• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERUBAHAN KARAKTERISTIK TANAH AKIBAT ALIH FUNGSI LAHAN GAMBUT MENJADI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI DESA PETANI KECAMATAN MANDAU KABUPATEN BENGKALIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERUBAHAN KARAKTERISTIK TANAH AKIBAT ALIH FUNGSI LAHAN GAMBUT MENJADI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI DESA PETANI KECAMATAN MANDAU KABUPATEN BENGKALIS"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2

PERUBAHAN KARAKTERISTIK TANAH AKIBAT ALIH FUNGSI LAHAN

GAMBUT MENJADI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI DESA PETANI

KECAMATAN MANDAU KABUPATEN BENGKALIS

Jumila *, Drs. Dasrizal, MP**, Elsa, M.Pd

** *) the geography education student of STKIP PGRI West Sumatera **) the teacher staff of geography education of STKIP PGRI West Sumatera

ABSTRACT

Conversion of peatland into oil palm plantations action against the reclamation of peatlands as peat forests burn, create water channels (drainage) and do calcification. The research objective was to determine 1) bulk density of land 2) the soil pH 3) soil organic matter 4) soil moisture due to conversion of peatland into oil palm plantations. This type of research is quantitative descriptive. The area of research is the entire sample in the village on the map Petani districts Mandau Bengkalis district. determination of sample points to take the data the physical properties of the soil by purposive sampling technique, in which a sample is shown based on land units that represent the research area. Unit of land taken on peat land fallow and has been planted with oil palm (plantations). The study found that due to the conversion of peatland into oil palm plantations in the village of Petani districts Mandau district Bengkalis has caused 1) increasing the value of bulk density of land 2) increasing soil pH 3) soil organic matter is reduced 4) soil moisture content decreased.

Key words : Transfer function , soil bulk density , soil pH , soil organic matter, soil moisture content

ABSTRAK

Alih fungsi lahan gambut menjadi perkebunan kelapa sawit dilakukan tindakan reklamasi terhadap lahan gambut seperti membakar hutan gambut, membuat saluran air (drainase) dan melakukan pengapuran. Tujuan penelitian untuk mengetahui 1) bobot isi (bulk density) tanah 2) pH tanah 3) bahan organik tanah 4) kadar air tanah akibat alih fungsi lahan gambut menjadi perkebunan kelapa sawit. Jenis penelitian adalah kuantitatif deskriptif. Areal dalam penelitian adalah seluruh di peta sampel di Desa Petani Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis. Penentuan titik sampel untuk mengambil data sifat fisik tanah dengan teknik purposive sampling, dimana sampel ditunjukkan berdasarkan satuan lahan yang mewakili daerah penelitian. Satuan lahan yang diambil pada lahan gambut yang belum ditanami sawit dan telah ditanami sawit (perkebunan). Hasil penelitian menemukan bahwa akibat alih fungsi lahan gambut menjadi perkebunan kelapa sawit di Desa Petani Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis telah menyebabkan 1) meningkatnya nilai bobot isi (bulk density) tanah 2) meningkatnya pH tanah 3) bahan organik tanah berkurang 4) kadar air tanah menurun.

Kata kunci : Alih fungsi, bobot isi tanah, pH tanah, bahan organik tanah, kadar air tanah PENDAHULUAN

Desa Petani kecamatan Mandau merupakan salah satu dari 8 kecamatan dan 103 kelurahan di kabupaten Bengkalis. Saat ini Desa Petani memiliki 6722 jiwa (sensus 2014) dan luas wilayah 207,00 km2. Hutan lahan gambut di Desa Petani banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk budidaya perkebunan kelapa sawit. Masyarakat tertarik membuka kebun kelapa sawit karena nilai jual tandan buah segar (TBS) sawit cukup mahal dan bisa meningkatkan pendapatan masyarakat.

Kegiatan persiapan lahan untuk kebun kelapa sawit dilakukan dengan cara membakar hutan gambut. Membakar hutan gambut bisa menyebabkan penurunan kualitas fisik gambut, diantaranya penurunan porositas total, penurunan kadar air tersedia, penurunan permeabilitas, dan meningkatnya kerapatan lindak (Adinugroho, Wahyu Catur, et al, 2004:10). Hutan gambut yang telah bersih, dibuat saluran drainase dengan cara membuat parit atau kanal air di lahan gambut. Tujuan membuat parit atau kanal air di lahan gambut adalah untuk mengurangi air yang berlebih di lahan gambut dan mencegah tanaman sawit dari

(3)

3

genangan air pada saat hujan turun. Pembuatan

saluran drainase bisa menyebabkan lahan gambut semakin kering dan meningkatkan kematangan gambut, apabila gambut semakin matang maka bobot isi (bulk density) tanah gambut semakin besar (Najiyati, dkk. 2005:36).

Hutan gambut memiliki porositas yang tinggi, sehingga kapasitas daya menyerap air hutan gambut sangat besar. Kegiatan pembukaan hutan gambut telah menyebabkan porositas tanah menurun, porositas tanah tinggi kalau bahan organik tinggi (Hardjowigeno. 2007:54). Aktivitas perkebunan kelapa sawit telah menyebabkan kandungan bahan organik pada hutan gambut menurun. Bahan organik merupakan bahan yang sangat penting dalam meningkatkan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia, maupun secara biologi. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah dan merupakan sumber hara bagi tanaman (Hermon dan Khairani. 2009:80).

Berdasarkan informasi yang peneliti peroleh dari petani kebun kelapa sawit untuk menanam sawit dilahan gambut dilakukan pengapuran, karena lahan gambut didaerah ini pH nya rendah (masam). Memberikan kapur pada tanah yang memiliki pH rendah (masam) bisa meningkatkan pH tanah (Hardjowigeno. 2007:63). Secara ekologis tanaman sawit merupakan tanaman yang paling banyak membutuhkan air dalam proses pertumbuhannya, dimana dalam satu hari satu batang pohon sawit bisa menyerap 12 liter air (Hasil penelitian lingkungan Universitas Riau, dalam Magica 2012:17) sehingga bisa menyebabkan kadar air tanah semakin berkurang. Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di Desa Petani Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis lahan gambut yang telah dialihfungsikan menjadi perkebunan kelapa sawit tanahnya lebih kering dan lebih keras jika dibandingkan dengan lahan gambut yang belum dialihfungsikan menjadi perkebunan kelapa sawit.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif. Penelitian dilakukan di Desa Petani Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau pada tahun 2015. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ring tanah dengan tinggi 5 cm dan diameter 7 cm, cangkul/sekop, GPS, kantong plastik, kamera, spidol, dan buku catatan sedangkan bahan-bahan yang diperlukan adalah peta administrasi Desa Petani Kecamatan Mandau, peta geologi Desa Petani Kecamatan Mandau, peta jenis tanah Desa Petani Kecamatan Mandau, peta Topografi Desa Petani Kecamatan Mandau, peta penggunaan lahan Desa Petani Kecamatan Mandau, peta kelas lereng Desa Petani Kecamatan Mandau, peta bentuk

lahan Desa Petani Kecamatan Mandau, dan peta satuan lahan Desa Petani Kecamatan Mandau.

A. Alur Penelitian

Penelitian dilakukan melalui tiga tahapan yaitu tahap pra lapangan, tahap lapangan dan tahap pasca lapangan

Tahap Pra Lapangan

1. Mengurus surat izin penelitian

2. Studi kepustakaan yang berhubungan dengan objek penelitian

3. Mempersiapkan alat-alat penelitian seperti ring tanah dengan tinggi 5 cm dan diameternya 7 cm, cangkul/sekop, pisau, GPS, kantong plastik, kamera, spidol, dan buku catatan.

4. Interpretasi peta-peta penelitian untuk membuat peta satuan lahan lokasi penelitian dan penentuan titik sampel pada masing-masing satuan lahan.

Adapun peta satuan lahan Desa Petani Kecamatan Mandau dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini :

Tabel 1 Satuan Lahan Daerah Penelitian NO Satuan Lahan Daerah Penelitian 1 F1.I.Htn.Qh.Org 2 F1.I.Htn.Qpmi.Org 3 F1.I.Lter.Qp.Org 4 F1.I.Lter.Qp.Pod 5 F1.I.Lter.Qp.Pod 6 F1.I.Perk.Qh.Org 7 F1.I.Perk.Qh.Pod 8 F1.I. Perk. Qp.Org 9 F1.I.Perk.Qp. Pod 10 F1.I.Perk.Qpmi.Org 11 F1.I. Perk.Qpmi.Pod

Sumber: Overlay Peta satuan bentuk lahan, lereng, penggunaan lahan, geologi, dan jenis tanah tahun (2015)

Tahap lapangan

1. Melakukan survey terlebih dahulu untuk mencocokkan peta satuan lahan sementara dengan keadaan yang sesungguhnya dilapangan.

2. Setelah peta satuan lahan sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya dilapangan barulah dilakukan pengamatan dan pengambilan sampel tanah pada lokasi penelitian untuk di uji ke laboratorium. Tahap pasca lapangan

1. Interpretasi ulang peta satuan lahan untuk membuat peta titik sampel penelitian.

(4)

4

2. Sampel tanah yang telah diambil dari lokasi

penelitian diuji kelaboratorium untuk dianalisis

3. Data yang diperoleh dari hasil uji labor dianalisis untuk melihat perubahan karakteristik tanah akibat alih fungsi lahan gambut menjadi perkebunan kelapa sawit. B. Wilayah dan Sampel Penelitian

1. Wilayah Penelitian

Areal dalam penelitian ini adalah seluruh yang ada dipeta sampel di Desa Petani Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis.

2. Sampel Penelitian

Penentuan titik sampel untuk mengambil data sifat fisik tanah pada lokasi penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling, dimana sampel ditunjukkan berdasarkan satuan lahan yang mewakili daerah penelitian. Satuan lahan diperoleh dari hasil overlay peta bentuk lahan, lereng, penggunaan lahan, jenis geologi dan jenis tanah maka diperoleh sebelas satuan lahan daerah penelitian. Dari sebelas satuan lahan yang ada hanya diambil enam satuan lahan yaitu tiga satuan lahan yang belum ditanami sawit dan tiga pada satuan lahan yang sudah ditanami sawit (perkebunan) alasannya karena dianggap telah dapat mewakili keseluruhan sampel yang ada pada wilayah penelitian.

Gambar 1 Peta lokasi sampel penelitian di Desa Petani Kecamatan Mandau C. Jenis Dan Sumber Data

1. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

a. Data primer yaitu data yang diperoleh dari pengamatan langsung dilapangan dan hasil uji labor.

b. Data sekunder yang digunakan yaitu peta administrasi, peta topografi, peta jenis tanah, peta geologi, peta lereng, peta bentuk lahan, peta penggunaan lahan dan data curah hujan Kecamatan Mandau

2. Sumber Data

Data primer peneliti peroleh dari pengamatan langsung dilapangan dan hasil uji laboratorium, sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi setempat yaitu dari

Bappeda Kabupaten Bengkalis dan UPTD Dinas Pertanian Kecamatan Mandau.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan cara menganalisis sampel tanah dengan menggunakan alat-alat laboratorium terhadap sampel tanah yang telah diambil pada wilayah penelitian.

E. Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu :

1. Membuat peta satuan lahan yang merupakan overlay dari peta bentuk lahan, peta kemiringan lereng, peta geologi, penggunaan lahan dan peta jenis tanah.

(5)

5

2. Setelah peta satuan lahan selesai

dilakukan penentuan titik sampel pada masing-masing satuan lahan yang mewakili daerah penelitian dengan cara melakukan observasi dilapangan menggunakan GPS untuk mengetahui kordinat titik sampel, lalu disesuaikan dengan peta satuan lahan sementara. 3. Setelah titik sampel sesuai dengan peta

satuan lahan sementara lalu dilakukan pengambilan sampel tanah setelah sampel tanah diambil lalu di uji kelabor untuk dianalisis.

4. Hasil uji labor.

Hasil data bobot isi (bulk density), pH tanah, bahan organik tanah dan kadar air tanah gambut yang belum ditanami sawit disesuaikan dengan hasil data bobot isi (bulk density), pH tanah, bahan organik tanah dan kadar air tanah gambut yang telah ditanami sawit untuk melihat perubahan tanahnya lalu dianalisis secara deskriptif dan dipaparkan pada hasil dan pembahasan

HASIL DAN PEMBAHASAN I. Hasil Penelitian

1. Bobot isi (Bulk density) Tanah Akibat Alih Fungsi Lahan Gambut Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit

Berdasarkan hasil uji laboratorium yang telah dilakukan, adapun bobot isi (bulk density) tanah pada lahan gambut yang belum ditanami sawit dan sudah ditanami sawit dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Bobot isi (Bulk density) Tanah Pada Lahan Gambut Yang Belum Ditanami Sawit

No Satuan Lahan Data Keterangan 1 F1.I.Htn.Qp mi.Org 0,24 g/cm3 Sangat baik 2 F1.I.Htn.Qh. Org 0,13 g/cm3 Sangat baik 3 F1.I.Lter.Qp. Org 0,19 g/cm3 Sangat baik Sumber : Pengolahan Data Primer, 2015

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa bobot isi (bulk density) tanah sebelum ditanami sawit pada lahan gambut, yaitu satuan lahan F1.I.Htn.Qpmi.Org (sampel 1) 0,24 g/cm3, F1.I.Htn.Qh.Org (sampel 2) 0,13 g/cm3 dan F1.I.Lter.Qp.Org (sampel 3) 0,19 g/cm3. Bobot isi (bulk density) tanah masing-masing sampel tiap satuan lahan sebelum ditanami sawit pada lahan gambut kategori sangat baik.

Bobot isi (Bulk density) Tanah Pada Lahan Gambut Yang Sudah Ditanami Sawit

No Satuan Lahan Data Keterangan 1 F1.I.Perk.Qp mi.Org 0,43 g/cm3 Sangat baik 2 F1.I.Perk.Qp .Org 0,17 g/cm3 Sangat baik 3 F1.I.Perk.Qh .Org 0,44 g/cm3 Sangat baik Sumber : Pengolahan Data Primer, 2015

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa bobot isi (bulk density) tanah pada lahan gambut setelah ditanami sawit yaitu satuan lahan F1.I.Perk.Qpmi.Org (sampel 1) 0,43 g/cm3, F1.I.Perk.Qp.Org (sampel 2) 0,17 g/cm3 dan satuan lahan F1.I.Perk.Qh.Org (sampel 3) 0,44 g/cm3. Bobot isi (bulk density) tanah pada lahan gambut setelah ditanami sawit, masing-masing sampel tiap satuan lahan kategorinya sangat baik sama seperti pada lahan gambut yang belum ditanami sawit

.

2. pH tanah Akibat Alih Fungsi Lahan Gambut Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit

Berdasarkan hasil uji laboratorium yang telah dilakukan, adapun pH tanah pada lahan gambut yang belum ditanami sawit dan pH tanah pada lahan gambut yang sudah ditanami sawit dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

pH Tanah Pada Lahan Gambut Yang Belum Ditanami Sawit No Satuan Lahan Data Keterangan 1 F1.I.Htn. Qpmi.Or g 3,99 Buruk 2 F1.I.Htn. Qh.Org 4,2 Buruk 3 F1.I.Lter. Qp.Org 4,63 Buruk Sumber : Pengolahan Data Primer, 2015

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pH tanah pada lahan gambut sebelum ditanami sawit pada satuan lahan F1.I.Htn.Qpmi.Org (sampel 1) 3,99, F1.I.Htn.Qh.Org (sampel 2) 4,2 dan F1.I.Lter.Qp.Org (sampel 3) 4,63. Masing-masing sampel tiap satuan lahan pada lahan gambut sebelum ditanami sawit pH nya rendah (masam) dan kategori buruk.

pH Tanah Pada Lahan Gambut Yang Sudah Ditanami Sawit

No Satuan Lahan

(6)

6

1 F1.I.Perk. Qpmi.Org 4,63 Buruk 2 F1.I.Perk. Qp.Org 4,2 Buruk 3 F1.I.Perk. Qh.Org 5,10 Agak buruk Sumber : Pengolahan Data Primer, 2015

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pH tanah pada lahan gambut setelah ditanami sawit satuan lahan F1.I.Perk.Qpmi.Org (sampel 1) 4,63 kategori buruk, F1.I.Perk.Qp.Org (sampel 2) 4,2 kategori buruk dan satuan lahan F1.I.Perk.Qh.Org (sampel 3) 5,10 kategori agak buruk.

3. Bahan Organik Tanah Akibat Alih Fungsi Lahan Gambut Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit

Berdasarkan hasil uji laboratorium yang telah dilakukan, adapun bahan organik tanah pada lahan gambut yang belum ditanami sawit dan sudah ditanami sawit pada lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Bahan Organik Tanah Pada Lahan Gambut Yang Belum Ditanami Sawit

No Satuan Lahan Bahan Organik Tanah Ket c-organik Bahan Organik (%) 1 F1.I.Ht n.Qpmi .Org 13,27 22,88 Tinggi 2 F1.I.Ht n.Qh.O rg 20,3 35 Tinggi 3 F1.I.Lt er.Qp. Org 19,35 33,36 Tinggi

Sumber : Pengolahan Datar Primer, 2015

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa bahan organik tanah pada lahan gambut sebelum ditanami sawit pada satuan lahan F1.I.Htn.Qpmi.Org (sampel 1) 22,88%, F1.I.Htn.Qh.Org (sampel 2) 35% dan F1.I.Lter.Qp.Org (sampel 3) 33,36%. Bahan organik tanah masing-masing sampel tiap satuan lahan pada lahan gambut sebelum ditanami sawit kategori tinggi.

Bahan Organik Tanah Pada Lahan Gambut Yang Sudah Ditanami Sawit

No Satuan Lahan Bahan Organik Tanah Ket c-organ ik Bahan Organik (%) 1 F1.I.Perk 11,38 19,62 Tinggi .Qpmi.Or g 2 F1.I.Perk .Qp.Org 14,25 24,57 Tinggi 3 F1.I.Perk .Qh.Org 13,69 7 23,61 Tinggi Sumber : Pengolahan Data Primer, 2015

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa bahan organik tanah pada lahan gambut sesudah ditanami sawit pada satuan lahan F1.I.Perk.Qpmi.Org (sampel 1) 19,62%, F1.I.Perk.Qp.Org (sampel 2) 24,57% dan F1.I.Perk.Qh.Org (sampel 3) 23,61 %. Bahan organik tanah pada lahan gambut yang sudah ditanami sawit masing-masing sampel tiap satuan lahan kategorinya tinggi, sama seperti bahan organik tanah pada lahan gambut yang belum ditanami sawit.

4. Kadar Air Tanah Akibat Alih Fungsi Lahan Gambut Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit

Berdasarkan hasil uji laboratorium yang telah dilakukan, adapun kadar air tanah pada lahan gambut yang belum ditanami sawit dan lahan gambut yang sudah ditanami sawit dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Kadar Air Tanah Pada Lahan Gambut Yang Belum Ditanami Sawit

No Satuan Lahan Data Keterangan 1 F1.I.Htn. Qpmi.Or g 106,99 % Sangat Banyak 2 F1.I.Htn. Qh.Org 176,72% Sangat Banyak 3 F1.I.Lter. Qp.Org 153,39% Sangat Banyak Sumber : Pengolahan Data Primer, 2015

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kadar air tanah pada lahan gambut sebelum ditanami sawit pada satuan lahan F1.I.Htn.Qpmi.Org (sampel 1) 106,99% kategori sangat banyak, F1.I.Htn.Qh.Org (sampel 2) 176,72 % kategori sangat banyak, dan satuan lahan F1.I.Lter.Qp.Org (sampel 3) 153,39 % sangat banyak.

Kadar Air Tanah Pada Lahan Gambut Yang Sudah Ditanami Sawit

No Satuan Lahan Data Keterangan 1 F1.I.Perk. Qpmi.Org 51,289 % Sedang 2 F1.I.Perk. Qp.Org 85% Banyak 3 F1.I.Perk. Qh.Org 75,015 % Banyak Sumber : Pengolahan Data Primer, 2015

(7)

7

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kadar

air tanah pada lahan gambut yang sudah ditanami sawit pada satuan lahan F1.I.Perk.Qpmi.Org (sampel 1) 51,289% kategori sedang, F1.I.Perk.Qp.Org (sampel 2) 85% kategori banyak, dan F1.I.Perk.Qh.Org (sampel 3) 75,015 % kategori banyak.

II. Pembahasan

Pertama, lahan gambut yang belum ditanami sawit di Desa Petani Kecamatan Mandau pada umumnya nilai bobot isi (bulk density) tanahnya rendah yaitu pada masing-masing sampel tiap satuan lahan F1.I.Htn.Qpmi.Org (sampel 1) 0,24 g/cm3, F1.I.Htn.Qh.Org (sampel 2) 0,13 g/cm3, dan F1.I.Lter.Qp.Org (sampel 3) 0,19 g/cm3

Setelah lahan gambut dialihfungsikan menjadi perkebunan kelapa sawit menyebabkan terjadinya peningkatan nilai bobot isi (bulk density) tanah, yaitu pada satuan lahan F1.I.Perk.Qpmi.Org (sampel 1) 0,43 g/cm3, dan satuan lahan F1.I.Perk.Qh.Org (sampel 3) 0,44 g/cm3.

Meningkatnya bobot isi (bulk density) tanah telah memberi dampak buruk terhadap sifat fisik tanah yaitu tanah akan sulit meneruskan air atau menembus akar tanaman hal ini juga berkaitan dengan pori-pori tanah yaitu jika bulk density tanah meningkat, porositas tanah menjadi menurun. Porositas tanah menurun menyebabkan infiltrasi air akan lambat sehingga bisa menyebabkan aliran permukaan (run of) meningkat. Jadi dapat disimpulkan bahwa alih fungsi lahan gambut menjadi perkebunan kelapa sawit telah menyebabkan kerusakan pada sifat fisik tanah antara lain meningkatnya bulk density tanah. Hal ini sesuai menurut Hermon (2008 : 64) bulk density < 0,75 g/cm3 kategori sangat baik namun nilai bulk density > 1,50 g/cm3 sangat jelek jadi makin tinggi nilai bulk density maka tanahnya semakin buruk.

Kedua, lahan gambut yang belum ditanami sawit di Desa Petani Kecamatan Mandau pada umumnya memiliki pH tanah yang rendah (masam) yaitu pada masing-masing sampel tiap satuan lahan pH nya di bawah 5. Menurut Najiyati, dkk (2005) bahwa pada umumnya lahan gambut tropis memiliki pH antara 3-4,5 (masam). Setelah dialihfungsikan menjadi perkebunan kelapa sawit pH tanahnya masih tetap dibawah 5 yaitu pada satuan lahan F1.I.Perk.Qpmi.Org (sampel 1) 4,63, F1.I.Perk.Qp.Org (sampel 2) 4,2, kecuali pada satuan lahan F1.I.Perk.Qh.Org (sampel 3) pH nya mengalami peningkatan menjadi 5,10.

Meningkatnya pH tanah akibat lahan gambut dialihfungsikan menjadi perkebunan kelapa sawit hal ini memberi dampak positif terhadap tanah dimana tanah yang memiliki pH dibawah 5 merupakan tanah yang masam dan tidak baik

untuk tanaman sedangkan pH tanah yang netral dengan pH 7 baik untuk tanaman. Jadi alih fungsi lahan gambut menjadi perkebunan kelapa sawit memberi dampak berarti terhadap pH tanah dan hal ini disebabkan karena dilakukannya pengelolaan dan pengapuran pada lahan gambut ketika menanam sawit sehingga pH tanahnya naik. Menurut Hardjowigeno (2007 : 63) tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan pH-nya dengan menambahkan kapur kedalam tanah sedangkan tanah yang terlalu alkalis dapat diturunkan pH-nya dengan penambahan belerang.

Ketiga, lahan gambut yang belum ditanami sawit di Desa Petani Kecamatan Mandau memiliki bahan organik yang tinggi yaitu pada satuan lahan F1.I.Htn.Qpmi.Org (sampel 1) 22,88%, F1.I.Htn.Qh.Org (sampel 2) bahan organiknya 35% dan F1.I.Lter.Qp.Org (sampel 3) 33,36%. Menurut Hardjowigeno (2007:222) tanah gambut atau tanah organosol adalah tanah dengan kandungan bahan organik lebih dari 20% atau C-Organik > 12% (tekstur pasir), atau bahan organik lebih dari 30% (C-organik > 18%) (tekstur liat). Lapisan yang mengandung bahan organik tinggi tersebut tebalnya lebih dari 40 cm (Histos= jaringan). Namun setelah ditanami sawit bahan organiknya menjadi berkurang, yaitu pada masing-masing sampel tiap satuan lahan F1.I.Perk.Qpmi.Org (sampel 1) 19,62%, F1.I.Perk.Qp.Org (sampel 2) 24,57%, dan F1.I.Perk.Qh.Org (sampel 3) 23,61 %.

Berkurangnya kandungan bahan organik yang diakibatkan oleh alih fungsi lahan gambut menjadi perkebunan kelapa sawit memberi dampak buruk terhadap tanah karena bahan organik tanah berperan untuk meningkatkan daya tanah menahan air sehingga drainase tidak berlebihan, kelembaban dan temperatur tanah menjadi stabil, menetralisir daya rusak butir-butur hujan, dan menghambat erosi. Bahan organik tanah juga berkaitan dengan pori-pori tanah, jika bahan organik tanah banyak maka pori-pori tanah juga banyak yang akan mempercepat infiltrasi air sehingga mencegah banjir dan mengurangi aliran permukaan. Jadi berkurangnya bahan organik tanah menyebabkan infiltrasi lambat, bisa menyebabkan terjadinya erosi dan hal ini tentu bisa berdampak terhadap lingkungan.

Keempat, pada umumnya lahan gambut di Desa Petani Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis kadar air tanahnya besar yaitu pada masing-masing sampel tiap satuan lahan F1.I.Htn.Qpmi.Org (sampel 1) 106,99%, F1.I.Htn.Qh.Org (sampel 2) 176,72%, dan F1.I.Lter.Qp.Org (sampel 3) 153,39%. Sesuai menurut (Mutalib et al, dalam Fahmudin dan Subiksa, 2008) kadar air tanah gambut berkisar antara 100-1300% dari berat keringnya. Setelah ditanami sawit kadar air tanah pada lahan gambut menjadi berkurang yaitu masing-masing sampel

(8)

8

tiap satuan lahan menjadi 51,289%, 85%, dan

75,015%.

Berkurangnya kadar air tanah pada lahan gambut yang sudah ditanami sawit disebabkan oleh sawit yang menyerap air sangat besar. Berdasarkan (Hasil Penelitian lingkungan Universitas Riau, dalam Magica 2012) secara ekologis tanaman sawit merupakan tanaman yang paling banyak membutuhkan air dalam proses pertumbuhannya, dimana dalam satu hari satu batang pohon sawit bisa menyerap 12 liter air. Berkurangnya kadar air tanah yang disebabkan oleh alih fungsi lahan gambut menjadi perkebunan kelapa sawit berdampak buruk terhadap lahan gambut yaitu jika lahan gambut terlalu kering bisa menyebabkan lahan gambut tidak mampu menyerap air kembali. Berkurangnya kadar air tanah pada lahan gambut telah menunjukkan bahwa lahan gambut telah hilang fungsinya sebagai hidrologis dan hal ini berdampak buruk terhadap lingkungan hidup.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa perubahan karakteristik tanah akibat alih fungsi lahan gambut menjadi perkebunan kelapa sawit yaitu :

1. Alih fungsi lahan gambut menjadi perkebunan kelapa sawit telah menyebabkan terjadinya peningkatan nilai bobot isi (bulk density) tanah.

2. Alih fungsi lahan gambut menjadi perkebunan kelapa sawit telah menyebabkan pH tanah meningkat. 3. Alih Fungsi lahan gambut menjadi

perkebunan kelapa sawit telah menyebabkan bahan organik tanah berkurang.

4. Alih fungsi lahan gambut menjadi perkebunan kelapa sawit telah menyebabkan kadar air tanah menjadi menurun.

B. Saran

1. Disarankan pada pemerintah Desa Petani Kecamatan Mandau untuk membatasi pembukaan lahan gambut menjadi perkebunan kelapa sawit karena lahan gambut memiliki fungsi ekologis dan fungsi hidrologis yang sangat berperan penting untuk lingkungan.

2. Disarankan kepada pemerintah untuk melakukan penguatan peraturan dan perundang-undangan dan pengawasan penggunaan dan pengelolaan lahan gambut.

3. Disarankan kepada masyarakat, jika membuka lahan gambut menjadi perkebunan kelapa sawit, tidak dengan cara membakar lahan gambut, karena bisa menyebabkan lahan gambut menjadi semakin kering dan tidak mampu menyerap air kembali.

4. Disarankan kepada peneliti selanjutnya meneruskan penelitian ini tentang dampak alih fungsi lahan gambut menjadi perkebunan kelapa sawit terhadap permeabilitas dan porositas tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Adinugroho, Wahyu Catur, et al. 2004. Panduan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut. Bogor : Wetlands International IP, 2004

Agus, Fahmuddin & I.G Made Subiksa. Lahan Gambut : Potensi Untuk Pertanian Dan Aspek Lingkunga. Bogor : Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre (ICRAF)

Hardjowigeno, Sarwono. 2007. Ilmu Tanah . Jakarta : CV Akademika Pressindo.

Hermon, Dedi & Khairani. 2009. Geografi Tanah. Padang : Yayasan Jihadul Khair Center

Hermon, Dedi. et al. 2008. Metode Dan Teknik Penelitian Geografi Tanah. Padang : Yayasan Jihadul Khair Center

Magica, Indra. 2012. Analisa Sumber Daya Lingkungan Kabupaten Inhil. Skripsi dipublikasikan.

Najiyati, dkk. 2005. Panduan Pengelolaan Lahan Gambut Untuk Pertanian Berkelanjutan. Bogor : Wetlands International

Yulita, Darmiyus, dkk. 2013. Kesesuain Tanah Terhadap Hasil Tanaman Kakao (Kopi Coklat) Di Nagari Sibakur Kecamatan Tanjung Gadang Kabupaten Sijunjung (online). http://ejournal-s1.stkip-pgri-sumbar.ac.id/. Yanti, Desi Hasrilia, dkk. 2013. Evaluasi

Kesesuain Lahan Untuk Tanaman Padi Sawah Di Nagari Talang Babungo Kecamatan Hiliran Gumati Kabupaten Solok (online). http://ejournal-s1.stkip-pgri-sumbar.ac.id/. Ulfa, Rahmawati, dkk. 2013. Karakteristik Tanah

Pada Lahan Tidur Untuk Pertanian Di Kanagarian Jorong Durian Kamang Mudiak Kecamatan Kamang Magek Kabupaten Agam (online).

http://ejournal-s1.stkip-pgri-sumbar.ac.id/.

(9)

Gambar

Tabel 1 Satuan Lahan Daerah Penelitian  NO  Satuan Lahan   Daerah Penelitian  1  F1.I.Htn.Qh.Org  2  F1.I.Htn.Qpmi.Org  3  F1.I.Lter.Qp.Org  4  F1.I.Lter.Qp.Pod  5  F1.I.Lter.Qp.Pod  6  F1.I.Perk.Qh.Org  7  F1.I.Perk.Qh.Pod  8  F1.I
Gambar 1 Peta lokasi sampel penelitian di Desa Petani Kecamatan Mandau  C.  Jenis Dan Sumber Data

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya pemutusan orang tua angkat dengan anak angkatnya karena anak angkat tersebut, sudah tidak lagi berkedudukan sebagai anak kandung sehingga segala

Jika gagal berpisah pada oogenesis, gonosom gamet yang mungkin adalah X, XX, dan O, sedangkan dalam spermatogenesis terjadi gagal berpisah maka gonosom gamet yang

Kami telah mereviu Laporan Keuangan Badan Pusat Statistik Kota Palu untuk tahun anggaran 2015 berupa Neraca per tanggal 30 Juni 2015, Laporan Realisasi Anggaran,

1, Juni 2012 hadir ke hadapan sidang pembaca dengan mengetengahkan 5 (lima) artikel sebagai berikut: Analisis Implementasi E-Government pada Pemerintah Daerah

Permainan bolavoli adalah salah satu cabang olahraga yang sangat populer di dunia dan di Indonesia.Ini bisa dilihat dari memasyarakatnya olahraga bolavoli yang dapat dilakukan

Pada stasiun 3 genus yang memiliki nilai Kelimpahan (K) tertinggi terdapat pada genus Surirella sebesar 65,33 ind/l, dengan kelimpahan relatif 31,71%, dan frekuensi

Kesimpulan: Ada hubungan antara usia, jenis kelamin, pendidikan dan status perkawinan dengan kejadian Kondiloma Akuminata pada pasien IMS yang berobat di

1 Studi yang dilakukan oleh Nikodemus Siregar didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang sangat lemah (tidak bermakna) antara jumlah trombosit dengan lama