• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEANEKARAGAMAN PLANKTON DI SUNGAI PELAWI DESA PELAWI UTARA KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEANEKARAGAMAN PLANKTON DI SUNGAI PELAWI DESA PELAWI UTARA KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KEANEKARAGAMAN PLANKTON DI SUNGAI PELAWI DESA PELAWI UTARA KABUPATEN LANGKAT

SUMATERA UTARA

(Plankton Biodiversity in the Pelawi River North Pelawi Village Langkat District of North Sumatra)

Ester Nelya Tindaon1), Yunasfi2), Indra Lesmana2) 1)

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

2)

Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Plankton is aquatic organism that flying and it is moves within the water current. Plankton is classified into phytoplankton (classified as plant) and zooplankton (classified as animal). The present of plankton in the water is determined by the physic and chemical condition of the water. Plankton has a limitation to tolerate the environment parameter, it’s diversity is different depend on physical and chemical conditions.

T h e r e s e a r c h h a s b e e n d o n e i n M a r e t t o A p r i l 2 0 1 4 . S a m p l e s w e r e t a k e n f r o m t h r e e s t a t i o n s , a n d p e r f o r m e d t h r e e t i m e s r e p e a t e d c h e c k s i n d i f f e r e n t p e r i o d s o f t i m e b y u s i n g Purposive Random Samplin. The result of research indicates thats there are 9 class of phytoplankton, they are : Bacillariophyceae, Chlorophyceae, Conjugatophyceae, Coscinodiscophyceae, Cyanophyceae, Dynophyceae, Eulenophyceae, Ulvophyceae, Zygnenophyceae and 8 class of zooplankton : Branchiopoda, Clitellata, Copepoda, Crustaceae, Gastropoda, Secernenta,Tubulinea, and Turbellaria. The highest total number of plankton is found in station I (206,00 ind/l) and the lowest total number of plankton is found on station 3 (33,33 ind/l). The highest diversity index value (H') for each station is found on station 1 (2,56) and the lowest on station 3 (2,16). The Pearson correlation of analysis indicates the brightness, DO, pH and nitrate have positive correlation to diversity of plankton while temperature, current, BOD5, and

phosphate have negative correlation to diversity of plankton. Keywords : Water Quality, Plankton, Diversity, Sunggal River.

PENDAHULUAN

Pada saat ini sungai menjadi badan air yang cukup penting, karena sungai sebagai ekosistem terbuka lebih mudah mengakumulasi berbagai jenis buangan dan daerah sekitarnya. Pembersihan lahan dan perubahan penggunaan lahan disepanjang daerah

aliran sungai (DAS) akan mempengaruhi kualitas air sungai tersebut. Aktivitas manusia disepanjang daerah aliran sungai secara intensif dan ekstensif, langsung atau tidak langsung, dapat mempengaruhi kelimpahan atau

(2)

penyebaran biota air yang hidup di dalam sungai tersebut (Afrizal, 1995). Keadaan sungai yang dijadikan tempat pembuangan limbah secara terus-menerus dalam kurun waktu tertentu akan menyebabkan kualitas air sungai menurun. Demikian halnya dengan Sungai Pelawi yang dijadikan tempat pembuangan limbah domestik, industri dan pertanian oleh masyarakat sekitar akan menyebabkan menurunnya kwalitas air Sungai Pelawi dan menurunnya populasi biota yang hidup di perairan tersebut termasuk populasi plankton.

Plankton adalah organisme air yang hidup melayang-layang dan pergerakannya sangat dipengaruhi oleh gerakan air.Seperti halnya dengan benthos, plankton juga dibagi menjadi fitoplankton (organisma plankton yang bersifat tumbuhan) dan zooplankton (plankton yang bersifat hewan) (Barus, 2004).

Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji keanekaragaman plankton di Sungai Pelawi Kabupaten Langkat Sumatera Utara dan untuk mengkaji hubungan parameter fisika dan kimia perairan dengan keanekaragaman plankton di Sungai Pelawi Kabupaten Langkat Sumatera Utara.

BAHAN DAN METODE

Pengambilan data lapangan dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2014 di Sungai Pelawi Kabupaten Langkat Sumatera Utara.Pengambilan sampel dilakukan tiga kali dengan rentang waktu dua minggu, yang dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran data yang mewakili kondisi perairan. Metode yang digunakan adalah Purposive Random Sampling.Teknis yang dilakukan adalah dengan menyaring sampel plankton dari sejumlah air

dengan menggunakan jaring plankton. Jumlah volume air sungai yang disaring adalah 25 liter sedangkan ukuran jaring plankton yang digunakan adalah jaring baku no.25. Air sampel yang tersaring dimasukkan ke dalam botol film dan diawetan dengan lugol 10 %.Parameter fisika kimia diukur secara insitu dan exsitu.

Deskripsi area sebagai berikut: Stasiun I : Sungai Pelawi di Desa

Lama pada koordinat 040 00' 02.29'' LU dan 0980 17' 44.31'' BT. Lokasi ini merupakan daerah dengan aktivitas pertanian (perkebunan kelapa sawit). Stasiun II : Sungai Pelawi di

Desa Pelawi Utara pada koordinat 040 00' 15.90'' LU dan 0980 17' 58.79'' BT. Lokasi ini merupakan daerah dengan aktivitas domestik (pemukiman penduduk).

Stasiun III: Sungai Pelawi di Desa Pelawi Selatan pada koordinat 040 00' 18.20'' LU dan 0980 18' 06.44'' BT. Lokasi ini merupakan daerah dengan aktivitas industri (pabrik karet).

Analisis Data

Kelimpahan Plankton (K)

Analisis Kelimpahan plankton dilakukan berdasarkan metode sapuan di atas gelas objek Sedgwick Rafter.Kelimpahan plankton dinyatakan secara kuantitatif dalam jumlah sel/liter, dan ini menggunakan rumus menurut Fachrul (2007), yaitu :

Keterangan :

N = jumlah sel per liter n = jumlah sel yang diamati Vr = volume air tersaring (ml)

(3)

Vo = volume air yang diamati (pada Sedgwick Rafter) (ml) Vs = volume air yang disaring (l)

Kelimpahan Relatif (KR)

Suatu habitat dikatakan cocok dan sesuai bagi perkembangan suatu organisme apabila nilai KR > 10% (Barus, 2004). Frekuensi Kehadiran (FK) Keterangan nilai FK 0 – 25 % = SangatJarang 25 – 50% = Kehadiran Jarang 50 – 75% = Kehadiran Sedang 75 – 100% = Kehadiran Absolut

Indeks Diversitas

Shannon-Wienner (H’)

Keterangan :

H’ = Indeks Shannon-Wienner pi = Perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan (∑ )

Ni = Jumlah jenis plankton ke-i N = Jumlah total individu plankton ln=Logaritma nature kriteria: H’ < 1 = Keanekaragaman rendah 1 < H’ <3 = Keanekaragaman sedang H’ >3 = Keanekaragaman tinggi (Ludwig& James, 1988). Indeks Dominansi (D) ∑ Keterangan :

D = Indeks dominansi simpson Ni =Jumlah jenis plankton ke-i N = Jumlah total individu plankton S = Jumlah genera

D = 0, berarti tidak terdapat spesies yang mendominasi

D = 1, berarti terdapat spesies yang mendominasi spesies lainnya

Analisis Korelasi

Analisis statistik dilakukan

dengan menggunakan

korelasipearson. Uji statistik ini dilakukan untuk mengetahui korelasi antara faktor fisik-kimia perairan dengan keanekaragaman plankton.

Menurut Sarwono (2006), koefisien korelasi ialah pengukuran statistikkovarian atau asosiasi antara dua variabel. Koefisien korelasi menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear danarah hubungan dua variabel acak.Jika koefisien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabelY akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefisien korelasi

negatif, maka kedua

variabelmempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilaivariabel Y akan menjadi rendah dan sebaliknya.

Untuk memudahkan

melakukaninterpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel dibuat kriteria sebagaiberikut:

a. Jika 0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel

b. Jika >0 − 0,25 : Korelasi sangat lemah c. Jika >0,25 − 0,5 : Korelasi cukup d. Jika >0,5 − 0,75 : Korelasi kuat e. Jika >0,75 − 0,99 : Korelasi sangat kuat f. Jika 1 : Korelasi sempurna

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari penelitian yang telah dilakukan di perairan Sungai Pelawi diperoleh hasil sebanyak 52 genus plankton yang terdiri dari 44 genus fitoplankton dan 8 genus

zooplankton. Klasifikasi plankton yang diperoleh setiap stasiun penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Plankton yang Ditemukan pada Setiap Stasiun Penelitian

Kelas No. Famili No. Genus

Fitoplankton Bacillariophyceae 1. Achrantaceaea 1. Coconeis

2. Berkeleyaceae 2. Climaconeis 3. Chaetoceraceae 3. Rhizosolenia 4. Bacteriastrum 4. Cymbellaceae 5. Cymbella 5. Diploneidacea 6. Asterionella 6. Fragillariaceae 7. Diatoma 8. Fragillaria 9. Synedra 7. Melosiraceae 10. Melosira 8. Naviculaceae 11. Gyrosigma 12. Navicula 13. Nitzcshia 14. Pinnularia 15. Stauroneis 9. Skletonemaceae 16. Skletonema 10. Surirellaceae 17. Surirella

Chlorophyceae 11. Cladophoraceae 18. Cladophora

12. Desmidiaceae 19. Closterium 20. Staurastrum 13. Gonatozygaceae 21. Gonatozygon 14. Hydrodictyaceae 22. Pediastrum 15. Microsporaceae 23. Microspora 16. Scenedesmaceae 24. Scenedesmus 17. Volvocales 25. Oedogonium 26. Pandorina

Conjugatophyceae 18. Zygnemataceae 27. Mougeotia

28. Spirogyra Coscinodiscophycea e 19. Aulacoseiraceae 29. Aulacoseira 20. Biddulphyceae 30. Isthmia 31. Terpsinoe 21. Coscinodiscoceae 32. Coscinodiscu 22. Paraliaceae 33. Paralia 23. Stephanodiscaceae 34. Cyclotella 35. Stephanodiscus 24. Triceratiaceae 36. Triceratium

Cyanophyceae 25. Chroococcaceae 37. Oscillatoria

26. Nostocaceae 38. Spirulina

Dynophyceae 27. Ceraticeae 39. Ceratium

40. Spirulina

(5)

Ulvophyceae 29. Ulothricaceae 42. Ulothrix

Zygnenophyceae 30. Desmidiceae 43. Desmid

44. Groenblaida

Kelas No. Famili No. Genus

Zooplankton Branchiopoda 31. Chirocephalidae 45. Eubranchipus

Clitellata 32. Tubificidae 46. Tubifex

Copepoda 33. Calanoida 47. Nauplius

Crustaceae 34. Cyclopidae 48. Cyclops

Gastropoda 35. Cavollinidae 49. Creseis

Secernentea 36. Strongiloididae 50. Strongiloides

Tubulinea 37. Acellidae 51. Arcella

Turbellaria 38. Planariidae 52. Planaria

Nilai Kelimpahan (K). Kelimpahan Relatif (KR), dan Frekuensi Kehadiran (FK) Plankton di Setiap Stasiun Penelitian

Berdasarkan hasil analisis data plankton dari ketiga stasiun penelitian dapat diketahui bahwa stasiun yang memiliki kelimpahan genus tertinggi yaitu pada stasiun 1

sebesar 206,00 ind/l dan terendah pada stasiun 3 sebesar 33,33 ind/l. Perbandingan kelimpahan seluruh genus plankton ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan Kelimpahan Plankton (K) pada Tiap Stasiun Penelitian Stasiun

1 2 3

K 206,00 125,33 33,33

KR 66,67 60,90 77,99

FK 1633,33 1433,32 173,33

Indeks Keanekaragaman (H’), dan Indeks Dominansi Pada Masing-Masing Stasiun Penelitian

Berdasrkan hasil analisis data plankton diperoleh nilai Indeks Keanekaragaman dan Indeks Dominansi pada tiap stasiun pengamatan yang dapat dilihat Gambar 6.

(6)

Genus pada tiap Stasiun Penelitian Berdasarkan analisis data

diperoleh nilai Indeks Keanekaragaman (H’) dan Indeks Dominansi (D) plankton pada tiap stasiun terlihat bahwa nilai indeks keanekaragaman (H’) tertinggi terdapat pada stasiun 1 sebesar 2,56 dan nilai indeks keanekaragaman terendah terdapat pada stasiun 3 sebesar 2,16. Sedangkan stasiun 2 sebesar 2,47. Nilai keanekaragaman yang didapatkan dari stasiun 1, 2, dan 3 ini dikaitkan dengan Indeks Diversitas Shannon-Wiener

(Nugroho, 2006)yaitu nilai 1< <3 tergolong stasiun dengan keanekaragaman sedang atau komunitas biota sedang.Nilai indeks dominansi yang diperoleh dari ketiga stasiun penelitian berkisar antara 0,15 − 0,18. Indeks dominansi tertinggi terdapat pada stasiun 3 sebesar 0,18, sedangkan nilai indeks dominansi terendah terdapat pada stasiun 2 sebesar 0,15. Perbandingan nilai indeks ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perbandingan Nilai Indeks Dominansi (D) pada Tiap Stasiun Penelitian Stasiun

1 2 3

D 0,17 0,15 0,18

Analisis Korelasi Pearson Antara Faktor Fisik-Kimia Dengan Indeks Keanekaragaman Plankton

Berdasarkan pengukuran faktor fisik-kimia perairan yang telah dilakukan pada stasiun penelitian dan dikorelasikan dengan

indeks keanekaragaman(Shannon-Wiener) maka diperoleh nilai korelasi seperti terlihat pada Tabel 4. berikut ini:

Tabel 4. Nilai Analisis Korelasi Pearson Antara Faktor Fisik Kimia dengan Indeks Keanekaragaman Plankton

H’ Suhu Kecerahan Arus DO BOD5 pH Fosfat Nitrat

H’ 1 -1.000 .716 -.935 .977 -.368 .981 -.747 .627

Keterangan : H' = Keanekaragaman

(-) = korelasi negatif (berlawanan) (+) = korelasi positif (searah)

Faktor Fisika-Kimia Perairan

Berdasarkan hasil pengamatan kondisi Perairan Sungai Pelawi

diperoleh nilai faktor fisika-kimia yang dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Nilai Faktor Fisika-Kimia Perairan pada Masing-Masing Stasiun Penelitian

No Parameter

Fisika Kimia

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

Satuan

1 Suhu 0C 27.08 27.58 29.16

2 Penetrasi Cahaya cm 39.41 35.75 37.66

(7)

4 DO

mg/l 5.95 5.65 5.20

No Parameter

Fisika Kimia

Satuan Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

5 BOD5 mg/l 0.93 0.61 0.96 6 pH 6.80 6.75 5.56 7 Fosfat mg/l 0.05 0.14 0.05 8 Nitrat mg/l 1.25 1.00 1.00 Keterangan:

a. Stasiun 1 : Daerah dengan aktivitas pertanian (perkebunan kelapa sawit) b. Stasiun 2 : Daerah dengan aktivitas domestik (pemukiman penduduk) c. Stasiun 3 : Daerah dengan aktivitas industri (pabrik karet)

Dari Tabel 2 Diperoleh kelimpahan pada stasiun 1 yaitu 206,00 ind/l, dengan jumlah genus sebanyak 42, kemudian stasiun 2 sebesar 125,33 ind/l sedangkan stasiun 3 yaitu 33,33 ind/l yang tergolong kelimpahan termasuk rendah. Hal sesuai dengan pernyataan Soediarti (2006), bahwa kelimpahan dengan nilai <1000 ind/l termasuk rendah, kelimpahan antara 1000 − 40.000 tergolong sedang, dan kelimpahan >40.000 ind/l tergolong tinggi.

Pada Stasiun 2 didapatkan total kelimpahan sebesar 125,33 ind/l, dengan jumlah genus sebanyak 32. Pada stasiun 2 genus yang memiliki nilai kelimpahan tertinggi terdapat pada genus Pandorina.sebesar 34 ind/l, dengan kelimpahan relatif 16, 51%, dan frekuensi kehadiran100%, kemudian diikuti oleh genus Surirella.dengan kelimpahan sebesar 28 ind/l dengan kelimpahan relatif sebesar 13,59% dan frekuensi kehadiran 66,66%.Keadaan ini menunjukkan bahwa lingkungan perairan tersebut mendukung kehidupan genus tersebut.Barus (2004), fluktuasi daripopulasi plankton dipengaruhi oleh perubahan berbagai kondisi lingkungan, salahsatunya adalah

ketersediaan nutrisi di perairan. Unsur nutrisi berupa nitrogen dan

fosfor yang terakumulasi dalam suatu perairan akan menyebabkan

Terjadinyapertumbuhan populasi plankton.Pada Stasiun 3memiliki total kelimpahan sebesar 33,33 ind/l, dengan jumlah genus sebanyak 29. Pada stasiun 3 genus yang memiliki nilai Kelimpahan (K) tertinggi terdapat pada genus Surirella sebesar 65,33 ind/l, dengan kelimpahan relatif 31,71%, dan frekuensi kehadiran 100%, kemudian diikuti oleh genus Synedra dengan kelimpahan sebesar 30,66 ind/l dengan kelimpahan relatif sebesar 14,88% dan frekuensi kehadiran 100%.Hal ini menunjukkan bahwa kondisi perairan pada stasiun 3 sangat baik untuk genus plankton tersebut karena adanya nutrien seperti fosfat dan nitrat yang mendukung pertumbuhan populasi genus plankton tersebut.Ketersediaan sumberdaya pada lingkungan menentukan keberadaan jenis, jumlah individu, kelimpahan dan frekuensi kehadirannya (Suin, 2002).

Dari Tabel 3 diperoleh nilai Indeks Dominansi berkisar 0,15−

(8)

0,18 dengan nilai dominansi tertinggi terdapat pada stasiun 3 sebesar 0,18 dan nilai dominansi terendah terdapat pada stasiun 2 sebesar 0,15. Nilai ini

mengindikasikan bahwa belum ada dominansi oleh beberapa spesies plankton (nilai D mendekati nol).Odum (1994), apabila indeks dominansi (D) > 0,5 maka struktur komunitas yang sedang

diamati ada dominansi dari satu atau beberapa spesies.Belum adanya dominansi oleh spesies plankton juga menunjukkan bahwa kekuatan spesies yang ada merata. Menurut Odum (1971) menjelaskan spesies yang dominan dalam suatu komunitas memperlihatkan kekuatan spesies itu dibandingkan spesies lainnya dengan demikian terdapat jenis plankton yang mengendalikan perairan dan akan menimbulkan perubahan-perubahan penting tidak hanya pada komunitas biotiknya sendiri tetapi juga dalam lingkungan fisiknya.

Nilai indeks

keanekaragaman (H’) tertinggi terdapat pada stasiun 1 sebesar 2,56. Hal ini disebabkan pada stasiun 1 terdapat jumlah jenis dengan penyebaran yang merata dibandingkan dengan ketiga stasiun lainnya.Odum (1994) diacu oleh Surbakti (2009), suatu komunitas

dikatakan mempunyai

keanekaragaman spesies yang tinggi apabila terdapat banyak spesies dengan jumlah individu masing-masing spesies relatif merata.

Nilai Indeks

Keanekaragaman (H’) yang terendah terdapat pada stasiun 3 sebesar 2,16 hal ini disebabkan pada daerah ini zat hara yang diperlukan planktonseperti fosfat dan nitrat untuk berkembangbiak rendah sehingga berpengaruh terhadap keanekaragaman plankton di daerah ini. Zat-zat hara anorganik utama yang diperlukan fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang biak ialah

nitrogen (sebagai nitrat) dan fosfor (sebagai fosfat). Zat-zat hara lainbaik anorganik maupun organik mungkin diperlukan dalam jumlah kecil atau sangat kecil, namun pengaruhnya terhadap produktivitas tidak sebesar nitrogen dan fosfor (Yuliana dan Asriyana, 2012).

Dari hasil parameter kualitas air yang diperoleh secara umum masih mendukung kehidupan plankton dan ini dapat diketahui dari beberapa parameter kualitas air di masing-masing stasiun. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh suhu dari masing-masing stasiun di Perairan Sungai Pelawi berkisar 27 − 29 0C dengan suhu rata-rata 27,170C (Tabel 6.) dan nilai suhu ini masih dalam kisaran optimum bagi kehidupan plankton.Isnansetyo dan Kurniastuty (1995), kisaran suhu yang optimal bagi kehidupan plankton adalah 22 − 30 0C.Suhu suatu perairan dapat mempengaruhi kehidupan organisme yang berada di dalamnya termasuk plankton.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kecerahan dari masing-masing stasiun di Perairan Sungai Pelawi berkisar 35 − 40 cm dengan kecerahan rata-rata 38,19 cm. Nilai kecerahan terendah terdapat di stasiun 3 sebesar 37,6 cm dan nilai kecerahan tertinggi terdapat pada stasiun 1 sebesar 39,3 cm rendahnya penetrasi cahaya pada stasiun 3 disebabkan adanya masukan zat-zat terlarut ke badan perairan seperti buangan dari industri pabrik karet yang terdapat pada stasiun ini. Selain itu sedikitnya vegetasi pada daerah tepi sungai ini.Nilai

(9)

kecerahan tertinggi ini disebabkan rendahnya kandungan organik akibat tidak adanya aktivitas di kawasan ini sehingga cahaya matahari dapat menembus hingga ke badan perairan yang lebih dalam.Barus (2004), terjadinya penurunan nilai penetrasi cahaya disebabkan oleh kurangnya intensitas cahaya matahari yang masuk ke badan peairan, adanya kekeruhan oleh zat-zat terlarut dan kepadatan plankton di suatu perairan menyebabkan penetrasi cahaya pada bagian hulu suatu ekosistem sungai pada umumnya lebih tinggi dibanding dengan bagian hilir.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh arus dari masing-masing stasiun di Perairan Sungai Pelawi berkisar 0,14− 0,20 m/s dengan arus rata-rata 0,13 m/s. Kecepatan arus yang lebih rendah terdapat pada stasiun 1 0,14 m/s dan kecepatan arus tertinggi ada pada stasiun 3 yaitu 0.20 m/s. Perbedaan kecepatan arus disini dipengaruhi oleh kemiringan ataupun ketinggian yang berbeda antara stasiun 3 d dengan stasiun 1 dan 2. Selain itu tingginya arus pada stasiun 3 disebabkan oleh aliran sungai yangrelatif lurus dan substrat yang halus pada stasiun ini.Rendahnya arus pada stasiun 1 dan 2 diakibatkan oleh air sungai yang tidak lurus.Jenis substrat akan mempengaruhi kecepatan arus.

Nilai oksigen terlarut terendah terdapat pada stasiun 3 sebesar 4,9 mg/l sedangkan nilai oksigen terlarut tertinggi terdapat pada stasiun 4 sebesar 6,0 mg/l. Rendahnya oksigen terlarut pada stasiun 3 disebabkan adanya masukan dari aktivitas industri yaitu pabrik karet yang menyuplai senyawa organik dan anorganik sehingga dibutuhkan oksigen untuk

menguraikan senyawa tersebut dan tingginya suhu yang menimbulkan konsumsi oksigen meningkat oleh biota air yang menyebabkan terjadinya defisit oksigen terlarut di stasiun tersebut. Menurut Michael (1984) oksigen hilang dari air secara alami olehadanya pernafasan biota, pengurairan bahan organik, aliran masuk air bawah tanah yang miskin oksigen dan kenaikan suhu.

Nilai BOD5 dari

masing-masing stasiun di Perairan Sungai Pelawi berkisar 0,5− 0,9 mg/l dengan BOD5 rata-rata 0,69 mg/l.

Nilai BOD5 terendah terdapat pada

stasiun 2 sebesar 0,63 mg/l dan BOD5 tertinggi terdapat pada stasiun

3 sebesar 0,96 mg/l. Tingginya nilai BOD5 pada stasiun 3 ini disebabkan

daerah ini merupakan daerah aktivitas industri yang banyak menampung beban masukan.

Dari hasil analisis korelasi Tabel 4 menunjukkan bahwa suhu, arus, BOD5 dan fosfat berkorelasi

negatif (berlawanan) terhadap keanekaragaman plankton dengan demikian semakin tinggi nilai suhu, arus, BOD5 dan fosfat maka

keanekaragaman plankton semakin rendah dan jika nilai suhu, arus, BOD5dan fosfat semakin rendah

maka keanekaragaman plankton juga semakin rendah. Berdasarkan nilai korelasi yang diperoleh diketahui suhu memiliki korelasi sempurna terhadap keanekaragaman plankton.Kecerahan, arus, kelarutan oksigen, pH, fosfat, dan nitrat berkorelasi sangat kuat dan nitrat berkolerasi kuat, sedangkan BOD5

berkorelasi cukup terhadap keanekaragaman plankton. Suin (2002), kecepatan arus air dari suatu badan air ikut, menentukan penyebaran organisme yang hidup di badan air tersebut.

(10)

KESIMPULAN

Keanekaragaman plankton di Sungai Pelawi Desa Pelawi Utara Kabupaten Langkat tergolong sedang. Nilai indeks keanekaragaman (H') tertinggi terdapat pada stasiun 1 sebesar2,56dan yang terendah terdapat pada stasiun 3 sebesar 2,16.Kecerahan, oksigen terlarut (DO), pH dan nitrat berkorelasi positif (searah) terhadap keanekaragaman plankton sedangkan suhu, kecepatan arus, BOD5 dan

fosfat berkorelasi negatif (terbalik) dengan keanekaragaman plankton.

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal, S. 1995. Kelimpahan dan Penyebaran Diatom Epilitik pada Sungai Sekitar Kampus Universitas

Andalas.Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Lembaga Penelitian Universitas Andalas Padang. Barus, T.A. 2004.Pengantar

Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan.USU PRESS. Medan..

Isnansetyo, A dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton

dan Zooplankton.

Kanisius.Yogyakarta..

Michael, P. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan

dan Laboratorium.Universitas Indonesia Press. Jakarta. Nugroho, A. 2006.Bioindikator

Kualitas Air. Penerbit Universitas Trisakti. Jakarta. Odum, E. P. 1994. Dasar- Dasar

Ekologi. Edisi ke-3. Penerjemah: Tjahjono, S. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Sarwono. 2006. Diakses 09 Mei 2009. Teori Analisis Korelasi Mengenal Analisis Korelasi. http://www.jonathansarwono. info/korelasi/korelasi.html(Di akses 31 Juni 2014).

Soediarti, T. , J. Aristiana dan A. Soegianto, 2006.Diversitas Fitoplankton pada Ekosistem Perairan Waduk Sutami. Malang. Berkala Penelitian Hayati.

Suin, N. 2002. Metoda Ekologi. Penerbit Universitas Andalas. Padang.

Surbakti, Y. B. 2009. Studi Keanekaragaman Plankton di Sungai Lau Sitelu Desa Namorambe Kabupaten Deli Serdang. Skiripsi USU. Medan. .

Yuliana dan Asriyana. 2012. Produktivitas Perairan. Bumi Aksara. Jakarta.

Gambar

Tabel 2. Perbandingan Kelimpahan Plankton (K) pada Tiap Stasiun Penelitian  Stasiun

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan data sekunder berupa cara perhitungan energi manusia dan peralatan yang digunakan selama tahapan proses produksi, faktor emisi pada beberapa bahan bakar, serta

Adhi Karya (Persero), Tbk berada pada kondisi undervalued atau harga sahamnya dinilai murah karena harga intrinsik yang dihitung dengan menggunakan metode Price

Pada BAB Ini berisikan keterpaduan strategi pengembangan kabupaten/kota berdasarkan arahan kebijakan Daerah yang ada, antara lain arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Analisa data yang digunakan untuk mengetahui adanya hubungan antara kecukupan energi, protein, asam folat, zat besi dan vitamin B12 adalah Kendall Tau dengan

Setiap pola memiliki beberapa kemungkinan posisi yang berbeda untuk mengisi ruang kosong yang masih tersedia pada plat. Kemungkinan ini dibuat dengan cara melakukan rotasi

EIGRP forms neighbor relationships with adjacent routers in the same Autonomous System (AS). EIGRP supports IP, IPX, and Appletalk routing. EIGRP applies an

Faktor yang berpengaruh positif terhadap pendapatan rumah tangga contoh, terutama pendapatan yang bersumber dari pertanian adalah kesempatan kerja pertanian di

Setiap perusahaan bebas memilih cara promosi yang cocok untuk produk yang ditawarkan dimana besar kecilnya suatu promosi tergantung dari besarnya dana promosi, sifat