• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Serangan teroris yang terjadi tahun 2002 dan 2005 menimbulkan penurunan angka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Serangan teroris yang terjadi tahun 2002 dan 2005 menimbulkan penurunan angka"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Pariwisata Bali berkembang pesat dalam sepuluh tahun terakhir ini, terutama jika dilihat dari tren angka kunjungan wisatawan domestik dan asing. Serangan teroris yang terjadi tahun 2002 dan 2005 menimbulkan penurunan angka kunjungan sesaat, sesudah itu meningkat terus. Data Dinas Pariwista Provinsi Bali menunjukkan, tahun 2003 angka kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali 993.029 orang, sepuluh tahun kemudian, tahun 2013, meningkat menjadi 3.278.598 orang. Dalam sepuluh tahun, terjadi peningkatan sebesar 2.285.569 orang atau 230,16 persen. Menurut Menteri Pariwisata Arief Yahya, Pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan bebas visa mulai 2015 kepada 30 negara baru yang warganya memperoleh fasilitas bebas visa kunjungan singkat.1 Kebijakan ini diprediksi mampu meningkatkan angka kunjungan wisatawan ke Bali.

Tren peningkatan angka kunjungan wisatawan ke Bali dibarengi dengan bertambahnya jumlah sarana akomodasi. Data Dinas Pariwisata Provinsi Bali menunjukkan, tahun 2003 jumlah sarana akomodasi yang terdiri dari hotel berbintang, non-bintang dan pondok wisata di Bali adalah 1.209 unit dengan jumlah kamar mencapai 35.259 kamar, sedangkan tahun 2013 menjadi 2.572 unit dengan 44.361 kamar.

___________________________________________

1.

Tangerang.imigrasi.go.id/site/detailberitaumum/269/pemerintah-memberi-bebas-visa-kunjungan-singkat-wisatawan-kepada-30

(2)

Terjadi peningkatan jumlah hotel sebesar 112,73 persen dan 25,8 persen pada jumlah kamar. Pembangunan sarana akomodasi semakin bertambah karena para investor melihat perkembangan pariwisata Bali merupakan arena yang menarik untuk menanamkan modalnya terutama di bidang sarana akomodasi.

Denpasar merupakan wilayah dengan pertumbuhan sarana akomodasi yang pesat, seperti kehadiran sejumlah hotel di wilayah kota sering dikenal dengan istilah city hotel. Sesuai dengan namanya, city hotel mengacu pada hotel yang terletak di daerah perkotaan, dilawankan dengan hotel di tepi pantai atau resort. Di wilayah Denpasar, hotel-hotel pada awalnya dan pada umumnya terletak di Pantai Sanur, sementara di perkotaan tidak seumum dan sebanyak di Sanur. Hotel-hotel yang tumbuh belakangan ini di Kota Denpasar dengan jelas menggunakan sebutan

city hotel, seperti Grand City Inn, Santosa City Hotel ataupun Bali Rama City Hotel. Istilah city hotel sudah sangat popular dan banyak digunakan dalam

percakapan di kalangan industri pariwisata dan pemerintah. Yang diacu pun sudah jelas adalah hotel-hotel yang hadir di kota. Penelitian ini mengangkat masalah pertumbuhan city hotel dan dampaknya terhadap pengelolaan hotel melati di Kota Denpasar.

Dipilihnya Denpasar sebagai lokasi penelitian karena pertumbuhan sarana akomodasi di perkotaan yang disebut city hotel cukup pesat. Perkembangan fasilitas pariwisata seperti hotel, restoran atau rumah makan dalam sepuluh tahun terakhir di Kota Denpasar sangat cepat, hal ini berbeda dengan tahun 1970-an, fasilitas pariwisata yang tersedia sangat terbatas. Pada tahun 1970-an Wilayah Kota Denpasar yang berkembang fasilitas pariwisatanya hanya di sekitar Sanur

(3)

yang memang telah dikenal sebagai daerah pariwisata. Sedangkan wilayah lainnya yang berada di tiga kecamatan yakni Denpasar Barat, Utara dan Timur belum begitu dikenal. Hotel yang berkembang pada saat itu adalah hotel kelas melati dan dikelola pengusaha lokal. Seiring dengan perkembangan zaman, berwisata menjadi kebutuhan manusia, pembangunan fasilitas pariwisata semakin tak terkendali, demikian pula yang terjadi di Kota Denpasar. Perkembangan perekonomian Kota Denpasar sebagian besar digerakkan oleh sektor tersier sebesar 74,86 persen dan kontribusi sebesar 39,60 persen berasal dari sektor perdagangan, hotel dan restoran (Statistik Daerah Kota Denpasar 2014).

Dalam Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor KM3./HK.001/ MKP.02 tentang Penggolongan Kelas Hotel menyebutkan usaha akomodasi dibedakan atas hotel berbintang dan melati, berdasarkan jenis dan tingkat fasilitas yang disediakan. Jenis dan tingkat fasilitas hotel menjadi dasar pemberian golongan kelas hotel yang memberikan gambaran tentang kualitas hotel baik secara fisik maupun pelayanan yang diberikan. Ada beberapa jenis sarana akomodasi yang tersedia di Kota Denpasar yang telah diatur dalam Peraturan Daerah antara lain hotel berbintang, hotel non-bintang atau dikenal dengan hotel melati, pondok wisata dan kondominium hotel atau kondotel.

Statistik Daerah Kota Denpasar Tahun 2014 menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah hotel berbintang tahun 2012 dari 25 menjadi 27 pada tahun 2013. Sedangkan jumlah hotel non-bintang dari 236 pada tahun 2012 menjadi 253 di tahun 2013. Jumlah kamar hotel berbintang pada tahun 2013 sebanyak 3.705 dan hotel non-bintang sejumlah 5.834 kamar. Tingkat hunian kamar pada hotel

(4)

berbintang tahun 2013 sekitar 50,62 persen, terjadi penurunan dibandingkan pada tahun 2012 tingkat hunian kamar mencapai 58,12 persen. Tingkat hunian kamar hotel non-bintang tahun 2012 sebanyak 30,50 persen menurun menjadi 26,31 persen pada tahun 2013. Rata-rata lama menginap di hotel berbintang terjadi peningkatan dari 2,90 hari di tahun 2012 menjadi 3,24 hari di tahun 2013 dengan rata-rata lama menginap di hotel non-bintang juga mengalami peningkatan dari 2,87 hari di tahun 2012 menjadi 3,12 hari di tahun 2013.

Fenomena tersebut menunjukkan telah terjadi penurunan pada tingkat hunian kamar baik di hotel berbintang maupun hotel non-bintang di bawah 50 persen. Penurunan tingkat hunian hotel dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti menurunnya jumlah wisatawan yang menginap di Kota Denpasar sebesar 13,62 persen pada tahun 2013 mencapai 364.322 orang dibandingkan pada tahun 2012 (Data Statistik Daerah Kota Denpasar Tahun 2014).

Perkembangan hotel di Denpasar tidak saja memberikan tambahan fasilitas akomodasi bagi kota Denpasar, namun pembangunan hotel yang lokasinya berada di pusat kota dan dikenal dengan istilah city hotel sering menimbulkan permasalahan. Adapun masalah yang ditimbulkan seperti adanya persaingan harga sewa kamar yang tidak sehat, rendahnya tingkat hunian kamar, tidak meratanya pembangunan di seluruh wilayah serta menurunnya fasilitas dan pelayanan yang diberikan kepada wisatawan.

Beberapa city hotel dikelola oleh manajemen profesional yang berjaringan Nasional ataupun Internasional dengan menawarkan fasilitas sekelas hotel bintang dengan harga kamar sekelas hotel melati. Sebagai perbandingan harga sewa kamar

(5)

yang ditawarkan oleh Hotel Pop Haris yang berlokasi di Jalan Teuku Umar yang merupakan city hotel dengan klasifikasi hotel berbintang sebesar Rp.271.074 sedangkan Hotel Ratu yang berlokasi di Jalan Yos Sudarso dengan klasifikasi hotel melati dua menawarkan harga sewa kamar per malam sebesar Rp. 253.537. Penawaran ini dilakukan melalui perusahaan perjalanan online Agoda. Kondisi ini jelas menggambarkan ketatnya persaingan antar pengusaha hotel di Kota Denpasar.

Menurut Marlina (2008, 60) city hotel adalah hotel yang terletak di pusat kota biasanya ditujukan untuk pebisnis atau dinas. Letak hotel ini tidak selalu berada di tengah kota namun ada juga menyebar di seluruh bagian kota yang dekat dengan sentral bisnis ataupun pusat pemerintahan. Meskipun demikian, tamu dari city hotel ini juga wisatawan karena letak hotel dekat dengan daya tarik wisata yang ada di daerah tersebut. Daya tarik utama hotel semacam ini selain karena fasilitasnya yang lengkap, juga karena lokasi yang strategis dan harga sewa kamarnya yang murah.

Pesatnya pembangunan hotel baru di tengah kota sudah barang tentu memberikan kontribusi kelebihan jumlah kamar yang terjadi dan memberikan dampak secara tidak langsung kepada tingkat hunian hotel, pendapatan hotel dan persaingan harga sewa kamar. Dengan perhitungan ketersediaan jumlah kamar yang telah melebihi dari permintaan, menyebabkan tingkat hunian kamar tidak mencapai target sehingga terjadi penurunan pendapatan hotel. Berbagai upaya dilakukan oleh pihak manajemen untuk menawarkan hotelnya, seperti membuat program penawaran spesial yang berkepanjangan agar dapat memberikan harga

(6)

yang menarik minat wisatawan melalui biro perjalanan wisata ataupun bekerja sama dengan perusahaan perjalanan online seperti Agoda, Traveloka ataupun perusahaan semacam lainnya. Dengan adanya harga sewa kamar hotel berbintang sama dengan sewa kamar hotel melati akan memberikan dampak yang sangat buruk terhadap kelangsungan usaha hotel bintang lainnya. Hotel-hotel non-bintang akan terus menurunkan harga sewa kamarnya agar dapat bersaing dan untuk memenuhi biaya pengelolaan usahanya.

Timbulnya persaingan harga sewa kamar berimplikasi terhadap semakin murahnya penawaran paket wisata yang ditawarkan oleh biro perjalanan wisata, apalagi saat ini biro perjalanan wisata dengan mudah menawarkan produknya melalui internet. Dengan kondisi semacam itu, semakin menguatkan Bali sebagai destinasi murah sehingga wisatawan yang datang ke Bali bukanlah seperti yang diharapkan banyak orang yaitu wisatawan yang berkualitas namun masih mengarah kepada wisatawan massal (mass tourism).

Perkembangan sarana akomodasi di Kota Denpasar dari tahun ke tahun sangat pesat. Pemerintah Kota Denpasar telah menetapkan beberapa peraturan yang mengatur mengenai usaha sarana akomodasi seperti usaha hotel melati, pondok wisata, hotel bintang dan bangunan kondominium hotel. Pengaturan terhadap usaha sarana akomodasi tidak saja dilakukan untuk menetapkan penggolongan jenis sarana akomodasi dan perizinan, namun pengaturan juga dilakukan dengan menetapkan penataan ruang wilayah kota sesuai dengan pengembangan wilayah yang dirancang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar .

(7)

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar (RTRW) yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 27 Tahun 2011 bertujuan untuk menata ruang wilayah Kota Denpasar agar dapat meningkatkan kegiatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, berhasil guna dengan tetap memelihara kelestarian budaya dan lingkungan wilayah Kota Denpasar. Dengan adanya Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar diharapkan setiap pembangunan yang dilakukan sesuai yang telah ditetapkan dalam peraturan.

Pembangunan city hotel yang semakin banyak di beberapa lokasi menarik perhatian berbagai kalangan seperti yang diulas dalam sebuah harian

denpostnews.com, sebagai berikut :

Mengingat, maraknya pembangunan akomodasi pariwisata di kota berwawasan budaya ini dikhawatirkan akan memberi dampak kurang baik terhadap lingkungan, lalu lintas serta yang lainnya. Karena itu, Dinas Pariwisata Daerah (Diparda), harus membuat suatu kajian untuk kamar hotel.Di samping itu diperlukan adanya moratorium pembangunan city hotel di Kota Denpasar. Ketua Komisi B DPRD Kota Denpasar, Ir.Eko Supriadi, Kamis (20/2) kemarin mengatakan, harus adanya keberanian dari pihak eksekutif menyetop pembangunan city hotel di Kota Denpasar……. (http://www.denpostnews.com/metro-denpasar/denpasar-jangan-obral-izin-city-hotel.html)

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa pesatnya pembangunan city hotel telah menimbulkan kekhawatiran bukan saja mengenai persaingan tidak sehat antar pengusaha hotel namun juga dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan seperti kemacetan lalu lintas di daerah tertentu yang diakibatkan adanya bangunan city hotel di daerah perdagangan.

(8)

Merujuk dari peraturan sarana akomodasi yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Denpasar, belum ada aturan yang mengacu kepada istilah dan usaha city hotel. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar pada Bagian Ketiga, Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya, Paragraf 5 Kawasan Peruntukan Pariwisata, Pasal 47 ayat 3b tampak istilah hotel kota (city hotel) namun tidak disebutkan secara detail apa yang dimaksud dengan hotel kota (city

hotel).

Dalam uraian disebutkan mengenai pengembangan akomodasi wisata yang menyebar merupakan akomodasai wisata atau hotel kota (city hotel) lokasinya dapat menyatu dengan zoning perdagangan dan jasa dan kawasan pemukiman tertentu. Meski disebutkan bahwa pengembangan hotel kota (city hotel) dapat dibangun menyebar namun penataan pembangunan hotel kota (city hotel) perlu dilakukan agar perkembangan wilayah dan penataan ruang di Kota Denpasar sesuai dengan yang telah tercantum dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar serta untuk pemerataan pergerakan ekonomi masyarakat di wilayah Kota Denpasar. Peraturan dan penataan usaha sarana akomodasi jenis baru sangat penting disiapkan, agar pelaku usaha mempunyai dasar hukum yang kuat dalam berusaha.

Pesatnya perkembangan city hotel ini sangat dirasakan dampaknya oleh pengusaha hotel melati. Adanya city hotel dengan tampilan yang lebih menarik dan harga sewa kamar yang tidak berbeda jauh dengan harga sewa kamar hotel melati, menimbulkan persaingan yang kurang sehat. Persaingan tersebut menyebabkan menurunnya tingkat hunian kamar hotel melati, adanya peralihan

(9)

fungsi kamar hotel menjadi tempat kos ataupun melakukan kerjasama dengan perusahaan property menjadikan sebagian area hotel menjadi tempat usaha perdagangan.

Persaingan sarana akomodasi di Kota Denpasar tidak saja terjadi antar pengusaha hotel berbintang, city hotel ataupun hotel melati. Persaingan yang lebih hebat akan muncul dengan adanya ASEAN Economic Community (AEC) pada akhir tahun 2015. Pelaku usaha pariwisata harus siap menghadapinya karena sistem pasar bebas akan memasuki Negara Indonesia, persaingan bisnis bukan hanya diantara pengusaha Indonesia tetapi juga sesama pengusaha di wilayah ASEAN. Sistem pasar bebas akan memberikan tantangan dan peluang usaha bagi pelaku usaha pariwisata Indonesia. Untuk dapat mendapatkan peluang, pelaku usaha pariwisata harus mampu memenuhi standar usaha pariwisata dengan meningkatkan mutu produk pariwisata, pelayanan, dan pengelolaan usaha pariwisata. Untuk itu seluruh usaha pariwisata akan diaudit oleh Lembaga Sertifikasi Usaha Bidang Pariwisata yang mandiri untuk mendapatkan Sertifikat Usaha Pariwisata seperti yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata. Dengan adanya sertifikat tersebut, usaha pariwisata mendapat kesempatan untuk bersaing dengan perusahaan asing yang masuk ke Indonesia.

Selain adanya persaingan harga dan menurunkan tingkat hunian hotel, pembangunan city hotel yang tidak memperhatikan lingkungan akan menimbulkan masalah tersendiri di Kota Denpasar. Pembangunan sarana akomodasi yang masif dapat mengancam pemanfaatan sumber daya alam yang

(10)

tersedia sehingga melampaui daya dukung wilayah. Untuk itu, penataan pembangunan sarana akomodasi di Kota Denpasar sangat diperlukan guna menjaga lingkungan sekitarnya. Penataan pembangunan sarana akomodasi dengan mentaati pembagian pembangunan wilayah sesuai peruntukan seperti yang telah diatur dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar (RTRW).

Sehubungan dengan itu, perlu dilakukan penelitian tentang perkembangan

city hotel yang memberikan dampak terhadap usaha hotel melati di Kota

Denpasar agar pengusaha hotel melati dapat berbenah diri dalam menghadapi persaingan yang akan terjadi. Dampak yang diteliti adalah adanya persaingan harga sewa kamar, menurunnya jumlah tingkat hunian kamar, menurunnya lama tinggal tamu, menurunnya pendapatan hotel dan berubahnya segmen pasar. Dengan adanya dampak tersebut, muncul beberapa pertanyaan mengenai apakah dengan kehadiran city hotel akan mendesak keberadaan hotel melati atau sebaliknya. Pertanyaan lainnya adalah apakah kehadiran city hotel justru akan berebut pasar dengan hotel sekelasnya ataukah munculnya city hotel tidak berpengaruh terhadap usaha hotel melati karena masing-masing telah memiliki pasar tersediri. Dalam penelitian ini juga akan dibahas mengenai pentingnya sebuah kebijakan pemerintah dalam mengatur bisnis perhotelan di Kota Denpasar. Dari beberapa city hotel yang ada di Kota Denpasar, seperti Hotel All Season, Hotel Pop Harris Teuku Umar dan Hotel Amaris, yang semuanya berlokasi di Jalan Teuku Umar adalah hotel-hotel yang dikelola oleh jaringan manajemen hotel terkemuka. Hotel All Season berubah nama menjadi Ibis Lifestyle adalah hotel yang dikelola oleh Grup Accor yang berasal dari Perancis

(11)

dan memiliki hotel dengan berbagai kelas seperti Sofitel, Pullman, Grand Mercure, Ibis, Ibis Budget dan sebagainya. Sedangkan Hotel Pop Harris Teuku Umar dikelola oleh Tauzia Management Hotel yang juga merupakan jaringan Internasional. Jaringan manajemen hotel tidak saja didominasi oleh pemain asing, Santika Indonesia Hotels & Resorts merupakan salah satu jaringan hotel terbesar di Indonesia di bawah manajemen PT. Grahawita Santika yang merupakan anggota Kompas Gramedia Group. Hotel-hotel di bawah naungan Kompas Gramedia Grup dikenal dengan Hotel Santika dan Hotel Amaris dan tersebar pada beberapa Kota di Indonesia.

Meskipun hotel-hotel tersebut sudah dikelola oleh jaringan manajemen yang handal dan mendunia, namun hotel-hotel tersebut juga memanfaatkan internet sebagai media promosi, bekerja sama dengan perusahaan perjalanan online Internasional seperti Agoda, Traveloka ataupun Trivago.

Dengan berkembangnya teknologi, sebagian besar hotel di Kota Denpasar memanfaatkan internet sebagai media promosinya dan bekerjasama dengan perusahaan bisnis perjalanan online.

Berbagai cara ditawarkan oleh perusahaan bisnis perjalanan online, seperti yang ditawarkan oleh Agoda yaitu memberikan informasi selengkap mungkin mengenai hotel yang ditawarkan antara lain lokasi hotel, bentuk fisik hotel, fasilitas hingga harga yang ditawarkan. Cara lainnya adalah dengan membandingkan harga yang ditawarkan seperti yang dilakukan oleh Trivago. Dengan membandingkan harga dari beberapa perusahaan bisnis perjalanan online konsumen dapat memilih harga termurah dari yang yang ditawarkan. Dari

(12)

penawaran tersebut, jelas terlihat persaingan ketat antara harga sewa kamar city

hotel dengan hotel melati.

Penelitian ini juga mengidentifikasi faktor–faktor penyebab munculnya city

hotel di Kota Denpasa, persaingan dan strategi bisnis antar city hotel serta

pengaruhnya terhadap strategi bisnis hotel melati di Kota Denpasar. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghindarkan persaingan tidak sehat antar pengusaha dan mengidentifikasi strategi bisnis antar city hotel dan hotel melati. Persaingan harga di bawah standar menyebabkan harga sewa kamar hotel sangat murah dapat menyebabkan terjadi kebangkrutan yang dialami oleh pengusaha kelas menengah ke bawah karena tidak dapat bersaing dengan city hotel yang memiliki jaringan nasional bahkan internasional serta dimiliki oleh pemodal besar.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang dipaparkan di atas, dalam penelitian ini ada tiga permasalahan yang perlu dicari jawaban masalah antara lain:

a. Apakah faktor–faktor yang menyebabkan berkembanganya city hotel di Kota Denpasar?

b. Apakah dampak berkembangnya city hotel terhadap usaha hotel melati di Kota Denpasar?

c. Bagaimanakah persaingan dan strategi bisnis antar-city hotel serta pengaruhnya terhadap strategi bisnis hotel melati di Kota Denpasar?

(13)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini dilakukan guna mendapatkan gambaran tentang perkembangan city hotel serta implikasinya antar pengusaha city hotel dan hotel melati di Kota Denpasar.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui faktor–faktor penyebab berkembangnya city hotel di Kota Denpasar .

b. Untuk mengidentifikasi dampak berkembangnya city hotel terhadap usaha hotel melati di Kota Denpasar.

c. Untuk mengidentifikasi persaingan dan strategi bisnis antar-city hotel serta pengaruhnya terhadap strategi bisnis hotel melati di Kota Denpasar.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat secara akademis ataupun teoritis karena dapat memberikan sumbangan pemikiran dan referensi terhadap kajian pariwisata khususnya yang berkaitan dengan perkembangan city hotel serta implikasinya terhadap perkembangan usaha hotel melati dan city hotel itu sendiri. 1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pengelola city hotel, hotel melati dan Pemerintah dalam mengantisipasi perkembangan sarana akomodasi yang sangat dinamis, sehingga pengusaha lokal

(14)

dapat bersaing di daerahnya dan Pemerintah memberikan payung hukum untuk menumbuhkan harmonisasi bisnis antar pengusaha city hotel dan hotel melati.

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan pengolahan dan pemurnian dapat dilakukan secara kerjasama seperti yang dijelaskan pada Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 7 Tahun 2012 tentang

Proses pembelajaran dengan romobongan belajar maksimum 36 siswa Proses pembelajaran dengan romobongan belajar maksimum 32 siswa Proses pembelajaran dengan romobongan

Hasil yang diperoleh adalah bahwa penggunaan pellet kunyit dalam ransum ayam pedaging tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05) terhadap persentase

Model sebelumnya tentang model konseptual menghasilkan pendugaan bahwa faktor Customer Relationship Marketing yaitu variabel dari Ikatan, Empati, Timbal Balik, Kepercayaan,

[r]

Pemahaman tentang pengaruh tidak langsung dari penangkapan terhadap hubungan mangsa-pemangsa diperlukan untuk pengembangan model multispesies yang valid dan untuk

A EVI YUNIATI CESARIA MEITRI PALUPI A DEVI ARTIKA YUNI ANTARI SUBEKTI DIANINGATI A INDAH SEPTIANA SARI OKTARINA WINDA FIRIANTI 3 Rabu 11/07/2012 08.00-09.00 wib Retno Mawarti,

Hasil kegiatan menunjukkan bahwa penyuluhan telah memberikan perubahan sikap dan pengetahuan khalayak sasaran (kelompok mitra) terhadap pemanfaatan media sosial