• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN PENJASORKES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMAN 1 NEGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN PENJASORKES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMAN 1 NEGARA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN

PENJASORKES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

SISWA KELAS X SMAN 1 NEGARA

Pt Yadi Santika Dana1, I Dewa Kade Tastra2, Dsk. Pt. Parmiti3

1,2,3

Jurusan Teknologi Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: {santikadana@yahoo.co.id1, dk-tastra@undiksha.ac.id2, dskpt_parmiti@yahoo.co.id3}

Abstrak

Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan yaitu rendahnya mutu pendidikan tercermin pada rendahnya mutu sumber daya manusia yang disebabkan oleh kurangnya perhatian guru terhadap kualitas proses pembelajaran.Penelitian ini bertujuan(1) mendeskripsikan desain pengembangan media video pembelajaran; (2) menguji validitas hasil pengembangan media video pembelajaran; dan (3) mengetahui efektivitas penggunaan pengembangan media video pembelajaran terhadap hasil belajar Penjasorkes siswa kelas X SMA.Penelitian pengembangan ini menggunakan model

Hannafin dan Peck. Prosedur pengembangan mengacu pada model yang dipilih.

Pengambilan data dilakukan dengan metode pencatatan dokumen, kuesioner dan tes. Instrumen pengumpulan data menggunakan lembar pencatatan dokumen, kuesioner/angket, dan tes objektif.Hasil evaluasi ahli isi sebesar 97,3% pada kualifikasi sangat baik. Ahli desain sebesar 85,3% pada kualifikasi baik. Ahli media sebesar 89,3% pada kualifikasi baik.Hasil uji perorangan sebesar 95,5% dan hasil uji kelompok kecil sebesar 98,6% masing-masing pada kualifikasi sangat baik, serta hasil uji lapangan sebesar 98,4% pada kualifikasi sangat baik sehingga media dikatakan valid untuk diuji cobakan.Penghitungan hasil belajar t hitung lebih besar daripada harga t tabel sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Hasil belajar Penjasorkes siswa setelah menggunakan media (86) lebih tinggi dibandingkan sebelum menggunakan media (55,66). Dengan demikian, penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 1 Negara ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan media video pembelajaran efektif digunakan dalam pembelajaran Penjasorkes kelas X.

Kata kunci: : pengembangan, video pembelajaran, hannafin & peck

Abstract

This researc was conducted based on a problem of the low quality of education observed from the low quality of human resource caused by the lack of attention paid by the teachers regarding the quality of education itself.This research aimed to (1) describe the design of instructional video development, (2) examine the result’s validity instructional video development; and (3) find out the effectiveness of instructional video development toward Penjasorkes students’ learning outcome at grade X in SMA. This research was research and development by using Hannafin and Peckmodel. Data collected by using the method of recording documents, questionnaires, and written test. Data collection instruments used were documents recording sheet, questionnaire, and objective tests.The result of the expert evaluation showed that 97,3% in the category of very good. The result of expert design showed that 85,3% in the category of good. The result of expert media showed that 89,3% in the category of good.Individual test result as 95,5 %, small group test result as 98,6%, and each of them were on excellent qualification, also field test as 98,4 % in excellent qualification thus the media was valid to be tested. The calculation of the learning

(2)

outcome t was greater than t table so that H0 was rejected and H1 accepted. Penjasorkes students’ learning outcome was higher after using media (86) rather than using media (55,66). Thus,the research’s conclusion which conducted at SMA Negeri 1 Negara as instructional video was effective to be used in teaching Penajsorkes at grade X.

(3)

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu bidang yang terus berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Oleh karena itu pembaharuan pada bidang pendidikan sangat penting untuk dilakukan. Upaya pembaharuan yang dapat dilakukan salah satunya adalah penyelenggaraan pendidikan pada semua jenjang dan jenis pendidikan yang diharapkan. Sehingga sumber daya manusia yang dihasilkan dapat menghadapi perkembangan yang terjadi karena sumber daya manusia adalah salah satu aspek yang sangat besar peranannya dalam kemajuan suatu bangsa. Semakin berkualitas sumber daya manusia, maka semakin maju bangsa tersebut.

Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut aktivitas, kreativitas, dan kearifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan secara efektif dan menyenangkan. Dalam meningkatkan kualitas pembelajaran tidak dapat di pungkiri bahwa masih banyak guru dalam menyampaikan materi pelajaran di kelas menggunakan model pembelajaran teacher center yang menganggap siswa bagaikan kertas putih. Dalam pembelajaran model ini, siswa dianggap hanya sebagai obyek semata. Sehingga siswa menjadi pasif karena proses pembelajaran banyak didominasi oleh guru. Model ini cenderung diterapkan dengan metode ceramah tanpa diimbangi dengan pemanfaatan media

pembelajaran sehingga dapat

menenggelamkan interaktivitas, daya serap, dan minat siswa terhadap materi pelajaran.

Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMA Negeri 1 Negara, telah terdapat fasilitas-fasilitas pendukung pembelajaran seperti Komputer, LCD dan proyektor. Namun, fasilitas tersebut belum dapat dipergunakan secara maksimal oleh guru sehingga proses pembelajaran kurang memberikan motivasi dan kesan berbeda bagi siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak I Putu Eka Yuda Sanjaya,

S.Pd beliau adalah guru mata pelajaran Penjasorkes kelas X di SMA Negeri 1 Negara, ditemukan bahwa hasil belajar Penjasorkes siswa di sekolah tersebut masih kurang dari standar KKM yang ditentukan sekolah yaitu KKM sekolah 60,sedangkan siswa yang memenuhi standar KKM hanya 50%, hal ini disebabkan karena padatnya materi pelajaran dengan waktu efektif diberikan sekolah sangat terbatas. Disamping materi ajar dan keterbatasan waktu yang telah diberikan sekolah, hal lain yang menjadi permasalahan yaitu kompetensi guru yang belum mampu dalam memanfaatkan media pembelajaran dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, padahal mata pelajaran penjasorkes khususnya materi bola basket memerlukan sebuah media yang mampu memberikan pemahaman teknik permainan bola basket secara langsung ke pada siswa sebelum praktik di lapangan. Dengan demikian materi ajar dapat tersampaikan, siswa mampu memahami permainan bola basket dan mampu mempraktikan di lapangan.

Gambaran di atas, menunjukan bahwa betapa besarnya pengaruh media

dalam kegiatan pembelajaran.

Pemanfaatan ini belum dirasa maksimal dilakukan di SMA Negeri 1 Negara. Padahal apabila pelajaran dibantu dengan penggunaan media, pembelajaran yang akan terjadi bervariasi sehingga mendorong terbentuknya aktivitas belajar yang menyenangkan bagi siswa. Hal ini sesuai dengan materi ajar yang akan dikembangkan yaitu mengenai bola basket, dimana materi ini memerlukan media yang mampu menampilkan audio dan visual secara bersamaan yaitu berupa video pembelajaran dan media video pembelajaran dikembangkan karena tidak ada media lain yang cocok digunakan sebagai media ajar materi bola basket yang memerlukan contoh-contoh nyata misalnya cuplikan video mengenai tehnik-tehnik dan aturan-aturan dalam permaianan bola basket secara jelas kepada siswa. Sehingga dengan menggunakan video pembelajaran siswa akan dimudahkan dalam pemahaman materi ajar, dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar dan penciptaan suasana belajar

(4)

yang kondusif serta pemanfaatan waktu ajar yang efesien.

Hal inilah yang menjadi dasar perlunya dilakukan penelitian

pengembangan terutama dalam

mengembangkan media video

pembelajaran. Penelitian pengembangan yaitu suatu proses untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang akan digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran. Penelitian pengembangan adalah upaya untuk mengembangkan dan menghasilkan suatu produk berupa materi, media, alat dan atau strategi pembelajaran, digunakan untuk mengatasi masalah di kelas/Laboratorium, dan bukan untuk

menguji teori (dalam Sudarma dan Tegeh, 2007:5).

Diharapkan media video

pembelajaran yang dikembangkan nantinya dapat membantu guru dan siswa dalam proses belajar mengajar (PBM), sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran dapat tercapai. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka dalam penelitian ini dikembangkan sebuah media pembelajaran yang berupa pengembangan media video pembelajaran bola basket pada mata pelajaran penjasorkes untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas x di SMA Negeri 1 Negara tahun pelajaran 2014/2015.

METODE

Pada penelitian ini digunakan model penelitian pengembangan Hannafin dan Peck yang bertujuan untuk mengembangkan video pembelajaran pada mata pelajaran penjasorkes pada siswa kelas X semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di SMA Negeri 1 Negara.

Pemilihan model Hannafin dan Peck didasarkan atas pertimbangan bahwa model ini berorientasi produk pembelajaran, biasanya produk yang dihasilkan berupa media pembelajaran, seperti video pembelajaran, media pembelajaran atau modul (Supriatna dan Mochamad, 2009). Di samping itu, model Hannafin dan Peck merupakan model desain pembelajaran penyajiannya dilakukan secara sederhana, sehingga tidak memakan waktu lama mulai

dari analisis kebutuhan,

desain/perancangan, pengembangan dan implementasi.

Model Hannafin dan Peck terdiri dari tiga fase yaitu 1) Fase analisis kebutuhan merupakan fase pertamayang diperlukan untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dalam mengembangkan suatu media pembelajaran termasuk di dalamnya tujuan dan objektif media pembelajaran yang dibuat, pengetahuan dan kemahiran yang diperlukan oleh kelompok sasaran, peralatan dan keperluan media pembelajaran. Setelah semua keperluan diidentifikasi Hannafin dan Peck menekankan untuk menjalankan penilaian

terhadap hasil itu sebelum diteruskan pembangunan ke fase desain (Syamsi, 2013). 2) Fase Desain merupakanfase yang kedua dari model Hannafin dan Peck yang berisikan informasi dari fase analisis dipindahkan ke dalam bentuk dokumen yang akan menjadi tujuan pembuatan media pembelajaran. Hannafin dan Peck dalam fase ini desain bertujuan untuk mengidentifikasikan dan mendokumenkan kaedah yang paling baik untuk mencapai tujuan pembuatan media tersebut. Salah satu dokumen yang dihasilkan dalam fase ini ialah dokumen story board yang mengikuti urutan aktivitas pengajaran berdasarkan keperluan pelajaran dan objektif media pembelajaran seperti yang diperoleh dalam fase analisis kebutuhan. Story Board adalah kolom teks, audio dan visualisasi dengan keterangan mengenai content dan visualisasi yang digunakan untuk produksi sebuah program. Seperti halnya pada fase pertama, penilaian perlu dijalankan dalam fase ini sebelum dilanjutkan ke fase pengembangan dan implementasi (Syamsi, 2013). 3) Fase Pengembangan dan Implementasi merupakanfase ketiga dari model Hannafin dan Peck mengatakan aktivitas yang dilakukan pada fase ini ialah penghasilan diagram alur, serta penilaian formatif dan penilaian sumatif. Dokumen story board akan dijadikan landasan bagi pembuatan diagram alur yang dapat membantu proses pembuatan media pembelajaran. Model Hannafin dan Peck menekankan proses

(5)

penilaian dan pengulangan harus mengikutsertakan proses-proses pengujian dan penilaian media pembelajaran yang melibatkan ketiga fase secara berkesinambungan. Lebih lanjut Hannafin dan Peck menyebutkan dua jenis penilaian yaitu penilaian formatif dan penilaian sumatif. Penilaian formatif ialah penilaian yang dilakukan sepanjang proses pengembangan media sedangkan penilaian sumatif dilakukan setelah media telah selesai dikembangkan (Syamsi, 2013).

Pengembangan Video pembelajaran dikemas dalam bentuk CD (Compact Disc) ini harus diuji tingkat validitas dan keefektifannya. Hasil dari kegiatan validitas ini dilakukan melalui dua tahap yakni: a) riview oleh ahli isi bidang studi atau mata pelajaran, ahli desain media pembelajaran, b) uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil dan uji lapangan.

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian pengembangan ini adalah angket dan pencatatan dokumen. Angket digunakan untuk mengumpulkan data hasil riview dari ahli isi bidang studi atau mata pelajaran. Ahli desain, ahli media pembelajaran dan siswa saat diuji perorangan, kelompok kecil dan lapangan sedangkan pencatatan dokumen digunakan untuk mengumpulkan data tentang desain pengembangan produk.

Uji coba instrumen pengumpulan data untuk mengetahui tingkat validitas dan reabilitas alat ukur yang dilakukan langsung saat penelitian dimana alat ukur hasil belajar siswa yang dalam tes yang akan dibagikan sebagai analisis data yaitu (1) uji validitas tes, (2) uji reabilitas tes, (3) daya beda, (4) tingkat kesukaran tes.

Uji efektivitas produk merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian pengembangan, untuk mengetahui apakah produk yang dikembangkan efektif atau tidak dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang akan digunakan di lapangan. Tingkat efektivitas video pembelajaran diketahui melalui hasil penilaian pretest dan posttest setelah melakukan uji validasi dan produk dinyatakan sudah valid. Uji efektivitas bertujuan untuk mengetahui apakah produk yang dikembangkan berpengaruh terhadap

hasil belajar siswa. Tahap efektivitas produk menggunakan analisis data deskriptif kuantitatif dan statistik inferensial.

Seluruh data yang diperoleh dikelompokkan menurut sifatnya menjadi dua, yaitu: 1) data kualitatif untuk rancang bangun dan validasi produk, 2) data kuantitatifuntuk validasi produk dan efektivitas produk. Data kualitatif dan kuantitatif diperoleh dari hasil review ahli isi bidang studi atau mata pelajaran melalui angket tanggapan, hasil review ahli desain pembelajaran dan ahli media pembelajaran melalui angket tanggapan, hasil validasi perorangan melalui angket tanggapan, hasil validasi kelompok kecil dan hasil validasi lapangan melalui angket tanggapan.Data-data yang dikumpulkan melalui pelaksanaan evaluasi formatif dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu: (1) data dari evaluasi tahap pertama berupa data hasil review ahli isi bidang studi, data hasil review ahli desain pembelajaran, dan data hasil review ahli media pembelajaran, (2) data dari evaluasi tahap kedua berupa data hasil validasi perorangan, data hasil validasi kelompok kecil dan data hasil validasi lapangan.

Penelitian pengembangan ini menggunakan tiga metode dalam pengumpulan data yaitu: (1)Metode pencatatan dokumen merupakan cara memperoleh data dengan jalan mengumpulkan segala macam dokumen dan melakukan pencatatan secara sistematis (Agung, 2014:106). Dokumen yang dikumpulkan adalah tentang rancang bangun produk.(2) Metode kuesioner merupakan cara memperoleh atau mengumpulkan data dengan mengirimkan suatu daftar pertanyaan/pernyataan-pernyataan kepada responden/subjek penelitian (Agung, 2014:99). Kuesioner ini digunakan pada tahap uji validasi produk.(3) Metode tes tertulis merupakan cara untuk mengetahui pengetahuan, ketrampilan, inteligensi atau kemampuan yang dimiliki oleh siswa dengan menggunakan serentetan pertanyaan yang berupa tes objektif (Agung, 2014:240). Tujuan menggunakan metode ini untuk mengetahui efektivitas penggunaan video pembelajaran terhadap hasil belajar

(6)

Penjasorkes pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Negara.

Dalam penelitian pengembangan ini digunakan juga teknik analisis data, yaitu: (1) Analisis Deskriptif Kualitatifadalah analisis Miles dan Huberman. Analisis ini digunakan untuk mengolah data hasil uji coba ahli isi mata pelajaran, ahli desain pembelajaran, ahli media pembelajaran, dan uji coba siswa. Teknik analisis data ini dilakukan dengan mengelompokkan informasi-informasi dari data kualitatif yang berupa masukan, tanggapan, kritik, dan saran perbaikan yang terdapat pada angket dan hasil wawancara. Hasil analisis ini kemudian digunakan untuk merevisi produk pengembangan. (2) Analisis Deskriptif Kuantitatifdigunakan untuk mengolah data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk deskriptif persentase. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase dari masing-masing subjek menurut Tegeh

dan Kirna, (2010:26) adalah sebagai berikut.

𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 =Σ jawaban x bobot tiap pilihan

n x bobot tertinggi x 100% Keterangan:

∑ = jumlah

n = jumlah seluruh item angket

Selanjutnya, untuk menghitung persentase keseluruhan subjek digunakan rumus:

Persentase = F : N Keterangan: F = jumlah persentase

keseluruhan subjek N = banyak subjek

Untuk dapat memberikan makna dan pengambilan keputusan digunakan ketetapan sebagai berikut.

Tabel 01. Konversi Tingkat Pencapaian dengan Skala 5 (Tegeh dan Kirna, 2010:101)

Tingkat Pencapaian (%) Kualifikasi Keterangan

90-100 Sangat baik Tidak perlu direvisi

75-89 Baik Sedikit direvisi

65-79 Cukup Direvisi secukupnya

55- 64 Kurang Banyak hal yang direvisi

0-54 Sangat Kurang Diulangi membuat produk

Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis uji t berkorelasi. Analisis uji t berkorelasi memerlukan beberapa persyaratan yaitu : (1) Uji Normalitasmerupakan sebaran data dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa sampel benar-benar berasal dari populasi yang berdistribusi normal sehingga uji hipotesis dapat dilakukan. Sebelum dilakukan pengujian untuk mendapatkan simpulan, maka prasyarat yang harus dipenuhi adalah data setiap kelompok berdistribusi normal dan semua harus homogen. Uji normalitas sebaran dilakukan untuk menyajikan bahwa sampel benar-benar berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas data

dilakukan dengan teknik Liliefors. Apabila selisih nilai yang terbesar lebih kecil dari kriteria Liliefors nilai, maka dapat disimpulkan bahwa sebaran data berdistribusi normal.

Menurut Koyan (2011: 92) adapun cara yang dapat dilakukan untuk menguji normalitas suatu data dengan teknik liliefors yaitu sebagai berikut. (a) Urutkan data sampel dari kecil ke besar dan tentukan frekuensi setiap data. (b) Tentukan nilai z dari setiap data. (c) Tentukan besar peluang untuk setiap nilai z berdasarkan tabel z dan diberi nama F(z). (d) Hitung frekuensi kumulatif relatif dari setiap nilai z yang disebut dengan (e) S(z) → Hitung

(7)

proporsinya, kalau n = 20, maka setiap frekuensi kumulatif dibagi dengan n. Gunakan nilai L0 yang terbesar. (f)

Tentukan nilai L0 = |F(z) – S(z)|, hitung

selisihnya, kemudian bandingkan dengan nilai Lt dari tabel Lilifors. (g) Jika L0 < Lt ,

maka H0 diterima, sehingga dapat

disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. (2) Uji Homogenitas ini dimaksudkan untuk mencari memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama (Candiasa, 2010:192). Untuk menguji homogenitas varians data sampel digunakan uji F dengan rumus sebagai berikut. terkecil Varians terbesar Varians F hit  (Sugiono, 2012:261) Kriteria pengujian tolak H0 jika

11, 21

n n

hit F

F , yang berarti sampel tidak homogen sedangkan tolak H1 jika

11, 21

tabel n n

hitung F

F yang berarti sampel

homogen. Uji dilakukan pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan untuk pembilang n1 – 1 dan derajat

kebebasan untuk penyebut yaitu n2– 1.

Teknik analisis yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah teknik analisis uji t berkorelasi atau dependen. Dasar penggunaan teknik uji t berkorelasi ini

adalah menggunakan dua perlakuan yang berbeda terhadap satu sampel. Pada penelitian ini akan menguji perbedaan hasil belajar Penjasorkes sebelum dan sesudah menggunakan produk media video pembelajaran terhadap satu kelompok. Rumus untuk uji-t berkorelasi adalah sebagai berikut.                     2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 n s n s r n s n s X X t Keterangan: 1

X = rata-rata sampel 1 (sebelum menggunakan media)

2

X

= rata-rata sampel 2 (sesudah menggunakan media)

S1 =simpangan baku sampel 1

(sebelum menggunakan media) S2 = simpangan baku sampel 2

(sesudah menggunakan media) S12 = varians sampel 1

S22 = varians sampel 2

r = korelasi antara dua sampel

Hasil uji coba dibandingkan ttabel

dengan taraf signifikan 0,05 (5%) untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara sebelum dan sesudah menggunakan produk media video pembelajaran.

Hipotesis Statistiknya: H0: μ1 = μ2

H1: μ1 ≠μ2

(Koyan, 2012:29) Keputusan:

Bila thitung ≥ t ttabel maka H0 ditolak dan H1

diterima

Bila thitung ≤ dari ttabel, maka H0 diterima dan

H1 ditolak

HASIL DAN PEMBAHASAN

Desain pengembangan media video pembelajaran telah dilakukan dengan metode pencatatan dokumen. Pencatatan dokumen dilakukan dengan mencatat

tahap-tahap yang telah dilakukan sesuai dengan prosedur pengembangan. Berdasarkan pencatatan dokumen yang telah dilakukan, menghasilkan laporan pengembangan produk. Dalam laporan pengembangan produk, terdapat bagian H0 : Tidak ada perbedaan yang

signifikan (5%) antara sebelum dan sesudah menggunakan media pemebelajaran.

H1 : Ada perbedaan yang signifikan

(5%) antara sebelum dan sesudah

menggunakan media

pembelajaran.

(Sumber:Koyan, 2012:29)

(8)

yang menjelaskan desain pengembangan media video pembelajaran.Pada tahap desain, telah dirancang Naskahmedia video pembelajaran yang dikembangkan.

Dalam validitas hasil pengembangan media video pembelajaran ini akan dipaparkan enam hal pokok, meliputi validitas media video pembelajaran menurut (1) ahli isi, (2) ahli desain pembelajaran, (3) ahli media pembelajaran, (4) uji coba perorangan, (5) uji coba kelompok kecil, dan (6) uji coba lapangan. Keenam data tersebut akan disajikan secara berturut-turut sesuai dengan hasil yang diperoleh sebagai berikut.

Produk akhir dari penelitian ini adalah video pembelajaran pada mata pelajaran penjasorkes dengan materi “Variasi gerak permainan bola basket” pada kelas X di SMA Negeri 1 Negara. Media video pembelajaran diuji oleh bapak I Nyoman Subagia, S.Pd selaku ahli mata pelajaran penjasorkes setelah dikonversikan dengan tabel konversi, persentase tingkat pencapaian 97,3% berada pada kualifikasi sangat baik dan tidak perlu direvisi. Hasil evaluasi ali desain pembelajaran oleh bapak Drs. I Dewa Kade Tastra, M.Pd setelah dikonversikan dengan tabel konversi, persentase tingkat pencapaian 85,3% berada pada kualifikasi baik. Selanjutnya hasil evaluasi oleh ahli media bapak Dr. I Made Tegeh, M.Pd setelah dikonversikan dengan tabel konversi,

persentase tingkat pencapaian 89,3% berada pada kualifikasi baik. Kemudian dilajutkan dengan uji coba perorangan ini adalah siswa kelas X IPS 4 di SMA Negeri 1 Negara sebanyak 3(tiga) siswa. Siswa tersebut terdiri dari satu orang siswa dengan prestasi belajar tinggi, satu orang siswa yang berprestasi belajar sedang dan satu orang siswa dengan prestasi belajar rendah. Setelah dikonversikan dengan tabel konversi, rerata persentase tingkat pencapaian 95,5% berada pada kualifikasi sangat baik. Pada uji coba kelompok kecil subjek uji coba pada penelitian ini adalah siswa kelas X IPA 1 di SMA Negeri 1 Negara sebanyak 12 (dua belas) siswa. Siswa tersebut terdiri dari empat orang siswa dengan prestasi belajar tinggi, empat orang siswa dengan prestasi belajar sedang dan empat orang siswa dengan prestasi belajar rendah. Setelah dikonversikan dengan tabel konversi, rerata persentase 98,6% berada pada kualifikasi sangat baik. Selanjutnya diberikan pada 30 orang siswa kelas X IPS 3 untuk melaksanakan uji coba lapangan. Setelah dikonversikan dengan tabel konversi, persentase tingkat pencapaian 98,4% berada pada kualifikasi sangat baik. Setelah uji perorangan, uji kelompok kecil dan uji lapangan maka dilakukan uji efektivitas sebelum dilakukan penyebaran produk. Berikut tabel kualifikasi nilai masing-masing responden PAP skala 5.

Tabel 02. Kualifikasi nila dari masing-masing responden sesuai PAP skala 5

No

Responden

Nilai (%)

Kualifikasi

1

Ahli isi mata pelajaran

97,3 %

Sangat Baik

2

Ahli media pembelajaran

85,3 %

Baik

3

Ahli desain pembelajaran

89,3 %

Baik

4

Uji coba perorangan

95,5 %

Sangat Baik

5

Uji coba kelompok kecil

98,6 %

Sangat Baik

6

Uji coba lapangan

98,4 %

Sangat Baik

Efektivitas pengembangan media video pembelajaran dilakukan dengan metode tes. Soal tes pilihan ganda digunakan untuk mengumpulkan data nilai hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan media video pembelajaran. Tujuan mengumpulkan data nilai siswa, agar dapat mengetahui tingkat efektivitas

penggunaan produk media video pembelajaran terhadap peningkatan hasil belajar yang dilakukan dengan cara menggunakan uji t untuk sampel berkorelasi.Sebelum menerapkan media video pembelajaran Penjasorkes ini kepada siswa, peneliti melakukan pretest terhadap 30 siswa kelas X IPS 3 di SMA Negeri 1

(9)

Negara. Selanjutnya diteruskan melakukan posttest terhadap 30 siswakelas X IPS 3 di SMA Negeri 1 Negara.nilai rata-rata pretest sebesar55,66dan nilai rata-rata posttest sebesar86. Berdasarkan nilai pretest dan posttest 30 siswa tersebut, maka dilakukan uji-t untuk sampel berkolerasi secara manual.

Setelah dilakukan penghitungan secara manual diperoleh hasil t hitung sebesar 9,86. Kemudian harga t hitung dibandingkan dengan harga t pada tabel dengan db = n1 + n2 – 2 = 30 + 30 – 2 = 58. Harga t tabel untuk db 58 dan dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) adalah 2,000. Dengan demikian, harga t hitung lebih besar daripada harga t tabel sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Penjasorkes siswa antara sebelum dan sesudah menggunakan media video pembelajaran.

Pembahasan dalam penelitian pengembangan ini jelas membahas

hasil-hasil pengembangan untuk

menjawabpertanyaan dalam

pengembangan media video pembelajaran bola basket pada mata pelajaran penjasorkes untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas x di SMA Negeri 1 NegaraTahun pelajaran 2014/2015. Secara umum ada 3 pertanyaan ilmiah yang harus dijawab dalam penelitian pengembangan media video pembelajaran Penjasorkes yaitu (1) Bagaimanakah desain produk pengembangan media video pembelajaran bola basketpada mata pelajaran penjasorkes kelas X semester genap di SMA Negeri 1 Negara tahun pelajaran 2014/2015? (2) Bagaimanakah validitas

pengembangan media video

pembelajaranbola basketpada mata pelajaran penjasorkes kelas X di SMA Negeri 1 Negara tahun pelajaran 2014/2015, menurut paraahli, uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan? (3) Bagaimanakah efektivitas pengembangan media video pembelajaran bola basketpada mata pelajaran penjasorkes pada siswa kelas X diSMA Negeri 1 Negara tahun pelajaran 2014/2015?

Dalam penelitian ini, sudah berhasil mengembangkan video pembelajaran

dengan menggunakan model Hannafin dan Peck. Hal ini dikarenakan model Hannafin dan Peck cocok digunakan untuk mengembangkan produk berupa software. Menurut teori wiyani (2013) model Hannafin dan Peck merupakan model desain pembelajaran penyajiannya dilakukan secara sederhana, sehingga tidak memakan waktu lama mulai dari analisis kebutuhan, desain/perancangan, pengembangan dan implementasi. Selain itu, keberhasilan pengembangan video pembelajaran didukung dengan prosedur pengembangan dari model Hannafin dan Peck yang sistematis dengan menyelesaikan setiap fase/tahapan sebelum melanjutkan ke tahapan berikutnya.

Adapun tahap-tahap yang dilalui dalam pengembangan video pembelajaran ini adalah sebagai berikut. Tahap 1 Tahap Analisis Kebutuhan yaitu analisis persyaratan dengan melakukan wawancara terhadap guru mata pelajaranPenjasorkes dan kepala SMA Negeri 1 Negara yang bertujuan untuk mengumpulkan bahan yang diperlukan dalam mengembangkan produk video pembelajaran. Segala bentuk bahan yang diperlukan dalam pengembangan produk disiapkan pada tahap ini. Kemudian hasil yang lengkap pada tahap ini, diolah pada tahap selanjutnya. Tahap II desain yaitu mengidentifikasi dan mendokumenkan kaidah yang paling baik untuk mencapai tujuan pembuatan media tersebut (informasi dari tahap analisis kebutuhan). Salah satu dokumen yang dihasilkan dalam tahap ini ialah dokumen naskah yang mencakup urutan aktivitas pembelajaran berdasarkan keperluan pelajaran dan objek media pembelajaran seperti yang diperoleh dalam tahap analisis kebutuhan. Tahap III Tahap Pengembangan dan Implementasi yaitu penghasilan diagram alur, pengujian, serta penilaian formatif (dilakukan sepanjang proses pengembangan media) dan penilaian sumatif (dilakukan setelah media selesai dikembangkan). Dokumen Naskah akan dijadikan landasan bagi pembuatan diagram alur yang dapat membantu proses pembuatan media pembelajaran, serta untuk menilai kelancaran media yang dihasilkan.

(10)

Pembahasan kedua, validasi produk video pembelajaran, validasi Media dari ahli isi mata pelajaran, hasil validasi video pembelajaran dari ahli isi mata pelajaran diperoleh tingkat pencapaian sangat sangat baik. Dilihat dari aspek penilaian kesesuaian tujuan pembelajaran mendapatkan skor 5 (sangat baik) karena materi yang disampaikan sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran.Validasi media dari ahli desain pembelajaran, hasil validasi video pembelajaran dari ahli desain pembelajaran diperoleh tingkat pencapaian baik. Dilihat dari aspek kejelasan teks yang digunakan mendapatkan skor 4 (baik) karena teks yang digunakan harus mudah dibaca. Hal ini sejalan dengan pendapat Wawan dan Tegeh (2009:81) mengenai penggunaan teks yang baik dalam pembuatan sebuah media yaitu bahwa “huruf” yang digunakan harus kecil dan mudah dibaca.Validasi media dari ahli media pembelajaran, hasil validasi video pembelajaran dari ahli media pembelajaran diperoleh tingkat pencapaian baik. Dilihat dari aspek kesesuaian video dengan karakteristik peserta didik skor 5 (sangat baik). Hal ini sejalan dengan pendapat Angela & Cheung (dalam Sudatha dan Tegeh, 2009) keuntungan video adalah dapat menunjukkan situasi yang nyata kepada siswa.

Validasi media dilihat dari aspek uji coba, validasi video pembelajaran dalam pembelajaran Penjasorkes berada pada katergori sangat baik dilihat dari uji coba perorangan, kelompok kecil dan lapangan. Adapun alasan kenapa video pembelajaran berada pada kualifikasi sangat baik dilihat dari video pembelajaran harus dapat memotivasi siswa untuk semangat belajar, karena dengan menyajikan konten video dan animasi yang menarik maka siswa akan termotivasi untuk belajar. Pembuatan video yang menarik dan kreatif dominan memperoleh skor 5 (sangat baik) dikarenakan gambar animasi yang kreatif dapat memotivasi dan menarik minat siswa untuk belajar. Selain itu penyajian video dan animasi yang menarik akan

mendukung kualitas pembelajaran di dalam kelas sehingga menjadikan pembelajaran menyenangkan, inovatif , efektif dan efisien. Pembahasan ketiga, Efektifitas produk pengembangan video pembelajaran pada pembelajaran Penjasorkes dalam penelitian ini di ukur dengan melakukan

tahap pra eksperimen dengan

menggunakan pretest dan posttest terhadap 30 orang peserta didik kelas X IPS 3 di SMA Negeri 1 Negara. Berdasarkan nilai pretest dan posttest 30 orang siswa tersebut, maka dilakukan uji-t untuk sampel berkorelasi.

Rata-rata nilai pretest adalah 55,66 dan rata-rata nilai posttest adalah 86. Setelah dilakukan penghitungan secara manual diperoleh hasil thitung sebesar 9,86. Kemudian harga thitung dibandingkan dengan harga pada ttabel dengan

db = n1

+ n2 – 2 = 30 + 30 – 2 = 58

. Harga ttabel

untuk db 56 dan dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) adalah 2,00. Dengan demikian, harga thitung lebih besar daripada harga ttabel sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti, terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar Penjasorkes siswa kelas X antara sebelum dan sesudah menggunakan video pembelajaran.

Hal ini menunjukkan bahwa video pembelajaran efektif untuk meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran Penjasorkes. Ini dikarenakan video pembelajaran dapat memudahkan guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran karena video pembelajaran mencakup keseluruhan materi pembelajaran sehingga guru terbantu dalam kegiatan pembelajaran dan siswa lebih fokus untuk memperhatikan pembelajaran. Hal ini didukung oleh teori yang mengatakan bahwa media video pembelajaran adalah media atau alat bantu yang menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran baik berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi pengetahuan untuk membantu pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran Riyana (2007;5).

(11)

Adapun simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.Rancang bangun video pembelajaran mata pelajaran Penjasorkes ini menggunakan model pengembangan Hannafin and Peck, dengan menggunakan tiga tahap, yaitu (1) tahap analisis kebutuhan, (2) tahap desain, serta (3) tahap pengembangan dan implementasi.

Pengembangan media video

pembelajaran pada mata pelajaran Penjasorkes kelas X semester genap dikatakan valid karena, menurut ahli isi mata pelajaran, media video pembelajaran pada mata pelajaran Penjasorkes kelas X semester genap dengan tingkat pencapaian 97,3%, berada pada kualifikasi sangat baik. Menurut ahli desain pembelajaran, media video pembelajaran pada mata pelajaran Penjasorkes kelas X semester genap dengan tingkat pencapaian85,3%, berada pada kualifikasi baik. Menurut ahli media pembelajaran, validitas media video pembelajaran pada mata pelajaran Penjasorkes kelas X semester genap dengan tingkat pencapaian 89,3% berada pada kualifikasi baik. Pada tahap uji coba perorangan, media video pembelajaran yang diuji berada pada tingkat pencapaian 95,5%, berada pada kualifikasi sangat baik. Pada tahap validasi kelompok kecil, media yang diuji berada pada tingkat pencapaian 98,6%, berada pada kualifikasi sangat baik. Pada tahap uji coba lapangan dilaksanakan, angket hasil uji coba lapangan yang berada pada kualifikasi baik yaitu 98,4%.

Pengembangan media video

pembelajaran pada mata pelajaran Penjasorkes kelas X semester genap telah dikatakan efektif karena, Rata-rata nilai pretest adalah 55,66 dan rata-rata nilai posttest adalah 86. Setelah dilakukan penghitungan secara manual diperoleh hasil t hitung sebesar 9,86. Kemudian harga t hitung dibandingkan dengan harga t pada tabel dengan db = n1 + n2 – 2 = 30 + 30 – 2 = 58. Harga t tabel untuk db 58 dan dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05)

adalah 2,000. Dengan demikian, harga t hitung lebih besar daripada harga t tabel sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Penjasorkes siswa antara sebelum dan sesudah menggunakan media video pembelajaran.

Berdasarkan simpulan, adapun saran yang disampaikan berkaitan dengan pengembangan media video pembelajaran ini adalah sebagai berikut.

Kepada siswa disarankan untuk mengaplikasikan media video pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran karena Pengaplikasian media sejenis dalam pembelajaran Penjasorkes akan memberikan pengalaman langsung bagi siswa, karena dengan penggunaan media video pembelajaran, siswa akan memiliki pengalaman lebih sehingga pemahaman siswa mengenai materi pelajaran Penjasorkes akan semakin bertambah.

Kepada guru disarankan agar media video pembelajaran Penjasorkes dapat membantu proses pembelajaran di kelas dan guru sudah terbantu dengan adanya media yang dihasilkan. Selain itu, kepada guru disarankan agar mencari sumber-sumber belajar lainnya agar siswa dapat belajar dengan maksimal dan tidak hanya melakukan pembelajaran secara monoton dengan menggunakan metode ceramah.

Kepada kepala sekolah disarankan agar dalam perkembangan teknologi yang semakin canggih, sekolah harus bisa menyeimbangkan pendidikan dengan teknologi yang berkembang saat ini, seperti sarana dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran lebih dioptimalkan.

Kepada peneliti lain disarankan agar menggunakan model Hannafin dan Peck dalam mengembangkan produk sejenis. Media video pembelajaran bola basket pada mata pelajaran penjasorkes ini telah teruji validitas dan efektivitasnya dalam meningkatkan hasil belajar siswa, maka diharapkan bagi peneliti lain untuk melanjutkan penelitian ini dengan ruang lingkup yang lebih luas

(12)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam proses pembuatan skripsi ini, sangat banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini diucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan setulus-tulusnya kepada yang terhormat :

1.

Drs. Ketut Pudjawan, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA) yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan.

2.

Drs. I Dewa Kade Tastra, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Teknologi Pendidikan sekaligus sebagai pembimbing I dan ahli desain pembelajaran yang telah membantu

memvalidasi media video

pembelajaran serta telah memberikan motivasi petunjuk dalam pembuatan skripsi ini.

3.

Dr. Desak Putu Parmiti, MS., selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, petunjuk, dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

4.

Dr. I Made Tegeh, M.Pd. selaku ahli media pembelajaran yang telah membantu memvalidasi media video pembelajaran.

5.

I Nyoman Subagia, S.Pd.,selaku ahli isi pembelajaran yang telah membantu memvalidasi media video pembelajaran.

6.

Para Dosen di Jurusan Teknologi Pendidikan FIP Undiksha yang telah banyak memberikan motivasi dan masukan dalam penyusunan skripsi.

7.

Drs. Putu Prapta Arya,M.Pd.,selaku kepala SMA Negeri 1 Negara yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di sekolah yang dipimpin.

8.

I Putu Eka Yuda Sanjaya, S.Pd., selaku guru mata pelajaran Penjasorkes yang telah membantu saya dalam melakukan penelitian dan membantu pelaksanaan uji coba media pembelajaran.

9.

Semua siswa kelas X IPS 3, IPS 4 dan IPA 1 di SMA Negeri 1 Negara yang telah menjadi subyek dalam penelitian ini.

10.

Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah banyak

memberikan dukungan dan

bantuannya dalam pelaksanaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. A. G. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Undiksha.

Koyan, I Wayan. 2011. Asesmen dalam Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Press.

---, 2012.Statistik Pendidikan Teknik Analisis Data Kuantitatif. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Sudatha, I Gede Wawan dan, I Made

Tegeh.2009. Desain Multimedia Pembelajaran. Singaraja: Undiksha

Sudarma, I Komang. dan Tegeh, I Made. 2007. “Penelitian Pengembangan: Pengembangan Produk-Produk di Bidang Teknologi Pendidikan”. Disajikan dalam Pelatihan Penyusunan Proposal Penelitian Pengembangan di Jurusan Teknologi Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Singaraja 15 Januari 2007.

Syamsi. 2013. Desain Pembelajaran Model Hanaffin And Peck.

Tersedia pada

http://purwajismk1ktb.blogspot.com /2012/12/desain-pembelajaran-model-hanaffin-and.html (diakses pada tanggal 1Mei 2015).

Tegeh, I Made dan I Made Kirna. 2010. Metode Penelitian Pengembangan Pendidikan. Singaraja: Undiksha.

(13)

Wiyani, Novan Ardy 2013. Desain Pembelajaran Pendidikan, yogyakarta : AR- Ruzz Media

Gambar

Tabel 01.  Konversi Tingkat Pencapaian dengan Skala 5 (Tegeh dan Kirna, 2010:101)
Tabel 02. Kualifikasi nila dari masing-masing responden sesuai PAP skala 5

Referensi

Dokumen terkait

e syllabus h ogramme.

MENURUT ORGANI SASI / BAGI AN ANGGARAN, UNI T ORGANI SASI , PUSAT,DAERAH DAN KEWENANGAN. KODE PROVINSI KANTOR PUSAT KANTOR

1) Tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena melakukan suatu tindak pidana kejahatan. 2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kepuasan kerja dengan motivasi kerja penyuluh pertanian, terdapat hubungan positif antara sikap terhadap

Dari hasil percobaan lapangan sampai umur 6 bulan diperoleh hasil mutu campuran beraspal cara kering mempunyai kinerja lebih baik dari campuran beraspal dengan aspal pen 60

Customer Relationship Management (CRM) yang baik dapat memberikan solusi untuk menghindari dan mengatasi masalah tersebut.. vtiger, Software Open Source CRM, dapat

Tugas Akhir dengan judul “ANALISIS KEBUTUHAN DAN GAYA HIDUP KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SAMSUNG ANDROID (SMARTPHONE) “ adalah hasil karya saya, dalam

[r]