• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari kegiatan komunikasi. Komunikasi merupakan jalan utama untuk mengekspresikan maksud dari pikiran seseorang. Salah satu bentuk komunikasi ialah komunikasi terapeutik dalam bidang kesehatan yang merupakan hubungan timbal balik antara tingkah laku manusia masa lalu dan masa sekarang yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melaui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan timbal balik melalui perubahan tingkah laku sehat ke arah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik.

Pada realita yang ada memang komunikasi menjadi bagian integral dari kehidupan kita, tidak terkecuali perawat, yang tugas sehari-harinya selalu berhubungan dengan orang lain. Entah itu dengan pasien, sesama teman, dengan atasan, dokter dan sebagainya. Maka komunikasi sangatlah penting sebagai sarana yang sangat efektif dalam memudahkan perawat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik.

Selain berkomunikasi dengan pasien, perawat juga berkomunikasi dengan anggota tim kesehatan lainnya. Sebagaimana kita ketahui tidak jarang pasien selalu menuntut pelayanan perawatan yang lebih dan membutuhkan informasi yang jelas. Sakit yang diderita bukan hanya sakit secara fisik saja, namun psiko (jiwanya) juga terutama mengalami gangguan emosi. Keadaan demikian menyebabkan komunikasi dengan pasien akan membutuhkan metode atau standart khusus agar pada pelaksanaannya tidak terjadi kesalahan dalam melakukan intervensi.

Namun yang tidak boleh dilupakan oleh perawat adalah melibatkan keluarga terdekat dalam melakukan pengkajian sampai dengan menentukan diagnosa yang sesuai. Tentunya yang

(2)

demikian juga membutuhkan sarana komunikasi yang efektif dan efisien mengingat bahwa keluarga akan sangat berpengaruh dalam memberikan motivasi kesembuhan kepada pasien. Apabila ada kesalahan komunikasi antara perawat dengan keluarga pasien, maka tidak menutup kemungkinan akan berpengaruh banyak terhadap segala macam intervensi yang dilakukan oleh perawat.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik sebuah permasalahan yaitu:

1. Bagaimana komunikasi terapeutik antara perawat dengan keluarga klien?

2. Apa saja faktor yang menghambat komunikasi tersebut?

3. Bagaimana solusi yang efektif untuk mengurangi hambatan tersebut?

4. Apa saja manfaat dari komunikasi yang baik antara perawat dengaan keluarga klien?

1.3 Tujuan Masalah

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini meliputi tujuan umum dan tujuan khusus yaitu:

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui maksud dari komunikasi terapeutik antara perawat dengan keluarga klien serta memahami bagaimana prosedur komunikasi terapeeutik tersebut.

1.3.2 Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah memberikan pelajaran baru bagi seorang perawat agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan komunikasi dengan keluarga klien guna meningkatkan standart asuhan keperawatan yang ada.

(3)

Makalah ini hanya membahas konsep dasar dari komunikasi dengan keluarga pasien serta penerapannya di klinis sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

(4)

Kata komunikasi berasal dari kata “to commune,” yang berarti “menjadikan milik bersama”. Berikut ini merupakan pengertian komunikasi.

a. Komunikasi adalah pertukaran informasi antara dua atau lebih manusia, atau dengan kata lain, pertukaran ide dan pikiran (Kozier & Erb,1995).

b. Komunikasi adalah proses pengoperan lambang yang memiliki arti diantara individu (William Ablig).

c. Komunikasi adalah proses ketika seorang individu (komunikator) mengoper perangsang (biasanya lambang bahasa) untuk mengubah tingkah laku individu yang lain (komunikan) (Carl I. Hovland).

d. Komunikasi adalah proses berbagi (sharing) informasi atau proses pembangkitan dan pengoperan arti (Taylor, Lilis, Le Mone).

Berdasarkan berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah kegiatan yang melibatkan dua orang atau lebih dalam bentuk ide, pikiran yang mempunyai tujuan perubahan pada orang lain.

2.2 Elemen Dalam Komunikasi

Elemen-elemen dalam komunikasi menurut Potter & Perry (2005) meliputi :

2.2.1 Referen

Referen atau yang lebih dikenal dengan stimulus akan memotivasi seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain. Referen ini dapat berupa objek, pengalaman, emosi, ide atau tindakan.

2.2.2 Pengirim

Pengirim atau encoder adalah orang yang memprakarsai pesan atau komunikasi interpersonal. Pengirim menempatkan referen pada suatu bentuk yang dapat ditransmisikan dan melaksanakan tanggung jawab untuk ketepatan isi dan nada emosional pesan tersebut.

(5)

2.2.3 Pesan

Pesan adalah informasi yang dikirimkan atau diekspresikan oleh pengirim. Pesan yang paling efektif harus jelas dan terorganisasi serta diekspresikan dengan cara yang dikenal baik oleh orang yang menerimanya. Pesan mungkin terdiri dari simbol bahasa verbal dan non-verbal. Sayangnya, tidak semua simbol (bahasa non-verbal) memiliki makna yang universal. Oleh karena itu kesulitan dalam komunikasi mungkin terjadi pada pesan tersebut jika pengirim tidak waspada terhadap faktor ini dan tidak mencoba untuk menjelaskan.

2.2.4 Saluran

Pesan dikirim melalui saluran komunikasi. Saluran bermaksud untuk membawa pesan, seperti melalui sarana visual, pendengaran dan taktil. Ekspresi wajah pengirim secara visual menyampaikan pesan. Kata-kata yang diucapkan tersampaikan melalui saluran pendengaran. Meletakkan tangan pada individu pada waktu berkomunikasi menggunakan saluran sentuhan. Semakin sering perawat melakukan sentuhan terhadap klien maka semakin baik pemahaman klien terhadap perawat tersebut.

2.2.5 Penerima

Penerima juga disebut dengan decoder, adalah orang yang menerima pesan yang dikirimkan. Supaya komunikasi dapat berjalan dengan efektif, penerima harus merasa atau mewaspadai pesan tersebut. Pesan dari pengirim kemudian bertindak sebagai salah satu penerima referen dan mengharuskan penerima secara tepat membaca sandi dan merespon pesan pengirim. Idealnya, keinginan pengirim diterima oleh penerima. Semakin banyak kesamaan antara pengirim dan penerima, maka semakin besar kemungkinan bahwa makna yang di sampaikan akan tersampaikan.

(6)

Komunikasi adalah proses yang terus menerus. Penerima membalas mengirimkan pesan kepada pengirim. Respon ini membantu untuk mengungkapkan apakah makna dari pesan tersebut tersampaikan. Tujuan dari komunikasi bukan hanya untuk meyakinkan bahwa pesan tersebut telah diterima dengan akurat. Respon verbal dan non verbal dari penerima mengirimkan respon kepada pengirim menunjukan pemahaman penerima tentang pesan tersebut. Dalam hubungan komunikasi tersebut diperlukan saling terbuka untuk menyampaikan suatu masalah agar hubungan perawat dan klien menjadi lebih baik.

2.3 Klasifikasi Komunikasi

2.3.1 Komunikasi Intrapersonal.

Komuniasi intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi pada diri sendiri atau proses berfikir pada diri sendiri, keyakinan, perasaan dan berbicara pada diri sendiri, bisa juga terjadi pada saat melakukan ibadah misalnya, shalat, kita berkomunikasi dengan Allah SWT, yaitu dengan memohon doa kepada Sang Pencipta.

2.3.2 Komunikasi Interpersonal.

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi diantara dua orang, yang terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi ini berlangsung secara tatap muka, bisa melalui medium. Komunikasi ini dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku seseorang.

2.3.2 Komunikasi kelompok.

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang melibatkan lebih dari dua orang atau tiga orang, bisa berbentuk kelompok diskusi, rapat dan lain-lain yang satu

(7)

sama lain saling mengenal. Misalnya komunikasi kelompok remaja, pengajian ibu-ibu, dan lain-lain.

2.3.3 Komunikasi Publik.

Komunikasi pblik adalah proses komunikasi yang terjadi didepan publik atau masyarakat, baik secara aktif maupun pasif dengan menggunakan media atau dengan tidak menggunakan media (berbicara langsung.

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi

Faktor yang mempengaruhi komunikasi menurut Potter & Perry (2005) terdiri dari:

2.4.1 Perkembangan

Sebagian besar anak-anak lahir dengan mekanisme fisik dan kapasitas untuk mengembangkan kemampuan berbicara dan bahasa. Anak dengan kegagalan perkembangan seperti paralisis serebral, autisme dan sindroma Down akan memiliki tingkat kapasitas yang berbeda untuk mengembangkan kemampuan berbicara dan berbahasa. Tingkat perkembangan berbicara bervariasi dan secara langsung berhubungan dengan perkembangan neurologi dan intelektual (Whaley & Wong, 1995).

Untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan anak-anak, perawat harus memahami pengaruh perkembangan bahasa dan proses berpikir. Keduanya akan mempengaruhi cara anak berkomunikasi dan cara bagaimana perawat dapat berinteraksi secara sukses dengan mereka.

2.4.2 Persepsi

Setiap orang merasakan, menginterpretasikan dan memahami kejadian secara berbeda. Persepsi adalah pandangan pribadi atas apa yang terjadi. Persepsi terbentuk oleh apa yang diharapkan dan pengalaman. Perbedaan persepsi antar individu dapat menjadi kendala dalam berkomunikasi.

(8)

2.4.3 Nilai

Nilai adalah standar yang mempengaruhi tingkahlaku. Nilai adalah apa yang dianggap penting dalam hidup seseorang dan pengaruh dari ekspresi pemikiran dan ide, sehingga nilai mempengaruhi interpretasi pesan. Beberapa nilai mungkin diketahui dengan mudah dan tanpa konflik sedangkan yang lainnya mungkin mengarah pada konflik tingkat tinggi dan sulit untuk diartikulasikan.

2.4.4 Emosi

Emosi adalah perasaan subjektif seseorang mengenai peristiwa tertentu. Cara seseorang bersosialisasi atau berkomunikasi dengan orang lain dipengaruhi oleh emosi. Emosi mempengaruhi kemampuan untuk menerima pesan dengan sukses.

2.4.5 Latar Belakang Sosio Kultural

Budaya adalah jumlah total dari mempelajari cara berbuat, berfikir, dan merasakan. Bahasa, pembawaan, nilai dan gerakan tubuh merefleksikan asal budaya.

2.4.6 Gender

Perbedaan jenis kelamin mempengaruhi proses komunikasi, dimana pria dan wanita memiliki gaya komunikasi yang berbeda dan satu sama lain saling mempengaruhi proses komunikasi secara unik.

2.4.7 Pengetahuan

Komunikasi dapat menjadi sulit ketika orang yang berkomunikasi memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda. Pesan akan menjadi tidak jelas jika kata-kata dan ungkapan yang digunakan tidak dikenal oleh pendengar.

2.4.8 Peran dan Hubungan

Individu berkomunikasi dalam tatanan yang tepat menurut hubungan dan peran mereka. Perawat mungkin merasa nyaman ketika berkomunikasi dengan rekan sejawat, namun komunikasi dengan klien yang memasuki klinik untuk pertama kalinya membutuhkan peran yang berbeda. Komunikasi akan menjadi lebih efektif ketika

(9)

masing-masing pihak tetap waspada tentang peran mereka dalam suatu hubungan.

2.4.9 Lingkungan

Orang cenderung dapat berkomunikasi dengan baik dalam lingkungan yang nyaman. Kebisingan dan kurangnya kebebasan dalam suatu lingkungan dapat mengakibatkan seseorang kebingungan, ketegangan, atau ketidaknyamanan.

2.4.10 Ruang dan Teritorial

Teritorial menetapkan makna dari hak seseorang pada suatu area dan sekitarnya. Teritorial sangat penting karena membuat orang merasa memiliki identitas, keamanan, dan kontrol. Dengan kata lain, seseorang merasa terancam ketika orang lain memasuki daerah teritorialnya karena hal tersebut mengganggu homeostasis psikologis, menimbulkan kecemasan, dan menyebabkan timbulnya perasaan kehilangan kontrol. Dalam interaksi, orang secara sadar mempertahankan jarak antar mereka sendiri.

(10)

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Konsep Keluarga

Keluarga merupakan dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 2010). Status sehat atau sakit anggota keluarga akan saling mempengaruhi keseluruhan keluarga dan interaksinya. Karena itu, pengaruh status sehat atau sakit terhadap keluarga dan dampak status sehat atau sakit keluarga saling terkait. Keluarga cenderung menjadi pemicu masalah kesehatan anggotanya dan sekaligus menjadi pelaku dalam menentukan masalah kesehatannya. Menurut Campbell (2000) cit Friedman (2010), keluarga bepengaruh besar pada kesehatan fisik anggota keluarganya. Selain itu keluarga cenderung terlibat dalam pengambilan keputusan dan proses terapi pada setiap tahapan sehat dan sakit anggota keluarga.

(11)

Keluarga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan/atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.

Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut (Friedman, 1998) :

1. Mengenal masalah

2. Membuat keputusan tindakan yang tepat

3. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit 4. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang

sehat

5. Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakat.

3.2Fungsi komunikasi antara perawat dengan keluarga pasien a. Meningkatkan interaksi antara perawat, pasien, dan

keluarga pasien.

b. Mengurangi keraguan dan kecemasan keluarga pasien terhadap kondisi pasien, proses parawatan untuk pasien, proses rawat inap pasien (misal: di unit perawatan intensif), dll.

c. Misalkan jika ada berita buruk seperti pasien meninggal atau Pada saat awal diagnosis buruk, perawat secara aktif berpartisipasi dalam memberikan informasi, mengklarifikasi informasi medis, dan mendengarkan tanggapan pasien dan keluarga mereka mengevaluasi pilihan pengobatan. Selama perawatan aktif seperti kemoterapi, perawat merupakan kunci dalam mendengarkan kekhawatiran pasien dan gejala dan pasien pembinaan untuk berbagi

(12)

keprihatinan ini. Pada penyakit kambuhan atau stadium akhir atau bagi mereka mendekati akhir hidup, berkomunikasi tentang keputusan dari keprihatinan yang signifikan sangat penting.

d. Dapat memberikan pendidikan atau ilmu tambahan kepada keluarga tentang kesehatan.

e. Mendukung pasien untuk segera sembuh dari sakitnya. 3.3Tahapan Komunikasi Terapeutik dengan Keluarga Pasien

Dalam komunikasi terapeutik terdapat beberapa tahapan menurut Nasir A dkk (2011) yaitu:

3.3.1Prainteraksi

Tahap ini disebut juga tahap apersepsi dimana perawat menggali lebih dahulu kemampuan yang dimiliki sebelum berhubungan dengan keluarga pasien (Nasir A dkk, 2011). Proses ini membantu menghindari terjadinya stereotip pada keluarga klien dan membantu perawat untuk berpikir mengenai nilai atau perasaan pribadi (Potter & Perry, 2005).

3.3.2Orientasi

Pada tahap orientasi perawat menggali keluhan-keluhan yang dirasakan oleh keluarga pasien dan memvalidasinya. Sehingga perawat dituntut memiliki keahlian yang tinggi dalam menstimulasi keluarga pasien agar mampu mengungkapkan keluhan yang dirasakan secara lengkap dan sistematis serta objektif (Nasir A dkk, 2011).

3.3.3Kerja

Pada tahap ini, perawat berupaya untuk mencapai tujuan selama fase orientasi. Perawat dan keluarga pasien bekerja bersama. Hubungan berkembang dan menjadi lebih fleksibel ketika keluarga pasien dan perawat memiliki keinginan untuk berbagi perasaan dan mendiskusikan masalah. Jika fase bekerja berhasil, keluarga pasien dapat bertindak berdasarkan ide dan perasaan (Potter & Perry, 2005). Pada tahap ini

(13)

pula perawat berperan untuk mengatasi kecemasan keluarga pasien (Nasir A dkk, 2011).

3.3.4Terminasi

Selama fase orientasi, perawat mengatakan pada keluarga klien kapan ia memperkirakan berakhirnya hubungan. Ketika pemutusan terjadi, keluarga pasien tidak seharusnya terkejut. Dengan tetap memperhitungkan keberhasilan hubungan, keluarga pasien harus siap untuk berfungsi secara efektif tanpa dukungan perawat (Potter & Perry, 2005).

3.4Penerapan komunikasi terapeutik pada keluarga pasien Dalam perawatan pasien di rumah sakit tidak hanya terbentuk hubungan antara perawat dengan pasien saja tetapi juga terdapat hubungan antara perawat dengan keluarga pasien karena keluarga juga berperan dalam pemulihan kondisi pasien. Dengan demikian maka perlu adanya komunikasi yang baik antara perawat dengan keluarga pasien yang berhubungan dengan kondisi pasien.

Banyak jenis kondisi yang dialami pasien dan untuk menyelesaikan kondisi tersebut sangat diperlukan adanya komunikasi antara perawat, pasien dan keluarga pasien. Disini kami berikan dua contoh kondisi yaitu untuk pasien jiwa dan pasien end-of-life. Berikut adalah penjelasannya :

1. Pasien jiwa

Berikut ini adalah penjelasan tentang prinsip dan teknik komunikasi pada saat perawat melakukan interaksi dengan keluarga. Interaksi dengan keluarga atau pemberian pendidikan kesehatan kepada keluarga juga dilakukan secara bertahap, meliputi tahap :

(14)

a. Permulaan hubungan perawat dengan keluarga

b. Pendidikan kesehatan tentang keterampilan keluarga dalam merawat pasien

c. Penerapan cara merawat pasien

d. Peran keluarga merawat pasien di rumah – masyarakat (follow up care)

Uraian tentang tahap atau langkah – langkah pendidikan kesehatan keluarga sebagai berikut :

a. Permulaan hubungan perawat - keluarga dirumah

Interaksi perawat – keluarga dimulai dengan perkenalan, membina hubungan saling percaya, dan dilanjutkan dengan pengkajian pengalaman keluarga dalam merawat pasien sehingga dapat ditetapkan pendidikan kesehatan keluarga.

b. Keterampilan keluarga merawat pasien

Pada tahap ini pertemuan dilaksanakan dengan metode ceramah, tanya jawab, simulasi tentang cara merawat anggota keluarga yang sakit.

c. Penerapan cara merawat pasien

Pada pertemuan ini dilaksanakan dengan melibatkan keluarga tentang cara merawat pasien dirumah. Metode yang paling banyak digunakan adalah demonstrasi dan redemonstrasi.

d. Peran keluarga merawat pasien di rumah – masyarakat (follow up care)

Jika pasien dan keluarga telah memiliki kemampuan merawat pasien secara mandiri maka perlu dibuat jadwal kunjungan rumah secara periodik. Misalnya setiap bulan untuk mengevaluasi kondisi dan kemampuan pasien serta keluarga.

2. Pasien end-of-life a. Persiapan diskusi

 Persiapan awal:

 Pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakitnya

(15)

 Tujuan diskusi

 Perencanaan waktu, lokasi dan setting:

 Memberikan bimbingan kepada pasien/keluarga tentang penyakit pasien sedini mungkin

 Ruangan yang pribadi dan tenang  Orang-orang yang hadir:

 Keluarga, teman, staf, interpreter

Sangat penting mengadakan persiapan awal dalam diskusi dan sangat penting juga memberikan bimbingan kepada pasien/keluarga tentang penyakit pasien sedini mungkin karena hal tersebut dapat membangun hubungan saling percaya antara perawat dan pasien/keluarga, dan memberikan waktu kepada pasien untuk mempertimbangkan kebutuhan dan nilai mereka.

Memahami pasien dan keluarga dengan cara mempunyai informasi tentang proses penyakitnya. Pasien mungkin mempunyai banyak pertanyaan mengenai terapi dan prognosis penyakitnya, maka dari itu perawat harus mempunyai banyak informasi tentang hal tersebut.

Memikirkan tindak lanjut penanganan dalam diskusi tersebut, apakah dalam diskusi tersebut menghasilkan keputusan dari pasien/keluarga untuk tindak lanjut perawatannya ataukah kita sebagai perawat hanya menyampaikan berbagai informasi mengenai penyakit pasien sehingga pasien/keluarga berpikir dahulu dan belum memutuskan sesuatu.

b. Diskusi

 Memperoleh pemahaman dan nilai pasien/keluarga  Menggunakan bahasa yang dimengerti pasien/keluarga  Menyelaraskan sudut pandang antara perawat dengan

(16)

 Melakukan pengulangan untuk menunjukkan bahwa kita (perawat) mendengarkan apa yang telah disampaikan oleh pasien/keluarga

 Memahami emosi serta kesulitan pasien/keluarga  Melakukan feedback untuk menunjukkan empati  Bertoleransi

Diskusi dalam tahap ini bertujuan untuk menyelaraskan sudut pandang antara perawat dengan pasien/keluarga. Jika terdapat perbedaan antara pasien/keluarga dengan perawat, maka diskusi ditujukan untuk berbagi pemahaman. Dengan menanyakan pengalaman masa lalu merupakan cara yang baik untuk memulai sebuah komunikasi.

c. Akhir diskusi

 Tercapai pemahaman umum

 Jangan meninggalkan pasien/keluarga ketika merasa sepi

 Menanyakan kepada pasien/keluarga jika pasien/keluarga tersebut ada yang ingin ditanyakan  Rencana tindak lanjut:

 Kapan Anda akan bertemu lagi?  Bagaimana menghubungi Anda?

Memikirkan bagaimana untuk mengakhiri diskusi sehingga dapat mencapai pemahaman umum merupakan hal yang penting dalam berdiskusi antara perawat dengan pasien/keluarga. Selain itu, hal yang penting lainnya adalah menanyakan kepada pasien/keluarga apakah ada pertanyaan yang ingin ditanyakan dan mengembangkan rencana untuk tindak lanjut (kapan dan bagaimana jika akan bertemu kembali ketika ada hal yang ingin didiskusikan lagi).

Dalam hal berkomunikasi dengan keluarga pasien pada pasien yang sedang mengalami penarikan

(17)

dukungan kehidupan dalam kaitannya dengan end of life pasien, maka komunikasi dengan keluarga pasien adalah fokus pada apa yang menjadi keinginan pasien bukan apa yang diinginkan keluarga untuk pasien sehingga kebutuhan pasien dapat terpenuhi secara tepat.

3.5Tips untuk berkomunikasi dengan keluarga pasien

Ada beberapa tips untuk berkomunikasi dengan keluarga pasien. Tips-tips tersebut antara lain :

a. Luangkan waktu anda

b. Jelaskan segala sesuatunya dengan jelas dan gunakan bahasa yang mudah dimengerti

c. Minta keluarga pasien untuk mengulang informasi dan instruksi yang telah kita berikan kepada mereka dengan menggunakan bahasa mereka sendiri. Jika mereka tidak mengerti, temukan cara lain untuk menjelaskan informasi dan instruksi sampai mereka memahami apa yang kita sampaikan.

d. Bila perlu gunakan jasa penerjemah bahasa jika kita tidak mengerti bahasa yang diucapkan keluarga pasien dan bahasa utama mereka bukan bahasa inggris (tidak mengerti bahasa inggris).

e. Gunakan batasan ketika berkomunikasi (berdiskusi) dengan keluarga pasien dengan menggunakan Ask Me Three TM , antara lain :

1. Apa masalah utama saya? 2. Apa yang harus saya lakukan?

3. Mengapa penting bagi saya untuk melakukan ini?

3.6Kapan saja perawat berkomunikasi dengan keluarga pasien (menurut HIPAA)

Jika pasien ada dan memiliki kapasitas untuk membuat keputusan perawatan kesehatan, penyedia perawatan kesehatan dapat mendiskusikan informasi kesehatan pasien

(18)

dengan anggota keluarga, teman, atau orang lain jika pasien setuju atau, ketika diberi kesempatan, tidak keberatan. Sebagai contohnya, Seorang perawat dapat mendiskusikan status kesehatan pasien dengan saudara pasien jika dia memberitahu pasien dia akan melakukannya dan pasien tidak keberatan. Namun seorang perawat tidak dapat mendiskusikan kondisi pasien dengan saudara pasien jika pasien telah menyatakan dia tidak ingin keluarganya tahu tentang kondisinya.

Jika pasien tidak hadir atau tidak mampu, penyedia perawatan kesehatan dapat berbagi informasi pasien dengan keluarga, teman, atau orang lain selama menentukan penyedia layanan kesehatan, berdasarkan penilaian profesional, bahwa itu adalah demi kepentingan terbaik pasien.

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

a. Tujuan dari komunikasi antara perawat dengan klien antara lain untuk meningkatkan interaksi antara perawat, pasien, dan keluarga pasien, mengurangi keraguan dan kecemasan keluarga pasien karena, dapat memberikan pendidikan atau ilmu tambahan kepada keluarga tentang kesehatan, mendukung pasien untuk segera sembuh dari sakitnya.

b. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti ketika berkomunikasi dengan keluarga pasien, dan minta keluarga pasien untuk mengulangi informasi atau arahan yang kita berikan dengan menggunakan bahasa mereka sendiri untuk mengetahui apakah keluarga pasien sudah memahami apa yang kita katakan.

(19)

c. Informasi tentang kesehatan pasien dapat kita beritahukan kepada keluarga pasien atau orang terdekat pasien dengan syarat pasien telah menyetujui untuk memberitahukan kondisinya pada orang tersebut.

4.2 Saran

a. Sebaiknya makalah ini dijelaskan dengan lebih detail sehingga pembaca bisa lebih mudah untuk memahami materi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Machfoedz, Mahmud. 2009. Komunikasi keperawatan: komunikasi terapeutik. Yogyakarta: Ganbika

2. Tamsuri, Anas. 2006. Komunikasi dalam keperawatan. Jakarta: EGC 3. http://www.nursingcenter.com diakses hari sabtu, 6 april 2012 4. http://www.andaners.wordpress.com diakses hari sabtu, 6 april 2012 5.

Referensi

Dokumen terkait

ABSTRAK PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENCIPTA SISWA KELAS V SDN JETIS BANTUL YOGYAKARTA Sofia Putri Wahyu

Gambaran tentang perkembangan SGB 1 Negeri Yogyakarta pada tahun 1950- 1961, terutama pada bagian sistem pendidikan menggunakan buku Pendidikan di Alam Indonesia

Menyediakan prosedur dan mekanisme yang standar dalam mendokumentasikan dan penyusunan arsip bagi program studi/fakultas dalam rangka menjamin mutu administrasi

Pengaruh gabungan perlakuan inokulasi, rendam atau siram dan antagonis terhadap komponen penyakit Perlakuan Masa inkubasi (hsi) Intensitas Penyakit (%) Populasi akhir F... Pengaruh

2 SENARAI KES PERBICARAAN DI HADAPAN TIMBALAN PENDAFTAR (2).. TUAN MOHD ASRI

Dengan 10.512 panel yang mencakup area seluas 10.732 meter persegi dan sendi linear antar panelnya sepanjang 27 km, terdapat 7139 shading yang bahannya dari

Upaya penyelesaian permasalahan penguasaan tanpa hak terutama melalui musyawarah atau upaya damai, apabila dalam upaya musyawarah tersebut mengalami jalan buntuh,

Namun, pada penelitian-penelitian tersebut tidak memuat informasi detail mengenai naskah dan kesejarahan dari teks yang meliputi biografi pengarang, kepemilikan naskah, dan