• Tidak ada hasil yang ditemukan

Status Sosial & Kelas Sosial - Stratifikasi/ Diferensiasi Dalam Masyarakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Status Sosial & Kelas Sosial - Stratifikasi/ Diferensiasi Dalam Masyarakat"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

Status Sosial & Kelas Sosial

-Stratifikasi/ Diferensiasi Dalam

(2)

Status sosial adalah sekumpulan hak

dan

kewajiban

yang

dimiliki

seseorang

dalam

masyarakatnya

(menurut Ralph Linton). Orang yang

memiliki status sosial yang tinggi

akan ditempatkan lebih tinggi dalam

struktur masyarakat dibandingkan

dengan orang yang status sosialnya

rendah.

(3)

1. Ascribed Status

Ascribed status adalah tipe status yang didapat sejak lahir seperti jenis kelamin, ras, kasta, golongan,

keturunan, suku, usia, dan lain sebagainya. 2. Achieved Status

Achieved status adalah status sosial yang didapat

sesorang karena kerja keras dan usaha yang dilakukannya. Contoh achieved status yaitu seperti harta kekayaan,

tingkat pendidikan, pekerjaan, dll. 3. Assigned Status

Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang di dalam lingkungan masyarakat yang bukan didapat sejak lahir tetapi diberikan karena usaha dan kepercayaan masyarakat. Contohnya seperti seseorang yang dijadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh, dan sebagainya.

(4)

Kelas sosial adalah stratifikasi sosial

menurut ekonomi (menurut Barger).

Ekonomi dalam hal ini cukup luas yaitu

meliputi juga sisi pendidikan dan

pekerjaan karena pendidikan dan

pekerjaan seseorang pada zaman

sekarang

sangat

mempengaruhi

(5)

Stratifikasi sosial adalah pengkelasan /

penggolongan / pembagian masyarakat

secara

vertikal

atau

atas

bawah.

Contohnya seperti struktur organisasi

perusahaan di mana direktur berada pada

strata / tingkatan yang jauh lebih tinggi

daripada struktur mandor atau supervisor

di perusahaan tersebut.

 Stratifikasi sosial atau pelapisan sosial

adalah

pembedaan

penduduk

atau

masyarakat ke dalam kelas-kelas secara

bertingkat (vertikal).

(6)

Diferensiasi sosial adalah pengkelasan /

penggolongan / pembagian masyarakat

secara

horisontal

atau

sejajar.

Contohnya seperti pembedaan agama di

mana orang yang beragama islam

tingkatannya sama dengan pemeluk

agama lain seperti agama konghucu,

budha, hindu, katolik dan kristen

protestan.

(7)

Aristoteles : Pada jaman kuno di dalam setiap negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat dan mereka yang berada di tengah-tengahnya.

Adam Smith : Masyarakat di bagi menjadi tiga, yaitu orang-orang yang hidup dari penyewaan tanah, orang-orang yang hidup dari upah kerja, dan orang-orang yang hidup dari keuntungan perdagangan.

Thorstein Veblen : Membagi masyarakat dalam dua golongan yaitu golongan pekerja yang berjuang mempertahankan hidup dan golongan yang banyak mempunyai waktu luang karena kekayaannya.

Prof. Selo Soemardjan : Pelapisan sosial akan selalu ada selama dalam masyarakat terdapat sesuatu yang dihargai.  Robert M.Z. Lawang : Pelapisan sosial merupakan

penggolongan orang-orang dalam suatu sistem sosial tertentu secara hierarkhis menurut dimensi kekuasaan, privelese, dan prestise

(8)

a. Tertutup (closed social stratification) membatasi kemungkinan untuk pindah dari satu lapisan ke lapisan yang lain. Contoh sistem kasta pada masyarakat feodal, masyarakat apartheid.

b. Terbuka (opened social stratification), setiap

anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk naik ke lapisan sosial lebih tinggi. Contoh masayarakat pada negara-negara industri maju.

c. Campuran, adalah kombinasi terbuka dan

tertutup dan ini sering terjadi dalam masyarakat. Misalnya untuk hal-hal tertentu bersifat terbuka, tetapi untuk hal-hal tertentu yang lain bersifat tertutup

(9)

Hal-hal yang dihargai sebagai

pembentuk pelapisan sosial :

a. Uang.

b. Tanah.

c. Kekayaan.

d. Ilmu Pengetahuan.

e. Kekuasaan.

f. Kesalehan.

g. Keturunan dari keluarga

terhormat.

(10)

Kriteria tinggi rendah pelapisan

Talcott Parsons menyebutkan lima kriteria tinggi

rendahnya status seseorang, yaitu:

1) Kriteria kelahiran: meliputi faktor ras, jenis

kelamin, kebangsawanan, dan sebagainya.

2) Kriteria kualitas pribadi : meliputi kebijakan,

kearifan, kesalehan, kecerdasan, usia dan sebagainya.

3) Kriteria prestasi : meliputi kesuksesan usaha,

pangkat dalam pekerjaan, prestasi belajar, prestasi kerja, dan sebagainya.

4) Kriteria pemilikan: meliputi kekayaan akan uang

dan harta benda.

5) Kriteria otoritas : yaitu kemampuan untuk

mempengaruhi pihak lain sehingga pihak lain tersebut bertindak seperti yang diinginkan.

(11)

Faktor-Faktor yang dijadikan alasan/ dasar terbentuknya pelapisan sosial :

1) Kepandaian. 2) Tingkat umur.

3) Sifat keaslian keanggotaan di dalam masyarakat (misalnya cikal bakal, kepala desa dsb).

4) Pemilikan harta.

Kriteria Penggolongan Pelapisan Sosial :

a. Ukuran kekayaan. b. Ukuran kekuasaan. c. Ukuran kehormatan.

(12)

Pada masyarakat yang taraf hidupnya

masih rendah biasanya pelapisan

sosial ditentukan oleh:

a. Perbedaan seksual (jenis kelamin).

b. Perbedaan

antara

pemimpin

dengan yang dipimpin.

c. Perbedaan golongan budak dengan

bukan budak.

d. Perbedaan karena kekayaan dan

usia.

(13)

Cara terbentuknya pelapisan sosial :

1) Terbentuk dengan sendirinya, sesuai dengan perkembangan masyarakat yang bersangkutan. Misal kepandaian, tingkat umur, jenis kelamin, keturunan, sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat dan harta kekayaan. Misal pada organisasi formal pemerintahan, perusahaan, partai politik, perkumpulan, angkatan bersenjata, dan sebagainya.

2) Dengan sengaja disusun, untuk mengejar tujuan tertentu.

(14)

Dua analisis Prof. Soerjono Soekanto tentang proses terbentuknya pelapisan sosial :

1) Sistem pelapisan sosial kemungkinan berpokok kepada sistem pertentangan dalam masyarakat.

2) Ada sejumlah unsur untuk membuat analisa pelapisan sosial yaitu :

a. Distribusi hak-hak istimewa yang objektif, seperti penghasilan, kekayaan, kekuasaan, wewenang.

b. Sistem pertanggaan yang sengaja diciptakan sehingga ada prestise dan penghargaan atas posisi pelapisan sosial tertentu.

c. Kriteria sistem pertentangan, yaitu dikukur adanya perbedaan kualitas pribadi, keanggotaan kelompok kerabat tertentu, hak milik, wewenang, dan kekuasaan.

d. Lambang-lambang kedudukan, seperti misalnya tingkah laku hidup, cara berpakaian, bentuk rumah, keanggotaan suatu organisasi tertentu.

e. Mudah atau sukarnya bertukar kedudukan.

f. Solidaritas di antara individu-individu atau kelompok-kelompok sosial yang menduduki kedudukan yang sama dalam sistem sosial masyarakat.

(15)

Fungsi Stratifikasi Sosial :

1) Alat untuk mencapai tujuan.

2) Mengatur dan mengawasi interasksi

antar anggota dalam sebuah sistem

stratifikasi.

3) Stratifikasi sosial mempunyai fungsi

pemersatu.

4) Mengkategorikan

manusia

dalam

(16)

 Status dan peranan adalah unsur yang baku dalam sistem berlapis-lapis dalam masyarakat.

 Status adalah posisi yang didukuki seseorang dalam suatu kelompok.

 Status objektif, yaitu status yang dimiliki seseorang secara hierarkhis dalam struktur formal suatu organisasi. Misal seorang Gubernur.

 Status subjektif, yaitu status yang dimiliki seseorang merupakan hasil penilaian orang lain terhadap diri seseorang dengan siapa ia berkontak atau berhubungan.

Kriteria penentuan status subjektif adalah: 1)Kelahiran

2)Mutu pribadi 3)Pemilikan

(17)

Pelapisan dalam masyarakat dapat dilihat berdasarkan kriteria sosial, politik dan ekonomi.  Kriteria politik adalah pembedaan penduduk

atau warga masyarakat menurut pembagian kekuasaan.

 Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak atau kemauan pemegang kekuasaan.

 Wewenang adalah kekuasaan yang ada pada diri seseorang atau sekelompok orang yang mendapat pengakuan dari masyarakat. Kekuasaan yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang yang diakui oleh masyarakat disebabkan oleh rasa takut, rasa cinta, kepercayaan, pemujaan.

 Munculnya sistem kekuasaan kemudian menimbulkan lapisan-lapisan kekuasaan yang sering disebut “Piramida Kekuasaan”.

(18)

 Menurut Max Iver terdapat tiga pola umum “Piramida Kekuasaan” yaitu tipe kasta, tipe oligarkhis, tipe demokratis.

 Tipe Kasta adalah sistem lapisan kekuasaan dengan garis pemisahan yang tegas dan kaku. Susunan dari atas ke bawah adalah:

1) Raja.

2) Bangsawan.

3) Orang-orang yang bekerja di pemerintahan, pegawai rendahan dan seterusnya.

4) Tukang-tukang, pelayan-pelayan. 5) Petani-petani, buruhan tani.

(19)

 Tipe Oligarkhis adalah sistem lapisan kekuasaan dengan garis-garis pemisahan yang tegas. Akan tetapi dasar pembedaan kelas-kelas sosial ditentukan oleh kebudayaan masyarakat tersebut terutama dalam hal kesempatan untuk naik lapisan sosial.

Susunan dari atas ke bawah sebagai berikut: 1) Raja (penguasa)

2) Bangsawan dari macam-macam tingkatan. 3) Pegawai tinggi (sipil dan militer).

4) Orang-orang kaya, pengusaha dan sebagainya.

5) Pengacara.

6) Tukang dan pedagang. 7) Buruh tani dan budak.

(20)

 Tipe Demokratis, adalah sistem pelapisan kekuasaannya terdapat garis pemisah antara lapisan yang sifatnya sangat mobil. Faktor kelahiran tidak menentukan pelapisan tertentu seseorang. Pada tipe ini lebih menekankan pada kemampuan orang untuk menentukan pelapisan sosial.

Pada lapisan sosial di lingkungan kraton (masa feodal kerajaan), tidak digambarkan sebagai pelapisan dari atas ke bawah tetapi sebagai lingkaran kambium. Dimana raja merupakan tokoh sentral yang penuh kekuasaan dan mempunyai privelese (hak-hak istimewa).

(21)

Pelapisan sosial berdasar kriteria ekonomi membedakan penduduk atau warga masyarakat menurut jumlah dan sumber pendapatan

 Sistem pelapisan yang berdasarkan kriteria ekonomi disebut kelas sosial.

 Menurut Karl Marx ada dua macam kelas dalam setiap masyarakat, yaitu kelas atas yang memiliki tanah atau alat-alat produksi lainnya dan kelas bawah yaitu kelas yang tidak memiliki alat-alat produksi kecuali tenaga yang disumbangkan dalam proses produksi.

 Max Weber menyebutkan adanya kelas yang mendapat kehormatan khusus dari masyarakat yang dinamakan stand.  Joseph Schumpater menyebutkan bahwa sistem kelas

diperlukan untuk menyediakan masyarakat dengan keperluan-keperluan yang nyata.

 Hasan Shadily menyebutkan bahwa kelas sosial adalah golongan yang terbentuk karena adanya perbedaan kedudukan tinggi dan rendah, dan karena adanya rasa segolongan dalam kelas itu masing-masing sehingga kelas yang satu dapat dibedakan dari kelas yang lain.

(22)

 Secara teoritis kelas-kelas ekonomi masyarakat adalah sebagai berikut:

1) Kelas Atas (Upper Class), terdiri atas: a. Kelas atas lapisan atas.

b. Kelas atas lapisan menengah. c. Kelas atas lapisan bawah.

2) Kelas Menengah (Middle Class), terdiri atas: a. Kelas menengah lapisan atas.

b. Kelas menengah lapisan tengah. c. Kelas menengah lapisan bawah. 3) Kelas Bawah (Lower Class):

a. Kelas bawah lapisan atas. b. Kelas bawah lapisan tengah. c. Kelas bawah lapisan bawah.

(23)

Pelapisan sosial berdasarkan kriteria sosial, model pelapisannya berhubungan dengan prestise atau gengsi.

 Prestises atau gengsi pada masyarakat feodal umumnya diukur dari garis keturunan.

 Di Jawa masa kerajaan terdapat pelapisan dari atas ke bawah yakni:

1) Raja (Sultan).

2) Kaum Bangsawan (Sentono Dalem). 3) Priyayi (Abdi Dalem tingkat tinggi) 4) Kawulo (wong cilik).

(24)

 Di Tanah Karo kedudukan pendiri desa (Marge Taneh) jauh lebih tinggi daripada rakyat biasa (ginemgem) dan budak (derip).

 Di Timor ada kedudukan USIF (bangsawan) dan TOG (orang-orang biasa).

 Di Inggris ada golongan NOBILITY (Bangsawan) dan dibawahnya COMMONER (rakyat biasa).

 Pada Zaman Hindu warga masyarakat digolongkan ke dalam 4 tingkatan, yaitu:

1) Kasta Brahmana (ahli agama, pendeta).

2) Kasta Ksatria (golongan masyarakat bangsawan).

3) Kasta Waisya (golongan masyarakat biasa, pedagang, petani).

4) Kasta Sudra (golongan masyarakat pekerja kasar).

 Pada sistem kasta yang disebut TRI WANGSA adalah Brahmana, Ksatria, dan Waisya. Sedang lapisan terakhir disebut “jaba”.

 Ida (nama untuk Brahmana), Tjokorda, Dewa, Ngahan (nama untuk Ksatria), Bagus, I Gusti, dan Gusti (nama untuk Waisya), Pande, Kbon, Pasek (nama untuk orang Sudra). Gelar-gelar tersebut di atas diwariskan secara patrilineal.

(25)

Konsekuensi perbedaan kedudukan dan peran sosial dalam tindakan dan interakasi sosial :

a. Orang yang menduduki pelpisan sosial yang berbeda akan memiliki kekuasaan, privelese dan prestise yang berbeda pula. (Baik privelese ekonomi maupun privelese budaya).

b. Kemungkinan timbulnya proses sosial yang disosiatif berupa persaingan, kontravensi, maupun konflik.

c. Penyimpangan perilaku karena kegagalan atau ketidakmampuan mencapai posisi tertentu. Kegagalan itu dapat berupa alkoholisme, kejahatan, drug abuse, prostitusi, korupsi, kenakalan reamaja dan sebagainya. d. Konsentrasi elite status, yakni pemusatan

kedudukan-kedudukan yang penting kepada orang-orang atau segolongan orang tertentu. Akibat logisnya adalah dimungkinkan terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme.

(26)

Anilisis Gordon Alport (1958) tentang parasangka atau kecemburuan sosial akibat adanya pelapisan sosial yang dikenal dengan beberapa pendekatan antara lain:

a. Pendekatan historis.

b. Pendekatan kepribadian (psikologis). c. Pendekatan fenomenologis.

d. Pendekatan naïve.

e. Pendekatan sosiokultural dan situasional.

Pendekatan historis didasarkan atas teori

pertentangan kelas, yaitu konflik antara kelas atas,

kelas menengah, dan kelas bawah. Pertentangan kelas itu diwarnai oleh kondisi saling menyalahkan, timbulnya prasangka dan kecemburuan sosial. Contohnya prasangka orang kulit putih terhadap ras negro, yang secara historis dipengaruhi oleh budaya “Tuan” dan “Budak”.

(27)

Pendekatan kepribadian (psikologis) menyatakan bahwa prasangka dan kecemburuan sosial sosial diakibatkan oleh keadaan frustasi yang mendorong tindakan agresif. Menurut teori ini tindakan agresi, prasangka, dan frustasi lebih ditentukan oleh tipe kepribadian seseorang akibat proses sosialisasi yang keliru terhadap lingkungan masyarakatnya.

Pendekatan fenomenologis menyatakan bahwa prasangka dan kecemburuan sosial dipengaruhi oleh bagaimana individu memandang masyarakat dan lingkungannya, sehingga persepsilah yang menyebabkan prasangka dan kecemburuan sosial. Menurut teori ini terjadinya pelapisan sosial, perbedaan kemampuan, dan tindakan individu merupakan gejala-gejala yang bersifat fenomenal atau bersifat umum.

(28)

Pendekatan naïve lebih menyoroti objek prasangka atau objek tindakan individu, dan bukan menyoroti pelakunya/ individunya. Bahwa yang menimbulkan prasangka adalah individu itu sendiri yang berprasangka atas perilaku tertentu. Contoh pada masa lalu Pegawai Negri Sipil selalu disangka akan hanya mendukung partai tertentu padahal belum tentu benar.

Pendekatan sosiokultural dan situasional

adalah pendekatan yang menyoroti tentang

kondisi dan situasi saat ini sebagai penyebab timbulnya perilaku, sikap, prasangka, dan kecemburuan tertentu.

(29)

Faktor-faktornya bisa bervariasi, antara lain:

a. Mobilitas sosial, yang menyebabkan penurunan status sosial sekelompok orang, kadang-kadang melahirkan prasangka dan menyalahkan situasi masyarakat.

b. Konflik antar kelompok. Disebabkan oleh timbulnya prasangka dan perilaku non integratif dari anggota-anggotanya.

c. Stigma perkotaan, bahwa timbulnya prasangka dan ketidakpastian di kota disebabkan oleh noda yang dilakukan sekelompok tertentu

(30)

Referensi

Dokumen terkait

maklumat berkaitan dengan tenaga dan aspek reka bentuk yang berkaitan secara tidak. langsung dengan tenaga atau penggunaanya samada sebagai faktor

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK & MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI

Demikian, semakin jelaslah bahwa keberhasilan belajar siswa merupakan hasil dari suatu proses yang didalamnya terlibat sejumlah faktor

Orang yang tidak memiliki pertimbangan dan kemampuan untuk mengambil keputusan tentang yang baik/benar dan yang buruk/salah ataupun kemampuan dalam

SEKEDAR INFORMASI : UNTUK KEGIATAN SELEKSI WAWANCARA YANG DILAKUKAN OLEH PERUSAHAANA. KOMPETENSI KEAHLIAN

Dengan adanya perpustakaan, maka masjid juga berfungsi sebagai pusat pendidikan karena lewat perpustakaan para jamaah masjid dan umat Islam umumnya mempelajari apa-apa

Khasiat daun yakon sebagai obat herbal diabetes alami untuk memperbaiki pankreas dan menurunkan kadar gula darah telah diteliti oleh banyak peneliti internasional dari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi perairan ditinjau dari parameter lingkungan, mengetahui fitoplankton yang melimpah dan mengtahui hubungan antara