0
PENYESUAIAN DIRI REMAJA DARI KELUARGA SINGLE PARENT
(Studi Di Kelurahan Dadok Tunggul Hitam)
JURNAL
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1)
Oleh:
MUHAMMAD IKHSAN
NPM:09060187
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
1
PENYESUAIAN DIRI REMAJA DARI KELUARGA SINGLE PARENT (STUDI DIKELURAHAN DADOK TUNGGUL HITAM)
Oleh: Muhammad Ikhsan*
Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRACT
This research is motivated by the observation of the author in the Village of Black Stump Dadok Padang seen that the authors are interested in doing research on adolescent adjustment of single parent families with the environment or with himself. Objective: (1) The form of adjustments adolescents from single parent families with itself in the Village Dadok Black stumps. (2) The form of adolescent adjustment of single parent families with the environment in the village Dadok Black stumps.
The author Gives the title of this paper entitled "Adolescent Adjustment Single Parent Families". (Studies in the Village Dadok stumps Black).
This research was conducted with a qualitative descriptive approach. As for the key informants in the study were: 2 teens and 2 parents, as well as supporting informers 4 people consisting of peers, neighbors, Mr. RT and RW pack. The research of data were collected through observation interviews. Engineering Data management using data reduction, the data presentation, summary and analysis of data.
Based on the results of research, adolescent adjustment of single parent families were found: (1) Adjustment adolescents from single parent families with himself. Adolescent relationships with parents re-harmonic (2) adolescent adjustment of single parent families with Reviews their surroundings. Close Reviews their relationships with peers and improve. From the results of this research was recommended to: (1) Young, that adolescents from single parent families can adjust to Reviews their families and communities. (2) Parents, to Broaden and as an input to the parent. (3) Society, is expected to help oversee Reviews their development
Latar Belakang Masalah
Manusia dalam rentang
kehidupan mengalami periode
pertumbuhan dan perkembangan. Salah satu perkembangan yang dialami individu adalah perkembangan pada masa remaja. Masa remaja adalah tahap yang datang setelah masa kanak-kanak
terakhir. Monks (2001:190)
membedakan masa remaja atas empat bagian, yaitu: (1) masa pra-remaja atau pra-pubertas (10-12 tahun), (2) masa remaja awal atau pubertas (12-15 tahun), (3) Masa remaja pertengahan (15-18 tahun) dan (4) masa remaja akhir (18-21).
Remaja sebagai periode tertentu dari kehidupan manusia merupakan suatu konsep yang relatif baru dalam kajian psikologi. Di negara-negara Barat istilah remaja dikenal
dengan “adolescence” yang berasal dari kata dalam bahasa latin “adolescere” (kata bendanya adolescentia = remaja ), yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa Desmita (2005:189).
Perkembangan lebih lanjut istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Pandangan ini didukung oleh Hurlock (1991:9) yang menyatakan bahwa secara pisikologis remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat yang lebih tua melainkan. Merasa sama, atau paling tidak sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini
2
banyak aspek afektif lebih atau kurang dari usia pubertas.
Remaja merupakan masa transisi dan kelanjutan dari masa kanak-kanak dalam menuju tingkat kematangan sebagai persiapan untuk mencapai kedewasaan. Kemajuan perkembangan yang dicapai dalam masa remaja merupakan keberhasilan di masa dewasa. Sebagai suatu proses transisi masa remaja ditandai dengan berbagai perubahan dalam aspek-aspek, fisik, intelektual dan sosial. Mohammad Surya (2003:176).
Hal ini sesuai dengan salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit yaitu yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Melalui komunikasi dapat tercapainya proses remaja, dimana
komunikasi merupakan proses
penyampaian dan penerimaan lambang-lambang yang mengandung arti baik yang memperoleh informasi maka tercapai hubungan timbal balik yang diinginkan . Dalam perkembangan kehidupan sosial remaja, ditandai dengan gejala meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam kehidupan mereka. Sebagaian
besar waktu dihabiskan untuk
berhubungan atau bergaul dengan teman sebaya. Remaja memerlukan ruang yang besar untuk melakukan penyesuaian diri dengan diri sendiri masyarakat lingkungan sosial mereka. Menurut James F.Calhoun dan Joan Ross Acocella (Sobur 2003:526) mendefenisikan penyesuaian diri sebagai interaksi yang kontiniu dengan diri sendiri dengan orang lain dan dunia sekitarnya di lingkungan tempat berada.
Penyesuaian diri sendiri Calhoun dan Acocella (1990:13) yaitu jumlah keseluruhan dari apa yang telah ada pada anda: tubuh anda, perilaku anda, dan pemikiran serta perasaan anda adalah sesuatu yang anda hadapi setiap detik anda. Adapun orang lain, menurut Calhoun dan Acocella (Sobur 2003:256), jelas bahwa mereka berpangaruh besar pada kita, sebagaimana kita juga berpangaruh besar pada kita, sebagaimana kita juga berpengaruh besar terhadap mereka. Sama juga, dunia kita penglihatan dan penciuman serta suara yang mengelilingi kita saat kita
menyelesaikan urusan kita memengaruhi kita dan memengaruhi mereka.
Penyesuaian diri dengan lingkungan kemampuan untuk membuat hubungan yang memuaskan antara orang dan lingkungan. Lingkungan disini mencakup semua pengaruh kemungkinan dan kekuatan yang melingkupi individu, yang dapat mempengaruhi kegiataannya untuk mencapai ketenangan jiwa dan raga dalam kehidupan. Lingkungan jika kita memerinci mencakup tiga segi yaitu (1) lingkungan alam, (2) lingkungan sosial (3) manusia sendiri.
Lingkungan alamiah adalah alam luar dan semua yang melingkungi individu yang vital dan alami, seperti pakaian, tempat tinggal, makanan, dan sebagainya Lingkungan sosial dan
kebudayaan adalah masyarakat
masyarakat di mana individu itu hidup, termasuk anggota-anggotanya, adat kebiasaannya, dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan masing-masing individu antara satu sama lain.
Aspek ketiga dari lingkungan adalah diri (the self), tempat individu harus mampu berhubungan dengannya dan seyogianya mempelajari: bagaimana cara mengaturnya, menguasainya, dan
mengendalikan keinginan serta
tuntunannya apabila tuntutan dan keinginan tersebut tidak patut atau tidak masuk akal.
Menurut Woodwarth (Sobur 2003:527) pada dasarnya empat jenis
hubungan antara individu dan
lingkungannya, yaitu (1) individu dapat bertentangan dengan lingkungan, (2)
individu dapat menggunakan
lingkungannya, (3) individu dapat berpatisipasi (ikut serta) dengan lingkungannya, dan (4) individu dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Keluarga atau orang tua
merupakan lingkungan sosial pertama bagi individual, dimana sebelum mereka berinteraksi dengan orang lain. Keberadaaan orang tua mempunyai arti penting dalam perkembangan sosial remaja. Keterikatan dengan orang tua pada masa remaja dapat membantu kompetensi sosial dan kesehjateraan sosialnya, seperti tercermin dalam ciri-ciri
3
harga diri, penyesuain emosional dan kesehatan fisik.
Sebaliknya ketidakutuhan suatu keluarga sangat mempengaruhi
perkembangan sosial dalam
penyesusaian diri anggotanya terutama anak-anak keluarga single parent .
Single parent adalah orang tua dalam
satu keluarga yang tinggal sendiri yaitu ayah saja atau ibu saja. Orang tua tunggal dapat terjadi karena perceraian, atau karena salah satu meninggalkan keluarga karena salah satu meninggal dunia. Kejadian itu dapat menimpa siapa saja, baik muda maupun tua dalam kondisi ayah meninggal dunia sehingga ibu menyendiri bersama seluruh anggota keluarganya atau ibu meninggal dunia sehingga ayah menyendiri bersama dengan keluarganya. Dalam keadaan seperti itu orang tua tunggal dihadapkan pada kenyataan dan tantangan untuk melakukan berbagai tugas dan fungsi keluarga sendirian.
Keluarga dengan orang tua tunggal mempunyai situasi dan kondisi yang khas yang mungkin berbeda dengan keadaan keluarga utuh. Situasi
itu akan membawa berbagai
kemungkinan munculnya berbagai masalah, termasuk masalah-masalah psikologis, Mohammad Surya (2003 : 230) .
Berdasarkan observasi yang penulis lakukan di Jalan Perumdam Kelurahan Dadok Tunggul Hitam kepada remaja yang memiliki keluarga
single parent. Wawancara saya lakukan
Pada tanggal 16 sampai 18 Juli 2013
kepada MJ yang menceritakan
masalahnya karena ayahnya sudah lama meninggal. Ibu MJ sibuk bekerja untuk membiayai sekolah anaknya. Masalah psikologis muncul dari remaja ini karena tidak adanya keutuhan dalam keluarga. Sementara teman-temannya yang lain memiliki keluarga yang utuh. Ini yang membuat MJ tidak bisa melakukan penyesuaian dirinya sendiri, keluarga dan lingkungan teman sebayanya.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan kepada MJ kurangnya kasih sayang dari orang tua dan jarangnya MJ
berkomunikasi di rumah dengan ibunya karena ibu MJ harus bekerja untuk menafkahi anak-anaknya karena membesarkan anaknya secara sendirian dan ibu MJ harus bisa beperan ganda menjadi sosok seorang ibu dan seorang ayah di dalam keluarga hal ini membuat hubungan yang tidak harmonis dalam keluarganya. Masalah psikologis pun muncul dari remaja ini merasa depresi dan frustasi minder dengan teman sebayanya karena tidak adanya sosok seorang ayah di dalam keluarganya. Melihat teman-temanya yang memiliki keluarga yang utuh adanya ibu dan ayah di dalam keluarga. Konsep diri negatif pun muncul di dalam diri MJ dia lebih suka melamun dan menyendiri. Beberapa orang tua terkadang terlalu sibuk dengan pekerjaannya terutama dalam keluarga Single Parent seorang ibu harus bisa memberikan perhatian yang lebih kepada anaknya yang sudah remaja karena seorang anak juga memerlukan rasa kasih sayang yang lebih dari orang tua .
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis tertarik
melakukan penelitian tentang
penyesuain diri dilihat perilaku dalam penyesuaian diri remaja dari keluarga
single parent dengan lingkungan ataupun dengan dirinya sendiri untuk menciptakan hubungan yang harmonis dalam kehidupannya. Maka penulis memberikan judul skripsi ini dengan judul “Penyesuaian Diri Remaja dari
Keluarga Single Parent“. (Studi di Kelurahan Dadok Tunggul Hitam). Fokus Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka Fokus Penelitian dalam penelitian ini adalah:
1. Bentuk Penyesuaian Diri Remaja dari Keluarga Single Parent dengan Dirinya Sendiri di Kelurahan Dadok Tunggul Hitam.
2. Bentuk penyesuaian diri remaja dari keluarga single parent dengan lingkungannya di Kelurahan Dadok Tunggul Hitam.
Rumusan Masalah
Berdasarkan Identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian
4
ini adalah “ Bagaimana penyesuaian diri remaja dari keluarga Single Parent?
Metedologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Lokasi penelitian ini terletak di Kelurahan Dadok Tunggul Hitam terdiri dari 8 Rukun Warga (RW) dan 28 Rukun Tetangga (RT). Pemilihan informan dilakukan dengan teknik purposif sampling. Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini maka penulis menggunakan teknik observasi dan wawancara Teknik tersebut meliputi langkah – langkah sebagai berikut:Reduksi Data adalah setelah data penelitian ini terkumpul dan untuk menghindari agar tidak tertumpuk tumpuk dan memudahkan dalam
mengelompokkan serta dalam
menyimpulkan perlu dilakukan reduksi data dapat memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil penelitian. Penyajian
Data merupakan proses pemberian
sekumpulan informasi yang sudah disusun memungkinkan penarikan kesimpulan. Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasiInforman penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian Moleong Lexy (2002:90). Pemilihan informan dilakukan dengan teknik purposif sampling. Yaitu penarikan informan secara sengaja yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi penelitian sesuai dengan tujuan penelitian. terdiri dari orang-orang yang terkait yaitu : 1. Informan Kunci adalah orang yang
betul-betul memahami permasalahan yang diteliti. Yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah orang yang terlibat langsung . Yaitu:
Remaja dan Orang tua dari RT 3 RW 4 a. Remaja keluarga Single Parent
sebanyak 2 orang.
b. Orang tua dari keluarga Single Parent sebanyak 2 orang
c. Informan non kunci ( orang-orang
yang dianggap mengetahui
permasalahan yang diteliti ) meskipun dia tidak terlibat secara
langsung yaitu :Teman sebaya, tetangga, Pak RT dan Pak RW
Teknik Keabsahan Data
Untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini maka
penulis menggunakan teknik
observasi dan wawancara:
a. Wawancara Mendalam (in depth
interview)
b. Observasi
Teknik Pengolahan Data
Pengelolaan data dalam penelitian ini menggunakan model interaktif dari Miles dan Hoberman. Teknik tersebut meliputi langkah – langkah sebagai berikut:
a. Reduksi Data . b. Penyajian Data c. Kesimpulan
Hasil Penelitian
1. Bentuk Penyesuaian Diri Remaja dari keluarga Single Parent dengan Dirinya Sendiri di Kelurahan Dadok Tunggul Hitam
Berdasarkan pelaksanaan wawancara yang dilakukan tentang pengalaman para remaja single parent .dan peran baru sebagai orang tua single parent. Hasil penelitian ini memunculkan gambaran atau fenomena pengalaman perilaku remaja . Bab ini terdiri dari 2 bagian, bagian pertama menceritakan secara singkat gambaran karakteristik partisipan yang terlibat dalam penelitian ini. Dengan informan kunci 2 remaja dan 2 orang tua single parent Adapun hasil yang diperoleh sebagai berikut: Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci dan didukung dengan informan tambahan prilaku remaja di rumah tidak lari dari aturan-aturan yang diberikan, walaupun terkadang orangtua membesarkannya sendirian, dari 2 orang remaja ini remaja laki-laki yang memang agak nakal karena orang tua yang sibuk dan jarang berkomunikasi di rumah. Remaja perempuan yang pendiam sulit bergaul dengan teman semenjak ayahnya meninggal sering mengurung diri di kamar .
5
Perilaku remaja laki-laki di rumah memang sulit dikontrol karena orangtua sibuk diluar rumah namun begitu perilaku-perilaku anak yang melanggar aturan-aturan yang bertentangan dengan nilai-nilai agama tidak dilanggar, namanya anak laki-laki terkadang pulang larut malam, namun perilaku-perilaku yang merugikan dirinya tidak pernah dilakukan , paling perilaku yang sulit dikontrol adalah merokok, perilaku merokok sulit untuk dihentikan.
Perilaku remaja perempuan , sering melamun dan mengurung diri dikamar, semenjak kepergian ayahnya perilaku mulai berubah, dulunya anak ini periang, suka berbicara, remaja ini memang dekat dengan ibunya, semenjak orangtuannya tiada remaja ini menjadi pribadi yang penutup diri. Remaja perempuan berkomunikasi dengan ibunya agak sulit karena ibunya sangat sayang sering menghibur dan mengajak berbicara kalau sedang mengalami masalah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan di atas diketahui
bahwa penyesuaian diri remaja
perempuan dengan lingkunganya agak sulit sebab kebanyakan dari informan banyak yang pendiam dan jarang keluar rumah, pada umumnya mereka lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam rumah.
Selanjutnya cara peneliti menjajaki masalah yang dialami oleh kedua orang remaja memang diakui remaja -laki lebih terbuka dalam menceritakan masalah yang dialami dengan orang tuanya . ayahnya sangat menyayanginya meskipun dia anak yang cukup nakal ,tapi dia anak yang
sangat sopan walaupun jarang
berkomunikasi di rumah karena orang tua yang sibuk.
2. Bentuk Penyesuaian diri Remaja dari
Keluarga Single Parent dengan Lingkungan di Kelurahan Dadok Tunggul Hitam
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci dan didukung dengan informan tambahan yang dilakukan tentang bentuk penyesuaian diri remaja dari keluarga single parent dengan lingkungan di Kelurahan Dadok
Tunggul Hitam. Hasil oberservasi yang dilakukan bahwa penyesuaian diri remaja yang berasal dari keluarga single
parent komunikasi yang dilakukan
dengan Orang Tua tentang persepsi pergaulan sesama teman.
Hasil wawancara dengan orang tua tentang perilaku remaja laki-laki di rumah Jika diperhatikan pergaulan remaja sehari-hari dengan teman-teman perilaku tidak ada yang menyimpang atau kearah yang negative contohnya norkoba, minum-minuman keras, barang kali perilaku yang kurang baik dalam berkendaraan dia senang ngebut dan ugal-ugalan, saya selaku orangtua sudah sering menasehati karena takut anak saya kecelakaan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci dan informan tambahan kedekatan teman sebaya berjalan dengan cukup baik karena remaja laki-laki sangat mudah bergaul dengan teman sebaya karena dia anak yang mudah akrab dengan temannya .Remaja jarang berselisih paham dengan temannya karena sangat akrab dengan temannya yang lain meskipun remaja agak sedikit nakal. Pengaruh teman sebaya sangat besar bagi remaja laki-laki karena sangat dekat dengan temannya .
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan analisis data penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan yang berhubungan dengan perilaku remaja yang memiliki orang tua tunggal (single
parent), antara lain sebagai berikut:
Dalam hal ini subjek melakukan perilaku menyimpang dari beberapa orang remaja merokok, keluar malam, dan senang menyendiri dan pendiam.
Hasil temuan menggambarkan bahwa informan lebih senang di dalam rumah dari pada bergaul dengan teman-teman dilingkunganya, penyesuaian diri dengan teman sebaya agak sulit, sebab informan lebih senang bermain di dalam rumah dari pada bergaul dengan teman-temannya, sebab remaja ini sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan teman sebayanya.
6
Kesulitan ini disebabkan karena kurangnya kepercayaan diri untuk beradaptasi dengan teman-teman dilingkungannya terkadang, tidak adanya rasa percaya diri dengan dirinya sendiri. Penyesuaian diri juga dapat diartikan sebagai suatu penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan emosional maksudnya ialah secara positif memiliki respon emosional yang tepat pada setiap situasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan lingkungan.
Saran
Berdasarkan hasil dan analisis data penelitian, maka saran yang diajukan oleh penulis terhadap penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1. Remaja
Bagi remaja diharapkan untuk dapat mengurangi perilaku menyimpang agar tidak membahayakan dirinya dan orang lain. Dengan cara mengontrol diri dan mengalihkannya ke hal-hal yang lebih berguna. Remaja juga diharapkan lebih bisa membuka diri pada orang lain jika memiliki masalah dan tidak mudah terpengaruh dan terhasut, karena rayuan, paksaan dari orang lain.
2. Orang Tua
Orang tua tunggal (single parent) yang memiliki anak remaja, diharapkan untuk melihat masa perkembangannya dan memberikan penjelasan dan pengertian agar tidak terpengaruh oleh faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi masa perkembangan dan kepribadiannya. Bagi masyarakat umum, diharapkan untuk
dapat membantu mengawasi masa
perkembangannya, agar pada masa perkembangannya merasa sama dengan remaja yang memiliki keluarga yang utuh. Bukannya mengejek, mempengaruhi atau menjauhi hanya karena remaja tersebut memiliki satu orang tua.
3. Pemuka Masyarakat
Pemuka masyarakat meski ikut berperan serta dalam mengawasi dan melihat anak anak remaja yang dari keluarga single
parent . Dalam lingkungan masyarakat itu
sendiri pemuka masyarakat harus bisa menjadi orang tua sekaligus pembimbing jika anak anak remaja single parent membutuhkan bimbingan dan dorongan untuk mereka sehingga mereka bisa menjadikan pemuka masyarakat sebagai tempat bimbingan yang bisa mereka jadikan panutan selain orang tua mereka. 4. Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan
dapat memperdalam teori yang
dipergunakan dan mengembangkan
penelitian mengenai perilaku remaja. Diharapkan juga dapat mengembangkan variabel penelitian yang berbeda, misalnya mengenai subjective well being remaja yang memiliki orang tua tunggal. Ada baiknya peneliti seharusnya mencoba
menggunakan metode penelitian
kuantitatif.
KEPUSTAKAAN
Alvita.C. 2008. Konseling Keluarga,
Bandung: PT Eresco
Choplin,J.P. 2004. Kamus lengkap Psikologi, Jakarta,:Raja Grafindo Persada.
Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Hasan, Marwisni. 2013. Psikologi dan
Konseling keluarga: Global Digital.
Hartono, Agus dan Sunarto. 1999.
Perkembangan Peserta Didik,
Jakarta : PT Rineka Cipta, Moleong.J. Lexy. 2002. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja