − 12.5

1.785𝑠 + 1 (3.25) 3.4 Perancangan Sistem Pengendalian

Dari hasil model matematis dan fungsi transfer dari elemen pengendali control valve dan transmitter pH, maka langkah selanjutnya adalah merancang sistem pengendalian. Perancangan sistem pengendalian ini merancangan suatu pengendali yang mampu mengatasi karakteristik pH yang nonlinear, dan juga pada suatu sistem pengendalian secara menyeluruh.

Perancangan sistem pengendalian ini akan menggunakan Fuzzy Gain Scheduling, yang diharapkan mampu mengatasi karakteristik dari pH. Nilai error dan delta error dari pH akan masuk kedalam controller fuzzy Gain Scheduling yang akan mengirimkan sinyal 4 - 20 mA dan membuka valve pada aliran Fb yang akan menyesuaikan bukaannya sesuai nilai error dan delta error. Dari bukaan valve tersebut akan mencapai set point yang telah ditentukan pada plant inline mixer. Untuk melihat diagram blok dari pengendalian pH dapat dilihat pada gambar 3.3.

(44)

22

Gambar 3.3 Diagram blok sistem pengendalian 3.5 Uji Open loop Model

Pada simulasi uji open loop menggunakan simulasi simulink pada software matlab dan menggunakan data flow dan konsentrasi larutan asam dan basa yang di campurkan pada continous inline pipe mixing antara larutan KOH dan HCl. Dari simulasi ini didapatkan respon dari pencampuran kedua larutan tersebut yang berupa grafik titrasi pencampuran larutan asam kuat dan basa kuat dengan menggunakan scope pada simulink matlab.

Gambar 3.4 Simulasi open loop pada matlab Simulink

3.6 Uji Close loop Model

Pada uji simulasi close loop ditambahkan controller yang berupa fuzzy logic controller yang berguna untuk mengendalikan

(45)

23

bukaan valve agar dapat memanipulasi aliran flow dari aliran basa. Dengan menggunakan nilai input error dan delta error, dan output berupa Kp, Ki, dan Kd yang ditransmisikan ke valve untuk mengatur bukaan valve. Bentuk dari rancangan simulasi uji closeloop pada gambar 3.4.

Gambar 3.5 Simulasi close loop pada matlab simulink

3.7 Perancangan Logika Fuzzy

Pada sistem ini logika fuzzy digunakan untuk mencari parameter PID yang cocok digunakan pada plan pengendalian pH pada inline mixer. Dengan menggunakan input error dan delta error, akan menghasilkan output Kp , Ki, dan Kd seperti pada gambar 3.6.

(46)

24

Gambar 3.6 Desain input output pada FIS

Pada nilai input error menggunakan 5 buah membership function, yaitu negatif besar, negatif kecil, zero, positif kecil dan positif besar.

(47)

25

Pada perancangan membership function delta error digunakan sebagai input untuk mengatasi kurangnya tingkat kestabilan yang terjadi pada respon keluaran proses.

Gambar 3.8 Membership function pada input delta error Pada output menggukanakan input Kp, Ki dan Kd sehingga dapat mengatur besar bukaan pompa agar dapat mencapai setpoint dan berada pada steady state. Untuk membership function pada Kp, Ki dan Kd dapat dilihat pada gambar 3.8 – 3.10.

(48)

26

Gambar 3.9 Membership function pada input Kp

(49)

27

Gambar 3.11 Membership function pada input Kd Tabel 3.1 Rule base untuk parameter Kp

Kp derror NB NK Z PK PB error Kp NB M M S M M NK M M S M M Z S S ST S S PK VB VB B VB VB PB VB VB B VB VB

(50)

28

Tabel 3.2 Rule base untuk parameter Ki

Ki derror NB NK Z PK PB error Ki NB M M S M M NK M M S M M Z S S ST S S PK VB VB B VB VB PB VB VB B VB VB

Tabel 3.3 Rule base untuk parameter Kd

Kd derror NB NK Z PK PB error Kd NB M M S M M NK M M S M M Z S S ST S S PK VB VB B VB VB PB VB VB B VB VB

Sehingga dari aturan diatas dibentuk 25 rulebase pada fuzzy logic dan dapat dilihat melalui Rule viewer dan surface viewer seperti gambar 3.11 dan 3.12.

(51)

29

Gambar 3.12 Rule viewer pada fuzzy logic

(52)

30

Pada matlab simulink, kendali fuzzy PID gain scheduling disimulasikan sebagai berikut:

Gambar 3.14 Fuzzy PID gain scheduling

Dimana terdapat input berupa error dan delta error yang menjadi input bagi fuzzy logic controller yang diolah oleh rule base yang ada didalamnya untuk selanjutnya menjadi input bagi PID controller agar dihasilkan nilai parameter PID yang sesuai.

(53)

31 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Uji Openloop

Hasil dari permodelan statik dan dinamik pada persamaan 4.1a – 4.1 c dari reaksi invariant HCl dan KOH menghasilkan kurva titrasi asam kuat dan basa kuat.

[𝐻+] + 𝑥𝑏 − 𝐾𝑤

[𝐻+]− 𝑥𝑎 = 0 (4.1) [𝐻+]2+ 𝑥𝑏[𝐻+] − 𝑥𝑎[𝐻+] − 𝑘𝑤 = 0 (4.2) [𝐻+]2+ (𝑥𝑏 − 𝑥𝑎)[𝐻+] − 𝑘𝑤 = 0 (4.3) Dari persamaan diatas dibuatlah uji respon dari openloop dengan karakteristik plant yaitu konsentrasi larutan asam dan basa adalah 0.0001. menggunakan input step perubahan flow 8 l/s menjadi 15 l/s pada detik ke 50 dan menghasilkan respon seperti pada gambar 4.1 berikut.

Gambar 4.1 Hasil uji openloop

5 7 9 11 13 15 17 19 8 8,5 9 9,5 10 4 9 14 19 24 29 34 39 44 49 flow (l/s) pH Waktu (detik) Respon pH MV

(54)

32

Dari hasil uji openloop di atas terjadi perubahan nilai pH dikarenakan adanya input step nilai aliran pada larutan basa merubah nilai pH dari 9 kemudian berubah menjadi 9,73 pada detik ke 50. Dari hasil respon openloop tersebut dapat ditentukan FOPDT (First Order Plus Dead Time). Sehingga dapat ditentukan variabel Gain, Time constant, t63%, t28% dan 𝛼. Pada hasil respon Pada gambar 4.1 didapat t63% pada detik ke 59,43 dan t62% pada detik ke 59,15 setelah itu dapat ditentukan gain steady state sebesar 4,956 dengan time delay 0,03 detik dan time constant sebesar 1,03 detik. Sehingga dapat dimasukan pada persamaan 4.4. 𝐺(𝑠)= 𝐾𝑒

−𝛼𝑠

𝜏 + 1 (4.4) Dimana:

G(s) = Gain total

K = Gain steady state 𝜏 = Time constant (s) 𝛼 = Time delay (s)

Diperoleh nilai FOPDT sebesar : 𝐺(𝑠)= 4,956 𝑒

−0,03𝑠

1,03𝑠 + 1 (4.5) Berdasarkan tabel Ziegler Nichols pada tabel berikut.

Tabel 4.1 Penentuan parameter Kp,Ti dan Td menurut Ziegler Nichols

(55)

33

Didapat nilai Kp sebesar 6,52, Ti sebesar 0,076, dan Td sebesar 0,019 sehingga dikonversi menjadi nilai Kp sebesar 6,52, Ki sebesar 85,47, dan Kd sebesar 0,12 yang akan digunakan sebagai pembanding pada uji closeloop.

Untuk menguji kebenaran sistem dari plant ini maka dilakukan validasi dengan menggunakan persamaan pencampuran larutan sebagai berikut.

𝑝𝐻 = − log ( 𝑛𝑖

𝑉𝑝𝑒𝑛𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛) (4.6) Dimana :

ni : Mol pencampuran larutan

Vpencampuran : Volume pencampuran larutan (liter)

Sehingga didapatkan hasil validasi sebagai berikut:

Gambar 4.2 Hasil validasi openloop

Dari grafik diatas dapat dilihat perbandingan antara pH pada simulasi simulink dan pH perhitungan menggunakan persamaan pencampuran larutan. Dari dua grafik tersebut dapat dilihat bahwa nilainya hampir sama. sehingga dapat disimpulkan dari validasi ini persamaan tesrbut sudah benar.

5 7 9 11 13 15 17 19 8,6 8,8 9 9,2 9,4 9,6 9,8 6 13 20 27 34 41 48 pH Time (s)

pH pencampuran Larutan pH pada simulink MV

(56)

34

4.2 Hasil Uji Closeloop

Pada uji closeloop menggunakan setpoint pH 5, 7, dan 9. Dengan menggunakan flowrate larutan asam sebesar 10 liter perdetik dan nilai flowrate larutan basa yang diatur oleh controller. Pada hasil uji pH 5 menunjukan hasil respon seperti pada gambar 4.3.

Gambar 4.3 Perbandingan respon setpoint pH 5

Dari hasil respon menggunakan setpoint 5 pada sistem pengendalian pH menggunakan FGS yang akan dibandingkan dengan respon dari menggunakan PID Ziegler Nichols menghasilkan nilai settling time, error, overshoot dan nilai respon pH seperti berikut pada tabel 4.1.

Tabel 4.2 Indeks Parameter Respon pH 5 Jenis Uji Bagian yang

diamati Hasil Respon FGS Hasil Respon PID Setpoint Nilai pH 5 5

Settling Time 0,290 detik 1,320 detik

ESS 0,027 % 0,041 % Overshoot 0,360 % 21,956 % IAE 0,1453 0,5426 4 4,5 5 5,5 6 6,5 0 1 2 3 4 5 pH Waktu (detik)

(57)

35

Pada hasil uji pH 7 menunjukan hasil respon seperti pada gambar 4.4.

Gambar 4.4 Perbandingan respon setpoint pH 7

Dari hasil respon menggunakan setpoint 7 pada sistem pengendalian pH menggunakan FGS yang akan dibandingkan dengan respon dari menggunakan PID Ziegler Nichols menghasilkan nilai settling time, error, overshoot dan nilai respon pH seperti berikut pada tabel 4.2.

Tabel 4.3 Indeks Parameter Respon pH 7 Jenis Uji Bagian yang

diamati Hasil Respon FGS Hasil Respon PID Setpoint Nilai pH 7,00 7,015

Settling Time 0,084 detik 0,570 detik

ESS 0.00275% 0,2177% Overshoot 0% 27,303% IAE 0,131 0,9208 4 5 6 7 8 9 10 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 pH Waktu (detik)

(58)

36

-

Pada hasil uji pH 9 menunjukan hasil respon seperti pada gambar 4.5.

Gambar 4.5 Perbandingan respon setpoint pH 9

Dari hasil respon menggunakan setpoint 9 pada sistem pengendalian pH menggunakan FGS yang akan dibandingkan dengan respon dari menggunakan PID Ziegler Nichols menghasilkan nilai settling time, error, overshoot dan nilai respon pH seperti berikut pada tabel 4.2.

Tabel 4.4 Indeks Parameter Respon pH 9 Jenis Uji Bagian yang

diamati Hasil Respon FGS Hasil Respon PID Setpoint Nilai pH 9 9

Settling Time 0,103 detik 1,807 detik

ESS 0,117% 0,006% Overshoot 0.24% 7,5% IAE 0,176 1,645 0 2 4 6 8 10 12 0 1 2 3 4 5 pH Waktu (detik)

(59)

37

4.3 Hasil Uji Tracking Setpoint

Pada uji tracking set point ini dilakukan untuk mengetahui kinerja dari sistem kontrol untuk mencapai set point. Uji tracking set point ini dilakukan dengan dua cara yaitu uji tracking naik dan turun pada pH 6-8.

Pada hasil uji tracking set point naik menunjukan hasil respon seperti pada gambar 4.6 berikut.

Gambar 4.6 Uji tracking setpoint naik

Hasil uji tracking set point turun menunjukan hasil respon seperti pada gambar 4.7 berikut.

Gambar 4.7 Uji tracking setpoint turun 4 5 6 7 8 9 4,7 4,8 4,9 5 5,1 5,2 5,3 pH Waktu (detik) Respon pH Setpoint 4 5 6 7 8 9 4,7 4,9 5,1 5,3 pH Waktu (detik) Respon pH Setpoint

(60)

38

4.4 Hasil Uji Disturbance

Pada pengujian ini dilakukan uji disturbance dengan tujuan untuk mengetahui seberapa mampu sistem kontrol tersebut tahan terhadap disturbance. Pada pengujian ini menggunakan setpoint pH 8 dengan kondisi perubahan flow dengan input step sebesar 10 menjadi 11 pada detik ke-5. Berikut merupakan hasil uji dengan menambahkan disturbance seperti pada gambar 4.8 dibawah ini.

Gambar 4.8 Respon sistem terhadap disturbance 10% 9 11 13 15 17 19 4 5 6 7 8 9 4,5 4,7 4,9 5,1 5,3 5,5 Disturbance (l/s) pH Waktu (detik) Setpoint PV Disturbance

(61)

39 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Dari analisa data dan pembahasan pengujian kehandalan sistem pengendalian yang telah dirancang, dapat disimpulkan bahwa:

 Untuk mencari permodelan dari pencampuran larutan KOH dan HCl maka diperlukan permodelan statik dan dinamik dari larutan tersebut dan permodelan statik dari plant yang digunakan.

 Pengendalian pH dengan menggunakan sistem pengendalian Fuzzy Gain Scheduling menghasilkan respon yang baik seperti yang dapat dilihat pada respon uji tracking setpoint. Pada hasil yang diperoleh dari analisa adanya penambahan disturbance dapat berpengaruh besar pada settling time dan peak respon pada plant continous pipe inline mixer. Sedangkan dari uji closeloop pada pH 5 didapatkan settling time pada detik ke 0,290 pada controller FGS dan settling time pada detik ke 1,320 pada controller PID. Sedangkan pada pH 7 didapatkan settling time pada detik ke 0,084 pada controller FGS dan settling time pada detik ke 0,570 pada controller PID dan pada pH 9 sebelum diberi disturbance didapatkan settling time pada detik ke 0,103 pada controller FGS dan settling time pada detik ke 1,807 pada controller PID. Pada keseluruhan sistem IAE terendah ada pada pengendalian fuzzy gain scheduling, dikarenakan respon dari FGS menghasilkan nilai error lebih kecil dibanding PID.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah dapat diperlukan metode lain dari sistem pengendalian fuzzy Gain Scheduling utamanya untuk mengurangi dampak dari disturbance yang diberikan pada sistem sehingga dapat diperoleh respon yang lebih baik.

(62)

40

(63)

DAFTAR PUSTAKA

Altas, I. H., & M, S. A. (2007). A GENERALIZED DIRECT APPROACH FOR DESIGNING FUZZY LOGIC CONTROLLERS IN MATLAB/SIMULINK GUI ENVIRONMENT . International Journal of Information Technology and Intelligent Computing.

Arifin, S. (2016). Kuliah Fuzzy. Materi Kuliah Fuzzy Teknik Fisika ITS. Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.

Day, Underwood, (1999). Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta: Erlangga

Fatchul, A. (2013) PID Controller. Yogyakarta, Indonesia. Fihir. 2011. “Perancangan PID Sebagai Pengendali Ph Pada

Continuous Stirred Tank Reactor (Cstr)”.

Handrian, A., Arifin, S., & Roekmono. (2011). PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATURE PADA

REBOILER METANOL RECOVERY

MENGGUNAKAN FUZZY GAIN SCHEDULING-PID DI PT. ETERINDO NUSA GRAHA GRESIK. Undergraduate Thesis of Engineering Physics.

Mahargiyak, E. 2013. Penerapan Logika Fuzzy Metode Sugeno untuk Sistem Pendukung Keputusan Prakiraan Cuaca. Wahyuni, N., & Cordova, H. (2012). Perancangan Sistem Pengandalian pH dengan Metode Adaptive Control

(64)

Menggunakan Minimum Variance pada Unit Pengolahan Limbah Gas di PT HESS (Indonesia-Pangkah) Ltd. Tugas Akhir.

Ylen, J.-P. (2001). MEASURING, MODELLING AND CONTROLLING THE pH VALUE AND THE DYNAMIC CHEMICAL STATE . Helsinki: Helsinki University of Technology.

(65)

LAMPIRAN A

LISTING PROGRAM DAN SIMULINK 1. Simulink Persamaan Dinamik

(66)

2. Listing Program Pemodelan Statik function funcout = fcn(pinput) yl=pinput(:); xa=yl(1); xb=yl(2); kw=1e-14; a = 1; b =(xb-xa); c = (-kw); D = b^2-4*a*c H = (-b+sqrt(D))/2*a pH = -log10(H); funcout = pH;

(67)
(68)
(69)

Gambar

Gambar 2.1 Continous Inline Pipe Mixing
Gambar 2.2 Kurva titrasi larutan asam basa
Gambar 2.3 Fungsi trapesium  b.  Fungsi Gaussian
Gambar 2.6 Struktur dasar kendali logika fuzzy
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ruh dediğinin hiçbir zaman, Doğru dürüst ayakta duramayacağı, Üstelik de dans ediyorsunuz, Bütün diğer insanlar gibi.. Güzel Cadı: Ne işi var

Berdasarkan hasil analisis regresi yang diperoleh, untuk memperoleh efisiensi dan efektifitas penggunaan alat tangkap terhadap hasil tangkapan ikan di

Membuat Iklan Animasi 2D yang diharapkan bisa memberikan pengaruh positif kepada masyarakat agar dapat mengenal produk lokal yang berkwalitas dan Penjualan Gula

Perlindungan Hukum terhadap HaKI yang dimiliki oleh Pihak Pemberi Waralaba (franchisor) akan dapat lebih terlindungi apabila dalam Perjanjian Waralaba telah

Berdasarkan Keputusan Rektor Universitas Negeri Malang Nomor 14.1.15/UN32lKPl2OL5 tanggal 14 Januari 20t5, terhitung mulai tanggal 16 Januari 2015 telah

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala taufiq dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul:

Kemudian Hingga pada suatu hari mereka bernazar kepada Allah SWT bahwa jika mereka dijauhkan dari penyakit To’un , mereka akan memotong satu ekor ayam untuk satu

kebisingan yang terjadi pada bangunan kayu disebabkan oleh material kayu memiliki pori-pori yang besar sehingga sebagian besar dari gelombang bunyi ditransmisikan