• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MASYARAKAT DESA MERDEKA KECAMATAN MERDEKA KABUPATEN KARO TERHADAP CERITA RAKYAT KARO BEGU GANJANG KAJIAN RESEPSI SASTRA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSEPSI MASYARAKAT DESA MERDEKA KECAMATAN MERDEKA KABUPATEN KARO TERHADAP CERITA RAKYAT KARO BEGU GANJANG KAJIAN RESEPSI SASTRA."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2

PERSEPSI MASYARAKAT DESA MERDEKA KECAMATAN MERDEKA KABUPATEN KARO TERHADAP CERITA RAKYAT KARO

BEGU GANJANG KAJIAN RESEPSI SASTRA Oleh

Boy Syahputra Surbakti Drs. Syamsul Arif, M.Pd

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan cerita Begu Ganjang yang dulu dengan yang sekarang dan mengetahui apakah terdapat pergeseran persepsi masyarakat Desa Merdeka terhadap cerita Begu Ganjang setelah memeluk agama. Selain itu ingin untuk mengetahui sejauh mana peran cerita rakyat Karo Begu Ganjang dalam meningkatkan permasalahan sosial di Desa Merdeka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Alat pengumpulan data yang digunakan untuk menjaring data adalah observasi, wawancara dan dokumentasi data. Untuk mengelola data yang diperoleh dalam penelitian ini, dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif yaitu merupakan teknik pemecahan masalah yang diteliti dengan cara menggambarkan atau melukiskan keadaan objek atau subjek penelitian. Dari hasil perolehan data ditemukan bahwa terdapat pergeseran persepsi masyarakat Desa Merdeka terhadap cerita Begu Ganjang yang dahulu dengan sekarang yaitu dalam hal fungsi. Pada awalnya digunakan untuk hal baik seperti menjaga harta benda dan kebun, sedangkan saat ini untuk hal yang tidak baik. Terdapat pergeseran persepsi masyarakat Desa Merdeka terhadap cerita Begu Ganjang setelah memeluk agama. Masyarakat Desa Merdeka masih mempercayai adanya roh-roh leluhur dan Begu Ganjang. Cerita Begu Ganjang berpotensi dalam meningkatkan permasalahan sosial yang ada di Desa Merdeka, khususnya dalam perlakuan masyarakat terhadap seseorang yang diduga memelihara Begu Ganjang.

Kata kunci: Persepsi Masyarakat, Begu Ganjang, Resepsi Sastra.

PENDAHULUAN

Sastra merupakan bagian dari kebudayaan. Setiap suku atau daerah mempunyai sastra yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Karo merupakan salah satu dari daerah di Indonesia yang masih menjunjung tinggi kebudayaannya. Turi-turin (Cerita Rakyat) merupakan salah satu bentuk sastra daerah yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat Karo dan diwariskan

(3)

3

secara turun-temurun serta merupakan salah satu produk kebudayaan. Pada kenyataannya telah berkembang sastra-sastra daerah: Aceh, Batak, Sunda, Jawa, Bali, Bugis, Toraja, Lombok, dan sebagainya. Dalam konteks wilayah pertumbuhan dan perkembangannya secara nasional, berbagai sastra daerah itu dapat disebut juga sastra Indonesia dengan pengertian sastra milik bangsa Indonesia (Yudiono, 2007:11).

Sastra lisan pada hakikatnya adalah tradisi yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat tertentu. Keberadaannya diakui, bahkan sangat dekat dengan kelompok masyarakat yang memilikinya. Dalam sastra lisan, isi ceritanya seringkali mengungkapkan keadaan sosial budaya masyarakat yang melahirkan. Biasanya sastra lisan berisi berupa gambaran latar sosial, budaya, serta sistem kepercayaan.

Istilah sastra lisan dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris, yakni oral literature. Ada juga yang menyatakan bahwa istilah itu berasal dari bahasa Belanda, yaitu orale letterkunde. Sastra lisan (oral literature) adalah berbagai bentuk sastra yang dikemukakan secara lisan (Ratna,2011:102).

Dalam bahasa Karo, begu berarti hantu atau setan sedangkan ganjang adalah tinggi atau panjang. Begu Ganjang dalam pandangan masyarakat Karo adalah hantu yang berukuran besar dan sangat tinggi. Dalam kepercayaan masyarakat Karo, Begu Ganjang adalah hantu yang paling ganas karena dapat mengilangkan nyawa seseorang secara tiba-tiba. Pada awalnya Begu Ganjang oleh masyarakat Karo dipergunakan untuk menjaga kebun-kebun mereka dari pencuri. Namun isu yang beredar saat ini Begu Ganjang digunakan sebagai alat untuk menjegal orang-orang yang tidak disukai oleh pemiliknya. Pendapat lain menyatakan Begu Ganjang digunakan untuk memperkaya pemiliknya.

Isu mengenai Begu Ganjang memang tidak pernah terlepas dari perbincangan masyarakat sampai saat ini. Berita mengenai Begu Ganjang ini tergolong masih sering muncul untuk ukuran zaman yang sudah modern seperti saat ini. Diyakini pada awalnya Begu Ganjang digunakan masyarakat Karo terdahulu sebagai penjaga kebun dari gangguan pencuri dan orang-orang usil. Namun pada saat ini digunakan sebagai alat untuk menjegal orang yang tidak

(4)

4

disukai oleh sipemilik Begu Ganjang tersebut. Pendapat lain menyatakan Begu Ganjang digunakan untuk memperkaya pemiliknya. Konon hantu ini dapat membunuh korbannya dengan cara mencekik. Lantas mengapa begu yang satu ini dapat menghilangkan nyawa, sampai saat ini belum ada yang dapat membuktikan kebenarannya.

Hingga saat ini telah banyak kasus yang terjadi sehubungan dengan Begu Ganjang ini. Banyak yang menjadi korban dari masalah yang sebenarnya metafisik ini. Mulai pengusiran dari desa, pembakaran tempat tinggal, pengeroyokan hingga pembakaran hidup-hidup para tertuduh dan pemelihara Begu Ganjang (http://www.gobatak.com/inilah-sebabnya-mengapa-pemelihara-begu-ganjang-tak-pernah-tersangkut-pidana/).

Kasus Begu Ganjang pada tahun 2009 - Mei 2010 meningkat tajam, tercatat ada 7 kasus Begu Ganjang yang terjadi. Hampir keseluruhan, baik pelaku maupun korban yang dicurigai pemilik Begu Ganjang adalah orang-orang yang sudah menjadi Kristen. Kehidupan dan pemahaman beragama yang telah dianut bertahun-tahun tidak membendung tindakan anarkis dalam penyelesaian masalah terhadap orang yang dicurigai. Mereka (para pelaku) melaksanakannya secara bersama-sama dan sudah direncanakan. Tindakan penghakiman yang dilakukan tidak tanggung-tanggung kejamnya, bahkan sampai ada pada tahap pembakaran tubuh yang berakhir dengan kematian

( http: //www.gkpi.or.id/news/read/16/begu-ganjang-berpikirlah-panjang-oleh-riana-hutabarat/ ).

Kajian tentang sastra lisan dan foklor seperti cerita Begu Ganjang sendiri dapat menggunakan teori dari resepsi sastra. Secara umum, resepsi sastra diartikan sebagai tanggapan pembaca terhadap karya sastra. Resepsi sastra merupakan aliran yang meneliti teks sastra dengan bertitik-tolak pada pembaca yang member reaksi atau tanggapan terhadap teks sastra. Pembaca selaku pemberi makna adalah variabel menurut ruang, waktu, dan golongan sosial-budaya. Hal itu berarti bahwa karya sastra tidak sama pembacaan, pemahaman, dan penilaiannya sepanjang massa atau dalam seluruh golongan masyarakat tertentu (Imran, 1991).

(5)

5

Dari setiap suku memiliki cerita rakyat yang menarik dan khas. Cerita mengenai Begu Ganjang merupakan salah satu cerita yang sudah terkenal tidak hanya dikalangan masyarakat Karo saja, cerita ini juga telah menyebar kepenjuru indonesia. Karena itu cerita rakyat ini menarik untuk dibahas lebih lanjut dengan pendekatan Resepsi sastra, karena beragamnya penilaian masyarakat terhadap cerita itu sendiri.

“Dilatarbelakangi oleh penjabaran sebelumnya, akhirnya peneliti membuat judul Sudut Pandang Masyarakat Desa Merdeka Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo Terhadap Cerita Rakyat Karo “Begu Ganjang”.

METODE PENELITIAN

Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Metode deskriptif merupakan suatu cara untuk memecahkan permasalahan yang menjadi tujuan dalam penelitian ini dengan cara mendeskripsikan dan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lokasi penelitian.

Metode deskriptif kualitatif akan menghasilkan pendeskripsian yang sangat mendalam karena ditajamkan dengan analisis kualitatif. Hal itu sangat memungkinkan meningkatnya kualitas teknis analisis data sehingga hasil penelitian pun semakin berkualitas. (Mahi, 2011:37).

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Hasil Penelitian

a. Perubahan Tanggapan Masyarakat Desa Merdeka Terhadap Cerita Begu Ganjang Dahulu Dengan Sekarang.

Terdapat perubahan tanggapan masyarakat Desa Merdeka Kec. Merdeka, Kab. Karo terhadap cerita rakyat Karo Begu Ganjang. Yaitu dalam penggunaan Begu Ganjang oleh pemiliknya yang awalnya digunakan untuk hal yang baik berubah menjadi hal yang tidak baik seperti, menakuti masyrakat, mengganggu anak-anak hingga menghilangkan nyawa seseorang.

(6)

6

b. Pergeseran Persepsi Cerita Begu Ganjang Pada Masyarakat Karo Di Desa Merdeka Setelah Memeluk Agama.

Terdapat pergeseran persepsi masyarakat Desa Merdeka terhadap cerita Begu Ganjang setelah memeluk agama. Yaitu menganggap bahwa begu ganjang merupakan kepercayaan adat dan leluhur belaka.

c. Peran Cerita Rakyat Karo Begu Ganjang Dalam Meningkatkan Permasalahan Sosial di Desa Merdeka.

Cerita rakyat Karo Begu Ganjang berpeluang besar dalam menimbulkan permasalahan sosial di Desa Merdeka. Yaitu anggapan bahwa pemilik Begu ganjang telah menyalahgunakan fungsi Begu Ganjangnya. Menjadikan pemiliknya menerima sanksi sosial berupa dikucilkan. Kenyataannya anggapan seseorang memiliki Begu Ganjang tidak pernah dapat dibuktikan. Sehingga dapat mengubah pola pikir seseorang terhadap masyarakat yang dianggap memiliki Begu ganjang ke arah yang lebih negatif.

PEMBAHASAN PENELITIAN

a. Perubahan Tanggapan Masyarakat Desa Merdeka Terhadap Cerita Begu Ganjang Dahulu Dengan Sekarang.

Pada awalnya, menurut warga Desa Merdeka, Begu Ganjang digunakan untuk hal yang baik, yaitu menjaga harta benda mereka ataupun kebun.Responden golongan usia tua membenarkan cerita Begu Ganjang pada awalnya digunakan untuk hal-hal yang bail seperti menjaga harta benda dan kebun dari sipemilik Begu Ganjang tersebut. Namun ketika ditanya mengenai penggunaan Begu Ganjang oleh pemiliknya untuk masa sekarang, maka ditemui hal yang menyimpang seperti penggunaan cerita Begu Ganjang untuk menakuti masyarakat. Tindakan ini dilakukan oleh oknum tertentu yang berniat jahat seperti mencuri hasil kebun atau harta benda masyarakat yang dipengaruhi dengan cerita tersebut. Ketika masyarakat percaya maka oknum tersebut akan dengan mudah melancarkan aksi jahatnya.

Responden golongan usia menengah menyatakan Begu Ganjang pada awalnya digunakan untuk hal yang baik, hampir semua sepakat bahwa itu adalah benar adanya. Namun ada salah satu responden yang menyatakan bahwa sejak dahulu Begu Ganjang digunakan untuk hal yang baik dan ada juga yang tidak

(7)

7

baik. Namun ketika ditanya mengenai penggunaan Begu Ganjang saat ini, pernyataan responden bervariasi mulai dari digunakan untuk menakuti masyarakat, menjaga kekayaan, mencari kekayaan hingga untuk membunuh seseorang yang dikehendaki sipemelihara Begu Ganjang. Untuk penggunaan Begu Ganjang pada saat ini menurut para responden sudah sangat meresahkan warga karena kerap muncul ketakutan pada masyarakat karena adanya cerita itu. Responden juga mengungkapkan bahwa ada juga yang digunakan untuk membunuh orang yang dikehendaki oleh pemiliknya.

Responden golongan muda menyatakan meragukan kebenaran cerita Begu Ganjang Begu Ganjang pada awalnya digunakan untuk hal yang baik seperti menjaga kebun. Kondisi ini diperparah karena beberapa responden menganggap Begu Ganjang digunakan untuk membunuh seseorang. Dan ketika ditanya untuk penggunaan Begu Ganjang saat ini, responden golongan usia muda memandang Begu Ganjang digunakan untuk mencari kekayaan bagi pemiliknya. Namun tetap ada anggapan Begu Ganjang dapat membunuh seseorang yang tidak disukai oleh pemiliknya. Hal ini sesuai dengan latar belakang mengapa takhyul bertahan sampai sekarang yaitu: perasaan ketidaktentuan akan tujuan-tujuan ang sangat didambakan; ketakutan akan hal-hal yang tidak normal atau penuh resiko dan takut akan kematian; pemodernisasian takhyul; serta pengaruh kepercayaan bahwa tenaga gaib dapat tetap hidup berdampingan dengan ilmu pengetahuan dan Agama, Brunvand (dalam James, 1984: 168-169).

b. Pergeseran Persepsi Cerita Begu Ganjang Pada Masyarakat Karo Di Desa Merdeka Setelah Memeluk Agama.

Agama merupakan kepercayaan terhadap Tuhan melalui ajaran-ajaran yang terdapat dalam Agama itu sendiri. Dengan Agama seseorang dapat membatasi diri untuk percaya pada hal-hal yang takhyul karena di Agama hal itu ditabukan. Masyarakat Desa Merdeka golongan usia tua masih mempercayai adanya roh-roh leluhur. Meskipun ada juga beberapa yang tidak mengakuinya. Untuk persepsi masyarakat Desa Merdeka terhadap cerita Begu Ganjang berkaitan dengan posisinya sebagai insan yang memiliki agama adalah percaya akan adanya Begu Ganjang namun dengan catatan tidak untuk disembah.

(8)

8

Masyarakat Desa Merdeka golongan usia menengah masih mengakui adanya roh-roh leluhur dan tetap menjaganya. Meskipun ada beberapa masyarakat yang malu untuk mengakuinya. Untuk pandangan usia menengah terhadap cerita Begu Ganjang berkaitan dengan posisinya sebagai insan yang beragama adalah tetap mempercayai adanya Begu Ganjang meskipun pribadi mereka masing-masing tidak setuju akan hal itu. Menurut masyarakat golongan usia menengah, percaya akan adanya Begu Ganjang merupakan kepercayaan adat bukan kepercayaan Agama.

Responden golongan usia muda di Desa Merdeka sebagian besar mempercayai adanya Begu Ganjang, meskipun itu bertentangan dengan kepercayaan mereka masing-masing. Hal ini membuktikan bahwa agama tindak lantas menjadikan seseorang terlepas dari mempercayai hal takhyul seperti Begu Ganjang, karena walau bertentangan dengan agama masyarakat masih tetap percaya akan adanya Begu Ganjang dengan mengkait-kaitkan kejadian yang ada di sekitarnya dengan mengatakan itu adalah campur tangan Begu Ganjang. Hal ini sesuai dengan latar belakang mengapa takhyul bertahan sampai sekarang yaitu: perasaan ketidaktentuan akan tujuan-tujuan ang sangat didambakan; ketakutan akan hal-hal yang tidak normal atau penuh resiko dan takut akan kematian; pemodernisasian takhyul; serta pengaruh kepercayaan bahwa tenaga gaib dapat tetap hidup berdampingan dengan ilmu pengetahuan dan Agama, Brunvand (dalam James, 1984: 168-169).

c. Peran Cerita Rakyat Karo Begu Ganjang Dalam Meningkatkan Permasalahan Sosial di Desa Merdeka.

Masalah sosial adalah masalah yang terjadi di lingkup masyarakat. Dikaitkan dengan cerita Begu Ganjang, permasalahan yang mucul akibat dari pergeseran dan perubahan pandangan masyarakat terhadap cerita itu sendiri dapat dilihat dari tanggapan informan golongan usia tua yang menyatakan, merasa takut akan keluar pada malam hari akibat dari cerita Begu Ganjang. Permasalah lain yang akan muncul akibat dari ketakutan itu adalah maraknya tindakan pencurian harta benda maupun hasil panen dikebun masyarakat.

(9)

9

Masyarakat Desa Merdeka golongan usia menengah merasa resah dengan adanya cerita Begu Ganjang yang beredar di masyarakat. Keresahan itu dapat berwujud ketakutan untuk keluar pada malam hari, adanya masyarakat yang mati mendadak karena dicekik Begu Ganjang, dan anak-anak yang tak berhenti menangis yang dipercaya diganggu oleh Begu Ganjang. Namun permasalahan lain yang lebih berbahaya menurut responden adalah rusaknya mental masyarakat terlebih anak-anak karena pengaruh cerita Begu Ganjang, dikucilkannya masyarakat yang dituduh memiliki atau memelihara Begu Ganjang dan penghakiman oleh massa terhadap orang yang dituduh memiliki Begu Ganjang.

Golongan usia muda merasa resah dengan adanya cerita Begu Ganjang meski ada juga yang menyatakan tidak masalah karena jaman sudah modern. Namun permasalahan lain yang dapat timbul akibat penyebaran cerita Begu Ganjang ini kepercayaan masyarakat golongan usia muda akan kemampuan Begu Ganjang yang dapat membuat seseorang mendapat penyakit dan meninggal secara tiba-tiba. Hal ini berdampak sangat berbahaya bagi orang yang kelak dituduh memelihara Begu Ganjang. Penghakiman secara sepihak oleh golongan usia muda yang memiliki tingkat emosional yang tinggi tidak akan dapat dihindarkan. Terlebih kejadian meninggalnya seorang warga dianggap akibat ulah dari sipemilik Begu Ganjang.

PENUTUP

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian ini, di temukan bahwa terdapat perubahan tanggapan masyarakat Desa Merdeka Kec. Merdeka, Kab. Karo terhadap cerita rakyat Karo Begu Ganjang. Yaitu dalam penggunaan Begu Ganjang oleh pemiliknya yang awalnya digunakan untuk hal yang baik berubah menjadi hal yang tidak baik seperti, menakuti masyrakat, mengganggu anak-anak hingga menghilangkan nyawa seseorang. Ditemukan juga pergeseran persepsi masyarakat Desa Merdeka terhadap cerita Begu Ganjang setelah memeluk agama. Yaitu menganggap bahwa begu ganjang merupakan kepercayaan adat dan leluhur belaka. Cerita rakyat Karo Begu Ganjang berpeluang besar dalam menimbulkan permasalahan sosial di Desa Merdeka. Yaitu anggapan bahwa pemilik Begu ganjang telah menyalahgunakan fungsi Begu Ganjangnya. Menjadikan

(10)

10

pemiliknya menerima sanksi sosial berupa dikucilkan. Kenyataannya anggapan seseorang memiliki Begu Ganjang tidak pernah dapat dibuktikan. Sehingga dapat mengubah pola pikir seseorang terhadap masyarakat yang dianggap memiliki Begu ganjang ke arah yang lebih negatif.

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan diatas, saran-saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, kebudayaan merupakan sebuah warisan yang di berikan serta diajarkan oleh nenek moyang kita. Baik itu berbentuk upacara adat, tarian adat, kepercayaan adat dan tradisi. Maka dari itu, ada baiknya jika kita sebagai pewaris dari kebudayaan tersebut untuk mempertahankan dan melestarikan kebudayaan yang kita miliki. Walaupun terkadang kebudayaan tersebut bertentangan dengan ajaran Agama yang kita anut. Yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapi kebudayaan itu. Kedua, orang tua dalam hal ini sebagai perantara orang terdahulunya dalam penyebaran cerita Begu Ganjang sebaiknya meminimalisir cerita-cerita yang berupaya menyudutkan seseorang dan dapat merubah tanggapan anak-anaknya terhadap cerita Begu Ganjang dengan menambah ajaran-ajaran Agama masing-masing agar tidak timbul ketakutan yang dapat berdampak pada psikologi anak-anaknya. Ketiga, setiap warga Desa hendaknya tidak menghakimi secara sepihak seseorang yang dianggap memiliki Begu Ganjang, karena hal ini sangat buruk akibatnya bagi orang yang tertuduh maupun orang yang akan menghakimi. Satu hal yang pasti, sampai saat ini belum ada pembuktian dari tuduhan terhadap kepemilikan Begu Ganjang yang dapat dibawa ke ranah hukum. Maka sudah pasti mereka yang menghakimi akan berhadapan dengan hukum. Musyawarah mufakat sesama penduduk Desa guna menghasilkan keputusan yang bijaksana adalah salah satu

(11)

11

upaya yang dapat ditempuh dalam kasus ini, maka besar harapan peneliti kepada setiap oknum masyarakat agar dapat mengaplikasikannya guna kebaikan bersama. Keempat Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas wawasan pembaca serta melatih kepekaan sosial terhadap dinamika kehidupan manusia dan problematika sosial yang terjadi di sekitar, sehingga persoalan persepsi terhadap cerita rakyat Begu Ganjang dapat dipahami dan dimengerti.

Daftar Pustaka

Abdullah, Imran. T. 1991. Resepsi Sastra: Teori dan Penerapannya. Dalam Jurnal Online Budaya, Sastra, dan Bahasa Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. Vol. 1, No. 2

Danandjaja, James. 1984. Folklore Indonesian: Ilmu gosip, Dongeng, dan lain-lain. Jakarta: Grafiti Pers

Hutabarat, Riana. 2011. Begu Ganjang: Berfikirlah Panjang!. Gereja Kristen Protestan Indonesia http: //www.gkpi.or.id/news/read/16/begu-ganjang-berfikirlah-panjang-oleh-riana-hutabarat/

( 20Maret 2015 )

M. Hikmat, Mahi. Metode Penelitian: Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu

Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Antropologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Belajar Yudiono. 2007. Pengantar Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta: Grasindo

Referensi

Dokumen terkait

Mengubah masyarakat secara revolusioner (perubahan secara cepat) harus berakhir dengan kemenangan kaum proletar. Sehingga pada gilirannya pemerintahan negara harus

cinerea pada benih cabai memberikan pengaruh nyata terhadap peubah bibit muncul di lapangan dan bibit terserang, namun memberikan pengaruh tidak nyata pada peubah

Our goal in writing Involvement parent program for teachers is to empower you to be a more successful teacher by showing you how to get the support you need

Equaliz adalah band asal kota Medan bergenre pop-rock yang beranggotakan lima?. personil yang merupakan alumni dan mahasiswa Etnomusikologi USU, terdiri

* Ziarah bid'iyah yaitu ziarah kubur untuk tujuan-tujuan tertentu bukan sebagaimana yang tersebut diatas, diantaranya untuk shalat disana, thawaf, mencium dan

Barium heksaferit adalah salah satu material magnet yang banyak digunakan..

Video game dimainkan dengan memanfaatkan media visual elektronik.Game juga bisa diartikan sebagai arena keputusan dari aksi pemainnya karena ada target-target yang ingin

Sifat fisis yang diamati dalam penelitian pembuatan magnet barium heksaferit (BaFe 12 O 19 ) dengan penambahan Nd 2 O 3 sebagai magnet permanen meliput i.. pengukuran