• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SUMBER DAYA MANUSIA DAN OPERASIONAL PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PT PUPUK KALTIM. Oleh DYAH CAHYANI FITRI CHOLIFATUL BADI H

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH SUMBER DAYA MANUSIA DAN OPERASIONAL PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PT PUPUK KALTIM. Oleh DYAH CAHYANI FITRI CHOLIFATUL BADI H"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

KEUANGAN PT PUPUK KALTIM

Oleh

DYAH CAHYANI FITRI CHOLIFATUL BADI

H24080122

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

(2)

Dyah Cahyani Fitri Cholifatul Badi, Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing,DEA

Departmen Manajemen, Fakultas ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

ABSTRACT

Laporan keuangan memberikan gambaran umum sebuah perusahaan yang dijabarkan dalam mata uang (rupiah). Kinerja keuangan adalah salah satu alat ukur laporan keuangan perusahaan yang dapat dianalisis tingkat pencapaiannya. Faktor-faktor yang mempunyai keterkaitan dengan kinerja keuangan, antara lain Sumber Daya Manusia (SDM) dan operasional perusahaan. Beberapa perusahaan memiliki laporan administrasi SDM seperti tingkat turnover karyawan, jumlah formasi jabatan struktural dan pejabat berdasarkan struktur organisasi, serta jumlah karyawan per unit kerja berdasarkan grade. Operasional perusahaan berkaitan dengan efisiensi dan efektivitas kegiatan perusahaan. Keterkaitan antara kinerja keuangan dan SDM, serta operasional dapat diteliti di PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim). Pada tanggal 7 Desember 1977, Pupuk Kaltim resmi berdiri, sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menjadi perusahaan produsen pupuk Urea dan Amoniak terbesar di Indonesia, sehingga mampu memenuhi kebutuhan pupuk nasional, maupun internasional.

Penelitian ini bertujuan : (1) Menganalisis kinerja keuangan PT Pupuk Kaltim, (2) Menganalisis pengaruh SDM dan operasional perusahaan terhadap kinerja keuangan, (3) Menganalisis peubah SDM dan operasional perusahaan terhadap kinerja keuangan, serta (4) Menganalisis rasio kinerja keuangan yang dipengaruhi oleh SDM dan operasional perusahaan.

Data penelitian ini berupa data sekunder yang diperoleh dari dalam perusahaan, seperti laporan administrasi SDM, laporan operasional dan laporan keuangan perusahaan setiap tahunnya. Alat analisis yang digunakan adalah analisis rasio untuk menganalisis kinerja keuangan PT Pupuk Kaltim dan analisis regresi linear berganda dengan bantuan software Statistical Package for Social

Science (SPSS) versi 16.0. Berdasarkan hasil penelitian terdapat pengaruh SDM

dan operasional perusahaan terhadap kinerja keuangan PT Pupuk Kaltim. Peubah SDM dan operasional perusahaan yang memberikan pengaruh terhadap kinerja keuangan adalah turnover, rasio manajer dan on stream factor. SDM dan operasional perusahaan mempengaruhi rasio likuiditas, yaitu current ratio, karena berkaitan dengan unsur dari current ratio seperti aktiva lancar dan utang lancar.

(3)

KEUANGAN PT PUPUK KALTIM

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

Pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

DYAH CAHYANI FITRI CHOLIFATUL BADI

H24080122

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

(4)

NIM : H24080122

Menyetujui Dosen Pembimbing,

(Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS,Dipl. Ing, DEA) NIP : 195506261980031002

Mengetahui : Ketua Departemen,

(Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc) NIP : 196101231986011002

(5)

ii

DYAH CAHYANI F.C.B. H24080122. Pengaruh Sumber Daya Manusia dan Operasional Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan PT Pupuk Kaltim. Di bawah bimbingan H. MUSA HUBEIS.

Laporan keuangan memberikan gambaran umum sebuah perusahaan yang dijabarkan dalam mata uang (rupiah). Kinerja keuangan adalah salah satu alat ukur laporan keuangan perusahaan yang dapat dianalisis tingkat pencapaiannya. Faktor-faktor yang mempunyai keterkaitan dengan kinerja keuangan, antara lain Sumber Daya Manusia (SDM) dan operasional perusahaan. Beberapa perusahaan memiliki laporan administrasi SDM seperti tingkat turnover karyawan, jumlah formasi jabatan struktural dan pejabat berdasarkan struktur organisasi, serta jumlah karyawan per unit kerja berdasarkan grade. Operasional perusahaan berkaitan dengan efisiensi dan efektivitas kegiatan perusahaan. Keterkaitan antara kinerja keuangan dan SDM, serta operasional dapat diteliti di PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim). Pada tanggal 7 Desember 1977, Pupuk Kaltim resmi berdiri, sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menjadi perusahaan produsen pupuk Urea dan Amoniak terbesar di Indonesia, sehingga mampu memenuhi kebutuhan pupuk nasional, maupun internasional.

Penelitian ini bertujuan : (1) Menganalisis kinerja keuangan PT Pupuk Kaltim, (2) Menganalisis pengaruh SDM dan operasional perusahaan terhadap kinerja keuangan, (3) Menganalisis peubah SDM dan operasional perusahaan terhadap kinerja keuangan, serta (4) Menganalisis rasio kinerja keuangan yang dipengaruhi oleh SDM dan operasional perusahaan.

Data penelitian ini berupa data sekunder yang diperoleh dari dalam perusahaan, seperti laporan administrasi SDM, laporan operasional dan laporan keuangan perusahaan setiap tahunnya. Alat analisis yang digunakan adalah analisis rasio untuk menganalisis kinerja keuangan PT Pupuk Kaltim dan analisis regresi linear berganda dengan bantuan software Statistical Package for Social

Science (SPSS) versi 16.0. Berdasarkan hasil penelitian terdapat pengaruh SDM

dan operasional perusahaan terhadap kinerja keuangan PT Pupuk Kaltim. Peubah SDM dan operasional perusahaan yang memberikan pengaruh terhadap kinerja keuangan adalah turnover, rasio manajer dan on stream factor. SDM dan operasional perusahaan mempengaruhi rasio likuiditas, yaitu current ratio, karena berkaitan dengan unsur dari current ratio seperti aktiva lancar dan utang lancar.

(6)

iii

Penulis dilahirkan di Trenggalek, Jawa Timur, pada 12 September 1989 sebagai anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Kuswanto Sumo Atmojo dan Dyah Mumpuni Ciptaningtyas. Penulis menempuh pendidikan dasar di Sekolah Dasar (SD) Papandayan I (1996-2002), pendidikan menengah pertama di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 2 Bogor (2002-2005) dan pendidikan menengah atas di Sekolah Menengah Umum (SMU) PLUS Yayasan Persaudaraan Haji Bogor (YPHB) (2005-2008).

Pada Tahun 2008 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa, Penulis aktif di berbagai kepanitiaan yang diselenggarakan COM@, maupun Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEM IPB. Penulis juga aktif mengikuti kejuaraan atletik tingkat FEM.

(7)

iv

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Skripsi berjudul “Pengaruh SDM dan Operasional Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan PT Pupuk Kaltim” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor dapat diselesaikan.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih banyaknya kekurangan karena keterbatasan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya penelitian berikutnya sebagai penyempurna skripsi ini.

Bogor, April 2012

(8)

v

Penulis ucapkan syukur atas kuasa Illahi Robbi untuk semua kemudahan dan karunia yang telah diberikan dalam hidup penulis. Dengan segenap ketulusan hati, izinkanlah penulis menyampaikan penghargaan dan rasa terimakasih yang begitu besar kepada :

1. Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubeis, MS,Dipl.Ing.,DEA. sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memotivasi, membimbing dan memberikan banyak pelajaran dalam penyusunan skripsi ini.

2. Dr.Ir. Muhamad Syamsun, M.Sc dan Dra. Siti Rahmawati, M.Pd sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik atas isi skripsi ini. 3. Ir. Kuswanto Sumo Atmojo MS dan Dyah Mumpuni Ciptaningtyas, sebagai

orang tua penulis terhebat yang tak pernah putus memberikan doa, semangat dan motivasi dengan penuh kasih sayang. Terimakasih untuk kakak penulis, Sari dan adik penulis Iqbal dan Wardah, atas kasih sayang dan hiburan yang diberikan setiap saat bagi penulis.

4. Untuk Akung dan Yangtri, Insya’ Allah janji penulis dapat ditepati, harapan dan cita-cita kalian bagi penulis bukanlah beban. Terimakasih untuk segala pelajaran hidup yang telah diberikan.

5. Untuk Budhe Yekti yang setia menemani selama penulis menempuh studi hingga pengumpulan data penelitian juga memberikan saran-saran yang sangat bermanfaat.

6. Untuk Budhe Nining dan Pak De Win Hartono, tanpa kalian skripsi ini akan sangat sulit untuk diselesaikan.

7. Ikbal Alamsyah dan keluarga yang selalu memberikan dukungan, semangat dan doa kepada penulis.

8. Untuk Mas Bondar, Pak Dody, Pak Puji, Mas Sandy, Mas Dian dan Mas Seno yang telah membantu dalam pengumpulan data.

9. Teman-teman Camen (Naylla, Toe, Maul, Tanti, Nta, Ndut) atas kenangan indah selama masa-masa kuliah, semoga persaudaraan kita tetap terjalin sampai kapanpun.

(9)

vi

11. Teman-teman Narsix (Miyank, Prima, Igie, Bunga), sahabat yang selalu menemani dan memberi semangat penulis.

12. Teman-teman asrama, B19-20 dan Manajemen 45 yang telah memberikan arti kebersamaan dan kekeluargaan selama masa perkuliahan.

13. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini secara langsung, maupun tidak langsung.

(10)

vii

Halaman RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI... ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Ruang Lingkup Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Keuangan ... 4

2.1.1 Laporan Keuangan ... 4

2.1.2 Analisis Laporan Keuangan Untuk Mengevaluasi Kinerja Perusahaan ... 4

2.2. SDM ... 5

2.2.1 Metode Prakiraan Persediaan Tenaga Kerja ... 5

2.2.2 Turnover Karyawan ... 6

2.2.3 Kompensasi Bagi Manajer ... 7

2.3. Operasional ... 7

2.3.1 Kegiatan Operasional ... 7

2.3.2 Persediaan ... 8

2.4. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 9

III. METODE PENELITIAN ... 10

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 10

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 11

3.3. Pengumpulan Data ... 12

3.4. Pengolahan dan Analisis Data ... 13

3.4.1 Analisis Regresi Linear Berganda ... 13

3.4.2 Asumsi-Asumsi Regresi Linear Berganda ... 14

3.4.3 Koefisien Determinasi ... 16

3.4.4 Pengujian Parameter ... 17

(11)

viii

4.1.1 Sejarah Pendirian Perusahaan ... 23

4.1.2 Masa Produksi ... 26

4.1.3 Lokasi Pabrik ... 27

4.1.4 Fasilitas Pendukung ... 27

4.1.5 Bahan Baku ... 29

4.1.6 Visi, Misi, Motto dan Budaya Perusahaan ... 30

4.1.7 Proyek Pembangunan Pabrik dan Pengembangan ... 31

4.1.8 Spesifikasi Produk ... 39

4.1.9 Lambang dan Merk Dagang ... 40

4.1.10 Pemasaran Hasil Produksi ... 43

4.1.11 Tenaga dan Waktu Kerja ... 44

4.1.12 Struktur Organisasi Perusahaan ... 44

4.1.13 K3LH ... 47

4.2. Kinerja Keuangan PT Pupuk Kaltim ... 48

4.2.1 Rasio Likuiditas ... 49

4.2.2 Rasio Leverage ... 52

4.2.3 Rasio Profitabilitas ... 55

4.3. Analisis Pengaruh SDM dan Operasional Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan PT Pupuk Kaltim ... 59

4.3.1 Pengaruh SDM dan Operasional Perusahaan Terhadap Current Ratio PT Pupuk Kaltim ... 60

4.4. Implikasi Manajerial ... 66

KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

1. Kesimpulan ... 68

2. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70

LAMPIRAN ... 71

(12)

ix

No. Halaman

1. Jenis dan sumber data penelitian ... 12

2. Komposisi Natural Gas ... 29

3. Spesifikasi data teknis Kaltim-1 ... 33

4. Spesifikasi data teknis Kaltim-2 ... 34

5. Spesifikasi data teknis Kaltim-3 ... 35

6. Spesifikasi data teknis POPKA ... 38

7. Spesifikasi data teknis Kaltim-4 ... 39

8. Hasil analisis rasio PT Pupuk Kaltim 2006-2010 ... 49

9. Hasil regresi pengaruh SDM dan Operasional Perusahaan terhadap Current Ratio PT Pupuk Kaltim ... 62

(13)

x

No. Halaman

1. Kerangka pemikiran penelitian ... 11

2. PT Pupuk Kalimantan Timur ... 26

3. Lokasi Pabrik PT Pupuk Kalimantan Timur ... 28

4. Gudang PT Pupuk Kalimantan Timur ... 29

5. Lambang PT Pupuk Kalimantan Timur ... 40

6. Pupuk Urea Mandau dan Daun Buah ... 41

7. Pupuk NPK Pelangi ... 42

8. Pupuk Zeorganik ... 42

9. Perkembangan Rasio Likuiditas PT Pupuk Kaltim Periode 2006-2010 ... 50

10. Perkembangan Leverage Ratio PT Pupuk Kaltim Periode 2006-2010 ... 53

11. Perkembangan Rasio Profitabilitas PT Pupuk Kaltim Periode 2006-2010 ... 56

(14)

xi

No. Halaman

1. Hasil wawancara ... 72

2. Data turnover karyawan ... 73

3. Data Rasio karyawan Engineering ... 74

4. Data Rasio manajer ... 75

5. Data On Stream Factor ... 76

6. Data Production Rate ... 77

7. Neraca konsolidasi PT Pupuk Kaltim per 31 Desember 2006 ... 78

8. Neraca konsolidasi PT Pupuk Kaltim per 31 Desember 2007 ... 81

9. Neraca konsolidasi PT Pupuk Kaltim per 31 Desember 2008 ... 84

10. Neraca konsolidasi PT Pupuk Kaltim per 31 Desember 2009 ... 87

11. Neraca konsolidasi PT Pupuk Kaltim per 31 Desember 2010 ... 90

12. Laporan laba rugi PT Pupuk Kaltim per 31 Desember 2006... 93

13. Laporan laba rugi PT Pupuk Kaltim per 31 Desember 2007... 95

14. Laporan laba rugi PT Pupuk Kaltim per 31 Desember 2008... 97

15. Laporan laba rugi PT Pupuk Kaltim per 31 Desember 2009... 99

16. Laporan laba rugi PT Pupuk Kaltim per 31 Desember 2010... 101

17. Hasil regresi pengaruh SDM dan Operasional Perusahaan terhadap Current Ratio PT Pupuk Kaltim ... 103

(15)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perusahaan swasta maupun perusahaan pemerintah memiliki laporan keuangan untuk setiap kegiatan usahanya. Jenis badan usaha apapun (CV, Perusahaan Daerah, dan PT) wajib menyusun dan menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan pasal-pasal dalam akta pendiriannya. Pertanggungjawaban suatu perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan yang telah disusun dan disampaikan setiap periodenya. Laporan keuangan memberikan gambaran umum sebuah perusahaan yang dijabarkan dalam mata uang (rupiah). Kinerja keuangan adalah salah satu alat ukur laporan keuangan perusahaan yang dapat dianalisis tingkat pencapaiannya. Kinerja keuangan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dengan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan.

Faktor-faktor yang mempunyai keterkaitan dengan kinerja keuangan, antara lain Sumber Daya Manusia (SDM) dan operasional perusahaan. SDM merupakan salah satu modal berdirinya suatu organisasi atau perusahaan. Beberapa perusahaan memiliki laporan administrasi SDM seperti, tingkat

turnover karyawan, jumlah formasi jabatan struktural dan pejabat berdasarkan

struktur organisasi, serta jumlah karyawan per unit kerja berdasarkan grade.

Turnover karyawan penting untuk diperhatikan oleh perusahaan, turnover

karyawan yang terlalu rendah berkaitan dengan fungsi gaji yang tidak sesuai dengan fungsi pekerjaannya. Manajer merupakan salah satu pejabat di dalam perusahaan yang perlu diperhatikan proporsi jumlahnya berkaitan dengan gaji yang lebih tinggi dibandingkan karyawan di bawahnya. Karyawan

engineering merupakan karyawan bagian produksi yang diharapkan mampu

meningkatkan produksi perusahaan sehingga perlu diperhatikan jumlahnya di dalam perusahaan.

Operasional perusahaan berkaitan dengan efesiensi dan efektivitas kegiatan perusahaan. Setiap perusahaan memerlukan operasional perusahaan yang baik untuk dapat terus menjalankan kegiatan produksinya sesuai standar yang telah ditetapkan perusahaan. Kegiatan operasional yang berkaitan

(16)

dengan produksi perusahaan antara lain on stream factor dan production rate yang berpengaruh pada jumlah output yang dihasilkan untuk kemudian dijual dan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Berbagai komponen tersebut mempunyai keterkaitan dengan kinerja keuangan, maka penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh kedua faktor tersebut terhadap kinerja keuangan, yaitu SDM dan operasional perusahaan, disamping keterkaitan antara kinerja keuangan dan SDM, serta operasional dapat diteliti pada PT Pupuk Kaltim. Pupuk Kaltim bermula dari proyek pupuk lepas pantai di atas dua kapal milik Pertamina yang kemudian sesuai Keppres No. 43/1975 proyek tersebut dialihkan ke darat. Kemudian melalui Keppres No. 39/1976, Pertamina menyerahkan pengelolaannya kepada Departemen Perindustrian.

Pada tanggal 7 Desember 1977, Pupuk Kaltim resmi berdiri. Proses pembangunan pabrik dilaksanakan pada tahun 1979. Selain memproduksi 2,98 juta ton Urea dan 1,85 juta ton Amoniak per tahun, Pupuk Kaltim juga menghasilkan produk lain, seperti pupuk NPK Pelangi dan Zeorganik. Pupuk Kaltim juga terus berupaya mengembangkan segmen pasar perusahaan yang meliputi sektor industri, perkebunan, pemenuhan kebutuhan pupuk untuk sektor tanaman pangan domestik dan ekspor. PT Pupuk Kaltim telah berdiri selama 34 tahun sehingga mencukupi untuk kebutuhan jumlah data SDM dan operasional menggunakan data time series. Oleh karena itu, dilakukan penelitian berjudul pengaruh SDM dan operasional perusahaan terhadap kinerja keuangan PT Pupuk Kaltim.

1.2. Perumusan Masalah

1. Bagaimana kinerja keuangan PT Pupuk Kaltim ?

2. Apakah terdapat pengaruh SDM dan operasional perusahaan terhadap kinerja keuangan PT Pupuk Kaltim ?

3. Peubah apakah dari SDM dan operasional perusahaan yang memengaruhi kinerja keuangan PT Pupuk Kaltim ?

4. Rasio kinerja keuangan apakah yang dipengaruhi oleh SDM dan operasional perusahaan ?

(17)

1.3. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis kinerja keuangan PT Pupuk Kaltim.

2. Menganalisis pengaruh SDM dan operasional perusahaan terhadap kinerja keuangan PT Pupuk Kaltim.

3. Menganalisis peubah SDM dan operasional perusahaan terhadap kinerja keuangan PT Pupuk Kaltim.

4. Menganalisis rasio kinerja keuangan yang dipengaruhi oleh SDM dan operasional perusahaan.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah SDM perusahaan berdasarkan laporan administrasi SDM per triwulan setiap tahun (2006-2011), kinerja keuangan per triwulan setiap tahun (2006-2011) dan laporan operasional perusahaan per triwulan setiap tahun (2006-2011) yang difokuskan pada laporan neraca dan laba rugi.

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keuangan

2.1.1 Laporan Keuangan

Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah Neraca, atau Laporan Laba/Rugi, atau hasil usaha, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Posisi Keuangan.

Bagi para analis, Laporan Keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Pada tahap pertama seorang analis tidak akan mampu melakukan pengamatan langsung ke suatu perusahaan. Seandainya dilakukan, tidak akan dapat mengetahui banyak tentang situasi perusahaan, oleh karena itu yang paling penting adalah media laporan keuangan. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan sarana informasi (screen) bagi analis dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan dapat menggambarkan posisi keuangan perusahaan, hasil usaha perusahaan dalam suatu periode, dan arus dana (kas) perusahaan dalam periode tertentu (Harahap, 2004).

2.1.2 Analisis Laporan Keuangan untuk Mengevaluasi Kinerja Perusahaan

Setelah mendapat laporan keuangan, biasanya langkah yang ditempuh adalah menganalisis laporan keuangan melalui rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan harus dibaca secara komparatif dan dinamis, artinya harus dihubungkan dengan informasi lainnya, misalnya antar tahun, antara perusahaan dengan industri dan antara satu rasio dengan rasio lainnya dalam tahun yang sama.

Tenaga akuntansi semakin bermakna keberadaannya di perusahaan, jika mampu membuat laporan dengan valid dan benar dan mampu menjelaskan apa yang telah terjadi melalui media laporan keuangan. Tenaga akuntansi harus mampu mengungkap fakta di belakang angka

(19)

laporan keuangan. Misalnya ditemukan bahwa debt to equity ratio (DER) tinggi dan current ratio (CR) rendah, maka kemungkinan besar perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan (likuiditas), baik untuk membayar gaji maupun hutang-hutangnya.

Jika ditemukan bahwa kondisi seperti di atas berlangsung dan

productivity ratio di bawah satu (1) sebesar 100%, maka bukan hanya

masalah keuangan, melainkan terjadi pula permasalahan penjualan barang. Jika hal itu terjadi pada perusahaan yang baru berdiri, maka dapat ditolerir, karena pasar belum kuat dan masih dalam tahap investasi. Namun, jika terjadi pada perusahaan yang sudah berdiri di atas lima (5) tahun, maka perlu diwaspadai. Dengan kata lain, laporan keuangan dapat dijadikan jendela untuk melihat kondisi di dalam perusahaan. Dengan melihat dari jendela akan ditemukan tanda-tanda permasalahan dan kondisi umum perusahaan (Darsono dan Ashari, 2009).

2.2. SDM

2.2.1 Metode Prakiraan Persediaan Tenaga Kerja

Menurut Sirait (2006) meskipun persediaan SDM tampak lebih mudah untuk ditentukan daripada peramalan kebutuhan SDM, tetapi ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memproyeksikan persediaan SDM tersebut, yaitu persediaan sekarang (current inventory), tingkat produktivitas, tingkat turnover, tingkat ketidakhadiran dan perpindahan antar pekerjaan (movement among jobs).

1. Persediaan sekarang (current inventory)

Catatan personalia harus dibuat dengan cara sistematis untuk nmenunjukkan bakat yang tersedia dalam berbagai pekerjaan dan unit dalam perusahaan.

2. Tingkat produktivitas 3. Tingkat turnover

Jika dalam satu bulan perusahaan memiliki karyawan rataan 100 orang dan tingkat separation pada bulan itu adalah 2%, maka pada akhir bulan perusahaan akan kekurangan dua (2) orang karyawan.

(20)

4. Tingkat ketidakhadiran

Ketidakhadiran adalah keadaan yang timbul jika seorang karyawan gagal untuk datang bekerja ketika yang bersangkutan dijadwalkan untuk bekerja. Ketidakhadiran jelas akan mengurangi jumlah karyawan yang sebenarnya tersedia. Jika tingkat ketidakhadiran setiap bulan di antara 100 orang karyawan adalah 4%, maka hal ini berarti rataan hanya ada 96 orang karyawan yang hadir dan siap untuk bekerja setiap harinya.

5. Perpindahan antar pekerjaan (movement among jobs)

Beberapa pekerjaan merupakan sumber penyedia personalia untuk pekerjaan-pekerjaan lain, misalnya sekretaris dapat diperoleh dengan mempromosikan para juru ketik, manajer cabang dapat diperoleh dengan mempromosikan manajer seksi, dan sebagainya. Untuk menentukan tingkat perpindahan itu, diperlukan pemeriksaan catatan-catatan masa lalu.

2.2.2 Turnover Karyawan

Perputaran dapat mengakibatkan biaya tinggi dan mengacaukan strategi perusahaan. Hal ini di Indonesia sudah mulai menjadi biasa.

Turnover memang mahal dan jika tingkatnya cukup tinggi, perusahaan

harus sadar bahwa hal itu dapat mengakibatkan habisnya tenaga intelektual perusahaan dan menimbulkan kepincangan dalam kemampuan bersaing secara efektif dalam dunia bisnis yang semakin keras ini.

Suatu perusahaan dengan tingkat perputaran rendah belum tentu merupakan perusahaan yang tidak menghadapi masalah serius. Tingkat perputaran rendah yang tidak lazim dapat mencerminkan berjejal-jejalnya “manusia-manusia tak berguna” dan biaya gaji yang tidak sesuai dengan fungsi pekerjaannya. Hal tersebut pada gilirannya, dapat mengakibatkan perusahaan menjadi statis, tak mampu berkembang, atau justru akan semakin melemah. Yang penting sebenarnya adalah bagaimana mengusahakan agar perputaran itu tetap terkendali, tidak berlebih dan juga tidak terlalu rendah (Widjayanto, 1985).

(21)

Menurut Sirait (2006) tingkat turnover karyawan dapat dilihat dengan menggunakan perhitungan berikut :

Tingkat separation = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 x 100% Tingkat replacement = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛𝑡𝑖

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛x 100% Jumlah karyawan rataan per bulan = (jumlah karyawan pada awal bulan + jumlah karyawan pada akhir bulan) : 2.

2.2.3 Kompensasi bagi Manajer

Kompensasi bagi eksekutif puncak perusahaan biasanya terdiri dari empat (4) unsur utama, yaitu pembayaran dasar, insentif jangka pendek, insentif jangka panjang, tunjangan dan hiburan eksekutif. Gaji merupakan fondasi kompensasi bagi eksekutif. Unsur ini merupakan tempat pengusaha mendasarkan tunjangan, insentif dan penghasilan tambahan, dimana biasanya diberikan sesuai dengan pembayaran dasar. Kompensasi eksekutif lebih menekankan insentif kompensasi daripada rencana pembayaran karyawan, karena hasil yang terorganisasi mungkin lebih mencerminkan kontribusi eksekutif secara langsung daripada karyawan yang tingkatannya lebih rendah. Terdapat penekanan lebih pada menggaji manajer dan profesional berdasarkan pada kemampuan, yaitu sesuai kinerja, atau apapun yang dapat dilakukan, atau bukan atas dasar tuntutan pekerjaan statis seperti kondisi pekerjaan.

Di luar pertanyaan tentang rasionalitas pembayaran eksekutif, evaluasi pekerjaan masih penting menilai harga pekerjaan eksekutif dan manajerial pada sebagian besar perusahaan besar. Pendekatan dasarnya adalah dengan menggolongkan semua posisi eksekutif dan manajerial ke dalam serangkaian tingkatan, dimana terlampir serangkaian kisaran gaji (Dessler, 2009).

2.3. Operasional

2.3.1 Kegiatan Operasional

Semua orang yang sudah pernah atau sedang terlibat dalam manajemen bisnis pasti mengetahui dan menyadari bahwa keberhasilan

(22)

perusahaan mencapai tujuan dan berbagai sasarannya tidak ditentukan oleh hanya satu peubah. Masih diperlukan manajemen operasional yang tangguh dan handal karena pada analisis terakhir, semua hal dalam bisnis bermuara pada dan diuji dalam operasionalisasinya. Strategi akbar dan strategi induk harus dirinci menjadi strategi dasar sebagai pedoman dan pegangan dalam menyelenggarakan semua jenis dan bentuk kegiatan operasional. Rencana jangka panjang perlu dituangkan dalam bentuk rencana jangka pendek dan program aksi. Dengan perkataan lain, dalam arti yang sesungguhnya, apakah perusahaan dikelola dengan efisien atau tidak dan apakah perusahaan mampu menampilkan produktivitas kerja yang tinggi atau tidak akan terlihat dalam penyelenggaraan seluruh aktivitas yang sifatnya operasional (Siagian, 2004).

2.3.2 Persediaan

Pengendalian persediaan adalah soal yang besar dan penting, karena meminta perhatian yang lebih besar daripada yang telah diberikan dewasa ini. Hal lainnya merupakan anak dari industri dan perdagangan yang tidak disenangi selama kurun waktu sangat panjang.

Anggaplah bahwa semua persediaan yang tidak bergerak adalah sama dengan membekukan tenaga, maka uang menganggur untuk membiayai ruangan, tenaga buruh dan sebagainya. Bila 25% nilai persediaan dapat dikurangkan, maka penghematan jauh di atas nilai persediaan itu sendiri dapat dilakukan dan ruangan akan dihemat, sehingga masalah penanganan barang akan berkurang, masalah pengadaan terkurangi, kerja tulis menulis dan pengendalian persediaan dipermudah, serta sederetan keuntungan lainnya akan tertimbun. Di banyak perusahaan, sebagian besar dari modal kerja tersekap dalam persediaan. Memang di beberapa perusahaan hampir sepertiga dari jumlah inventaris itu terdapat dalam persediaan.

Bayangkan juga ruangan yang dibutuhkan untuk menyimpan persediaan dan ruangan memerlukan biaya, dibutuhkan karyawan untuk memindahkan barang dan bahan, diperlukan perkakas dan alat untuk menyimpannya, diperlukan mesin untuk menggerakkannya, diperlukan

(23)

juru tulis dan mesin untuk menghitungnya, dibutuhkan tenaga pembeli untuk pengadaannya dan wiraniaga untuk menjualnya. Alasan penting yang mendasari semuanya adalah apabila uang itu tersekap dalam tingkat persediaan yang tidak perlu, maka kecuali kesulitan menangani, ada pekerjaan yang harus berlanjut diluar sampai kelebihan persediaan itu jauh berkurang (Warman, 2010).

2.4. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Anggari (2011) melakukan penelitian terhadap kinerja keuangan PT Musi Hutan Persada menggunakan analisis rasio keuangan dan analisis Du

Pont, serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

perusahaan selama periode 2007-2010. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa kondisi neraca pada komponen-komponen kewajiban jangka panjang, aktiva tetap dan aktiva lain-lain mengalami penurunan. Sedangkan pada komponen aktiva lancar, kewajiban lancar dan ekuitas selalu mengalami peningkatan. Kondisi laba rugi pada komponen laba kotor dan biaya mengalami penurunan. Sedangkan pada komponen penjualan, harga pokok produksi dan laba bersih selalu mengalami peningkatan fluktuatif. Berdasarkan analisis rasio, kondisi keuangan perusahaan menunjukkan kurang likuid dan kurang solvabel, serta aktivitas perusahaan masih kurang baik. Walaupun begitu, perusahaan masih dapat menghasilkan keuntungan.

Suseno (2010) melakukan penelitian terhadap kinerja keuangan PT Bimatama Indonesia Estetika dengan menggunakan analisis trend, analisis rasio dan analisis Du Pont. Dari hasil penelitian diketahui bahwa perkembangan keuangan perusahaan pada kondisi keuangan jangka pendek menunjukkan hutang lancar dan aktiva lancar mengalami peningkatan. Sementara itu, kondisi keuangan jangka panjang menunjukkan kecenderungan meningkat dalam dua tahun terakhir. Sedangkan berdasarkan analisis rasio, kondisi keuangan perusahaan menunjukkan keadaan kurang likuid dan kurang solvabel.

(24)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Perusahaan skala besar maupun kecil memiliki laporan keuangan untuk setiap kegiatan usahanya. Laporan keuangan perusahaan menggambarkan kinerja perusahaan dan keuntungan yang diraih oleh perusahaan. Setiap bagian-bagian dalam perusahaan memiliki keterkaitan terhadap kinerja keuangan.

SDM dan operasional perusahaan merupakan bagian dari perusahaan yang memiliki keterkaitan dengan kinerja keuangan. SDM kompeten dan operasional perusahaan dengan tatakelola baik merupakan faktor tidak dapat dilepaskan dari perusahaan. Dalam hal ini, diperlukan suatu studi untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh nyata kedua bagian tersebut terhadap kinerja keuangan.

Laporan administrasi SDM seringkali dilakukan perusahaan untuk mengukur dan menilai SDM dalam perusahaan. Laporan administrasi SDM dilakukan secara rutin setiap periodenya. Beberapa peubah SDM penelitian ini diantaranya turnover karyawan, rasio karyawan engineering dan rasio manajer. Untuk mengetahui pengaruh SDM terhadap kinerja keuangan (Gambar 1), dilakukan analisis regresi linear berganda, dimana laporan administrasi SDM setiap triwulan dianalisis pengaruhnya terhadap kinerja keuangan setiap triwulannya (2006-2011).

Operasional perusahaan merupakan kegiatan atau proses yang berlangsung setiap harinya di perusahaan. Beberapa peubah operasional perusahaan diantaranya on stream factor dan production rate. Untuk mengetahui pengaruh operasional perusahaan terhadap kinerja keuangan (Gambar 1), dilakukan analisis regresi linear berganda, dimana laporan operasional perusahaan setiap triwulan dianalisis pengaruhnya terhadap kinerja keuangan setiap triwulannya (2006-2011).

(25)

ε

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT Pupuk Kaltim yang berlokasi di Jl. James Simandjuntak No.1 Bontang, Kalimantan Timur. Penelitian di PT. Pupuk Kaltim didasarkan pada kondisi sebagai perusahaan produsen pupuk Urea dan Amoniak terbesar di Indonesia yang berlokasi di Provinsi Kalimantan Timur, serta mampu memenuhi kebutuhan pupuk nasional maupun internasional. Penelitian mengenai kinerja keuangan perusahaan ini dapat memberikan acuan perusahaan untuk terus memajukan usahanya. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Januari 2012.

SDM • Tingkat Turnover • Rasio jumlah karyawan engineering dan karyawan pabrik • Rasio jumlah

manajer dan seluruh karyawan Operasional • On Stream Factor • Production Rate Kinerja Keuangan Rasio Likuditas : • Current Ratio

(26)

3.3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode berikut : 1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Kegiatan ini merupakan cara memperoleh data dengan melakukan penelitian secara langsung pada kantor PT Pupuk Kaltim di Bontang, yaitu melakukan kegiatan berikut :

a. Wawancara (Interview)

Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara wawancara secara langsung terhadap Departemen Anggaran, Departemen Kesejahteraan dan Hubungan Industrial, serta Departemen Pengendalian Proses.

b. Dokumentasi

Pengumpulan data terhadap sumber tertulis yang diperoleh secara langsung, dari arsip-arsip atau data perusahaan

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Pengumpulan data dengan cara ini dilakukan dengan mengumpulkan teori-teori dan informasi yang erat hubungannya dengan penelitian bersumber dari literatur-literatur perpustakaan.

Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data sekunder (Tabel 1). Data sekunder diperoleh dari dalam perusahaan berupa data tentang laporan administrasi SDM, laporan operasional dan laporan keuangan perusahaan setiap triwulannya. Selain itu data sekunder diperoleh dari literatur-literatur seperti data internet dan buku-buku yang berhubungan dengan topik penelitian.

Tabel 1. Jenis dan sumber data penelitian

Jenis data Sumber data

- Data sekunder

- Gambaran perusahaan

- Laporan administrasi SDM periode 2006-2011

- Laporan operasional perusahaan periode 2006-2011

- Laporan keuangan perusahaan periode 2006-2011

- Tinjauan pustaka

- Arsip perusahaan - Dokumen yang dimiliki

perusahaan

(27)

3.4. Pengolahan dan Analisis Data

3.4.1 Analisis Regresi Linear Berganda

Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data time series. Dalam hal ini digunakan analisis regresi untuk mempelajari pengaruh antara peubah, baik linear maupun non linear. Dua peubah ini dibedakan menjadi peubah bebas (X) dan peubah tak bebas (Y). Peubah bebas adalah peubah yang dapat dikontrol. Peubah tak bebas adalah variabel yang mencerminkan respon dari peubah bebas. Regresi linear berganda adalah regresi dimana peubah terikatnya (Y) dihubungkan/dijelaskan lebih dari satu peubah, mungkin dua, tiga, dan seterusnya peubah bebas (X1, X2, X3,...., Xn) namun masih

menunjukkan diagram hubungan linear.

Model dalam penelitian ini merupakan model regresi linear berganda yang digunakan untuk melihat pengaruh SDM dan operasional perusahaan terhadap kinerja keuangan PT Pupuk Kaltim. Pengaruh variabel bebas terhadap kinerja keuangan dapat diketahui dengan menggunakan persamaan regresi berikut :

Yc = β0 + β1 X1c + β2X2c + β3X3c + β4X4c + β5X5c + ε ...

(1)

Keterangan :

Yc : current ratio per kuartal tahun 2006-2011

X1c : turnover ke-c

X2c : on stream factor ke-c

X3c : production rate ke-c

X4c : rasio karyawan engineering ke-c

X5c : rasio manajer ke-c

β0 : intercept

ε : komponen error (residual), atau faktor yang tidak diteliti, tetapi ikut memengaruhi

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah :

1. Terdapat pengaruh negatif dan nyata turnover karyawan terhadap

(28)

2. Terdapat pengaruh positif dan nyata rasio engineering terhadap

current ratio PT Pupuk Kaltim.

3. Terdapat pengaruh negatif dan nyata rasio manajer terhadap

current ratio PT Pupuk Kaltim.

4. Terdapat pengaruh negatif dan nyata on stream factor terhadap

current ratio PT Pupuk Kaltim.

5. Terdapat pengaruh positif dan nyata production rate terhadap

current ratio PT Pupuk Kaltim.

Hipotesis dari model tersebut adalah : Ho : ßi ≤ 0

H1 : ßi > 0; untuk ß1, ß2, ß3 dan ß4

Pengujian hipotesis tersebut menggunakan konsep p-Value. Konsep ini membandingkan taraf nyata (α) dengan nilai p-Value. Jika nilai p-Value kurang dari α, maka H0 akan ditolak. Dengan

menggunakan taraf nyata 5% (α = 0,05), maka H0 akan ditolak jika p-Value kurang dari 0,05. Penolakan H0 berarti peubah bebas

berpengaruh nyata terhadap current ratio. 3.4.2 Asumsi-asumsi Regresi Linear Berganda

Parameter yang digunakan dalam persamaan regresi di penelitian ini ditaksir dengan metode ordinary least square (OLS). Beberapa asumsi persamaan regresi linear berganda adalah :

a. Normalitas, regresi linear klasik mengasumsikan bahwa tiap ei

mengikuti distribusi normal ei~ N (0,σ2).

b. Non autokorelasi antar sisaan, artinya tidak ada korelasi serial antara error, atau cov (ei,ej) = 0, dimana i ≠ j.

c. Homoskedastisitas, var (ei) = σ2 untuk setiap i, i = 1,2,...n yang artinya ragam dari semua sisaan adalah konstan.

d. Tidak terjadi multikolinearitas, artinya tidak adanya hubungan yang sempurna, atau mendekati sempurna di antara beberapa, atau semua peubah bebas yang menjelaskan model regresi.

Asumsi-asumsi di atas harus dipenuhi untuk menghasilkan nilai parameter yang BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Untuk

(29)

mengetahui apakah persamaan regresi dalam penelitian ini sudah memenuhi asumsi-asumsi tersebut, maka perlu dilakukan pengujian pada masing-masing asumsi. Pengujian tersebut dilakukan sebagai berikut :

a. Uji asumsi normalitas

Uji normalitas merupakan uji pada data peubah-peubah yang digunakan dalam model untuk mengetahui apakah error term ( ei),,

pada model terdistribusi normal. Uji ini dilakukan jika contoh yang digunakan kurang dari 30 (n < 30), karena jika contoh lebih dari 30, ei biasanya terdistribusi secara normal. Pengujian ini

dilakukan dengan uji Normalitas One-Sample

Kolmogorov-Smirnov Test dengan hipotesis pengujian :

H0 : α = 0, error term terdistribusi normal

H1 : α ≠ 0, error term tidak terdistribusi normal

H0 akan ditolak, jika probabilitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test lebih besar dari α. Jika H0 ditolak, berarti distribusi error term tidak mendekati normal, sedangkan jika H0 diterima

berarti error term terdistribusi normal. b. Uji asumsi non autokorelasi

Autokorelasi (autocorrelation) adalah hubungan antara residual satu observasi (ei) dengan residual observasi lainnya (ej). Untuk

mendeteksi adanya autokorelasi dalam model regresi linear dapat dilihat dari nilai uji statistik Durbin-Watson (D-W). Nilai d yang diperoleh dari uji ini berkisar antara 0 hingga 4, kisaran nilai tersebut pada tabel D-W akan menentukan ada tidaknya autokorelasi.

c. Uji asumsi heteroskedastisitas

Heterokedastisitas berarti ada ragam peubah pada model regresi yang tidak sama (konstan). Sebaliknya, jika ragam peubah pada model regresi memiliki nilai yang sama (konstan), maka disebut dengan homoskedastisitas sebagai hal yang diharapkan. Uji asumsi heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan metode

(30)

analisis grafik dengan mengamati scatterplot (diagram tebar), di mana sumbu horizontal menggambarkan nilai Predicted

Standardized dan sumbu vertikal menggambarkan nilai Residual Studentized. Jika scatterplot membentuk pola tertentu, maka ada

masalah heteroskedastisitas pada model regresi yang dibentuk. Sedangkan jika scatterplot menyebar secara acak, maka menunjukkan tidak terjadinya masalah heteroskedastisitas pada model regresi yang dibentuk.

d. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah kondisi adanya korelasi linear yang mendekati sempurna antar lebih dari dua (2) peubah bebas. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi yang terbentuk ada korelasi tinggi, atau sempurna di antara peubah bebas, atau tidak. Jika dalam model regresi yang terbentuk terdapat korelasi yang tinggi, atau sempurna di antara peubah bebas, maka model regresi dinyatakan mengandung gejala multikolinear. Penelitian ini menggunakan uji multikolinearitas dengan TOL (Tolerance) dan Variance Inflation Factor (VIF). Uji multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat nilai TOL (Tolerance) dan Variance Inflation Factor (VIF) dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Jika nilai VIF tidak lebih dari 10, maka model dinyatakan tidak terdapat gejala multikolinearitas.

3.4.3 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi merupakan besaran yang lazim digunakan untuk mengukur kelayakan model (lack of fit test). Koefisien determinasi ini dikenal dengan besaran R2. Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui proporsi ragam peubah tidak bebas secara bersama-sama atau secara verbal R2 mengukur proporsi (bagian) atau persentase total variasi dalam Y yang dijelaskan oleh model regresi (Gujarati,1999).

(31)

R2 = ∑n𝑖=1(𝑌�𝑖−𝑌�)2 ∑𝑛𝑖=1(𝑌𝑖−𝑌�)2=

ESS

TSS ... (2)

dimana : ESS = jumlah kuadrat yang dijelaskan (explained sum of

squares)

TSS = jumlah kuadrat total (total sum of squares)

R2 terletak antara 0 dan 1. Jika R2=1, berarti suatu kecocokan sempurna. Jika R2=0, berarti tidak ada hubungan antara peubah tak bebas dan peubah bebas. Semakin besar nilai R2 maka model semakin baik untuk digunakan.

Jika regresi terdiri atas peubah bebas yang lebih dari dua (2), maka sebaiknya digunakan R2 yang disesuaikan yang diperoleh dari :

𝑅𝑎2 = 1 − (1 − R2)(𝑛−𝑘−1)(𝑛−1) ... (3)

dengan : k = banyaknya parameter penduga dalam model n = banyaknya percobaan

3.4.4 Pengujian Parameter

Pengujian penduga parameter memiliki tujuan untuk mengetahui tingkat keberartian penduga parameter yang digunakan melalui pengujian hipotesis. Jika hipotesis ditolak dapat disimpulkan bahwa penduga parameter tersebut nyata, atau berarti.

a. Uji-F

Uji F dilakukan untuk mengetahui keberartian model secara bersama-sama. Pengujian Hipotesis :

H0 : β1= β2 =…= βk = 0 , dengan k adalah peubah bebas

H1 : minimal ada β1 ≠ 0 dengan i = 0,1,2,…, Statistik uji yang

digunakan dapat dirumuskan sebagai berikut :

Fhit= 𝑅𝑆𝑆 (𝑛−𝑘−1) 𝐸𝑆𝑆 (𝑘) ⁄ ... (4)

Dimana RSS (residual sum of squares) adalah jumlah kuadrat residual, k adalah banyaknya parameter yang diduga dan n adalah banyaknya observasi.

Keputusan :

Fhit ≤ F a[k][n-k-1), maka H0 diterima

(32)

Keputusan yang diharapkan adalah tolak H0 yang berarti

peubah-peubah bebas yang dimasukkan ke dalam model secara bersama-sama mempengaruhi peubah tidak bebas pada tingkat kepercayaan (1-α) persen. Pengambilan keputusan dalam output eviews dapat dilihat dari taraf nyata < α yang ditetapkan, maka keputusannya adalah H0 ditolak.

b. Uji t

Uji t dilakukan untuk mengetahui keberartian dari masing-masing penduga parameter secara parsial, apakah koefisien parsial yang diperoleh tersebut mempunyai pengaruh, atau tidak dengan asumsi bahwa peubah tidak bebas lainnya konstan. Hipotesisnya adalah : H0 : βi = 0 (tidak terdapat pengaruh dari peubah Xi terhadap Y)

Ha : βi ≠ 0 (terdapat pengaruh dari peubah Xi terhadap Y)

Statistik uji yang digunakan diformulasikan berikut :

t=

|𝑏i|

𝑆(𝑏i)

...

(5) dimana bi adalah koefisien regresi ke-i dan S(bi) adalah

simpangan baku dari koefisien regresi ke-i. Keputusan yang diambil adalah :

thit ≤ ta/2(n-k-1), maka H0 diterima

thit > ta/2(n-k-1), maka H0 ditolak

Keputusan yang diharapkan adalah tolak H0 yang berarti ada

pengaruh nyata peubah-peubah bebas secara individu terhadap peubah tidak bebas pada tingkat kepercayaan (1-α) persen.

3.4.5 Analisis Rasio

Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan relevan dan nyata. Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan (Darsono dan Ashari, 2009). Rasio keuangan yang sering digunakan adalah :

(33)

Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu untuk memenuhi utang tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo (Kasmir, 2010). Analisis likuiditas dapat dihitung dengan menggunakan rasio-rasio berikut :

1) Rasio lancar (current ratio)

Current Ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek, atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Rumusnya sebagai berikut :

Rasio Lancar = 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 ... (6) 2) Rasio cepat (acid test ratio)

Acid Test Ratio merupakan rasio yang menunjukkan

kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban, atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan. Rumusnya sebagai berikut :

Rasio Cepat = 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟−𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛

𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 ... (7) 3) Rasio kas (cash ratio)

Cash Ratio merupakan alat yang digunakan untuk mengukur

seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Artinya, dalam hal ini perusahaan tidak perlu menunggu untuk menjual atau menagih utang lancar lainnya, yaitu dengan menggunakan rasio lancar.

Rasio Kas = 𝐾𝑎𝑠

𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 ... (8) b. Leverage Ratio

Rasio ini menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun aset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang, atau pihak luar dengan kemampuan

(34)

perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity). Perusahaan yang baik seharusnya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari utang (Kasmir, 2010). Rasio ini dapat juga dianggap bagian dari rasio Solvabilitas.

1) Debt to equity ratio

Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk

menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Rumusnya sebagai berikut :

Debt to Equity Ratio = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔

𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 ... (9) 2) Debt to asset ratio (debt ratio)

Total debt to total assets ratio merupakan rasio utang yang

digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang, atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Rumusnya sebagai berikut :

Debt to Asset Ratio =Total Utang

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 ... (10) 3) Long term debt to equity ratio

Long term debt to equity ratio merupakan rasio antara utang

jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.

Long Term Debt to Equity Ratio = 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔

𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 ... (11)

c. Rasio Profitabilitas

Analisis profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dalam periode tertentu. Profitabilitas perusahaan diukur dari kemampuannya menggunakan aktiva secara produktif. Dengan demikian, profitabilitas perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dalam

(35)

suatu periode dengan jumlah aktiva atau modal yang dimiliki perusahaan dalam periode sama (Kasmir, 2010). Rasio ini berfungsi menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan perusahaan yang terdiri dari :

1) Marjin laba kotor (gross profit margin)

Rasio ini mengukur persentase dari hasil sisa penjualan sesudah perusahaan membayar harga pokok penjualan. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin baik dan secara relatif semakin rendah harga pokok barang yang dijual dan mengukur efisiensi pengendalian harga pokok, atau biaya produksinya dapat mengindisikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisiensi. Rasio ini dirumuskan berikut :

Rasio Marjin Laba Kotor = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐾𝑜𝑡𝑜𝑟

𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 ... (12) 2) Rasio laba usaha terhadap penjualan (operating income ratio)

Laba operasi atau laba usaha (operating income ratio) merupakan indikator perusahaan dalam mencapai laba dari bisnis utama. Laba usaha belum dipotong dengan beban keuangan (interese, bunga). Rasio ini dihitung dengan formula berikut :

Laba Usaha terhadap Penjualan = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑈𝑠𝑎ℎ𝑎

𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 ... (13) 3) Rasio marjin laba bersih (net profit margin)

Rasio ini mencerminkan kemampuan manajemen untuk menghasilkan laba setelah harga pokok penjualan, beban operasi/usaha, beban lain-lain dan pajak sehubungan dengan penjualan. Rasio ini merupakan ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah dikurangi semua biaya dan pengeluaran. Rumus rasio ini adalah :

Rasio Marjin Laba Bersih = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘

𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 ... (14) 4) Rasio return on investment (ROI)

(36)

Rasio ini menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan. Rasio ini membandingkan laba operasional dengan total aktiva. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan kondisi perusahaan semakin baik. Rasio ini dirumuskan berikut :

ROI = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘

(37)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Pendirian Perusahaan

Pertanian merupakan salah satu sektor pembangunan yang mendapat perhatian besar dari pemerintah mengingat sebagian besar masyarakat Indonesia adalah petani. Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia tersebut, pemerintah bertanggungjawab untuk menyediakan sarana dan prasarana pertanian antara lain Pupuk. Saat ini Pupuk memegang peranan penting dalam meningkatkan produksi hasil-hasil pertanian, oleh karena itu kebutuhan akan Pupuk setiap tahun semakin bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan akan Pupuk tersebut maka didirikanlah PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk.

PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang pembuatan ammonia dan pupuk urea, yang berdiri pada tanggal 7 Desember 1977. Bahan baku utama pabrik yang berlokasi di Bontang ini adalah gas alam yang disalurkan melalui pipa sepanjang 60 kilometer yang terentang antara Bontang dan Muara Badak. Pada mulanya proyek PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk dikelola oleh Pertamina sebagai unit-unit pabrik terapung di bawah pengawasan Direktorat Jendral Industri Kimia Dasar.

Pada tahun 1973, di pasar internasional terjadi kelangkaan pupuk urea yang menyebabkan harga pupuk melambung tinggi, sedangkan sumber gas yang ditemukan di Kaltim diperkirakan hanya cukup 10 tahun. Dengan adanya masalah tersebut, maka muncul suatu gagasan untuk mendirikan pabrik urea sendiri. Pada awalnya Pertamina mempunyai gagasan untuk mendirikan pabrik pupuk urea di atas kapal dengan pertimbangan apabila gas alam sebagai bahan baku habis, maka pabrik dapat dipindahkan.

Berdasarkan KEPPRES No. 43 Tahun 1975, dibentuklah suatu tim yang bertugas untuk meninjau dan meneliti program pembangunan pabrik terapung sesuai dengan gagasan awal tersebut. Ternyata dari hasil

(38)

peninjauan tersebut ditemukan data bahwa cadangan gas alam cukup untuk 25 tahun mendatang, maka rencana pendirian pabrik terapung diteruskan.

Proyek direncanakan oleh Pertamina, rencana awalnya akan dibangun di atas kapal ukuran 30.000 DWT untuk pabrik ammonia dan kapal ukuran 20.000 DWT untuk pabrik urea. Lokasi proyek antara 10 sampai 15 mil dari lepas pantai. Kapasitas pabrik ammonia 1.500 ton per hari dan pabrik urea 1.700 ton per hari. Fasilitas penunjang pabrik adalah tangki terapung penyimpanan ammonia, kapal terapung penyimpanan urea, mooring complex akan dibangun. Floating security boom akan mengelilingi semua fasilitas pabrik terapung tersebut.

Pada saat itu telah tersedia dua (2) buah kapal untuk menunjang rencana tersebut, yaitu kapal Mary Elizabeth dengan ukuran 55.000 DWT untuk pabrik ammonia dan kapal Dominique ukuran 30.000 DWT untuk pabrik urea. Lokasi yang direncanakan adalah Bontang Utara, karena daerah tersebut mempunyai gugusan batu karang yang dapat mengurangi laju ombak. Karena kesulitan teknis dan beberapa pertimbangan lain, maka konsep pabrik terapung dipindahkan ke darat. Berdasarkan Keppres No. 39 tahun 1976 dilakukan serah terima proyek ini dari Pertamina ke Departemen Perindustrian (Direktorat Jenderal Industri Kimia Dasar) pada tahun 1976. Setelah penyelesaian proses hukum dalam rangka serah terima peralatan pabrik di Eropa, maka pada tanggal 7 Desember 1977 didirikan sebuah Perseroan Negara untuk mengelola usaha ini dengan nama PT. Pupuk Kalimantan Timur. Dengan dipindahkannya lokasi pabrik ke darat diperlukan perubahan dan penyesuaian desain pabrik. Pemancangan tiang pertama dilakukan oleh Menteri Perindustrian saat itu, Ir. A. R. Soehoed pada tanggal 16 November 1979. Setelah masa empat (4) tahun lebih setelah itu, tepatnya 24 November1983 produksi perdana ammoniak keluar. Produksi perdana urea keluar tanggal 15 April 1984 dan pengapalan urea perdana ke Surabaya tanggal 24 Juli 1984.

Karena kebutuhan pupuk urea yang masih belum tercukupi, sewaktu masa konstruksi Kaltim 1, maka dibangun pabrik Kaltim 2. Pemancangan tiang pertama dilakukan pada tanggal 24 April 1982 oleh Menteri

(39)

Perindustrian, Ir. A. R. Soehoed. Produksi perdana ammoniak dilakukan tanggal 6 September 1984 dan urea tanggal 15 September 1984. Peresmian pabrik Kaltim 1 dan Kaltim 2 dilakukan pada tanggal 29 Oktober 1984 oleh Presiden Soeharto. Desain kapasitas produksi ammoniak Kaltim 2 adalah 1.800 ton per hari dan urea 1.725 ton per hari. Setelah itu pembangunan pabrik Kaltim 3 menyusul, yang dilakukan dengan konsep pabrik hemat energi. Pemancangan dilaksanakan pada tanggal 26 Juli 1986 dan diresmikan pada tanggal 4 April 1989. Kapasitas produksi Kaltim 3 adalah 1.000 ton per ammoniak dan 1.725 ton per hari urea.

Untuk meningkatkan mutu pupuk urea yang dihasilkan melalui pabrik-pabrik itu, dibangun pula sebuah unit pembuatan urea

formaldehyde (UFC-85) berkapasitas 13.000 ton per tahun. Pabrik Kaltim

4 mulai dibangun pada tahun 1999 dengan kapasitas 570.000 ton urea

granule dan 330.000 ton ammonia per tahun. Pabrik Urea Kaltim 4 selesai

dibangun pada pertengahan tahun 2002 dan pabrik ammonia tuntas pada awal tahun 2003.

Pada tanggal 20 November 1996, dibangun pabrik Urea unit IV yang disebut dengan Proyek Optimalisasi Kaltim (POPKA), dengan nilai investasi $44 juta dan Rp139 milyar, mulai berproduksi di awal tahun 1999. Pabrik ini didirikan dengan melihat potensi yang ada di PT Pupuk Kalimantan Timur dan kelebihan produksi ammonia di Kaltim 1, Kaltim 2 dan Kaltim 3. Dengan dibangunnya POPKA, maka kelebihan produksi ammonia (ammonia excess) dan kelebihan gas Co2 yang biasanya

terbuang ke atmosfer dapat bernilai tambah, yakni menghasilkan produk urea granule. Pabrik POPKA yang diresmikan oleh Presiden Abdurrahman Wahid pada tanggal 7 Juni 2000 ini memproduksi Urea granule dengan kapasitas 1.725 ton per hari. Sebagai kontraktor utama adalah PT Rekayasa Industri yang bekerjasama dengan Chiyoda Chemical

Engineering Construction Company, yang menggunakan lisensi proses

dari Stami Carbon.

PT Pupuk Kalimantan Timur adalah produsen pupuk urea terbesar di Indonesia (Gambar 2). Dalam pengoperasian lima (5) pabrik urea dan

(40)

empat (4) pabrik ammonia dan merupakan salah satu pabrik pupuk terbesar di dunia yang berada dalam satu lokasi. Pada tahun 2000, Pupuk Kaltim mencapai produksi tertinggi melebihi 1,5 juta ton ammonia untuk kapasitas terpasang 1,5 juta ton dan 2,4 juta ton urea untuk kapasitas terpasang 2,2 juta ton.

Dengan adanya lima (5) pabrik urea dan empat (4) pabrik ammonia yang beroperasi dengan optimal, Pupuk Kaltim bertujuan mewujudkan keinginan menjadi produsen Pupuk Urea yang terpercaya dan mutu di dunia. Pupuk Kaltim terus melakukan peningkatan dan ekspansi hingga mencapai kapasitas produksi ammonia 1.000 ton/hari dan urea 1.725 ton/hari, dengan total kapasitas keduanya mencapai lebih dari 3 juta ton/tahun. Kapasitas produksi tiap-tiap pabrik yang berbeda-beda tetap dioptimalkan untuk mencapai produksi dengan mutu terbaik, mampu memenuhi kebutuhan pasar nasional dan internasional.

Gambar 2. PT Pupuk Kalimantan Timur

4.1.2 Masa Produksi

Awal produksi pabrik Kaltim 1 adalah masa ujian, dimana usaha terus-menerus dilakukan, tetapi setelah masa itu lewat, produksi ketiga (3) pabrik meningkat dari tahun ke tahun. Pabrik Kaltim 1 mencapai produksi tertinggi 607.452 ton urea, atau 119,11% pada tahun 1995, pabrik Kaltim 2 mencapai produksi tertinggi dengan produksi 675,6 ribu ton urea, atau

(41)

118% pada tahun 1993 dan pabrik Kaltim 3 mencapai produksi tertinggi 385,2 ribu ton urea, atau 119,02% pada tahun 1994.

Untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas, pada tahun 1995 dilakukan program optimalisasi Kaltim 1 yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksinya menjadi 1.800 ton per hari ammonia dan 2.125 ton per hari urea. Tahun 1997 dilakukan program Retrofit Kaltim 2 untuk memperbaiki kinerja pabrik Kaltim 2. Dari program tersebut diharapkan kapasitas produksi ammonia dapat meningkat menjadi 1.800 ton per hari.

4.1.3 Lokasi Pabrik

Pabrik terletak di zona industri Kalimantan Timur tepatnya di Desa Belimbing Kecamatan Bontang Utara Pemerintah Kota Bontang sekitar 120 km sebelah utara kota Samarinda (Gambar 3). PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk berdiri di atas areal seluas 493 Ha. Di sebelah selatan pabrik ini (10 km) juga berdiri PT Badak NGL.CO. yang merupakan pabrik pengolahan gas bumi. PT PKT sendiri memiliki perumahan yang disediakan untuk karyawan-karyawannya yang terletak sekitar enam (6) km dari area pabrik. Dasar-dasar pemilihan lokasi ini adalah :

a. Dekat dengan sumber bahan baku, yaitu gas alam.

b. Berbatasan dengan laut, sehingga mudah untuk transportasinya. c. Berada di tengah-tengah daerah pemasaran nasional dan internasional. d. Lahan yang masih sangat luas, sehingga memungkinkan untuk

dilakukan perluasan pabrik. 4.1.4 Fasilitas Pendukung

PT Pupuk Kalimantan Timur didukung oleh beberapa fasilitas pendukung, yaitu :

a. Dermaga

1) Dermaga I untuk kapal sampai 6.000 DWT 2) Dermaga II untuk kapal sampai 40.000 DWT 3) Dermaga III untuk kapal sampai 20.000 DWT

4) Dermaga Quadrant Arm Loader untuk kapal sampai 40.000 DWT b. Gudang (Gambar 4)

(42)

1) Urea Curah : 125.000 ton 2) Urea Kantong : 10.000 ton

3) Ammonia : 52.000 ton

4) Suku cadang, bahan kimia

c. Unit Pengantongan Urea berkapasitas 2.500 ton/hari

d. Laboratorium pusat kontrol yang mengoperasikan instrumentasi :

Gas chromatograph, High Pressure Liquid Chromatograph, Atomic Absorption Spectrophotometer, dan lain-lain.

e. Industri Peralatan Pabrik (IPP)

Unit produksi suku cadang pabrik dan fabrikasi, termasuk unit produksi permesinan dengan mesin Computer Numerically Controlled (CNC), unit produksi foundry dengan pengecoran vakum, laboratorium metalurgi dan metrologi.

(43)

Gambar 4. Gudang PT Pupuk Kalimantan Timur

4.1.5 Bahan Baku

Bahan baku proses pembuatan ammonia adalah Natural Gas (Gas Alam), udara proses dan steam.

a. Natural Gas (Gas Alam)

Gas alam digunakan sebagai bahan baku dan bahan bakar (Fuel) yang diperoleh dari SKG pertamina. Spesifikasi gas alam tersebut dimuat pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi natural gas

Komponen % vol CH4 83,72 C2H6 5,40 C3H8 2,88 I – C4 0,55 n – C4 0,62 i –C5 0,21 n – C5 0,14 C6H14 0,12 C7H16 0,15 CO2 6,13 N2 0,08 b. Udara proses

Udara diperoleh dari atmosfer dengan komposisi N2 dan O2 = 78 : 21

(44)

c. Steam

Steam yang digunakan sebagai bahan baku adalah steam bertekanan 38

kg/cm2G (MP Steam).

4.1.6 Visi, Misi, Motto dan Budaya Perusahaan a. Visi–Misi

1) Visi

Menjadi Korporasi Agro-Kimia yang memiliki reputasi prima di Kawasan Asia.

2) Misi

i. Menyediakan pupuk, produk kimia, produk agro dan jasa pemeliharaan pabrik dengan menetapkan standar internasional dan kaidah operational excellence, serta berorientasi pada peningkatan kepuasan pelanggan.

ii. Menunjang Program Ketahanan Pangan Nasional dan meningkatkan nilai korporasi dengan memperhatikan kepentingan pemegang saham.

iii. Memberikan manfaat bagi karyawan, masyarakat dan peduli pada lingkungan.

b. Motto

Kami hadir dalam semangat pionir Kami kuat ditempa oleh tantangan Kami maju dengan karya bermutu c. Budaya Perusahaan

1) Integritas (Integrity)

Insan Pupuk Kaltim harus dapat dipercaya, sehingga selalu bersifat terbuka dan menunjang nilai-nilai :

i. Jujur ii. Adil

iii. Bertanggungjawab iv. Disiplin

(45)

2) Kebersamaan (Team Work)

Insan Pupuk Kaltim merupakan satu kesatuan tim kerja untuk mencapai tujuan perusahaan yang mengutamakan nilai-nilai :

i. Sinergi ii. Bersatu

3) Unggul (Excellence Achievement)

Insan Pupuk Kaltim selalu mengupayakan untuk meraih keunggulan dalam berbagai aspek kinerja perusahaan, dengan menegakkan nilai-nilai :

i. Profesional ii. Tangguh iii. Visioner

4) Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction)

Insan Pupuk Kaltim selalu berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan memperhatikan nilai-nilai :

i. Peduli

ii. Fokus pada 6 tepat 5) Tanggap (Proactive)

Insan Pupuk Kaltim selalu berinisiatif dan tanggap dalam mengantisipasi perubahan dinamika usaha dan peduli terhadap lingkungan.

4.1.7 Proyek Pembangunan Pabrik dan Pengembangan

Pembangunan pabrik PT Pupuk Kaltim dilakukan secara bertahap. Seiring dengan perkembangan zaman yang makin modern PT Pupuk Kaltim telah berkembang pesat menjadi salah satu industri pupuk terbesar di Indonesia dan sekarang telah memiliki empat (4) buah pabrik, yakni Kaltim-1 (K1), Kaltim-2 (K2), Kaltim-3 (K3), Pabrik Optimalisasi Kaltim (POPKA), serta yang terbaru bernama Kaltim-4 (K4). Penjelasan pabrik tersebut seperti berikut :

a. Kaltim-1

Pembangunan proyek pabrik Kaltim-1 diserahkan kepada Lumnus

(46)

dengan Lurgi dari Jerman Barat dan Coppee Rust dari Belgia. Pelaksanaan pembangunan pabrik Kaltim-1 mulai dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 1979 dan seharusnya selesai tanggal 20 Maret 1982, tetapi karena adanya peralatan pabrik yang ternyata tidak layak dipasang, maka pabrik Kaltim-1 baru dapat berproduksi pada tanggal 30 Desember 1983 untuk ammonia. Untuk urea baru mulai berproduksi pada tanggal 15 April 1984. Pabrik Kaltim-1 ini menggunakan Proses Lurgi untuk pembuatan ammonia dan Proses

Stamicarbon untuk urea.

Untuk mengoptimalkan performa Kaltim-1 telah dilakukan beberapa perbaikan, melalui Proyek Optimal Kaltim-1 (Tabel 3), sehingga pada tahun 2007 produksi untuk ammonia dan urea masing-masing adalah 595.000 dan 700.000 ton.

b. Kaltim-2

Pabrik ini mulai dibangun pada tahun 1982 untuk memenuhi kebutuhan pupuk dalam negeri, seiring mulai berkembangnya sektor pertanian dan sekaligus menyangga keberadaan Kaltim-1. MW Kellog

Corporation sebagai kontraktor utama menandatangani kontrak

pembangunan proyek tersebut bersama-sama dengan Toyo Menka

Kaisha dan Kobe Steel dari Jepang pada tanggal 23 Maret 1982.

Pembangunan pabrik ini selesai pada bulan Oktober 1984 dan mulai berproduksi secara komersial pada tanggal 1 April 1985. Presiden RI pada waktu itu, Soeharto meresmikan pabrik Kaltim-2 bersamaan dengan peresmian pabrik Kaltim-1, pada tanggal 29 Oktober 1984.

Proses yang digunakan pada Kaltim-2 adalah Proses MW Kellog untuk pembuatan ammonia dan Proses Stamicarbon untuk urea (Tabel 4). Pada tahun 2007, produksi untuk ammonia dan urea masing-masing adalah 595.000 dan 570.000 ton.

(47)

Tabel 3. Spesifikasi data teknis Kaltim-1 Spesifikasi Data

Teknis Kaltim 1

Kapasitas Terpasang Pabrik ammonia (MTPD) 1.800 Pabrik urea (MTPD) 2.125

Bahan Baku Gas alam (MMSCFD) 63

Generator Listrik Turbin gas (MW) – 11 KV -

Generator Uap

Turbin uap (MW) – 6,6 KV 16 + 12

WHB (TPH) -

Boiler (TPH) 290

Sistem Pendinginan Pompa air laut (M3/H) (5+1) x 15.000

Unit Desalinasi TPH (3+1) x 50

Penyimpanan

Tumpukan urea (ton) 40.000 Urea terkemas (ton) -

Ammonia (ton) 26.000

Unit Pemisahan Udara Nitrogen, NM3/H 200

Oxygen, NM3/H 50

Dermaga Ekspor Utama

Kapasitas pengapalan Up to 30.000 tons

Kedalaman 13 MTR

c. Kaltim-3

Pada tahun 1986 disetujui kembali perluasan areal industri PT Pupuk Kaltim dengan menambah satu pabrik lagi dengan nama Kaltim-3. Pembangunan proyek tersebut dipercayakan kepada PT

Rekayasa Industri (Persero) sebagai kontraktor utama yang

bekerjasama dengan Chiyoda Chemical Engineering & Construction

Co. dan Toyomenka Corporation.

Pabrik ini dilengkapi dengan sebuah unit Recovery Hydrogen yang mengelola flash gas dan pure gas Kaltim-1, Kaltim-2, serta Kaltim-3, disebut Hydrogen Recovery Unit (HRU) dari Proses

Constain Petrocarbon dan ditempatkan di area Kaltim-2 (Tabel 5).

Bila dioperasikan unit ini dapat memberi tambahan produksi ammonia 180 ton/hari. Proses yang digunakan oleh Kaltim-3 adalah Proses

(48)

Topse untuk ammonia dan Proses Stamicarbon Stipping untuk urea.

Pabrik Kaltim-3 adalah pabrik yang telah menerapkan teknologi modern dan hemat energi. Interkoneksi antar alat penukar panas sudah terjalin rapi, sehingga irit dalam pemakaian sumber energi. Peresmian pabrik Kaltim-3 dilakukan pada tanggal 4 April 1989 oleh Presiden Soeharto.

Produksi ammonia pertama terjadi pada tanggal 8 Desember 1988, sedangkan urea pada tanggal 14 Desember 1988. Kapasitas pertamanya untuk ammonia dan urea masing-masing adalah 1.000 ton/hari dan 1.725 ton/hari. Jumlah produksi pada tahun 2007 untuk ammonia dan urea masing-masing adalah 330.000 ton dan 570.000 ton.

Tabel 4. Spesifikasi data teknis Kaltim-2

Spesifikasi Data Teknis Kaltim 2

Kapasitas Terpasang Pabrik ammonia (MTPD) 1.800 Pabrik urea (MTPD) 1.725

Bahan Baku Gas alam (MMSCFD) 55

Generator Listrik Turbin gas (MW) – 11 KV 30

Generator Uap

Turbin uap (MW) – 6,6 KV -

WHB (TPH) 140

Boiler (TPH) 100

Sistem Pendinginan Pompa air laut (M3/H) (3+1) x 10.500

Unit Desalinasi TPH (2+1) x 70

Penyimpanan

Tumpukan urea (ton) 30.000 Urea terkemas (ton) 7.500

Ammonia (ton) -

Unit Pemisahan Udara Nitrogen, NM3/H -

Oxygen, NM3/H -

Dermaga Ekspor Utama

Kapasitas pengapalan Up to 30.000 tons

Gambar

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
Tabel 1. Jenis dan sumber data penelitian
Gambar 2. PT Pupuk Kalimantan Timur  4.1.2  Masa Produksi
Gambar 3. Lokasi Pabrik PT Pupuk Kalimantan Timur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis statistic dapat diketahui bahwa hasil dari Analisis Ragam Pertambahan Bobot Badan pada Domba Ekor Gemuk adalah (P&lt;0,05) berbeda nyata dengan

Sistem pendidikan di Malaysia telah mengalami beberapa anjakan paradigm dalam usaha menyampaikan maklumat daripada pengajar kepada pelajar. Dengan perkembangan semasa

Yang diperoleh dari dari laba yang diperoleh dalam periode tertentu dimana modal tersebut dapat menunjukkan kewajiban yang dimilikinya dalam jangka waktu pendek juga dapat

Semua perkara itulah yang dimaksud dengan menjadi khalifah, yaitu ketika roh mampu membuktikan dirinya (mampu mengendalikan jiwa yang ada.. padanya),

Melalui brand-nya yang dikenal secara umum dengan nama Panasonic, Matsushita Electric Industrial Co., Ltd yang berpusat di Osaka, Jepang ini, merupakan manufaktur kelas dunia

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diajukan

“Perkembangan Sejarah Musik dan Tari Melayu dan Usaha Pelestariannya.” Makalah dalam Seminar Budaya Melayu Indonesia, di Stabat, Langkat, 1986.. Pengantar

sari ke kepala putik berasal dari bunga berasal dari bunga tumbuhan lain, tetapi masih tergolong tumbuhan lain, tetapi masih tergolong(. dalam jenis yang sama dalam jenis