KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas
bagaimana “Mengidentifikasi Dan Menganalisi Masalah-Masalah Belajar”. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Banjarmasin, Oktober 2016
DAFTAR ISI
D. CIRI-CIRI ANAK YANG BERMASALAH DALAM BELAJAR ... 12
1. Susah diatur dan diajak bekerjasama... 12
8. Suka cari alasan ... 14
9. Menghindari tanggung jawab... 14
10. Perkembangan Bahasa yang Lambat... 14
11. Rendahnya Koordinasi Motorik... 15
12. Gangguan Pemusatan Perhatian... 15
13. Usia Sekolah... 15
BAB IIIKESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN... 19
B. SARAN... 20
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Belajar merupakan salah satu usaha sadar manusia dalam mendidik dalam
upaya meningkatkan kemampuan kemudian diiringi oleh perubahan dan peningkatan kualitas dan kuantitas pengetahuan manusia itu sendiri. Belajar
adalah salah satu aktivitas siswa yang terjadi di dalam lingkungan belajar. Belajar diperoleh melalui lembaga pendidikan formal dan nonformal. Salah satu lembaga pendidikan formal yang umum di Indonesia yaitu sekolah dimana di
dalamnya terjadi kegiatan belajar dan mengajar yang melibatkan interaksi antara guru dan siswa. Tujuan belajar siswa sendiri adalah untuk mencapai atau
memperoleh pengetahuan yang tercantum melalui hasil belajar yang optimal sesuai dengan kecerdasan intelektual yang dimilikinya.
Biasanya kemampuan siswa dalam belajar seringkali dikaitkan dengan
kemampuan intelektualnya. Pengukuran kemampuan intelektual ini ditunjukkan oleh hasil tes IQ (Intelligence Quotient) atau kecerdasan intelektual. Siswa
dengan IQ > 110 tergolong kedalam siswa dengan kemampuan diatas rata-rata, siswa dengan rentang IQ 90-109 tergolong kedalam rata-rata normal, dan IQ < 90 tergolong kedalam rata-rata rendah atau siswa dengan kemampuan rendah.
kemampuannya yang diharapkan dalam belajar. Kemudian ada siswa yang mendapatkan kesempatan yang baik dalam belajar, dengan kemampuan yang
cukup baik, namun tidak menunjukkan prestasi yang cukup baik dalam belajar. Dan ada pula siswa yang sangat bersungguh-sungguh dalam belajar dengan kemampuan yang kurang dan prestasi belajarnya tetap saja kurang.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hambatan dan masalah dalam proses belajar siswa itu sendiri, baik dalam prosesnya di sekolah maupun di rumah.
Oleh karena itu, guru selaku pendidik dituntut untuk selalu dapat memberikan dorongan/motivasi kepada siswanya yang kurang bersemangat dalam belajar dan meberikan solusi terhadap permasalahan belajar yang dihadapi siswanya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian masalah belajar ?
2. Apa saja masalah-masalah dalam belajar ? 3. Apa saja faktor-faktor kemunculan masalah ?
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MASALAH BELAJAR
Banyak ahli mengemukakan pengertian masalah. Ada yang melihat
masalah sebagai ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang
mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakan.
Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang
lain, ingin atau perlu dihilangkan.
Sedangkan menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan
suatu proses perubahan, yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat didefinisikan “Belajar ialah sesuatu proses yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya”. “Belajar adalah proses perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya” ( Anita E, Wool
Menurut (Garry dan Kingsley, 1970: 15 ) “Belajar adalah proses tingkah laku (dalam arti luas), ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan”.
Sedangkan menurut Gagne (1984: 77) bahwa “belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”.
Dari definisi masalah dan belajar maka masalah belajar dapat diartikan
atau didefinisikan sebagai berikut.“Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh siswa dan menghambat kelancaran proses yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan”. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan
lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh siswa-siswa yang lambat saja dalam belajarnya,
tetapi juga dapat menimpa siswa-siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata normal, pandai atau cerdas.
B. MASALAH-MASALAH DALAM BELAJAR
1. Sikap Terhadap Belajar
Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau
tersebut sebagai Ilustrasi. Seorang siswa yang tidak lulus ujian matematika menolak ikut ulangan di kelas lain. Sikap menerima, menolak, atau
mengabaikan suatu kesempatan belajar merupakan urusan pribadi siswa. Akibat penerimaan, penolakan,atau pengabaian kesempatan belajar tersebut akan berpengaruh pada perkembangan kepribadian. Oleh karena itu, ada
baiknya siswa mempertimbangkan masak-masak akibat sikap terhadap belajar.
2. Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi
lemah. Lemahnya motivasi, atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya, mutu hasil belajar akan menjadi
rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri siswa perlu di perkuat terus menerus. Agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat. Pada tempatnya diciptakan suasana belajar yang menggembirakan.
3. Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian
pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan dasar belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi belajar
tiga puluh menit telah menurun. Dia menyarankan agar guru memberikan istrahat selingan selama beberapa menit. Dengan selingan istrahat tersebut,
proses belajar siswa akan meningkat kembali. 4. Mengolah Bahan Belajar
Mengolah bahan belajar merupakan kemapuan siswa untuk menerima
isi dan cara pemeroleh ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Isi bahan belajar merupakan nilai-nilai dari suatu ilmu pengetahuan, nilai
agama, nilai kesusilaan, serta nilai kesenian. Kemampuan siswa dalam mengolah bahan pelajaran menjadi makin baik jika siwa berperan aktif selama proses belajar.
C. FAKTOR KEMUNCULAN MASALAH
Menurut teori Gestalt, belajar merupakan suatu proses perkembangan. Artinya bahwa secara kodrati jiwa raga anak mengalami perkembangan.
Perkembangan sendiri memerlukan sesuatu, baik yang berasal dari siswa sendiri maupun pengaruh dari lingkungannya. Berdasarkan teori ini hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh dua hal, siswa itu sendiri dan lingkungannya. Pertama, siswa ; dalam arti kemampuan baik berpikir atau tingkah laku Intelektual, motivasi, minat dan kesiapan siswa baik jasmani maupun rohani, kedua lingkungan ;
Pendapat yang senada dikemukakan oleh Walsiman (2007:158), hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik, yang mempengaruhi baik internal
maupun eksternal, sebagai berikut :
1. Faktor Internal ; Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya.
Faktor internal ini meliputi, kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, dan ketekunan sikap.
2. Faktor eksternal ; faktor yang berasal dari peserta didik yang memengaruhi hail belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat, keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang morat-marit terhadap
ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian orang tua yang kurang terhadap anaknya serta kebiasaan sehari-hari berperilaku yang kurang baik
dari orang tua dalam kehidupan sehari-hariberpengaruh dalam hasil belajar peserta didik
Selanjutnya dikemukakan oleh Wasliman (2007:159) bahwa sekolah
merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan hasil belajar siswa. Semakin tinggi kemampuan belajar siswa dan kualitas pengajar disekolah, maka semakin
tinggi pula hasil belajar siswa.
Kualitas pengajar disekolah sangat ditentukan oleh guru, sebagaiman dikemukakan oleh Wina Sanjaya (2006:50), bahwa guru adala komponen yang
sangat berperan memengaruhi hasil belajar siswa adalah guru. Guru dalam proses pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Peran guru, apalagi
untuk siswa pada usia sekolah dasar, tak mungkin dapat diganti oleh perangkat lain seperti televisi, radio, dan komputer. Sebab, siswa adalah organisme yang dapat berkembang yang memerlukan bimbingan dan bantuan orang dewasa.
Menurut Dunkin dalam Wina Sanjaya (2006:51), terdapat sejumlah aspek yang dapat memengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari faktor guru
yaitu :
1. Teacher Formative Experience, meliputi jenis kelamin serta semua pengalaman hidup guru yang menjadi latar belakang sosial mereka. Yang
termasuk ke dalam aspek ini diantaranya tempat asal kelahiran guru termasuk suku, latar belakang budaya, dan adat istiadat
2. Teacher Training Experience, meliputi pengalaman yang berhubungan dengan akivitas dan latar belakang pendidikan guru, misalnya pengalaman latihan profesional, tingkat pendidikan, dan pengalaman jabatan
3. Teacher Properties, adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru terhadap siswa, kemampuan terhadap profesinya, sikap
guru terhadap siswa, kemampuan dan intelegensi guru, motivasi dan kemampuan dalam pengelolaan pembelajaran termasuk didalam kemampuan dalam merencanakan dan evaluasi pembelajaran maupun
Demikian, semakin jelaslah bahwa keberhasilan belajar siswa merupakan hasil dari suatu proses yang didalamnya terlibat sejumlah faktor yang
mempengaruhi. Tinggi rendahnya hasil belajar seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Ruseffendi (1991:7) mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar ke dalam sepuluh macam, yaitu : Kecerdasan,
kesiapan anak, bakat anak, kemauan belajar, minat anak, model penyajian materi, pribadi dan sikap guru, suasana belajar, kompetensi guru dan kondisi
masyarakat.
Dari kesepuluh faktor yang dapat memengaruhi keberhasilan siswa belajar, terdapat faktor yang dapat dikatakan hampir sepenuhnya tergantung
pada siswa. Faktor-faktor itu adalah kecerdasan anak, kesiapan anak, dan bakat anak. Faktor yang sebagian penyebabnya hampir sepenuhnya tergantung pada
guru, yaitu : kemampuan (kompetensi), suasana belajar dan kepribadian guru. Kiranya dapat dikatakan bahwa keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada faktor dari dalam siswa dan faktor dari luar siswa. Hal ini sejalan dengan
yang dikatakan oleh Sudjana (1989:39), bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor lingkungan. Faktor yang
datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa.
Kemampuan inteligensi seseorang sangat memengaruhi terhadap cepat dan lambatnya penerimaan informasi serta terpecahkan atau tidaknya suatu
permasalahan. Kecerdasan siswa sangat membantu pengajar untuk menentukan apakah siswa itu mampu mengikuti pelajaran yang diberikan dan untuk meramalkan keberhasilan siswa setelah mengikuti pelajaran
yang diberikan meskipun tidak akan terlepas dari faktor lainnya.
Kemampuan merupakan potensi dasar bagi pencapaian hasil belajar
yang dibawa sejak lahir. Alferd Binnet membagi inteligensi ke dalam tiga aspek kemampuan, yaitu : direction, adaptation, dan cristicism. Pertama, direction artinya kemampuan untuk memusatkan kepada suatu masalah
yang dipecahkan. Kedua, adaptation artinya kemampuan untuk mengadakan adaptasi terhadap suatu masalah yang dihadapinya secara
fleksibel didalam menghadapi masalah. Ketiga, cristicism artinya kemampuan untuk mengadakan kritik, baik terhadap masalah yang dihadapi maupun terhadap dirinya sendiri.
2. Kesiapan atau kematangan
Kesiapan atau kematangan adalah tingkat perkembangan dimana
individu atau organ-organ sudah berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam proses belajar, kematangan atu kesiapan ini sangat menentukan keberhasilan dalam belajar tersebut. Oleh karena itu, setiap upaya belajar
individu, karena kematangan ini erat hubungannya dengan masalah minat dan kebutuhan anak
3. Bakat Anak
Menurut Chaplin, yang dimaksud dengan bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa
yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk prestasi sampai tingkat tertentu.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka bakat akan dapat memengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar.
4. Kemauan Belajar
Salah satu tugas guru yang kerap sukar dilaksanakan ialah membuat anak menjadi mau belajar atau menjadi giat untuk belajar. Keenggahan
siswa untuk belajar mungkin disebabkan karena ia belum mengerti bahwa belajar sangat penting untuk kehidupannya kelak. Kemauan belajar yang tinggi disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar tentunya
berpengaruh positif terhadap hasil belajar yang diraihnya. Karena kemauan belajar menjadi salah satu penentu dalam mencapai keberhasilan belajar.
5. Minat
Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Seorang siswa yang
perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat lagi, dan akhirnya mencapai prestasi yang
diinginkan.
6. Model Penyajian Materi Pelajaran
Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pula pada model
penyajian materi. Model penyajian materi yang menyenangkan, tidak membosankan, menarik, dan mudah dimengerti oleh para siswa tentunya
berpengaruh secara positif terhadap keberhasilan belajar.
D. CIRI-CIRI ANAK YANG BERMASALAH DALAM BELAJAR
1. Susah diatur dan diajak bekerjasama
Hal yang paling nampak adalah anak akan membangkang, ankan
semaunya sendiri, mulai mengatur tidak mau ini dan itu. Pada fase ini anak sangat ingin memegang kontrol mulai ada pemberontakan dari dalam dirinya. Hal yang dapat kita lakukan adalah memahminya dan kita
sebaiknya menanggapinya dengan kondisi emosi yang tenang.
2. Kurang terbukanya kepada orang tua saat orang tua bertanya kepada anak,
Gimana sekolahnya? Anak menjawab “biasa saja” (menjawab dengan malas), namun anehnya ada temannya yang terbuka kepada orang tuanya, aneh bukan ? ini adalah ciri ke 2 , pada saat ini dikatakan figure orang tua
lain-lain) saat ini terjadi kita sebagai orang tua hendaknya mewasdiri dan mulai mengganti pendekatan kita.
3. Menanggapi negatif
Saat anak mulai sering berkomentar “biarin aja dia memang jelek kok” tanda harga diri anak yang terluka. Harga diri yng rendah salah satu
cara untuk naik ketempat yang lebih tinggi mencari pijakan. Sama saat harga diri kita rendah maka cara paling mudah untuk menaikan harga diri
kita adalah dengan mencela orang lain. Harga diri adalah kunci sukses dimasa depan anak
4. Menarik diri
Saat anak terbiasa dan sering menyendiri asyik dengan dunianya sendiri dan dia tidak ingin ada orang lain tahu tentang dirinya (menarik
diri). Pada kondisi ini orang tua sebaiknya segera melakukan upaya pendekatan kepada sang anak. Setiap manusia ingin dimengerti, bagaimana cara mengerti kondisi ini biasanya anak merasa ingin diterima apa adanya
dimengerti –semengertinya dab sedalam-dalamnya. 5. Menolak kenyataan
Pernah mendengar qoute seperti “aku ini bukan orang pintar, aku ini bodoh “,aku ga bisa, aku ini tolol“ ini hampir sama dengan nomer 4 yaitu kasus harga diri dan biasanya kasus ini ( menolak kenyataan ) berasal dari
6. Menjadi pelawak
Suatu kejadian disekolah ketika teman-temannya tertawa karena
ulahnya dan anak tersebut merasa senang, tetapi jika berulang-ulang mungkin itu masalah, tetapi jika berulang-ulang dia tidak mau kembali ketempat duduk dan mencari-cari kesempatan untuk mencari pengakuan
dan penerima dari teman-temannya maka kita sebagai orang tua tidak mendapatkan rasa diterima dirumah
7. Cari perhatian
Suka menjadi pusat perhatian, bicara terlalu banyak mementingkan tampilan fisik, tampilan berlebihan, sangat demonstratif, dan bersikap sok
jago.
8. Suka cari alasan
Suka membntah yang penting asal bedan dan jika perlu berbohong 9. Menghindari tanggung jawab
Sulit bangun tidur sendiri, suka menunda pekerjaan tidak tepat janji.
10. Perkembangan Bahasa yang Lambat
Anak-anak dengan kesulitan belajar pada umumnya memiliki riwayat
perkembangan bahasa dan berbicara yang lebih lambat dibanding anak seusianya. Kosa kata yang dimilikinya cenderung terbatas dan lebih sedikit dibanding anak sebayanya, sehingga sering mengalami kesulitan bahkan
sederhana sekalipun, ataupun memahami beberapa perintah yang diberikan sekaligus.
11. Rendahnya Koordinasi Motorik
Ada beberapa indikasi ketidakterampilan motorik kasar seperti canggung dalam melompat, mudah jatuh ketika berlari maupun tidak bisa
memanjat, dll. Juga ketidakterampilan dalam koordinasi motorik halusnya seperti mengalami kesulitan dalam mengikat tali sepatu, memasukkan
kancing baju, kurang terampil dalam menggunakan gunting maupun pensil, dll. Demikian pula dalam mengikuti dan mengenali arah.
12. Gangguan Pemusatan Perhatian
Rendahnya pemusatan perhatian anak sering nampak dengan mudahnya anak beralih pada satu kegiatan satu ke kegiatan lainnya, sukar
menyelesaikan tugas yang sederhana sekalipun karena rentang perhatiannya yang pendek, membutuhkan banyak perhatian dan dukungan dari lingkungan untuk penyelesaian tugas-tugasnya.
Kontrol dan pengorganisasian diri yang buruk sering membuat mereka nampak kurang sabaran (impulsif), mau menangnya sendiri, semau gue dan
sulit mengikuti aturan maupun rutinitas, sehingga nampak tidak mampu bertanggung jawab dibanding anak-anak sebayanya.
13. Usia Sekolah
Kekurangan persepsi visual. Kekurangan pada bagian ini dapat dikenali karena anak nampak bermasalah untuk mempelajari abjad dan
sering terbalik melihat huruf-huruf tertentu seperti b/d, p/q, m/w maupun angka seperti 2, 3, 4, 5, 7, 9. Konsep membaca, mengeja, dikte dan menghitung mereka nampak lebih lambat dibading anak lain. Ketika diajar
membaca mereka cepat bosan, sering menguap dan mengatakan matanya perih untuk melihat huruf.
Kekurangan persepsi visual motor. Lambatnya anak menyalin tulisan dari papan tulis ke bukunya merupakan ciri khas kekurangan pada persepsi visual motor. Akhirnya anak sering ketinggalan dalam mengerjakan tugas
dibanding temannya dan prestasi sekolahnya nampak memburuk. Buruknya kualitas tulisan, cenderung tidak rapi dan keluar dari garis, sukar mengikuti
garis ketika menggunting merupakan ciri lainnya pada kekurangan bagian ini.
Kekurangan persepsi auditor. Sukar untuk membedakan beberapa
huruf yang hampir memiliki kesamaan bunyi seperti b/p, d/t, v/f, lambat dalam menangkap pembiacaraan dalam kecepatan yang normal meskipun
dapat memahaminya bila diberikan pengulangan dengan kecepatan yang lebih lambat atau sukar mengenali suara yang umum atau bahkan seringkali didengarnya merupakan ciri pada kurangnya persepsi auditori ini.
waktu yang cukup lama, rendah ingatan jangka panjangnya, yang seringkali bertahan hanyalah ingatan jangka pendeknya, itu pun sering
terlupakan ketika ditanyakan kembali di lain hari. Pada akhirnya pengetahuan yang mereka miliki pada umumnya menjadi sangat terbatas. Ini sering sangat menjengkelkan bagi para guru dan orangtua karena apa
yang barusan diterangkan dan mampu dihapalkan sudah dilupakannya, yang kemarin diajarkan hari ini sudah tidak mampu diingatnya.
Lambatnya pemahaman konsep. Gambaran tampak pada bagian ini adalah anak tidak mampu ''membaca'' situasi sosial, tidak memahami bahasa tubuh maupun humor. Berhubungan dengan konsep waktu mereka
juga biasanya sukar membedakan arti kemarin, tadi, besok, sebelum/sesudah maupun konsep "cepat"
Kekurangan hubungan spasial dan kesadaran tubuh. Gerakan anak yang nampak canggung, mudah terantuk dan jatuh, sukar memahami konsep kiri-kanan, atas-bawah, pertama-terakhir, depan-belakang
meruapakan ciri yang paling khas pada aspek ini. Mereka juga sering tersesat dan kebingungan dalam lingkungan yang justru mereka kenal
seperti rumah atau sekolah. Sangat ceroboh sehingga sering kehilangan barang seperti pensil, buku, dll. serta sangat berantakan dan tidak tertata rapi merupakan ciri lain yang bisa diamati.
memerlukan cara pembelajaran yang berbeda (learning difference) sesuai dengan perbedaan fungsi otak dan kekurangan yang dimilikinya.
Memeriksakan anak ke seorang ahli perkembangan anak secara multidispliner (dokter anak, psikiater, psikolog, pedagog, dll) merupakan cara untuk melihat kekurangan yang mereka tunjukkan, sehingga dapat
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Masalah-Masalah Dalam Belajar
a. Sikap Terhadap Belajar b. Motivasi Belajar
c. Konsentrasi Belajar d. Mengolah Bahan Belajar 2. Faktor Kemunculan Masalah
Yang mempengaruhi baik internal maupun eksternal, sebagai berikut : a. Faktor Internal ; Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari
dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi, kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, dan ketekunan sikap.
b. Faktor eksternal ; faktor yang berasal dari peserta didik yang memengaruhi hail belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat,
keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang morat-marit terhadap ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian orang tua yang kurang terhadap anaknya serta kebiasaan sehari-hari
3. Ciri-ciri anak yang bermasalah dalam belajar a. Susah diatur dan diajak bekerjasama
b. Kurang terbukanya kepada orang tua saat orang tua bertanya kepada anak,
c. Menanggapi negatif
d. Menarik diri
e. Menolak kenyataan
f. Menjadi pelawak g. Cari perhatian h. Suka cari alasan
i. Menghindari tanggung jawab j. Perkembangan Bahasa yang Lambat
k. Rendahnya Koordinasi Motorik l. Gangguan Pemusatan Perhatian m. Usia Sekolah
B. SARAN
Dari pembahasan diatas, maka diharapkan kepada para guru agar lebih menyelenggarakan pembelajaran yang optimal terhadap anak didiknya dan memberikan pemahaman yang lebih luas tentang arti belajar itu sendiri. Selain
DAFTAR PUSTAKA
Buku belajar dan pembelajar Dr Dimyanti, Drs. Mudjiono, Penerbit : RINEKA CIPTA
Buku Belajar dan Pembelajaran , Dr. Ahmad Susanto, M.Pd, Penerbit : Prenadamedia Group
Dimyati, Mudjiono.1994.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Dirjen Dikti. ( www.pendidikankarakter.com )