• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KOMUNITAS GULMA PADA BEBERAPA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROPINSI SUMATERA UTARA Oleh: Muklasin dan Syahnen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI KOMUNITAS GULMA PADA BEBERAPA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROPINSI SUMATERA UTARA Oleh: Muklasin dan Syahnen"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

1

STUDI KOMUNITAS GULMA PADA BEBERAPA

PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROPINSI

SUMATERA UTARA

Oleh:

Muklasin dan Syahnen

Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan Jl. Asrama No. 124 Kel. Cinta Damai, Kec. Medan Helvetia, Medan. 20126

Telp. (061) 8470504, Fax (061) 8466771, 8445794, 8458008

ABSTRAK

Studi Komunitas Gulma pada Beberapa Perkebunan Kelapa Sawit di Propinsi Sumatera Utara bertujuan untuk (1) mengetahui jenis gulma dan komposisinya, meliputi kerapatan, frekuensi, dominasi (mutlak dan nisbi) dari gulma pada tanaman kelapa sawit milik rakyat, dan (2) mengetahui indeks kesamaan (homogenitas) jenis gulma pada beberapa kebun. Metode analisis yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode kuadrat yang merupakan metode paling sederhana dan sering digunakan. Berdasarkan data kerapatan, frekuensi, dan berat kering gulma, selanjutnya dilakukan penghitungan nisbah jumlah dominansi (NJD) atau summed dominance ratio (SDR). Selain dominasi gulma dihitung juga koefisien komunitas (C) atau indeks kesamaan yang dapat digunakan untuk membandingkan dua komunitas vegetasi dari dua areal/daerah. Jenis gulma dominan pada beberapa perkebunan kelapa sawit berdasarkan nilai SDR adalah Kentangan (Borreria alata (Aubl.) DC.), Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.), Rumput Rawa (Ottochloa

nodosa (Kunth.) Dandy), Suplir (Adiantum sp.), Suket Lorodan

(Centotheca lappacea (L.) Desv.) dan Tectaria sp. Nilai koefisien komunitas gulma (C) pada seluruh lokasi pengambilan sampel gulma <75% yang berarti bahwa komposisi komunitas gulma antar lokasi pada ke empat lokasi tidak homogen. Teknik pengendalian gulma untuk setiap lokasi beda karena jenis gulma yang mendominasi juga berbeda-beda.

Kata kunci: gulma, koefisien komunitas, SDR

PENDAHULUAN

Dalam usaha budidaya tanaman kelapa sawit, salah satu kendala yang selalu dihadapi adalah gulma. Apalagi di Indonesia yang tergolong ke dalam kawasan tropis dengan iklim yang sangat mendukung untuk pertumbuhan tanaman maupun gulma. Pengelolaan perkebunan

(2)

2

merupakan investasi jangka panjang yang memerlukan jumlah tenaga kerja yang besar. Untuk memperoleh pertumbuhan dan produksi tanaman yang baik, diperlukan usaha pemeliharaan tanaman secara intensif, antara lain pemupukan secara tepat dosis maupun waktu, serta pengendalian hama dan penyakit tanaman maupun gulma (Barus, 2003).

Gulma dibedakan menjadi tiga golongan besar, yaitu rumput-rumputan (grasses), teki-tekian (sedges) dan golongan berdaun lebar (broad leaves) dan gulma pakis-pakisan (fern) (Barus, 2003). Beberapa jenis gulma dominan pada tanaman kelapa sawit adalah Paspalum

conjugatum, Axonopus compressus, Mikania micrantha dan Imperata cylindrica (Soedarsan, 1984).

Pengenalan jenis-jenis gulma dominan merupakan langkah awal yang menentukan keberhasilan pengendalian gulma. Untuk itu perlu adanya penelitian tentang komposisi jenis gulma pada areal pertanaman kelapa sawit, sehingga dapat menjadi data dasar penentuan cara pengendalian gulma secara tepat.

Kegiatan Studi Komunitas Gulma pada Beberapa Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Sumatera Utara bertujuan untuk: 1) Mengetahui jenis gulma dan komposisinya pada tanaman kelapa sawit milik rakyat, dan 2) Mengetahui indeks kesamaan (homogenitas) jenis gulma pada beberapa kebun.

METODOLOGI

Kegiatan Studi Komunitas Gulma pada Beberapa Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Sumatera Utara dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Oktober 2015. Perkebunan kelapa sawit yang diamati adalah perkebunan kelapa sawit yang telah menghasilkan (TBM). Pengambilan sampel dilakukan pada 4 (empat) lokasi kebun milik rakyat di Kabupaten Langkat dan Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

Bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah vegetasi gulma di bawah tegakan tanaman kelapa sawit. Alat yang digunakan adalah

(3)

3

kuadran yang berukuran 0,5 m x 0,5 m, gunting rumput, pisau, kertas koran, kantong kertas, spidol, pinsil, kertas label, kamera digital dan oven.

Metode analisis yang digunakan dalam kegiatan Studi Komunitas Gulma pada Beberapa Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Sumatera Utara adalah metode kuadrat yang merupakan metode paling sederhana dan sering digunakan. Yang dimaksud “kuadrat” adalah suatu ukuran luas yang diukur dalam satuan kuadrat (m2) berbentuk bujur sangkar. Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan ini adalah sebagai berikut:

1. Pertama kali yang harus dilakukan adalah menentukan petak contoh pada lahan percobaan yang akan dianalisis vegetasi gulmanya. Petak contoh diambil secara acak dengan cara melemparkan kuadrat (0,5 cm x 0,5 cm) pada lahan perkebunan kelapa sawit. Petak kuadrat dilemparkan pada daerah piringan. Pada kegiatan ini, jumlah sampel gulma diambil dari 4 (empat) lokasi kebun. Pada masing-masing kebun diambil petak contoh sebanyak 5 petak contoh. Jarak antara petak contoh lebih kurang 100 meter.

2. Selanjutnya, dilakukan pemanenan gulma yang tumbuh pada petak contoh tepat setinggi permukaan tanah untuk menetapkan kerapatan, frekuensi, dan berat kering biomassa gulma. Gulma yang tumbuh menjalar melewati kuadrat dipotong tepat pada luasan kuadrat tersebut.

3. Gulma yang telah dipanen dipisahkan berdasarkan spesies.

4. Gulma yang telah dipisahkan berdasarkan spesies dimasukkan ke dalam kantong kertas untuk dikeringkan dengan cara dioven untuk menentukan berat kering biomassa.

5. Kerapatan ditentukan dengan cara menghitung jumlah individu tiap spesies gulma pada tiap petak contoh.

6. Frekuensi ditentukan dengan cara menghitung jumlah petak contoh (dalam persen) yang memuat spesies gulma tersebut.

7. Penentuan berat kering biomassa gulma dilakukan dengan cara menimbang tiap spesies gulma yang telah dioven selama 24 jam pada suhu 115 oC.

(4)

4

Berdasarkan data kerapatan, frekuensi, dan berat kering gulma, selanjutnya dilakukan penghitungan nisbah jumlah dominansi (NJD) atau

summed dominance ratio (SDR). Untuk menghitung kerapatan dan

frekuensi serta dominansi gulma, maka digunakan rumus menurut Tjitrosoedirdjo et al. (1984 dalam Tanasale, 2012) sebagai berikut:

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Selain dominasi gulma dihitung juga koefisien komunitas atau indeks kesamaan yang dapat digunakan untuk membandingkan dua komunitas vegetasi dari dua areal/daerah. Perhitungan koefisien komunitas dilakukan dengan rumus:

Dimana:

(5)

5

W = jumlah semua pasangan SDR yang rendah a = jumlah SDR pada komunitas A

b = jumlah SDR pada komunitas B

Koefisien tersebut dapat diperoleh dari nilai SDR. Nilai C penting dalam suatu percobaan herbisida. Nilai C berguna untuk melihat seberapa jauh homogenitas petak percobaan. Nilai C sebesar 75% atau lebih menunjukkan vegetasi di suatu areal relatif homogen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan studi komunitas gulma tanaman kelapa sawit dilaksanakan di 2 (dua) kabupaten pada 4 (empat) lokasi kebun, yaitu Kabupaten Langkat dan Serdang Bedagai. Empat lokasi tersebut berbeda umur tanam, luas dan system budidaya. Gambaran lokasi tempat pengambilan sampel dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Deskripsi Kebun Lokasi Pengambilan Sampel Gulma

No Uraian Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Lokasi 4

1. Kabupaten Langkat Langkat Serdang

Bedagai

Serdang Bedagai

2. Kecamatan Selesai Selesai Dolok

Masihol

Dolok Masihol

3. Desa Kuala Air

Hitam Kuala Air Hitam Durian Puloan Durian Puloan 4. Stadia Tanaman TM TM TM TM 5. Umur Tanaman (thn) 8 18 24 24

6. Luas Kebun (ha) 4 10 10 20

Kabupaten Langkat dan Serdang Bedagai merupakan kabupaten sentra komoditas kelapa sawit di Propinsi Sumatera Utara. Kedua kabupaten tersebut memiliki karakteristik iklim yang relatif sama karena sama-sama berada pada dataran rendah.

(6)

6

A. Komposisi dan Sebaran Gulma

Komposisi dan sebaran gulma dapat digambarkan oleh beberapa parameter, yaitu kerapatan, frekuensi, dan dominasi suatu gulma yang tumbuh pada lahan perkebunan.

Nilai kerapatan mutlak jenis suatu gulma menunjukkan banyaknya individu atau jumlah suatu spesies gulma pada lokasi kebun tertentu. Kerapatan memberi petunjuk tentang berapa jumlah suatu jenis gulma terdapat di dalam suatu satuan luas tertentu. Parameter ini juga memberi petunjuk tentang tingkat penguasaan suatu jenis gulma di dalam lingkungannya (Nasution, 1986).

Nilai kerapatan mutlak dan nisbi berbagai jenis gulma pada empat lokasi kebun dapat dilihat pada Tabel 2. Kerapatan nisbi (KN) gulma adalah persentase jumlah individu satu jenis gulma tertentu dalam suatu komunitas gulma. Artinya semakin tinggi nilai KN, maka semakin banyak jumlah gulma tersebut dalam komunitas gulma. Nilai KN ini penting dipertimbangkan dalam pengendalian gulma di dalam suatu lokasi. Tabel 2 menunjukkan bahwa pada lokasi 1 jumlah spesies gulma yang paling banyak ditemukan adalah Kentangan (Borreria alata), yaitu sebanyak 531 individu, selanjutnya Rumput Rawa (Ottochloa nodosa) sebanyak 136 individu dan Babadotan (Ageratum conyzoides) sebanyak 27. Kerapatan nisbi ketiga jenis individu gulma tersebut mencapai 95.74% dari seluruh jenis gulma yang tumbuh. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga jenis gulma ini merupakan gulma paling rapat pada lokasi 1. Pada lokasi 2, gulma yang paling banyak ditemukan adalah jenis Suplir (Adiantum sp.) dan Suket Lorodan (Centotheca lappacea), yaitu masing-masing sebanyak 35 dan 32 individu. Pada lokasi 3 jenis gulma yang paling banyak juga dari jenis Suplir (Adiantum sp.), yaitu sebanyak 122 individu, kemudian Rumput Rawa (Ottochloa nodosa) sebanyak 39 individu. Sedangkan pada lokasi 4 gulma yang paling banyak ditemukan adalah Rumput Rawa

(Ottochloa nodosa), yaitu sebanyak 236 individu, kemudian Rumput Johor

(7)

7

Tabel 2. Nilai Kerapatan Mutlak dan Kerapatan Nisbi (%) Jenis Gulma di Empat Lokasi Kebun Kelapa Sawit

No Spesies Gulma Jenis Gulma

Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Lokasi 4 KM KN KM KN KM KN KM KN

1 Kentangan (Borreria alata (Aubl.) DC.)

Daun lebar 513 72.66 14 5.86 0 0.00 0 0.00

2 Babadotan (Ageratum conyzoides L.)

Daun lebar 27 3.82 0 0.00 0 0.00 0 0.00

3 Synedrella nodiflora Daun lebar 2 0.28 0 0.00 0 0.00 0 0.00 4 Rumput Johor Barat (Asystasia

intrusa Bl.)

Daun lebar 5 0.71 28 11.72 2 0.93 143 31.43

5 Suket Lorodan (Centotheca lappacea (L.) Desv.)

Daun sempit 0 0.00 32 13.39 9 4.17 21 4.62

6 Paitan (Paspalum conjugatum Berg.)

Daun sempit 5 0.71 24 10.04 12 5.56 0 0.00

7 Pakisan (Dryopteris filix mas) Pakisan 5 0.71 0 0.00 3 1.39 1 0.22 8 Putri Malu (Mimosa pudica L.) Daun lebar 2 0.28 2 0.84 0 0.00 0 0.00 9 Lompong (Caladium bicolor) Daun lebar 5 0.71 0 0.00 0 0.00 0 0.00 10 Patik Emas (Euphorbia

prunifolia Jacq.)

Daun lebar 1 0.14 0 0.00 0 0.00 0 0.00

11 Sidagori (Sida rhombifolia L.) Daun lebar 4 0.57 0 0.00 0 0.00 0 0.00 12 Rumput Rawa (Ottochloa

nodosa (Kunth.) Dandy)

Daun sempit 136 19.26 8 3.35 39 18.06 236 51.87

13 Belimbingan (Oxalis barrelieri L.) Daun lebar 0 0.00 4 1.67 0 0.00 1 0.22 14 Suplir (Adiantum sp.) Pakisan 0 0.00 35 14.64 122 56.48 34 7.47 15 Teki (Cyperus kyllingia Endl.) Teki 0 0.00 5 2.09 0 0.00 0 0.00 16 Jampang Kerincing (Oplismenus

compositus (L.)

Daun sempit 0 0.00 3 1.26 0 0.00 0 0.00

17 Senduduk (Melastoma affine D. Don.)

Daun lebar 0 0.00 4 1.67 0 0.00 0 0.00

18 Legetan (Urena lobata L.) Daun lebar 0 0.00 0 0.00 1 0.46 6 1.32 19 Kacangan (Mucuna bracteata) Daun lebar 0 0.00 0 0.00 7 3.24 0 0.00 20 Harendong (Clidemia hirta (L.)

D. Don)

Daun lebar 0 0.00 0 0.00 0 0.00 10 2.20

21 Pakis panjang (Nephrolepis biserrata Schott.)

Pakisan 0 0.00 0 0.00 0 0.00 3 0.66

22 Tectaria sp. Pakisan 0 0.00 25 10.46 0 0.00 0 0.00 23 Spesies 1 Pakisan 0 0.00 3 1.26 0 0.00 0 0.00 24 Spesies 2 Daun lebar 0 0.00 0 0.00 5 2.31 0 0.00 25 Spesies 3 Pakisan 0 0.00 0 0.00 9 4.17 0 0.00 26 Spesies 4 Daun lebar 1 0.14 0 0.00 0 0.00 0 0.00 27 Spesies 5 Pakisan 0 0.00 10 4.18 0 0.00 0 0.00 28 Spesies 6 Pakisan 0 0.00 12 5.02 0 0.00 0 0.00 29 Spesies 7 Pakisan 0 0.00 4 1.67 7 3.24 0 0.00 30 Spesies 8 Daun sempit 0 0.00 23 9.62 0 0.00 0 0.00 31 Spesies 9 Pakisan 0 0.00 3 1.26 0 0.00 0 0.00 Jumlah 706 100 239 100 216 100 455 100

(8)

8

Nilai frekuensi mutlak (FM) menunjukkan keberadaan suatu jenis gulma pada suatu komunitas gulma. Sedangkan nilai frekuensi nisbi (FN) adalah persentase suatu jenis gulma yang ditemukan dalam sejumlah petak pengambilan sampel pada suatu komunitas gulma. Semakin tinggi nilai FN berarti semakin sering gulma tersebut ditemukan pada lokasi pengambilan sampel, dengan kata lain semakin tinggi nilai FN, berarti semakin luas penyebaran atau semakin merata pertumbuhan gulma tersebut pada suatu komunitas gulma. Sedangkan semakin rendah nilai frekuensi gulma, berarti gulma tumbuh berkelompok pada lokasi-lokasi tertentu. Nilai frekuensi gulma secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 menunjukkan bahwa beberapa jenis gulma tumbuh secara merata pada hamparan kebun, yaitu Kentangan (Borreria alata), Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.), Rumput Rawa (Ottochloa nodosa) dan Suplir (Adiantum sp.). Salah satu jenis gulma yang tumbuh berkelompok adalah Harendong (Clidemia hirta). Nilai frekuensi gulma ini 1, artinya hanya ditemukan pada wilayah tertentu walaupun populasinya banyak.

Nilai dominasi mutlak (DM) merupakan nilai yang didapat dari berat kering/biomassa (mg)suatu jenis gulma. Sedangkan nilai dominasi nisbi (DN) adalah persentase berat kering (biomassa) suatu jenis gulma terhadap jumlah keseluruhan berat kering gulma pada suatu komunitas. Semakin tinggi nilai DN berarti semakin besar biomassa suatu jenis gulma di dalam suatu komunitas. Artinya semakin besar tingkat persaingan atau perebutan unsur hara, ruang, cahaya dan udara antara gulma dan tanaman budidaya. Oleh karena itu gulma yang nilai DN-nya tinggi harus mendapat prioritas utama dalam pengendalian. Nilai dominasi mutlak dan nisbi gulma pada keempat lokasi dapat dilihat pada Tabel 4.

(9)

9

Tabel 3. Nilai Frekuensi Mutlak dan Frekuensi Nisbi (%) Jenis Gulma di Empat Lokasi Kebun Kelapa Sawit

No Spesies Gulma Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Lokasi 4 FM FN FM FN FM FN FM FN

1 Kentangan (Borreria alata (Aubl.) DC.) 4 80.00 2 40.00 0 0.00 0 0.00 2 Babadotan (Ageratum conyzoides L.) 3 60.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 3 Synedrella nodiflora 1 20.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 4 Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.) 4 80.00 4 80.00 1 20.00 3 60.00 5 Suket Lorodan (Centotheca lappacea (L.)

Desv.)

0 0.00 2 40.00 3 60.00 2 40.00

6 Paitan (Paspalum conjugatum Berg.) 1 20.00 3 60.00 1 20.00 0 0.00 7 Pakisan (Dryopteris filix mas) 1 20.00 0 0.00 2 40.00 1 20.00 8 Putri Malu (Mimosa pudica L.) 1 20.00 2 40.00 0 0.00 0 0.00 9 Lompong (Caladium bicolor) 1 20.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 10 Patik Emas (Euphorbia prunifolia Jacq.) 1 20.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 11 Sidagori (Sida rhombifolia L.) 2 40.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 12 Rumput Rawa (Ottochloa nodosa (Kunth.)

Dandy)

2 40.00 1 20.00 3 60.00 4 80.00

13 Belimbingan (Oxalis barrelieri L.) 0 0.00 2 40.00 0 0.00 1 20.00 14 Suplir (Adiantum sp.) 0 0.00 4 80.00 5 100.00 5 100.00 15 Teki (Cyperus kyllingia Endl.) 0 0.00 2 40.00 0 0.00 0 0.00 16 Jampang Kerincing (Oplismenus

compositus (L.)

0 0.00 2 40.00 0 0.00 0 0.00

17 Senduduk (Melastoma affine D. Don.) 0 0.00 1 20.00 0 0.00 0 0.00 18 Legetan (Urena lobata L.) 0 0.00 0 0.00 1 20.00 1 20.00 19 Kacangan (Mucuna bracteata) 0 0.00 0 0.00 2 40.00 0 0.00 20 Harendong (Clidemia hirta (L.) D. Don) 0 0.00 0 0.00 0 0.00 1 20.00 21 Pakis panjang (Nephrolepis biserrata

Schott.) 0 0.00 0 0.00 0 0.00 1 20.00 22 Tectaria sp. 0 0.00 2 40.00 0 0.00 0 0.00 23 Spesies 1 0 0.00 1 20.00 0 0.00 0 0.00 24 Sesies 2 0 0.00 0 0.00 1 20.00 0 0.00 25 Spesies 3 0 0.00 0 0.00 2 40.00 0 0.00 26 Spesies 4 1 20.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 27 Spesies 5 0 0.00 2 40.00 0 0.00 0 0.00 28 Spesies 6 0 0.00 3 60.00 0 0.00 0 0.00 29 Spesies 7 0 0.00 2 40.00 2 40.00 0 0.00 30 Spesies 8 0 0.00 2 40.00 0 0.00 0 0.00 31 Spesies 9 0 0.00 1 20.00 0 0.00 0 0.00 Jumlah 5 5 5 5

(10)

10

Tabel 4. Nilai Dominasi Mutlak (mg) dan Nisbi (%) Jenis Gulma di Empat Lokasi Kebun Kelapa Sawit

No Spesies Gulma Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Lokasi 4 DM DN DM DN DM DN DM DN

1 Kentangan (Borreria alata (Aubl.) DC.) 154.30 77.41 2.54 1.70 0 0.00 0 0.00 2 Babadotan (Ageratum conyzoides L.) 0.62 0.31 0 0.00 0 0.00 0 0.00 3 Synedrella nodiflora 0.14 0.07 0 0.00 0 0.00 0 0.00 4 Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa

Bl.)

0.33 0.17 20.67 13.82 1.88 1.69 26.49 24.44

5 Suket Lorodan (Centotheca lappacea (L.) Desv.)

0 0.00 1.68 1.12 0.60 0.54 0.85 0.78

6 Paitan (Paspalum conjugatum Berg.) 4.60 2.31 4.30 2.88 7.00 6.31 0 0.00 7 Pakisan (Dryopteris filix mas) 0.70 0.35 0 0.00 1.09 0.98 0.99 0.91 8 Putri Malu (Mimosa pudica L.) 0.29 0.15 0.29 0.19 0 0.00 0 0.00 9 Lompong (Caladium bicolor) 0.50 0.25 0 0.00 0 0.00 0 0.00 10 Patik Emas (Euphorbia prunifolia Jacq.) 0.10 0.05 0 0.00 0 0.00 0 0.00 11 Sidagori (Sida rhombifolia L.) 0.45 0.23 0 0.00 0 0.00 0 0.00 12 Rumput Rawa (Ottochloa nodosa

(Kunth.))

37.20 18.66 2.86 1.91 10.66 9.61 30.97 28.57

13 Belimbingan (Oxalis barrelieri L.) 0 0.00 0.95 0.64 0 0.00 0.15 0.14 14 Suplir (Adiantum sp.) 0 0.00 68.80 46.01 76.52 68.97 14.75 13.61 15 Teki (Cyperus kyllingia Endl.) 0 0.00 0.42 0.28 0 0.00 0 0.00 16 Jampang Kerincing (Oplismenus

compositus (L.)

0 0.00 0.40 0.27 0 0.00 0 0.00

17 Senduduk (Melastoma affine D. Don.) 0 0.00 8.31 5.56 0 0.00 0 0.00 18 Legetan (Urena lobata L.) 0 0.00 0 0.00 3.84 3.46 13.29 12.26 19 Kacangan (Mucuna bracteata) 0 0.00 0 0.00 3.82 3.44 0 0.00 20 Harendong (Clidemia hirta (L.) D. Don) 0 0.00 0 0.00 0 0.00 20.25 18.68 21 Pakis panjang (Nephrolepis biserrata

Schott.) 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0.66 0.61 22 Tectaria sp. 0 0.00 21.75 14.55 0 0.00 0 0.00 23 Spesies 1 0 0.00 1.35 0.90 0 0.00 0 0.00 24 Sesies 2 0 0.00 0 0.00 2.56 2.31 0 0.00 25 Spesies 3 0 0.00 0 0.00 1.55 1.40 0 0.00 26 Spesies 4 0.11 0.06 0 0.00 0 0.00 0 0.00 27 Spesies 5 0 0.00 2.69 1.80 0 0.00 0 0.00 28 Spesies 6 0 0.00 2.99 2.00 0 0.00 0 0.00 29 Spesies 7 0 0.00 3.54 2.37 1.43 1.29 0 0.00 30 Spesies 8 0 0.00 1.35 0.90 0 0.00 0 0.00 31 Spesies 9 0 0.00 4.63 3.10 0 0.00 0 0.00 Jumlah 199.3 100 149.5 100 111 100 108.4 100

(11)

11

Tabel 4 menunjukkan bahwa pada lokasi 1 jenis gulma dengan nilai dominasi tertinggi adalah Kentangan (Borreria alata) Rumput Rawa

(Ottochloa nodosa) dan Paitan (Paspalum conjugatum Berg.), yaitu

masing-masing 154.30 mg, 37.20 mg dan 4.60 mg. Pada lokasi 2 jenis gulma dengan nilai dominasi tertinggi adalah Suplir (Adiantum sp.),

Tectaria sp. dan Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.), yaitu 68.80

mg, 21.75 mg dan 20.67 mg. Pada lokasi 3 jenis gulma dengan nilai dominasi tertinggi adalah Suplir (Adiantum sp.), Rumput Rawa (Ottochloa

nodosa (Kunth.)) dan Paitan (Paspalum conjugatum Berg.), yaitu 76.52

mg, 10.66 mg dan 7.0 mg. Sedangkan pada lokasi 4 jenis gulma dengan nilai dominasi tertinggi adalah Rumput Rawa (Ottochloa nodosa (Kunth.)), Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.) dan Harendong (Clidemia hirta (L.) D. Don), yaitu 30.97 mg, 26.49 mg dan 20.25 mg.

Nilai penting (NP) gulma adalah jumlah KN, FN, dan DN. Jumlah dari rasio nilai penting dibagi 3 disebut nilai SDR. Nilai SDR adalah komposisi jenis penyusun vegetasi gulma dalam kebun. Jumlah nilai SDR dalam suatu komunitas gulma adalah 100%. Semakin tinggi nilai SDR semakin perlu dipertimbangkan keberadaan jenis gulma tersebut dalam upaya pengendaliannya. Gulma dengan nilai SDR tinggi mempunyai daya saing tinggi terhadap tanaman utama. Nilai SDR secara lengkap pada keempat lokasi dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan nilai SDR dari lokasi 1, jenis gulma yang mendominasi adalah Kentangan (Borreria alata (Aubl.) DC.), Rumput Rawa (Ottochloa nodosa (Kunth.) Dandy) dan Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.). Ketiga jenis gulma tersebut merupakan gulma tahunan. Keberadaan gulma tahunan sangat menekan pertumbuhan dari gulma semusim sehingga gulma yang mampu bersaing dan bertahan hidup adalah gulma tahunan yang mampu berkembang secara vegetatif dan generatif (Tanasale, 2012). Oleh sebab itu jika diperhatikan pada lokasi 1 nilai SDR ketiga jenis gulma ini mencapai 78.1% (Tabel 6). Jenis gulma tahunan berkembang baik pada kondisi dengan intensitas cahaya yang tinggi, tajuk yang agak ternaungi (Tanasale, 2012), kondisi lahan yang lembab (Prawirosukarto, 2005).

(12)

12

Tabel 5. Nilai SDR Jenis Gulma di Empat Lokasi Kebun Kelapa Sawit

No Spesies Gulma Jenis

Gulma

Summed Dominance Ratio (SDR) Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Lokasi 4

1 Kentangan (Borreria alata (Aubl.) DC.) Daun lebar 56.08 4.27 0.00 0.00 2 Babadotan (Ageratum conyzoides L.) Daun lebar 5.92 0.00 0.00 0.00 3 Synedrella nodiflora Daun lebar 1.63 0.00 0.00 0.00 4 Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa

Bl.)

Daun lebar 6.35 12.02 2.32 23.89

5 Suket Lorodan (Centotheca lappacea (L.) Desv.)

Daun sempit 0.00 6.59 5.92 5.31

6 Paitan (Paspalum conjugatum Berg.) Daun sempit 2.52 6.94 5.40 0.00 7 Pakisan (Dryopteris filix mas) Pakisan 1.87 0.00 3.69 2.13 8 Putri Malu (Mimosa pudica L.) Daun lebar 1.66 2.10 0.00 0.00 9 Lompong (Caladium bicolor) Daun lebar 1.83 0.00 0.00 0.00 10 Patik Emas (Euphorbia prunifolia

Jacq.)

Daun lebar 1.58 0.00 0.00 0.00

11 Sidagori (Sida rhombifolia L.) Daun lebar 3.29 0.00 0.00 0.00 12 Rumput Rawa (Ottochloa nodosa

(Kunth.) Dandy)

Daun sempit 15.67 2.63 13.57 33.83

13 Belimbingan (Oxalis barrelieri L.) Daun lebar 0.00 2.52 0.00 1.87 14 Suplir (Adiantum sp.) Pakisan 0.00 23.73 49.06 15.80

15 Teki (Cyperus kyllingia Endl.) Teki 0.00 2.55 0.00 0.00 16 Jampang Kerincing (Oplismenus

compositus (L.) Beauv.)

Daun sempit 0.00 2.26 0.00 0.00

17 Senduduk (Melastoma affine D. Don.) Daun lebar 0.00 3.29 0.00 0.00 18 Legetan (Urena lobata L.) Daun lebar 0.00 0.00 2.76 6.28 19 Kacangan (Mucuna bracteata) Daun lebar 0.00 0.00 5.13 0.00 20 Harendong (Clidemia hirta (L.) D. Don) Daun lebar 0.00 0.00 0.00 8.71 21 Pakis panjang (Nephrolepis biserrata

Schott.)

Pakisan 0.00 0.00 0.00 2.18

22 Tectaria sp. Pakisan 0.00 10.09 0.00 0.00 23 Spesies 1 Pakisan 0.00 1.60 0.00 0.00 24 Sesies 2 Daun lebar 0.00 0.00 2.99 0.00 25 Spesies 3 Pakisan 0.00 0.00 4.75 0.00 26 Spesies 4 Daun lebar 1.58 0.00 0.00 0.00 27 Spesies 5 Pakisan 0.00 3.75 0.00 0.00 28 Spesies 6 Pakisan 0.00 4.97 0.00 0.00 29 Spesies 7 Pakisan 0.00 3.10 4.41 0.00 30 Spesies 8 Daun sempit 0.00 5.26 0.00 0.00 31 Spesies 9 Pakisan 0.00 2.33 0.00 0.00 Jumlah 100 100 100 100

(13)

13

Pada lokasi 2, jenis gulma dengan nilai SDR tertinggi adalah Suplir (Adiantum sp.), dan Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.) dan

Tectaria sp. Dua dari tiga jenis gulma dengan SDR tertinggi ini adalah

golongan pakis-pakisan (Phylum Pterophyta). Gulma yang termasuk dalam phylum ini merupakan gulma penting dari tanah pertanian daerah sub-tropis (Sukman dan Yakup, 2002).

Nilai SDR tertinggi pada lokasi 3 adalah Suplir (Adiantum sp.), Rumput Rawa (Ottochloa nodosa (Kunth.) Dandy) dan Suket Lorodan (Centotheca lappacea (L.) Desv.). Ketiga jenis gulma ini termasuk dalam jenis gulma tahunan. Nilai SDR Suplir (Adiantum sp.) pada lokasi ini sangat tinggi, yaitu mencapai 49.06%, artinya separuh dari lahan di lokasi ini ditumbuhi suplir.

Sedangkan pada lokasi 4 nilai SDR tertinggi adalah Rumput Rawa

(Ottochloa nodosa (Kunth.) Dandy), Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.) dan Suplir (Adiantum sp.).

Tabel 5 menunjukkan bahwa pada keempat lokasi perkebunan kelapa sawit dari berbagai lokasi, umur tanaman dan teknik budidaya, jenis gulma yang dominan berbeda-beda, namun seluruhnya termasuk jenis gulma tahunan. Gulma tahunan (perennial) hidup lebih dari dua tahun dan mungkin dalam kenyataannya hampir tidak terbatas. Sebagian besar sangat sulit dikendalikan terutama yang mampu berkembang biak baik secara vegetatif maupun generatif. Banyak biji dari gulma ini yang mampu dorman beberapa tahun dan tetap viabel (Sukman dan Yakup, 2002).

B. Koefisien Komunitas Gulma

Nilai koefisien komunitas atau indeks kesamaan suatu jenis gulma merupakan nilai yang menunjukkan homogenitas komunitas gulma pada lokasi yang berbeda. Nilai ini digunakan untuk menentukan cara pengendalian. Koefisien komunitas antara dua lokasi kebun ditentukan dengan menggunakan metode yang dikembangkan oleh Czekanowski

(14)

14

(Tjitrosoedirjo 1984 dalam Tanasale, 2012). Nilai koefisien komunitas beberapa lokasi dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 6. Jenis Gulma Penting pada Setiap Lokasi Kebun

Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Lokasi 4

Jenis Gulma SDR Jenis Gulma SDR Jenis Gulma SDR Jenis Gulma SDR

Kentangan (Borreria alata (Aubl.) DC.) 56.08 Suplir (Adiantum sp.) 23.73 Suplir (Adiantum sp.) 49.06 Rumput Rawa (Ottochloa nodosa (Kunth.) Dandy) 33.83 Rumput Rawa (Ottochloa nodosa (Kunth.) Dandy) 15.67 Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.) 12.02 Rumput Rawa (Ottochloa nodosa (Kunth.) Dandy) 13.57 Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.) 23.89 Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.)

6.35 Tectaria sp 10.09 Suket Lorodan (Centotheca lappacea (L.) Desv.) 5.92 Suplir (Adiantum sp.) 15.80 78.1 45.84 68.55 73.52

Dari hasil perhitungan nilai koefisien gulma pada keempat lokasi (Tabel 7) menunjukkan bahwa nilai C <75%, artinya indeks komunitas atau indeks kesamaan gulma antar lokasi rendah atau tidak homogen. Hal ini menunjukkan bahwa komunitas gulma pada setiap lokasi memiliki komposisi yang tidak sama sehingga pengendalian gulma untuk setiap lokasi juga tidak sama.

Tabel 7. Nilai Koefisien Komunitas Gulma (C) pada Beberapa Lokasi

No Lokasi Koefisien Komunitas

(%)

Keterangan 1 Lokasi 1 dan Lokasi 2 17.43 Komunitas Tidak Homogen

2 Lokasi 1 dan Lokasi 3 20.28 Komunitas Tidak Homogen

3 Lokasi 1 dan Lokasi 4 23.89 Komunitas Tidak Homogen

4 Lokasi 2 dan Lokasi 3 43.10 Komunitas Tidak Homogen

5 Lokasi 2 dan Lokasi 4 37.63 Komunitas Tidak Homogen

(15)

15

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya keragaman gulma, diantaranya adalah:

1. Jenis Tanah. Komposisi gulma dan penutupannya pada kebun-kebun yang berbeda jenis tanahnya di suatu daerah ekologi tertentu menunjukkan perbedaan yang besar. Pada tanah alluvial/hidromorfik dijumpai gulma golongan teki-tekian lebih banyak jenisnya dan lebih dominan disbanding dengan yang dijumpai pada tanah podsolik. Sedangkan gulma berdaun lebar dijumpai lebih dominan pada kebun-kebun di tanah podsolik (Nasution, 1986)

2. Ketinggian Tempat (dpl). Komposisi gulma pada kebun yang terletak pada 0-30 m dpl, ternyata ada perbedaanya dengan yang dijumpai pada kebun yang terletak pada 30-100 m dpl. Pada kebun-kebun yang terletak pada 0-30 m dpl dijumpai lebih banyak jumlah jenis gulma dari golongan teki-tekian, sedangkan pada kebun-kebun yang terletak 30-100 m dpl jenis rumput-rumputan lebih banyak (Nasution, 1986).

3. Pola Kultur Teknis. Diantara faktor-faktor kultur teknis yang mempengaruhi siat komunitas gulma diperkebunan adalah intensitas naungan, adanya tanaman penutup tanah, cara pengendalian gulma, pemupukan, drainase, dan sebagainya (Nasution, 1986).

4. Tingkat Kemasaman (pH) Tanah. Tingkat kemasaman (pH) tanah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keragaman jenis gulma (Tanasale, 2012).

5. Kelembaban Tanah. Pada kondisi tajuk yang rapat, memungkinkan intensitas cahaya tidak sampai pada permukaan tanah sehingga menyebabkan kelembaban tanah di bawah tajuk tinggi. Gulma jenis paku-pakuan menyukai kondisi tanah yang agak lembab dan ternaungi (Tanasale, 2012).

(16)

16

GULMA UTAMA TANAMAN PERKEBUNAN

A. Kentangan (Borreria alata (Aubl.) DC.)

Kentangan (Borreria alata) merupakan gulma tahunan yang umumnya tumbuh di daerah lembab dan terlindung (Prawirosukarto, 2005). Gulma ini lazim terdapat di areal pembibitan, di areal TM baik di antara kacangan penutup tanah maupun sepanjang jalur dan gawangan (Nasution, 1986).

Gambar 1. Kentangan (Borreria alata (Aubl.) DC.)

B. Rumput Rawa (Ottochloa nodosa (Kunth.) Dandy)

Rumput tahunan berdaun pita yang menjalar. Di lapangan umumnya tumbuh rapat berjalin-jalin membentuk “sheet”. Perbungaanya merupakan malai dengan cabang-cabang yang mirip bentuk kawat duri tumbuh ke segala arah berwarna ungu. Helai daun bagian ujung memiliki penggentingan. Bijinya agak banyak, kecil dan mudah terbawa alat-alat pengolahan. Buku-bukunya terutama dibagian bawah membentuk akar dan tunas baru. Karena itu dengan pembabatan sulit memberantasnya. Sering terdpat pada tanah-tanah lembab atau rendahan, di pinggir parit dan tepi jalan (Nasution, 1986).

(17)

17

Gambar 2. Rumput Rawa (Ottochloa nodosa (Kunth.) Dandy) C. Babadotan (Ageratum conyzoides L.)

Pada areal perkebunan gulma ini ditemukan mulai dari lahan pembibitan sampai tanaman tua. Ciri khasnya di lapangan adalah daun berbentuk bulat telur ditumbuhi rambut-rambut halus dan jarang dengan tepinya bergerigi, dan daunya berbau khas bila diremas, kepala bunga dan bongkol berbentuk mangkok, tajuk bunga berwarna putih atau lembayung. Tumbuhan ini sangat mudah dijumpai karena lazim di pinggir jalan, di halaman rumah, di tepi parit bahkan di pot bunga (Nasution, 1986).

(18)

18

D. Suplir (Adiantum sp.)

Adiantum sp. merupakan salah satu marga tumbuhan paku yang

cukup dikenal. Bentuk daunya beraneka ragam dan penampilannya menarik sehingga banyak jenis Adiantum sp. yang digunakan sebagai tanaman hias (www.pps.unud.ac.id).

Gambar 4. Suplir (Adiantum sp.)

E. Suket Lorodan (Centotheca lappacea (L.) Desv.)

Gulma ini masuk dalam kelompok gulma berdaun sempit (rumput-rumputan). Merupakan gulma tahunan yang tumbuh berumpun dan rapat. Tanda pengenalnya yang agak khas adalah helai daun yang pangkalnya tidak simetris, tepi daun berombak nyata berwarna keungu-unguan, dan bunganya mudah melekat pada pakaian karena adanya rambut-rambut tegar pada bulirnya. Merupakan gulma yang kurang penting dan tidak memerlukan perhatian khusus dalam usaha pengendaliannya (Nasution, 1986).

(19)

19

Gambar 5. Suket Lorodan (Centotheca lappacea)

F. Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.)

Gulma ini menjadi masalah yang serius di areal perkebunan kelapa sawit. Gulma ini tumbuh dengan cepat baik pada areal yang terbuka maupun areal yang terlindung. Pada areal terbuka gulma ini akan lebih banyak menghasilkan organ reproduktif, sedangkan pada areal yang terlindung cenderung akan memproduksi organ vegetatif. Gulma ini berbatang lunak dengan tinggi mencapai 1.5 m. Daun berpasangan berbentuk lonjong dengan ujung runcing, berukuran bervariasi. Tangkai daun bulat, malai bunga tumbuh pada pucuk batang, tidak bercabang, bunga kecil berwarna putih dengan pola kebiruan. Perkembang-biakan dengan biji dan tunas pada ruas-ruas batang akan segera berkembang menjadi tanaman baru apabila menyentuh tanah (Prawirosukarto, 2005).

(20)

20

Gambar 6. Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan nilai penting (NP) dan nilai SDR komunitas gulma pada beberapa perkebunan kelapa sawit dari yang tertinggi untuk lokasi 1 adalah Kentangan (Borreria alata (Aubl.) DC.), Rumput Rawa (Ottochloa

nodosa (Kunth.) dan Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.); lokasi 2

adalah Suplir (Adiantum sp.), Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.) dan Tectaria sp.; lokasi 3 adalah Suplir (Adiantum sp.), Rumput Rawa

(Ottochloa nodosa (Kunth.) dan Suket Lorodan (Centotheca lappacea (L.)

Desv.); lokasi 4 adalah Rumput Rawa (Ottochloa nodosa (Kunth.), Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.), dan Suplir (Adiantum sp.).

Nilai koefisien komunitas gulma (C) pada seluruh lokasi pengambilan sampel gulma (C) <75% yang berarti bahwa komposisi komunitas gulma antar lokasi pada keempat lokasi tidak homogen.

B. Saran

Untuk melangkapi informasi yang diperoleh dari kegiatan ini maka disarankan untuk melakukan beberapa kegiatan, yaitu:

(21)

21

1. Perlu dilakukan kegiatan yang serupa pada tanaman muda (TBM) agar diketahui apakan komposisi keragaman gulma sama dengan tanaman menghasilkan.

2. Perlu dilakukan kegiatan yang serupa pada kebun di dataran menengah dan dataran tinggi untuk melihat perbedaan komposisi keragaman gulma.

DAFTAR PUSTAKA

Barus, E. 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan. Kanisius, Yogyakarta.

Nasution, U. 1986. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan Aceh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Tanjung Morawa, Medan.

Prawirosukarto, S., E. Syamsuddin, W. Darmosarkoro dan A. Purba. 2005. Tanaman Penutup Tanah dan Gulma pada Kebun Kelapa Sawit, PPKS, Medan.

Soedarsan, A., Basuki, S. Wirjahardja, M. Rifai. 1984. Pedoman Pengenalan Berbagai Jenis Gulma Penting pada Tanaman Perkebunan. Jakarta.

Sukman, Y dan Yakup. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliaannya. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Tanasale, V. L. 2012. Studi Komunitas Gulma di Pertanaman Gandaria (Bouea macrophylla Griff.) pada Tanaman Belum Menghasilkan dan Menghasilkan di Desa Urimessing Kecamatan Nusaniwe Pulau Ambon. Jurnal Budidaya Pertanian 8: 7-12.

(22)

Filename: Studi Komunitas Gulma website Directory: D:\tulisan ilmiah\Mei 2016\untuk web Template: C:\Users\ACER\AppData\Roaming\Microsoft\Templates\Normal.dot m Title: Subject: Author: winlite Keywords: Comments: Creation Date: 16/05/2016 14:20:00 Change Number: 11

Last Saved On: 17/05/2016 8:45:00 Last Saved By: ASUS

Total Editing Time: 9 Minutes

Last Printed On: 24/05/2016 8:10:00 As of Last Complete Printing

Number of Pages: 21

Number of Words: 4.929 (approx.)

Gambar

Tabel 1. Deskripsi Kebun Lokasi Pengambilan Sampel Gulma
Tabel 2.  Nilai Kerapatan Mutlak dan Kerapatan Nisbi (%) Jenis Gulma  di Empat Lokasi Kebun Kelapa Sawit
Tabel 3.  Nilai Frekuensi Mutlak dan Frekuensi Nisbi (%) Jenis Gulma  di Empat Lokasi Kebun Kelapa Sawit
Tabel 4.  Nilai Dominasi Mutlak (mg) dan Nisbi (%) Jenis Gulma di  Empat Lokasi Kebun Kelapa Sawit
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis hal-hal yang mempengaruhi ketidakpatuhan komunitas Punk , mengetahui

yatim itu sendiri ialah anak kecil yang ditinggal wafat oleh penanggung jawab atau sandaran hidupnya yang dalam hal ini dibebankan kepada figure ayah.yang belum

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer (interview) dan data sekunder dalam bentuk bulanan yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Ekonomi dan Keuangan

digambarkan oleh kurva AR dan MC, maka tingkat harga yang diterima oleh petani tebu adalah p2 Tingkat harga ini lebih rendah dari harga pada keuntungan maksimum yang

Microsoft Excel atau Microsoft Office Excel adalah sebuah program aplikasi lembar kerja spreadsheet yang dibuat dan didistribusikan oleh Microsoft Corporation

(c) Median untuk data genap adalah rata-rata dari dua data yang terletak di tengah... Sedangkan rata-rata gaji bagian marketing adalah 3 juta dengan jumlah personel

Gilbert (2003:89) menyatakan bahwa “Promosi dapat saja merangsang konsumen mengunjungi toko, tetapi tampilan atau penatan produk oleh pengecer akan membuat perbedaan pada

Untuk menjadikan kulit kakao sebagai alternatif bahan baku pakan ikan yang memiliki nilai nutrisi tinggi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu: pengelolaan secara