• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. Pembahasan. 5.1 Klasifikasi LKM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V. Pembahasan. 5.1 Klasifikasi LKM"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

Pembahasan

5.1 Klasifikasi LKM

Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaluddin Rakhmat, 1994) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.

LKM merupakan kelompok sekunder dimana anggota LKM jarang mengadakan pertemuan anggota secara rutin. Namun, meskipun banyak LKM yang jarang mengadakan pertemuan secara rutin komunikasi antar anggota juga tetap terjaga karena tidak jarang anggota LKM merupakan anggota dari organisasi yang lain didalam organisasi kemasyarakatan, sehingga mereka tidak hanya bertemu saat diadakan perkumpulan LKM saja melainkan sering juga bertemu pada saat pertemuan-pertemuan organisasi kemasyarakatan yang lainnya, seperti LPMK, BKM, dll, seperti halnya yang di katakana oleh Bapak Jamuri sebagai ketua LKM mangunsari dalam wawancara pada tanggal 17 Pebruari 2014

“…Meskipun pertemuan LKM secara resmi jarang kami lakukan namun komunikasi antar anggota tetap berjalan lancar, karena selain merupakan anggota dan pengurus dari LKM sebagian besar dari kami juga merupakan anggota dan pengurus dari organisasi kemasyarakatan yang lain, jadi komunikasi tetap terjaga dan informasi-informasi juga menjadi lebih banyak…”

Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.

(2)

dalam AD/ART LKM. Sehingga syarat untuk menjadi anggota LKM harus sesuai dengan apa yang sudah disepakati dalam AD/ART tersebut selain itu anggota LKM juga disahkan oleh pemerintah dan mendapat SK (Surat Keputusan). Ada pun syarat dan ketentuan untuk menjadi bagian dari LKM menurut AD/ART LKM adalah sebagai berikut:

1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

2. Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

3. Memiliki dedikasi terhadap kepentingan masyarakat di bidan informasi dan komunikasi 4. Penduduk tetap berdomisili di Kelurahan atau Kecamatan setempat

5. Berpendidikan sekurang-kurangnya Sekolah Menengah Pertama atau sederajat 6. Usia minimal 17 tahun

7. Sehat jasmani dan rohani

8. Berkelakuan baik, jujur, adil, cakap, berwibawa dan penuh pengabdian kepada masyarakat 9. Tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak pidana

10. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.

Sumber: Peraturan Walikota Salatiga, Nomor 46 Tahun 2006

5.2 Jaringan Komunikasi LKM

Pola komunikasi adalah sistem penyampaian pesan melalui lambang tertentu, mengandung arti, dan pengoperan perangsang untuk mengubah perilaku individu yang lain. Didalam pola komunikasi, terdapat jaringan komunikasi. Di LKM juga memiliki jaringan komunikasi yang dapat dilihat dari struktur kepengurusan, dan juga proses komunikasi yang dilakukan setiap LKM dalam mengumpulkan informasi dan menyebar luaskan informasi baik kepada masyarakat maupun kepada pemerintah.

Alur kepengurusan dari LKM meliputi Ketua-Bendahara-Sekretaris-Seksi (Penerangan, Penerbitan dan Pameran, Hubungan Masyarakat)-Anggota. Tingkatan tertinggi dan pengambilan kebijakan terdapat pada ketua, namun komunikasi yang terjadi di dalam LKM sangat terbuka, setiap orang dapat menyampaikan informasi-informasi yang mereka miliki bahkan dapat dikatakan hal itu merupakan keharusan, karena dengan semakin banyaknya informasi-informasi yang disampaikan oleh anggota dan pengurus maka akan banyak pula informasi-informasi yang akan didapatkan oleh masyarakat ataupun pemerintah. Dengan banyaknya informasi yang

(3)

disampaikan baik kepada masyarakat ataupun kepada masyarakat maka program-program pemerintah dan keluhan-keluahan atau kebutuhan masyarakat akan cepat ditindak lanjuti dan juga mencegah terjadinya konflik antara masyarakat dan pemerintah karena kesalah pahaman dan kurangnya komunikasi antar keduanya. Keterbukaan tidak hanya dilakukan didalam lingkup struktural LKM saja namun dalam kehidupan bermasyarakat LKM juga sangat terbuka dan dengan senang hati jika ada dari masyarakat atau pemerintah yang memberikan informasi-informasi, karena meskipun para anggota dan pengurus LKM merupakan perangkat kampung atau orang yang dipercaya dalam suatu kampung mereka juga memiliki keterbatasan untuk menjangkau seluruh masyarakat yang ada didaerahnya sehingga LKM sangat terbuka bagi masyarakat umum dan pemerintah jika memiliki informasi-informasi yang penting. Jika dilihat dari struktur jaringan komunikasinya, LKM menggunakan struktur semua saluran atau pola bintang.

Gambar 10 Pola Bintang

Sumber: Analisis Data Primer, 2013

Struktur semua saluran atau pola bintang hampir sama dengan pola lingkaran yaitu semua anggota adalah sama dan setiap anggota memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaharui anggota yang lain. Akan tetapi dalam struktur semua saluran setiap anggota dapat berkomunikasi dengan anggota yang lain, sehingga akan tercipta partisipasi secara optimum dari anggota (Devitto:344:2004).

Struktur jaringan dalam sebuah kelompok atau organisasi memiliki fungsi yang sangat besar. Fungsi dari struktur jaringan adalah untuk meneruskan dan melancarkan komunikasi antar anggota. Karena LKM merupakan lembaga yang didalamnya bukan bertujuan meraup keuntungan namun sebagai lembaga sosial yang bertujuan sebagai media komunikasi masyarakat dan pemerintah maka struktur semua saluran atau pola bintang sangat cocok untuk menggambarkan jaringan komunikasi didalamnya, karena setiap anggota, masyarakat, maupun

(4)

pemerintah dapat berkomunikasi memberikan informasi-informasi baik tentang program-program pemerintah dan juga problematika yang terjadi dalam masyarakat kepada anggota lain dan didalam akan terjadi pembicaraan untuk membahas guna tindak lanjut akan informasi-informasi tersebut. Seperti yang dikatakan bapak Ismunandar ketua dari LKM Blotongan pada wawancara tanggal 4 Februari 2014

“....LKM Blotongan mengadakan pertemuan rutin setiap bulannya, nanti anggota yang ketempatan akan digilir, dalam pertemuan rutin tersebut setiap anggota dapat menyampaiakan informasi-informasi apa saja yang dimiliki, bila ada informasi dari masyarakat kepada pemerintah yang sangat penting, dari pihak LKM akan segera menyalurkan informasi-informasi tersebut kepada dinas yang terkait….”

Selain struktur jaringan LKM juga memiliki arus komunikasi yang di bagi menjadi 3 bagian yaitu komunikasi ke atas (LKM dan Pemerintah), komunikasi ke bawah (LKM dan Masyarakat), komunikasi lateral (antar anggota LKM)

5.2.1 Komunikai Ke Atas (LKM dan Pemerintah)

Meskipun LKM di bentuk oleh Pemerintah guna membantu pemerintah dalam hal komunikasi namun pada kenyataannya banyak sekali LKM yang mengeluhkan tentang kurangnya perhatian yang diberikan kepada mereka, seakan-akan mereka dibentuk kemudian tidak ada pendampingan dalam mereka melaksanakan tugasnya. Meskipun begitu LKM tetap mencari informasi-informasi tentang program-program pemerintah melalui rapat-rapat yang diadakan pemerintah dan menyebarkan informasi-informasi tersebut kepada mayarakat. Dalam prakteknya dapat dikatakan bahwa komunikasi antara LKM dan Pemerintah tidak berjalan hal ini dapat dilihat dari kurangnya komunikasi antara LKM dan Pemerintah, selain itu juga hampir semua LKM tidak secara langsung memberikan informasi kepada Pemerintah melainkan mereka hanya menunggu pertemuan-pertemuan yang diadakan oleh organisasi-orgnisasi sosial lainnya sehingga dapat dipastikan banyak sekali hal-hal yang sebenarnya diharapkan oleh masyarakat dapat disampaikan dan direalisasikan oleh pemerintah tidak terlaksana.

5.2.2 Komunikasi Ke Bawah

Komunikasi kebawah merupakan pesan yang dikirim dari hirarki yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah (De Vitto: 347:2014). Bila kita lihat dari bab sebelumnya (Bab 4) proses penyampaian pesan dari pemerintah kepada masyarakat berjalan dengan lancar, hal

(5)

tersebut terbukti dengan adanya beberapa kegiatan LKM guna mensosialisasikan program-program pemerintah kepada masyarakat baik menggunakan media cetak ataupun secara langsung disampaikan dalam kegiatan-kegiatan yang ada di daerah masing-masing seperti PKK, Kelompok Tani, Pertemuan bapak-bapak, dll. Biasanya informasi-informasi tersebut didapat pada saat pertemuan anggota LKM atau bisa juga para anggota LKM mencari sendiri informasi-informasi tentang program-program pemerintah melalui pertemuan-pertemuan yang diadakan oleh instansi pemerintah ataupun pertemuan organisasi kemasyarakatan yang lain, mengingat bahwa sebagian besar anggota LKM juga merupakan bagian dari organisasi-orgnisasi kemasyarakatan yang lain. Meskipun dapat dikatakan dapat berjalan dengan lancar namun para pengurus juga masih merasa kurang aktifnya pemerintah dalam berkomunikasi dengan mereka, sehingga informasi yang diberikan LKM terhadap masyarakat terbatas yang dapat mengakibatkan gagalnya program-program tersebut.

5.2.3 Komunikasi Lateral (Ketua ke Pengurus dan Anggota)

Komunikasi Lateral dalam pemahaman organisasi adalah pesan antar manajer ke manajer, karyawan ke karyawan. Dalam kontek LKM ini komunikasi lateral yang terjadi berjalan dengan baik bahkan komunikasi antara anggota dengan pengurus dan ketua sangat terbuka. Setia anggota atau pengurus bahkan ketua memiliki porsi yang sama dalam mengungkapkan informasi-informasi yang mereka miliki baik informasi yang berasal dari pemerintah atau informasi yang berasaal dari masyarakat. Pertukaran informasi antar anggota dilakukan dalam pertemuan anggota atau juga tidak jarang bagi LKM yang jarang mengadakan pertemuan anggota menggunakan media telepon dan SMS untuk saling berkomunikasi. Smakin cepat informasi disebakan dalam lingkup LKM maka semakin cepat pula informasi tersebut di terima oleh pemerintah atau masyarakat sehingga program-program dari keduanya akan semakin cepat terrealisasi.

5.3 Strategi Komunikasi LKM

Dengan penerapan pola komunikasi bintang dimana seluruh anggota, pegurus LKM ,masyarakat, dan pemerintah memiliki porsi yang sama dalam menyampaikan informasi dan kemudian informasi-informasi tersebut dibahas bersama oleh anggota dan pengurus LKM maka informasi-informasi tersebut akan cepat untuk didistribusikan kepada masyarakat maupun

(6)

kepada pemerintah, sehingga program-program pemerintah atau aspirasi masyarakat akan sesegera mungkin mendapatkan perhatian dan terlaksana dengan baik, sehingga tidak ada lagi kesalah pahaman mengenai informasi diantara keduanya.

Guna menjalankan tugasnya sebagai penyambung mata rantai komunikasi Masyarakat dan Pemerintah, tentunya setiap LKM memiliki strategi yang berbeda-beda karena setiap daerah memiliki karakter dan kebutuhan yang tidak sama. Untuk mengetahui bagaimana strategi yang diterpakan oleh para pelaku LKM disetiap daerah, peneliti berpedoman kepada model komunikasi yang dikemukakan oleh Harold Lasswell pada tahun 1948 yang berbunyi “Who Says

What In Which Channel To Whom With What Effect?”. Dari pernyataan yang dikemukakan oleh

Lasswell tersebut terdapat beberapa unsur yaitu Komunikator (sumber informasi), Komunikan (penerima informasi), Pesan, Media yang digunakan, dan juga Efek yang dihasilkan dari proses penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan tersebut. Berdasarkan Model Komunikasi yang dikemukakan oleh Harold Laswell diatas LKM berperan sebagai Komunikator dimana tugas utama dari LKM adalah sebagai media penyebaran informasi kepada komunikan yaitu Masyarakat dan Pemerintah. Sebagai komunikator LKM harus memiliki sebuah strategi komunikasi agar pesan yang di sampaikan dapat secara efektif diterima oleh Masyarakat dan Pemerintah, strategi yang harus dilakukan adalah dengan menggunakan media komunikasi guna penyebaran informasi yang mereka peroleh kepada Masyarakat dan Pemerintah. Media komunikasi merupakan sarana penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan agar pesan yang disampaikan secepat mungkin dapat diterima oleh komunikan. Salah satu media komunikasi yang di gunakan oleh para anggota LKM adalah HandPhone atau telepon genggam, dengan menggunakan telepon genggam para anggota dapat dengan cepat dan mudah untuk melakukan komunikasi tentang informasi-informasi yang mereka dapatkan baik informasi tentang program-program pemerintah dan juga informasi tentang kehidupan sosial masyarakat, hal ini dilakukan karena waktu anggota untuk bertemu dalam sebuah forum diskusi LKM sangat terbatas sehingga banyak anggota yang memanfaatkan telepon genggam untuk saling berkomunikasi dan menjaring informasi dari anggota-anggota yang lain, dalam wawancara tanggal 10 April 2014 Bapak Marjuki selaku Ketua LKM Kecandran menerangkan bahwa

(7)

“….., bila ada undangan rapat dari kelurahan atau Pemkot anggota perwakilan LKM selalu mengabarkan informasi-informasi yang dirasa penting kepada anggota lainnya melalui media telepon, dengan media ini dirasa praktis mengingat kesibukan para anggota lainnya,….”

Dalam melakukan perannya sebagai media penjembatan komunikasi antara Masyarakat dan Pemerintah 14 LKM dari 22 LKM melakukan penyebaran informasi secara langsung yaitu melalui tatap muka secara langsung kepada warga dalam acara-acara tertentu di setiap daerah seperti pada saat pertemuan kelompok tani, PKK, rapat RT, dan lain-lain. Dengan cara bertemu secara langsung seperti ini mereka berkeyakinan bahwa informasi yang disampaikan akan secara efektif diserap warga dan juga diwaktu bersamaan anggota LKM juga dapat melihat reaksi warga dan mendengar keluhan-keluhan warga yang nantinya aspirasi dari warga tersebut akan dibawa sebagai informasi pada saat perkumpulan LKM dan akan dibahas disana. Dengan penerapan strategi komunikasi bertatap muka secara langsung seperti ini maka anggota LKM harus memiliki ketrampilan berkomunikasi yang mumpuni, artinya anggota LKM harus bisa mewartakan dengan bahasa yang dapat dipahami oleh masyarakat, selain itu anggota LKM yang mewartakan informasi tersebut haruslah orang yang dipercaya oleh masyarakat sekitar atau orang yang tidak dipandang sebelah mata oleh masyarakat sekitar seperti ketua RW, sesepuh, dan lain-lain. Dengan menggunakan orang-orang yang memiliki pengaruh di daerah tersebut sebagai komunikator maka informasi yang diberikan akan lebih efektif diterima oleh masyarakat, karena masyarakat akan lebih percaya dan yakin dibanding dengan orang-orang yang dipandang biasa saja didaerah tersebut, dalam wawancara bersama Bpk. Ismunandar pada tanggal 4 Februari 2014, Bpk. Ismunandar mengatakan bahwa

“….., LKM Blotongan memiliki anggota 15 anggota dengan latar belakang pekerjaan yang berbeda-beda, mulai dari anggota DPR, PNS, sanpai dengan budayawan. Para anggota tersebut biasanya merupakan tokoh-tokoh penggiat kegiatan-kegiatan di daerah masing-masing seperti ketua RW, ketua PKK, dll. ……”

Selain menggunakan komunikasi tatap langsung sebagai strategi komunikasi ada dua LKM di Kota Salatiga yang menggunakan media cetak yang diberi nama Warta Salembar oleh LKM Kumpulrejo dan Gertak (Gerakan Taktis) LKM Oleh LKM Cebongan. Warta Salembar merupakan media cetak yang diproduksi oleh LKM Kelurahan Kumpulrejo dan didistribusikan kepada seluruh RW di wilayah Kelurahan Kumpulrejo dan juga Dinas-Dinas Pemerintah yang terkait, ini diberi nama Warta Salembar karena media cetak ini memang cuma berjumlah satu lembar setiap edisinya. Agar mudah dipahami oleh masyarakat media ini menggunakan bahasa

(8)

jawa sehari-hari dn juga menggunakan tokoh-tokoh pewayangan yang melekat dibenak masyarakat seperti 5 sekawan. Dalam wawancara bersama Bpk. Ismadi selaku Ketua LKM Kumpulrejo dan juga sebagai penulis Warta Salembar pada tanggal 3 Februari 2014, tujuan penggunanaan bahasa jawa dan penggunaan tokoh-tokoh pewayangan selain memudahkan masyarakat untuk memahami tentang isi dari Warta Salembar juga sebagai media untuk melestarikan budaya-budaya daerah yang saat ini mulai luntur dikalangan anak muda karena efek globalisasi.

“……, ya kita dari LKM Kumpulrejo membuat Warta Salembar dengan bahasa jawa dan menggunakan tokoh-tokoh wayang bukan saja agar masyarakat dapat lebih cepat paham tentang isi Warta Salembar, tetapi juga untuk melestarikan budaya kita seperti penggunaan bahasa jawa, bisa dilihat dilingkungan kita sehari-hari, sekarang ini anak-anak kecil oleh orang tuannya dalam keseharian dibiasakan dengan bahasa nasional, para anak muda juga mulai menggandrungi budaya-budaya korea karena efek dari sinetron-sinetron di televise dan kemajuan internet, maka harapan kami dengan adanya meda ini masyarakat tetap ingat dan mau melestarikan budaya-budaya daerahnya dalam hal ini budaya jawa…..” . Berbeda dengan Warta Salembar, Gerta (Gerakan Taktis) LKM yang diproduksi oleh LKM cebongan pimpinan Bpk. Farouq berisi tentang program-program pemerintah dan dikemas secara serius dalam sebuah bulletin. Selain LKM Kelurahan Kumpulrejo dan LKM Cebongan dengan media cetaknya, LKM Kelurahan Noborejo, Kutowinangun, Blotongan, Bugel memanfaatkan papan pengumuman yang diberikan oleh Humas Pemkot Salatiga sebagai media penyebaran informasi bagi masyarakat. Papan-panan pengumumuman tersebut diletakkan ditempat-tempat yang strategis dan semua orang dapat melihatnya seperti di depan kantor kelurahan, dengan menempelkan informasi tersebut diharapkan masyarakat membaca segala informasi-informasi yang ada didalam papan pengumuman tersebut. Namun, sayangnya sekarang ini sebagian besar papan pengumuman kosong tidak ada informasi apapun untuk masyarakat, dan jika adapun informasi tersebut bukan lagi informasi yang terbaru untuk masyarakat. Dari penelitian ini juga ditemukan ada 5 LKM yang telah vakum dalam menjalankan tugasnya yaitu LKM Randuacir, Ledok, Kauman Kidul, Sidorejo Lor, Sidorejo Kidul, salah satu hal yang membuat 5 LKM ini vakum adalah selain banyaknya anggota yang memiliki peran ganda di lembaga-lembaga yang lain, factor kurangnya dana yang diberikan guna operasional juga memicu ketidak aktifan dari LKM-LKM ini seperti yang disampaikan oeh Bpk. Sarmin Sampurno ketua LKM Kauman Kidul pada tanggal 2 Agustus 2014

(9)

“….., LKM Kauman Kidul memang dalam menjalankan fungsinya kami sangat pasif karena memang kurangnya dana yang diberikan Pemerintah sangat minim sehingga kami tidak bisa menjalankan program-program yang seharusnya menjadi tanggung jawab kami sebagai corong informasi kepada warga dan pemerintah sendiri,….”

Dari penelitian ini data dilihat bahwa dari 22 LKM yang dibentuk di Kota Salatiga terdapat 17 LKM yang masih setia menjalankan tugasnya meskipun dalam keterbatasan dan terdapat 5 LKM yang pasif dalam menjalankan tugasnya sebagai penyalur informasi kepada Masyarakat dan juga Pemerintah. Namun, dari 17 LKM yang masih aktif tersebut juga memiliki keluhan yang sama yaitu masih kurangnya perhatian dari Pemerintah yang telah melahirkan program sosial yang diberi nama Lembaga Komunikasi Masyarakat ini, kurangnya perhatian yang dimaksud bukan hanya sektor pendanaan saja, namun sebagai media komunikasi yang menghubungka kedua mata rantai yang sempat terputus ini LKM membutuhkan pengarahan dan dasar yang kuat seperti pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan media komunikasi, meskipun memang dulu sempat diadakan pelatihan tentang jurnalistik dan penyiaran namun program tersebut tidak lagi berjalan, sedangkan saat ini peertemuan antara Pemerintah dan LKM sanagat minim sekali dilaksanakan sehingga LKM harus bekerja keras untuk menjalankan salah satu fungsinya sebagai media penyalur aspirasi masyarakat.

Berdasarakan apa yang telah dikatakan oleh Harold Lasswell bahwa untuk menjadikan komunikasi menjadi efektif adalah dengan menjawab pertanyaan “who say what in which

channel to whom with effect”. Berdasarkan pertanyaan tersebut maka dalam penelitian ini dapat

dijawab dengan :

Who? (Siapa)

Dalam kasus ini LKM menjadi komunikator yang bertujuan untuk menginformasikan segala macam informasi-informasi tentang program-program dan kebijakan Pemerintah kepada Masyarakat dan juga menjadi akses Masyarakat guna menyalurkan asirasi-aspirasnya kepada Pemerintah

Say What? (Pesan)

Pesan yang disampaikan adalah segala macam informasi yang didapat dari Pemerintah yang harus diberitahukan kepada Masyarakat dan juga pesan dari Masyarakat yang harus disampaikan kepada Pemerintah guna kestabilan hubungan Pemerintah dan Masyarakat

(10)

In Which Channel? (Media)

Untuk menyalurkan dan mencari informasi dari Pemerintah dan Masyarakat maka setiap LKM harus menggunakan media yang dipandang efektif, dalam penelitian ini diketahui bahwa untuk menyalurkan informasinya 14 LKM menggunakan strategi tatap muka secara langsung melalui rapat, 1 LKM menggunakan strategi pemanfaatan media cetak yang diberi nama Warta Salembar, 5 LKM menggunakan strategi dengan memanfaatkan papan pengumuman yang diberikan pihak Humas Pemkot Salatiga, selain media-media tersebut media komunikasi

HandPhone juga merupakan sarana yang efektif untuk digunakan para anggota LKM dalan

proses saling tukar informasi.

To Whom? (Siapa Komunikan)

Siapa Komunikan disini adalah Masyarakat dan Pemerintah, Masyarakat dan Pemerintah bertugas sebagai penerima informasi dari LKM melalui media-media yang dimanfaatkan oleh LKM

With What Effect? (Efek)

Tentunya dari semua pihak mengharapkan efek yang positif yaitu program-program Pemerintah dapat terlaksana dengan baik ditengah-tengah masyarakat dan juga sebagai pemangku kebijakan Pemerintah memperhatikan segala macam aspirasi-aspirasi dari Masyarakat sehingga dapat terbina kehidupan yang baik.

Maka pernyataan dari Harold Laswell tersebut jika diterjemahkan dalam kasus ini adalah anggota LKM memanfaatkan media elektronik berupa HandPhone guna menjadi sarana penyebaran informasi kepada para anggota lainnya guna efektifitas waktu. Sedangkan untuk komunikasi kepada masyarakat LKM memanfaatkan pertemuan-pertemuan warga seperti kumpulan RW, Kelompok Tani, PKK. Selain pemanfaatan pertemuan-pertemuan warga 2 LKM yaitu LKM Kumpulrejo dan LKM Cebongan mengguakan media cetak yang diberi nama Warta Salembar dan Gertak LKM sebagai media komunikasi dengan warga. Selain itu papan pengumuman bantuan dari Humas Pemkot juga menjadi media komunikasi bagi warga sebagai contoh yang dilakukan oleh LKM Tegalrejo yang memasang papan pengumuman LKM di depan kantor Kelurahan Tegalrejo. Untuk berkomunikasi dengan pemerintah LKM memiliki akses

(11)

langsung mengutarakan kepada walikota dan juga dinas-dinas terkait, selain itu dalam menyalurkan apirasinya kepada pemerintah LKM juga dapat melalui Humas Pemkot, lembaga-lembaga kemasyarakatan, dan juga kelurahan atau kecamatan.

Gambar

Gambar 10 Pola Bintang

Referensi

Dokumen terkait

District 42 Total

[r]

Sebagian IPCLN dibeberapa ruang rawat inap yang adalah surveilans aktif dengan sasaran khusus (target sudah pernah mendapatkan pelatihan dan sosialisasi

Dari gambar di atas terlihat bahwa untuk soal nomor 1 pada tahap ini terdapat angka yang dicoret, angka-angka tersebut adalah jawaban dari kelompok 1, oleh karena kelompok

KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil kunjungan studi yang dilakukan ke Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Laut (P3GL) Cirebon dapat diambil kesimpulan bahwa

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. 8) Menentukan mitra peneliti (observer) pada saat penelitian. 1) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang

Dalam ketersedian sarana produksi seperti halnya pupuk dan pakan, petani tambak dihadapi dengan adanya modal yang tinggi, dan jumlah tambak ditiap petani berbeda-beda, ada

Sedangkan yang dimaksud tanggung jawab sosial perusahaan berdasarkan Pasal 15 huruf (b) Undang-undang nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanam Modal adalah tanggung