• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FINANSIAL KELAYAKAN USAHA SAPI PERAH PENERIMA KREDIT USAHA RAKYAT. (Kasus pada Peternak Sapi Perah Nasabah Bank BJB KCP Ujung Berung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FINANSIAL KELAYAKAN USAHA SAPI PERAH PENERIMA KREDIT USAHA RAKYAT. (Kasus pada Peternak Sapi Perah Nasabah Bank BJB KCP Ujung Berung)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FINANSIAL KELAYAKAN USAHA SAPI PERAH PENERIMA KREDIT USAHA RAKYAT

(Kasus pada Peternak Sapi Perah Nasabah Bank BJB KCP Ujung Berung) FINANCIAL FEASIBILITY ANALYSIS THE DAIRY FARMING RECEPIENTS

KREDIT USAHA RAKYAT

(A Case in Smallholder Dairy Cattle Customer of BJB KCP Ujung Berung) Eva Wulandini Utari*; M. Hasan Hadiana**, Dadi Suryadi**

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung-Sumedang KM 21 Sumedang 45363 * Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016

** Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail: evawdutari06@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian mengenai analisis finansial kelayakan usaha sapi perah telah dilakukan di peternakan rakyat yang menjadi nasabah bank BJB penerima kredit usaha rakyat di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. Penelitian ini dilakukan sejak tanggal 22 Desember 2015 sampai 23 Januari 2016. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kelayakan finansial usahaternak sapi perah sehubungan dengan peningkatan modal usaha yang bersumber dari Kredit Usaha Rakyat (KUR). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Analisis kelayakan finansial yang digunakan dalam penelitian ini dengan melihat arus kas (cash flow) dan analisis kriteria investasi terdiri dari: Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR) dan Pay Back Periode (PBP). Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai NPV sebesar Rp. 158.705.318,- per lima tahun, Net B/C sebesar 2,794, Gross B/C sebesar 1,276, IRR sebesar 48% dan PBP selama 5 bulan 26 hari. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa usahaternak sapi perah penerima kredit usaha rakyat yang diteliti layak untuk dijalankan.

Kata kunci: usahaternak sapi perah, Kredit Usaha Rakyat (KUR), arus kas dan kelayakan investasi.

ABSTRACT

Research on the financial feasibility analysis has been conducted on smallholder dairy farms which received BJB KUR in Ciporeat Village, District Cilengkrang, Bandung regency.

This research started from December 22th, 2015 up to January 23th, 2016. The purpose of this

study was to determine the financial feasibility measurment of dairy cattle business connection with scaling up their business, method used in this research is a case study. Financial analysis used in this study was feasibility of cash flow as well as investment criteria which consists of : Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C), Internal Rate of Return (IRR), and Pay Back Period (PBP). Based on the calculation that the NPV value is Rp. 158.705.318,- per five years, the Net B/C is 2,794, Gross B/C is 1,276, and IRR is 48% and the PBP for 5 months 26 days. The results concluded that the dairy cattle farm of Kredit Usaha Rakyat recipients surveyed is feasible viewed based on the calculation criteria for investment and cas flow.

Keywords: Dairy Cattle Business, People’s Business Credit (KUR), Cash Flow and The Feasibility of Investment

(2)

PENDAHULUAN

Sektor peternakan sapi perah merupakan bagian dari sub sektor peternakan yang menghasilkan komoditas susu dalam memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia akan protein hewani. Peternakan sapi perah yang ada di Indonesia saat ini sebagian besar didominasi oleh peternakan rakyat dengan skala usaha yang bervariasi, namun kebanyakan skala usahanya masih relatif kecil yaitu dua sampai empat ekor sapi per peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih konvensional. Beternak sapi perah merupakan mata pencaharian utama bagi sebagian besar peternak, namun pada kenyataannya pendapatan dari usaha ini masih relatif rendah.

Usaha peternakan sapi perah merupakan salah satu Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang memerlukan adanya alternatif dalam mengatasi hal tersebut agar dapat meningkatkan skala usaha, peningkatan produktivitas, serta berdampak pada pemenuhan kebutuhan susu dalam negeri. Permasalahan mendasar yang dihadapi peternak rakyat yaitu dalam hal permodalan, sehingga dalam hal ini pemerintah meluncurkan suatu program pembiayaan bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) untuk meningkatkan akses ke sumber permodalan yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan salah satu lembaga keuangan perbankan yang menawarkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah bank BJB.

Peternakan usaha sapi perah di Desa Ciporeat merupakan salah satu sektor usaha agrobisnis yang memanfaatkan skema Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang diselenggarakan oleh pemerintah melalui bank BJB. Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan terdapat beberapa peternak yang meminjam modal untuk menjalankan usahanya agar tetap berjalan, sampai dengan saat ini peternak sudah menerima kredit selama empat tahun. Peternak harus memenuhi persyaratan tertentu yang dikeluarkan Bank, serta angsuran pokok yang harus dibayar dengan suku bunga rata-rata 12% setiap tahunnya dan masa pinjaman selama 5 tahun serta adanya grace period yaitu masa tenggang yang diberikan bank kepada peternak untuk tidak melakukan pembayaran angsuran pokok selama 1 tahun. Namun sejauh ini perkembangan usaha ternak perah yang mengikuti Kredit Usaha Rakyat (KUR) belum dilakukan evaluasi, demikian pula prospek untuk kedepannya.

(3)

Evaluasi terhadap kelayakan finansial usaha sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan dilihat berdasarkan kriteria NPV, Net B/C, Gross B/C, IRR dan PBP sangat penting dilakukan, terkait dengan proses pengembangan usaha sapi perah ke depannya, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai analisis finansial kelayakan usaha sapi perah penerima kredit usaha rakyat (kasus pada peternak sapi perah nasabah BJB KCP Ujungberung).

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

1. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah usaha ternak sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, karena dengan metode ini peneliti berusaha menguji unit secara mendalam. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ary, dkk. (1982) Studi kasus merupakan Metode penelitian yang menjelaskan bahwa dalam kasus hendaknya peneliti berusaha menguji unit atau individu secara mendalam.

a. Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di peternakan sapi perah nasabah bank BJB di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, daerah tersebut dipilih secara purposive karena mayoritas peternak nasabah BJB KCP Ujungberung yang memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) berdomisili di Desa Ciporeat.

b. Penentuan Responden

Responden yang dipilih dalam penelitian ini diambil berdasarkan pertimbangan tertentu (purposive) yang disesuaikan berdasarkan kebutuhan atau diambil secara sengaja. Responden dalam penelitian ini adalah 9 orang peternak usaha sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank BJB di Desa Ciporeat. Responden tersebut berdasarkan rekomendasi Bank BJB.

(4)

c. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di perternakan sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) serta wawancara dengan pemilik peternakan setempat dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disediakan.

Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu BJB KCP Ujung Berung, Badan Pusat Statistik, buku-buku yang relevan dengan penelitian ini. Pengambilan data sekunder juga diperoleh dari literatur-literatur, baik yang didapat di perpustakaan maupun tempat lain berupa hasil penelitian terdahulu mengenai analisis kelayakan usaha, serta artikel baik dari media cetak (koran dan majalah), maupun media elektronik (internet).

2. Operasional Variabel

Variabel yang diamati meliputi komponen–komponen pembiayaan untuk peningkatan investasi dan belanja modal kerja yang dananya bersumber dari Kredit Usaha Rakyat (KUR), serta komponen penerimaan tambahan (incremental benefit) dari usaha sapi perah.

a. Biaya

Biaya adalah ongkos–ongkos yang dikeluarkan untuk mengorganisasikan bisnis atau usaha dan menjamin proses produksi akan berlangsung. Biaya yang dikeluarkan dalam produksi peternakan antara lain penyediaan bibit, pakan, kandang berikut peralatan, kendaraan dan tenaga pemeliharaan. Biaya terbagi menjadi dua yaitu biaya investasi dan biaya variabel (Soekartawi, dkk., 1986).

b. Manfaat

Manfaat adalah nilai tambahan hasil dari output atau produksi karena perusahaan telah menjual atau menyerahkan sejumlah barang atau jasa kepada pihak pembeli (Kadarsan, 1995). Penerimaan pada usaha ternak sapi perah berupa penjualan susu, penjualan pedet jantan, penjualan pedet betina, penjualan sapi perah afkir dan penjualan pupuk kompos, yang dihitung dalam satuan rupiah.

3. Kriteria Investasi

Kriteria investasi merupakan indikator dari suatu penilaian investasi yang dihitung dari total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Kriteria investasi yang diambil dalam

(5)

penelitian ini merujuk pada besarnya bantuan dana yang diterima oleh responden sebesar Rp. 50.000.000,- yang kemudian diambil rata-rata berdasarkan skala usaha sebelum menerima kredit serta rata-rata produksi susu per liter per hari, yang selanjutnya diambil satu responden yang mempresentasikan seluruhnya.

4. Model Analisis

a. Performa Finansial

Kelayakan finansial usaha sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari bank BJB berdasarkan performa finansial dapat dilihat dari perhitungan:

a) Cost Benefit Ratio yaitu imbangan antara Total penerimaan – Total Biaya yang menggambarkan tingkat pendapatan usaha per periode tertentu.

b) Cash flow atau arus uang terdiri dari tiga bagian yaitu inflow (arus uang masuk), out

flow (arus uang keluar) dan endcash (saldo akhir). Inflow terdiri dari saldo awal,

besarnya pinjaman yang diterima melalui KUR sebagai modal tambahan sendiri dan nilai jual produk, serta nilai sisa. Out flow terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel yang didalamnya juga termasuk bunga yang harus dibayar peternak.

b. Analisis Kelayakan Investasi

Analisis kelayakan investasi ini menitikberatkan pada pendekatan yang dilihat dari kepentingan individu atau peternakan atau kepentingan pemegang saham perusahaan tersebut, yakni laba yang dihasilkan proyek (private return) atau laba bisnis (business profit) (Lihan dan Yogi, 2009). Analisis kelayakan finansial yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Net Present Value (NPV)

Cara perhitungannya sebagai berikut :

= Ʃ −

(1 + ) Keterangan :

Bt = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t (Rupiah)

Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t (Rupiah)

n = Umur ekonomis proyek (Tahun)

(6)

t = (t= 0,1,2,…n) Tahun 2. Internal Rate Return (IRR)

Cara perhitungannya sebagai berikut :

= + 1

( 1 − 2) ( − )

Keterangan :

NPV1 = NPV yang bernilai positif (Rupiah) NPV2 = NPV yang bernilai negatif (Rupiah)

i1 = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif (persen)

i2 = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif (persen)

3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) Cara perhitungannya sebagai berikut :

∑ (1 + i)-n (positif) ∑ (1 + i)-n (negatif) Keterangan : i = Tingkat Bunga n = Waktu 4. Payback Periode

Payback Periode berguna untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan cashflow. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

P = Keterangan :

P = Jumlah waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi

(Tahun)

I = Biaya investasi (Rupiah)

A = Benefit bersih tiap tahun (Rupiah)

(7)

Semakin kecil angka yang dihasilkan mempunyai arti semakin cepat tingkat pengambilan investasinya, maka usaha tersebut semakin baik untuk diusahakan.

c. Kriteria Kelayakan Finansial

Peternakan yang mendapatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dinyatakan layak secara finansial apabila memenuhi kriteria sebagai mana diuraikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kaidah Pengambilan Keputusan Berdasarkan Kriteria Investasi

Kriteria Investasi Nilai Keputusan

NPV <0 Tidak Layak

=0 Break Event

>0 Layak

IRR <SOCC Tidak Layak

=SOCC Break Event

>SOCC Layak

Net B/C <1 Tidak Layak

=1 Break Event

>1 Layak

PBP <5 tahun Layak

=5 tahun Break Event

>5 tahun Tidak Layak

Sumber : Ibrahim, 2003

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Keadaan Umum Wilayah Penelitian

Peternak penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) terkonsentrasi di Desa Ciporeat yang terletak di wilayah Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Secara administratif batas wilayah Desa Ciporeat adalah sebagai berikut: di sebelah Utara berbatasan dengan Perhutani, sebelah Timur dengan Desa Cilengkrang, sebelah Selatan dengan Kota Bandung, dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cipanjalu.

Luas wilayah Desa Ciporeat adalah 259,85 ha, secara garis besar lahan yang ada di desa tersebut digunakan untuk tegal, sawah, pemukiman, fasilitas umum dan lainnya. Topografi Desa Ciporeat berbukit dengan ketinggian 700-1.400 meter di atas permukaan laut. Temperatur

lingkungan harian di desa ini rata–rata 19 - 37oC, dengan curah hujan 2.500 mm per tahun dan

kelembaban antara 60-70% (Monografi Desa Ciporeat, 2015). Berdasarkan keadaan iklim tersebut daerah ini potensial untuk pengembangan tanaman palawija, sayuran, dan peternakan

(8)

sapi perah. Adapun jumlah populasi ternak sapi perah di Desa Ciporeat pada tahun terakhir mencapai sekitar 1.114 ekor. Jumlah penduduk Desa Ciporeat mencapai 4.671 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.135 kepala keluarga yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan peternak.

Desa Ciporeat terletak di wilayah kerja Kelompok Peternak Sapi Perah Manglayang. Kelompok Peternak Sapi Perah Manglayang berlokasi di Kabupaten Bandung memiliki anggota peternak sapi perah mencapai 302 anggota peternak dan terbagi dalam sembilan kelompok. KPSP Manglayang telah berdiri sejak Oktober 2004 dengan ketua kelompok saat ini, yaitu H. Iwa Kartiwa. Skala usaha ternak sapi perah pada KPSP Manglayang bervariasi, mulai dari skala rendah berjumlah 3 ekor hingga besar dengan pemeliharaan ternak mencapai 30 ekor untuk skala besar.

Tabel 2. Sebaran Mata Pencaharian Penduduk

No Pekerjaan Jumlah Presentase

...Kepala Keluarga... ...%... 1 Buruh tani 147 12,95 2 Buruh pabrik 86 7,57 3 Petani 350 30,83 4 Pengusaha 10 0,88 5 Pedagang 135 11,89 6 PNS 34 2,99 7 TNI/POLRI 10 0,88 8 Pensiunan 15 1,32 9 Wiraswasta 69 6,08 10 Peternak 279 24,58 Total 1135 100

Sumber : Monografi Desa Ciporeat, 2015

Mata pencaharian utama penduduk Desa Ciporeat cukup beragam, namun yang paling banyak dilakukan adalah pada sektor pertanian dan peternakan (30,83% dan 24,58%). Berdasarkan hasil wawancara hal tersebut disebabkan karena bertani merupakan pekerjaan yang turun temurun, memiliki sumber daya (lahan) warisan yang dapat dimanfaatkan dengan baik sehingga menghasilkan pendapatan. Selain itu bermata pencaharian sebagai peternak memiliki kepuasan tersendiri salah satunya memiliki penghasilan yang relatif cukup dalam memenuhi kebutuhan keluarga, selain itu dengan beternak sapi perah peternak memiliki usaha yang kontinu.

(9)

2. Karakteristik Usaha Sapi Perah a. Identitas Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 9 orang peternak sapi perah yang meminjam modal dengan menggunakan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari bank terkait. Identitas responden yang dikaji meliputi umur, tingkat pendidikan, dan pengalaman beternak.

Tabel 3. Variasi Umur Responden

No Umur Jumlah peternak Presentase

...Orang... ...%...

1 <30 Tahun 1 11,11

2 31-55 Tahun 5 55,55

3 >55 Tahun 3 33,33

Total 9 100

Umur sangat berkaitan dengan kemampuan fisik dan daya pikir peternak. Semakin tua umur peternak maka kemungkinan penurunan kemampuan fisik dan berpikir peternak menjadi lebih tinggi. Pada Tabel 3. umur responden sebagian besar berada pada kisaran 31-55 tahun sebesar 55,55%. Adiwilaga (1982) menjelaskan bahwa kisaran umur antara 15 – 55 tahun merupakan kisaran umur produktif dengan produktivitas tinggi. Umur produktif merupakan tingkatan umur dimana seseorang akan mampu menghasilkan produk maupun jasa, atau dengan kata lain umur produktif merupakan umur dimana seseorang akan mampu bekerja dengan baik.

Tabel 4. Tingkat Pendidikan Responden

No Tingkat Pendidikan Jumlah peternak Presentase

...Orang... ...%... 1 SD 8 88,89 2 SMP - - 3 SMA 1 11,11 4 PT - - Total 9 100

Tingkat pendidikan merupakan hal penting dalam memajukan usahaternak sapi perah, karena dengan pendidikan yang tinggi, peternak akan lebih cepat mempelajari pengetahuan, lebih mudah mengembangkan diri, dan serta mempunyai pemikiran yang lebih luas. Mosher (1985) menjelaskan bahwa pendidikan merupakan faktor pelancar dan sarana untuk meningkatkan kualitas yang dimiliki oleh peternak.

Data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan formal yang rendah yaitu sebesar 88,89%. Hal ini dapat terjadi karena tingkat perekonomian yang relatif rendah yang menyebabkan tingkat pendidikan menjadi rendah pula.

(10)

Berdasarkan latar belakang pendidikan tersebut, ada kemungkinan peternak mengalami kesulitan dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan dalam usahaternak sapi perah. Namun meskipun dengan pendidikan yang relatif rendah, peternak berani mengambil risiko dalam usahaternak sapi perah yang memiliki risiko tinggi. Hal tersebut dapat disebabkan karena melihat dari pengalaman beternak yang sudah relatif lama, sehingga para peternak dapat bercermin dari pengalaman-pengalaman yang sudah didapatkan sebelumnya. Dijelaskan menurut Adiwilaga (1982) tingkat pendidikan peternak sangat menentukan dalam penerapan teknologi pertanian.

Tabel 5. Pengalaman Beternak Responden

No Pengalaman Jumlah peternak Presentase

...Orang... ...%... 1 <5 Tahun - - 2 5-10 Tahun 1 11,11 3 11-15 Tahun 3 33,33 4 >15 Tahun 5 55,55 Total 9 100

Pengalaman beternak merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan maju mundurnya kegiatan peternakan. Berdasarkan Tabel 5, pengalaman beternak dalam usahaternak sapi perah didominasi >15 tahun berjumlah 5 orang (55,55%). Berkaitan dengan Tabel 4, meskipun memiliki pendidikan yang relatif rendah para peternak memiliki pengalaman yang sudah cukup lama. Sehingga dalam hal ini lama usaha beternak berhubungan erat dengan tingkat pengalaman yang diperoleh peternak dalam melakukan suatu usaha peternakan. Mosher (1985) menjelaskan lama usaha merupakan pengalaman yang dapat diambil manfaatnya sehingga dapat membantu peternak dalam usahanya, karena semakin lama usahanya semakin banyak pengalaman yang diperoleh peternak.

b. Kondisi Usaha Sapi Perah

Jenis sapi perah yang dikembangkan dalam usahaternak ini adalah jenis sapi perah Fries Holland (FH). Manajemen pemeliharaan dilakukan secara intensif. Pemeliharaan ternak dilakukan melalui beberapa tahap mulai dari perawatan pedet, perawatan sapi dara dan perawatan sapi produktif. Dijelaskan oleh Ensminger (1969) dalam Firman (2010) bahwa ada tiga tahap dalam pemeliharaan sapi perah, yaitu perawatan pada anak sapi perah/pedet, perawatan sapi dara, dan perawatan pada sapi betina dewasa. Perawatan pada setiap tahap akan

(11)

berbeda satu sama lainnya karena masing-masing mempunyai tingkatan umur yang berbeda. Peternak sapi perah yang menjadi nasabah Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat memiliki kepemilikan ternak yang cukup beragam.

Tabel 6. Perkembangan Skala Usaha dan Produksi Susu Sebelum dan Sesudah Kredit Responden

ke-

Pinjaman Skala Awal (Ekor) Skala saat ini (Ekor) Produksi susu

(liter/tahun)

(Rp.) Laktasi Non

laktasi

Total Laktasi Non laktasi

Total Sebelum Sesudah

R1 100.000.000 6 4 10 16 10 26 31.110 82.960 R2 35.000.000 5 1 8 15 3 18 24.400 73.200 R3 100.000.000 4 3 7 13 8 21 19.520 63.440 R4 50.000.000 5 0 5 12 4 16 27.450 65.880 R5 80.000.000 3 3 6 8 3 11 13.725 36.600 R6 50.000.000 3 2 5 6 3 9 14.640 29.280 R7 50.000.000 5 1 6 16 13 29 22.875 73.200 R8 50.000.000 4 3 7 11 14 24 18.300 64.050 R9 50.000.000 5 2 7 11 4 15 22.875 50.325

Berdasarkan Tabel 6, terlihat bahwa terdapat 3 macam skema penerimaan KUR yaitu <Rp. 50.000.000,-, Rp. 50.000.000,- dan skema >Rp. 50.000.000,-. terlihat bahwa dari ketiga skema tersebut masing-masing peternak mulai dari R1 sampai R9 mengalami perubahan atau peningkatan skala usaha, namun terdapat pula adanya ketimpangan yang seharusnya apabila peternak yang menerima dana >Rp. 50.000.000,- mengalami peningkatan kepemilikan yang seharusnya lebih banyak apabila dibandingkan dengan peternak yang hanya menerima dana <Rp. 50.000.000,- dan Rp. 50.000.000,-. Hal tersebut dapat disebabkan karena beberapa hal yang diantaranya lama pengelaman beternak, kemampuan peternak dalam mengelola dana yang diterima dan pola berfikir peternak.

c. Manajemen Pemeliharaan Sapi Perah

Pemeliharaan sapi perah di Desa Ciporeat dilakukan secara intensif. Pakan yang diberikan pada sapi perah di Desa Ciporeat antara lain hijauan, konsentrat dan pakan tambahan yaitu ampas tahu. Selama proses pemeliharaan, pemberian pakan dilakukan secara tiga kali pemberian hijauan yaitu pada saat pagi, siang dan sore. Sedangkan pemberian konsentrat dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada pagi dan sore hari. Selain hijauan dan konsentrat para peternak memberikan pakan tambahan berupa ampas tahu untuk melengkapi kebutuhan nutrisi ternaknya. Hijauan yang sering diberikan pada sapi perah di Desa Ciporeat berupa rumput

(12)

gajah, namun selain itu ada peternak yang memberi hijauan lain seperti jerami padi pada ternaknya. Rumput gajah diberikan dengan pola cut and carry yang berasal dari kebun rumput milik peternak.

Peternak sapi perah yang menjadi responden di Desa Ciporeat merupakan anggota Koperasi Peternak Sapi Perah Manglayang (KPSPM). Sebagai anggota KPSPM peternak mempunyai hak dalam mendapatkan pelayanan dari koperasi berupa bantuan inseminasi buatan, biaya kesehatan ternak, tunjangan peternak dan subsidi dalam membeli pakan konsentrat dari koperasi. Harga konsentrat relatif sedang yaitu sekitar Rp. 2.200/kg, untuk mendukung kecukupan nutrisi sapi perah, sebagian peternak memberikan pakan tambahan berupa ampas tahu.

Setiap hari susu dari peternak sapi perah di Desa Ciporeat dikoleksi dua kali sehari, pagi-pagi sekitar pukul 04.00 dan sore hari sekitar pukul 15.00 pada saat pengumpulan, jumlah susu yang akan dijual ke koperasi maupun ke agen dicatat oleh petugas tertentu. Saat ini harga susu yang dijual ke koperasi sebesar Rp. 4.200 per liter, sedangkan pada agen peternak menjual susu sebesar Rp. 4.500 per liter.

3. Penerimaan Kredit Oleh Peternak

a. Mekanisme Penerimaan Kredit Oleh Peternak

Proses pengajuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) tidak melalui perantara kelompok ataupun koperasi. Pengajuan dilakukan perorangan (individu) langsung kepada pihak bank terkait dengan menggunakan prosedur yang sudah ditetapkan oleh pihak bank. Ilustrasi mengenai mekanisme penerimaan kredit oleh peternak dapat dilihat dibawah ini :

Ilustrasi di bawah merupakan gambaran tahapan bagaimana peternak mendapatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sesuai dengan jumlah kredit yang diajukan. Prosedur pengajuan dilakukan oleh perorangan yang akan bersangkutan meminjam kredit kepada pihak bank tanpa melalui perantara kelompok. Bank pelaksana memutuskan pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) berdasarkan penilaian terhadap kelayakan usaha sesuai dengan asas-asas perkreditan yang sehat, serta dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku. Lama proses pengajuan sampai para peternak mendapatkan dana tidak begitu lama berkisar satu sampai dua minggu. Setelah dana yang dicairkan oleh pihak bank kepada peternak maka kredit yang diajukan akan

(13)

dijaminkan kepada Askrindo dan Jamkrindo tanpa adanya biaya dari bank. Namun untuk peternak yang tidak memenuhi persyaratan baik teknis maupun non teknis yang sudah ditetapkan maka akan ditolak oleh pihak bank terkait.

Ilustrasi 2. Mekanisme Penerimaan Kredit Oleh Peternak b. Jumlah Kredit dan Angsuran Peternak

Penerimaan kredit oleh setiap orangnya bervariasi tergantung dengan kondisi usaha yang dijalankannya dan jaminan yang diberikan peternak pada pihak bank. Jumlah penerimaan kredit setiap peternak dapat dilihat di Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah Kredit

No Pinjaman Jumlah Peternak Persentase

...Rp... ...Orang... ...%...

1 <50.000.000 1 11,11

2 50.000.000-80.000.000 6 66,66

3 >80.000.000 2 22,22

Total 9 100

Pada hasil penelitian didapatkan hasil sesuai dengan tabel diatas, dimana peternak yang menerima dengan besaran Rp. <50.000.000 ada sebanyak 1 orang (11,11%). Peternak yang menerima kredit dengan besaran Rp. 50.000.000 – Rp. 80.000.000 sebanyak 6 orang (66,66%).

Peternak Tolak BJB Askrindo dan Jamkrindo 1 5 4 3 Terima 2

(14)

Peternak yang menerima kredit dengan besaran Rp. >80.000.000 sebanyak 2 orang (22,22%). Besarnya angsuran yang diterima setiap peternak akan berbeda sesuai dengan jumlah kredit yang diterima, serta bunga yang harus dibayar para peternak yaitu sekitar 12%.

c. Pemanfaatan Dana Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Para peternak sapi perah yang menerima dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) memanfaatkan sebaik mungkin dana yang diterimanya yaitu dengan membelikan bibit berupa dara bunting yang biasa dibelinya dari peternak lain yang berasal dari daerah tempat tinggal. Selain itu peternak juga menggunakan dana yang diterima untuk memperbaiki bangunan kandang serta membeli peralatan kandang sesuai dengan yang dibutuhkan.

d. Pengembalian Pinjaman

Adanya pinjaman adapula besaran angsuran yang harus dibayarkan untuk melunasi pinjaman tersebut. Pada penelitian ini besarnya angsuran untuk setiap peternak berbeda-beda sesuai dengan jumlah pinjaman masing-masing serta ditambah dengan ketetapan bunga sekitar 12% pada setiap tahunnya.

Proses pengembalian pinjaman kredit oleh para peternak dari lembaga keuangan yang dalam penelitian ini adalah Bank Jabar Banten dilakukan dengan cara dicicil, angsuran pokok dicicil pada setiap setahun sekali yang jatuh pada tempo bulan tertentu tergantung dari tempo bulan peternak masing-masing ketika menerima dana. Angsuran dicicil selama 5 tahun, yang dimana para peternak lebih diuntungkan karena adanya grace period selama 1 tahun. Sedangkan setiap bulannya peternak harus membayar biaya bunga sesuai yang telah ditetapkan oleh pihak bank.

Tabel 8. Pengembalian Pinjaman KUR pada Suku Bunga 12%

Tahun 1 2 3 4 5 6 Skema 35.000.000 Pokok 7.000.000 7.000.000 7.000.000 7.000.000 7.000.000 Bunga 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 Total 4.200.000 11.200.000 11.200.000 11.200.000 11.200.000 7.000.000 Skema 50.000.000 1 2 3 4 5 6 Pokok 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 Bunga 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 Total 6.000.000 16.000.000 16.000.000 16.000.000 16.000.000 10.000.000 1 2 3 4 5 6

(15)

80.000.000 Bunga 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 Total 9.600.000 25.600.000 25.600.000 25.600.000 25.600.000 16.000.000 Skema 100.000.000 1 2 3 4 5 6 Pokok 20.000.000 20.000.000 20.000.000 20.000.000 20.000.000 Bunga 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 Total 12.000.000 32.000.000 32.000.000 32.000.000 32.000.000 20.000.000

Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat bahwa setiap peternak memiliki tanggungjawab untuk membayar bunga tergantung dari jumlah dana yang diterima. Untuk peternak yang menerima dana sebesar Rp. 35.000.000 harus membayar bunga sekitar Rp. 4.200.000 per tahun, peternak yang menerima dana sebesar Rp. 50.000.000 bunga yang harus di bayar sekitar Rp. 6.000.000 per tahun, peternak yang menerima dana sebesar Rp. 80.000.000 harus membayar bunga sekitar Rp. 9.600.000 per tahun dan peternak yang menerima dana sebesar Rp. 100.000.000 harus membayar bunga sekitar Rp. 12.000.000 per tahun. Pembayaran bunga tersebut wajib dibayarkan setiap bulan, sedangkan untuk angsuran pokok dicicil setiap satu tahun sekali. Angsuran tersebut di bayar dengan cara adanya petugas bank yang langsung menagih ke tempat tinggal peternak yang bersangkutan sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan.

4. Analisis Kelayakan Usaha

Analisis kelayakan finansial merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan secara finansial layak atau tidak untuk dijalankan. Dalam melakukan perhitungan analisis kelayakan usahaternak sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR), diambil satu responden yang akan mempresentasikan ke sembilan responden penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR), setelah di analisis dan diambil rata-rata didapatkan hasil bahwa satu responden yang mempresentasikan semuanya adalah Ibu Oneng Odang.

a. Arus Biaya dan Manfaat

Gittinger (1986) menjelaskan bahwa Biaya merupakan suatu pengorbanan yang dikeluarkan untuk mendapatkan barang atau jasa yang digunakan dalam suatu usaha. Biaya mencakup suatu pengukuran nilai sumberdaya yang harus dikorbankan sebagai akibat dari aktivitas–aktivitas yang bertujuan mencari keuntungan. Sedangkan manfaat adalah nilai hasil

(16)

dari output atau produksi karena perusahaan telah menjual atau menyerahkan sejumlah barang atau jasa kepada pihak pembeli (Kadarsan, 1995). Adapun arus biaya dan manfaat usahaternak sapi perah dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Arus Biaya dan Manfaat Usaha Sapi Perah

Tahun Biaya Benefit Net Benefit

...Rp/tahun... 1 125.313.000,00 91.615.600,00 -33.697.400,00 2 90.204.000,00 91.615.600,00 1.411.600,00 3 115.469.500,00 136.508.400,00 21.038.900,00 4 144.771.500,00 181.401.200,00 36.629.700,00 5 186.735.750,00 308.740.400,00 122.004.650,00

Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat bahwa biaya yang dikeluarkan oleh peternak dari tahun pertama sampai ke-lima terus mengalami kenaikan seiring dengan bertambahnya jumlah populasi ternak pada usaha tersebut. Namun hanya pada tahun kedua terjadi penurunan biaya karena hal tersebut disebabkan adanya biaya variabel yang tidak harus dibeli setiap satu tahun sekali seperti lampu penerangan yang dapat bertahan sampai lima tahun. Sehingga dalam hal ini biaya akan terus berubah seiring dengan adanya pertambahan input yang digunakan.

Manfaat yang diperoleh dari usaha sapi perah yang dijalankan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Manfaat yang diterima dari usaha ini berupa hasil penjualan susu, penjualan pedet jantan lepas sapih dan penjualan induk afkir. Untuk penjualan susu dibagi ke dalam dua jalur penjualan pertama ke KPSPM dijual dengan harga Rp. 4.200 per liter dan ke agen dengan harga Rp. 4.500 per liter. Sedangkan untuk penjualan induk afkir terjadi pada tahun ke lima, sehingga dapat di lihat pada Tabel 9 pada tahun tersebut usaha ini mendapatkan manfaat yang cukup signifikan dari tahun sebelumnya karena pada tahun inilah peternak meng-afkir induk sapi pada umur 6 tahun setelah melahirkan sebanyak empat kali.

b. Arus Kas (Cash Flow)

Adapun arus kas (Cash Flow) dari usahaternak penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) dapat dilihat pada Tabel 10.

(17)

Tabel 10. Arus Kas (Cash Flow) Usaha Sapi Perah

No Cashflow Tahun (Rp.)

1 2 3 4 5 6

A Inflow

1. Saldo awal tahun - 10.302.600,00 (4.285.800,00) 8.753.100,00 29.382.800,00 337.173.250,00

2. Modal pinjaman 50.000.000,00

3. Modal sendiri 4.285.800,00

4. Nilai jual Susu 75.615.600,00 75.615.600,00 112.508.400,00 149.401.200,00 204.740.400,00 5. Nilai jual pedet lepas

sapih

16.000.000,00 16.000.000,00 32.000.000,00 32.000.000,00 40.000.000,00

6. Nilai jual induk afkir - - - - 64.000.000,00

7. Nilai sisa - - - - 197.500.000,00 Total A 141.615.600,00 101.918.200,00 140.222.600,00 190.154.300,00 539.909.000,00 337.173.250,00 B Outflow 1. Biaya Investasi 45.000.000,00 2. Biaya operasional 80.313.000,00 90.204.000,00 115.469.500,00 144.771.500,00 186.735.750,00 3. Kewajiban bank Pokok 10.000.000,00 10.000.000,00 10.000.000,00 10.000.000,00 10.000.000,00 Bunga pinjaman 6.000.000,00 6.000.000,00 6.000.000,00 6.000.000,00 6.000.000,00 Total B 131.313.000,00 106.204.000,00 131.469.500,00 160.771.500,00 202.735.750,00 10.000.000,00 C Saldo Akhir Tahun [A-B] 10.302.600,00 0 8.753.100,00 29.382.800,00 135.387.450,00 327.173.250,00

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat arus kas (Cash Flow) usahaternak sapi perah penerima kredit untuk tahun pertama saldo akhir sudah bernilai positif hal tersebut menandakan bahwa benefit yang didapat ditambah dengan modal pinjaman dari kredit tersebut mampu menutupi biaya investasi dan biaya operasional serta kewajiban bank yang harus dilaksanakan. Begitupun untuk tahun kedua sampai tahun terakhir saldo akhir peternak sapi perah penerima KUR bernilai positif. Sehingga dikatakan usaha tersebut sudah mampu menutupi biaya–biaya yang dikeluarkan dari hasil penjualan output.

5. Kriteria Investasi

Analisis kriteria investasi merupakan analisis yang digunakan untuk melihat layak atau tidaknya usaha untuk dijalankan. Analisis kriteria investasi dilakukan selama 5 tahun yaitu berdasarkan lama peminjaman kredit. Analisis kriteria investasi ini menggunakan indikator kelayakan yaitu diantaranya Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Gross

Benefit Cost Ratio (Gross B/C), Internal Rate of Return (IRR) dan Pay Back Period (PBP).

Hasil perhitungan kriteria investasi pada peternakan sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

(18)

Tabel 11. Hasil perhitungan kriteria investasi

No Kriteria Investasi Nilai Keterangan

1 NPV 158.705.318 Layak 2 Net B/C 2,794 Layak 3 Gross B/C 1,276 Layak 4 IRR 48% Layak 5 PBP 0,49 Layak 6 PR 6,52 Layak

Berdasarkan Tabel 11, apabila dikaitkan dengan teori menurut Ibrahim (2003), apabila hasil perhitungan NPV lebih besar daripada 0 (nol) maka dikatakan usaha tersebut feasible (go) untuk dijalankan. Berdasarkan hasil perhitungan, dapat dilihat bahwa nilai NPV usahaternak ini sebesar 158.705.318 per lima tahun sehingga nilai tersebut menunjukkan usahaternak layak untuk dijalankan karena nilai NPV lebih besar daripada 0 (nol).

Pada hasil perhitungan Net B/C dan Gross B/C pada usahaternak sapi perah penerima kredit usaha rakyat ini diperoleh hasil lebih besar dari 1 (satu) yaitu Net B/C sebesar 2,794 dan Gross B/C 1,276 maka usaha tersebut dikatakan layak karena menurut Ibrahim (2003), apabila nilai Net B/C dan Gross B/C lebih dari 1 (satu) maka usaha tersebut layak untuk dijalankan.

Menurut Lihan dan Yogi (2009), apabila nilai IRR lebih dari nilai SOCC maka usaha tersebut layak untuk dijalankan. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel kriteria investasi IRR diperoleh dengan nilai sebesar 48% sehingga dapat dikatakan bahwa IRR lebih besar dari SOCC, maka dengan demikian usahaternak sapi perah penerima kredit usaha rakyat ini layak untuk dijalankan.

Sesuai dengan ketentuan yang telah dijadikan sebagai indikator kelayakan dari suatu usaha berdasarkan teori memang layak untuk dijalankan, namun angka-angka tersebut sangat rawan, karena berdasarkan hasil penelitian ada seorang peternak yang pada tahun terakhir belum memenuhi kewajibannya dalam membayar angsuran pokok kepada pihak bank. Hal tersebut membuktikan bahwa usaha yang dijalankan kemungkinan rawan, namun selain itu apabila dikaitkan dengan terjadinya berbagai kejadian dalam suatu usaha tersebut, contohnya adanya kenaikan input pakan usaha tersebut tidak layak untuk dijalankan. Hal ini dapat dilihat dari nilai sensitivitas pada Tabel 12 di bawah ini.

(19)

Tabel 12. Analisis Sensitivitas Usaha Sapi Perah

Kriteria investasi Kenaikan harga pakan

15% 30% 44%

NPV 104.137.879 49.570.440 - 1.359.169

Net B/C 2,08 1,48 0,99

Gross B/C 1,17 1,07 0,97

IRR 34,56 22,33 11,73

Hasil perhitungan analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga pakan dapat dilihat bahwa kenaikan harga pakan sampai dengan 15% tidak berpengaruh terhadap usahaternak, artinya usaha tersebut masih dikatakan layak untuk dijalankan namun ketika harga pakan naik menjadi 44% usaha tersebut sudah tidak layak untuk dijalankan karena nilai kriteria investasi menunjukkan hasil yang tidak layak yaitu : NPV : Rp. – 1.359.169 per 5 tahun, Net B/C : 0,99,

Gross B/C : 0,97, IRR : 11,73. Hal ini sejalan dengan pendapat Gittinger (1986) apabila nilai

akhir dari perhitungan sensitivitas didapatkan nilai negatif maka usaha tersebut tidak dapat menanggulangi kenaikan biaya sebesar nilai inflasi yang terjadi pada saat itu.

KESIMPULAN

1. Performa usaha sapi perah ditinjau dari parameter output, pendapatan tunai dan skala

pemeliharaan mengalami peningkatan setelah adanya penambahan dana yang diterima dari Kredit Usaha Rakyat (KUR).

2. Dilihat dari arus kas dan arus biaya dan manfaat usaha sapi perah penerima Kredit Usaha

Rakyat (KUR) dikatakan layak karena sejak tahun pertama menerima kredit, selisih arus kas sudah bernilai positif artinya secara finansial usaha tersebut mampu mencukupi kebutuhan pendanaan usahanya setidaknya untuk periode tahun berikutnya.

3. Usahaternak sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) layak untuk dijalankan,

semua nilai kriteria investasi terpenuhi nilai kelayakannya, masing – masing adalah Net Present Value sebesar Rp. 158.705.318,- per 5 tahun, Net Benefit and Cost Ratio sebesar 2,794, Gross Benefit and Cost Ratio sebesar 1,276, Internal Rate of Return sebesar 48% dan Profitability Ratio sebesar 6,52.

(20)

SARAN

1. Efektifitas penggunaan kredit sebaiknya ditujukan kepada para peternak sapi perah yang

memiliki skala usaha dengan rata-rata pemilikan diatas 5 ekor serta sudah mampu mengelola usahanya dengan baik.

2. Peternak harus memperhitungkan kembali apabila akan mengeluarkan modal investasi,

agar investasi yang dikeluarkan lebih efektif.

3. Masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut diantaranya mengukur efisiensi teknis dan

efisiensi ekonomis usaha sapi perah khususnya penerima kredit.

DAFTAR PUSTAKA

Adiwilaga, A. 1982. Ilmu Usaha Tani. Alumni. Bandung.

Ary, Jacobs, dkk. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. (Penerjemah Furchan, A). Usaha Nasional. Surabaya.

Bank Jabar Banten, 2012. Avaible at : www.bjb.co.id (diakses pada November 2015).

Firman, Achmad dan T, Rochadi. 2010. Agribisnis Sapi Perah. Widya Padjadjaran. Bandung. Gittinger, J. P. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Edisi Kedua. UI Press.

Jakarta.

Ibrahim, Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta. Jakarta.

Kadarsan, W. Halimah. 1995. Keuangan Pertanian dan pembiayaan Perusahaan Agribisnis. PT. Gramedia Pusaka Utama. Jakarta.

Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian RI No: KEP-01/D.I.EKON/01/2010 tentang Struktur Operasional dan Prosedur Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat.

Lihan, I dan Yogi. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Poliyama. Jakarta. Monografi Desa Ciporeat. 2015. Kabupaten Bandung.

Mosher, A. T. 1985. Menggerakkan dan membangun Ekonomi Pertanian. Disadur oleh Krisnandi, S dan Somad, B. Cetakan ke-10. Yasaguna. Jakarta.

Soekartawi, A. Soehardjo, J. L, Dillon dan J.B. Hardaker. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian

Pengembangan Petani Kecil. UI Press. Jakarta.

Gambar

Tabel 4.  Tingkat Pendidikan Responden
Tabel 5.  Pengalaman Beternak Responden
Tabel 6.  Perkembangan Skala Usaha dan Produksi Susu Sebelum dan Sesudah Kredit
Ilustrasi 2. Mekanisme Penerimaan Kredit Oleh Peternak  b.  Jumlah Kredit dan Angsuran Peternak
+6

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu juga terdapat jurnal penelitian tentang perbedaan konsep diri pada budaya dan pengaruhnya terhadap pembelian impulsif, yaitu bahwa konsep diri memiliki

Sumber: Direktorat Diplomasi Publik, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia: Jakarta Direktorat Diplomasi Publik.. “Presiden RI: Soft Power

Jadi, terdapat perbedaan yang signifikan hasil post-test antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sehingga dapat dikatakan bahwa metode jigsaw lebih efektif

Abstrak: Tata rias wajah cikatri merupakan salah satu jenis tata rias wajah yang bertujuan untuk mempercantik wajah dengan menonjolkan bagian-bagian yang sudah indah

Penelitian ini menemukan bahwa pasangan suami – isteri yang tidak memiliki anak di kota Gunungsitoli tidak mudah mengalami perpecahan seperti perceraian karena telah

Pengaruh pengaktifan zeolit, yaitu dapat memurnikan zeolit dari komponen pengotor, menghilangkan jenis kation logam tertentu dan molekul air yang terdapat dalam rongga,

Tjiputra, G.G., 2016, Pengaruh Service Quality, Relational Benefit, dan Perceived Value Terhadap Customer Satisfaction dan Customer Behavioral Intention Pada