• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN FILOSOFIS DALAM PENDIDIKAN. Oleh : Irwansyah*

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LANDASAN FILOSOFIS DALAM PENDIDIKAN. Oleh : Irwansyah*"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

LANDASAN FILOSOFIS DALAM PENDIDIKAN

Oleh : Irwansyah*

Abstrak. Filsafat telah ada semenjak manusia ada,tetapi keberadaannya tidak di akui secara formal seperti filsafat sekarang.Filsafat ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam tentang sesuatu sampai ke akar-akarnya.Sesuatu dapat di bearti terbatas dan tidak terbatas.Filsafat membahas segala sesuatu yang ada di alam ini yang sering di sebut filsafat umum.Sementara itu filsafat yang terbatas ialah filsafat ilmu,filsafat pendidikan, filsafat seni, dan sebagainya. Filsafat pendidikan sangat di perlukan dalam hal mengajar bagi guru, karena guru merupakan suatu petunjuk jalan, serta pengamat tingkah laku anak, untuk mengetahui apakah yang menjadi minat perhatian anak.

Kata kunci:Landasan filosofis pendidilan

Filsafat Pendidikan adalah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai keakar-akarnya

mengenai pendidikan.Zanti

Arbi(1988)mengatakan filsafat

pendidikan Menginspirasi yaitu memberikan inspirasi kepada para pendidik untuk melaksanakan ide tertentu dalam pendidikan Bagaimana pendidikan itu, ke mana diarahkan pendidikan itu, siapa saja yang menerima pendidikan itu dan bagai mana cara mendidik serta peran pendidik.

Menganalisis dalam filsafat pendidikan adalah memeriksa secara teliti bagian-bagian pendidikan agar dapat di ketahui secara jelas validitasnya.,agar dalam menyusun konsep pendidikan secara utuh tidak terjadi kerancuan, tumpang tindih, serta arah yang simpang siur.

Mempreskriptifkan adalah upaya

menjelaskan atau memberikan

pengarahan kepada pendidik melalui filsafat pendidikan.Yang di jelaskan bisa berupa hakikat manusia bila di sandingkan dengan makhluk lain, aspek-aspek peserta didik yang patut dikembangkan.semua penjelasan diberi rasional dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Menginvestasi dalam filsafat pendidikan adalah untuk memeriksa atau meneliti kebenaran suatu teori pendidikan.pendidik tidak dibenarkan mengambil begitu saja suatu konsep atau

teori pendidikan untuk di praktekkan di lapangan. Pendidikan seharusnya mencari sendiri konsep-konsep pendidikan di lapangan atau melalui penelitian-penetitian.Setelah pendidik menemukan konsep, barulah filsafat pendidikan dimanfaatkan untuk mengevaluasinya, atau sebagai pembanding, agar konsep pendidikan menjadi lebih mantap.

LANDASAN TEORITIS

Pendekatan filsafah dalam pendidikan menghasilkan filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan merupakan aplikasi dari filsafat, menerapkan cara kerja filsafat untuk menelaah pendidikan.

Secara etimologis filsafat berasal dari kata-kata "philos" yang artinya love (cinta) dan "sophia" artinya wisdom (kebijaksanaan -kearifan). Jadi filsafat dapat diartikan cinta secara mendalam terhadap kebijaksanaan, cinta akan kearifan..

H a r a l d T i t u s , m e n g e m u k a k a n b a h wa f i l s a f a t d a l a m a r t i sempit merupakan science of science, di mana tugas utamanya me mb eri ka n anali si s sec ara kriti s ter had ap as u m si -as u ms i d an k o n s e p - k o n s e p s a i n s , d a n m e n g a d a k a n s i s t e m a t i s a s i a t a u pengorganisasian pengetahuan. Dalam pengertian yang lebih luas, fi l s a fa t me n c o b a me n g i n t e g ra s i ka n p e n g e ta h u a n ma n u s i a d a ri berbagai lapangan pengalaman manusia yang berbed a-beda dan menjadikan suatu pandangan

(2)

komprehensif tentang alam semesta, hidup dan makna hidup. Sesuai pandangan di atas, berfilsafat merupakan salah satu kegiatan manusia, di mana manusia akan berusaha untuk mencapai kebijaksanaan (kebijakan) dan kearifan. Berfilsafat adalah berpikir, namun tidak semua berpikir berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir yang memiliki tiga ciri, yaitu radikal, sistematis, dan universal. Menurut Sidi Gazalba berp ikir radikal ialah berpikir sampai ke akar-akarnya, tidak setengah-setengah, sampai kepada konsekuensi yang terakhir. Berpikir sistematis ialah berpikir logis, yang bergerak selangkah demi selangkah dengan penuh kesadaran dengan uru ta n ya ng b ertan g g un g j a wab d an sa li ng b erhub un ga n ya ng teratur.

Berpikir universal ialah berpikir secara menyeluruh, tidak khusus, tidak terbatas kepada bagian-bagian tertentu. Berfilsafat adalah berpikir dengan sadar, yang mengandung pengertian secara teliti dan teratur. p e n d i d i k a n berhubungan langsung dengan tujuan hidup dan kehidupan individu maupun masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan. Pendidikan tidak dapat dipahami seluruhnya, tanpa memahami tujuan akhir, yang bersumber kepada tujuan serta pandangan hidup manusia. .4. Metoda dan Metoda Filsafat

a. Definisi Konseptual Filsafat

J.A. Leighton mendefinisikan filsafat sebagai "a world-view, or reasoned conception of the whole cosmos, and a lifeview, or doctrine of the values, meanings, and purpose of human life". Dari definisi ini kita mendapat gambaran pengertian filsafat seb agai sistem atau sistematika filsafat yaitu metafisika, etika, dan logika yang artinya secara berturut adalah teori tentang kosmologi dan ontolo gi, teori tentang nilai moral dan ajaran berpikir filoso fis, yaitu logika formal Aristoteles dan logika materil, instrumental dan logika simbolis.

b. Definisi Analitis Operasional

1)

Filsafat sebagai metode berpikir. Salah satu daya jiwa manusia yang paling dapat dipercaya dan yang telah menghasilkan ilmu fil sa fat ad a lah

p ikira n ma nu sia d ike n al b erb agai j enis d an tingkat pikir, seperti berpikir religius, berpikir historis, berpikir sosiologis dan berpikir empiris positif serta berpikir filosofis, dan berpikir spekulatif teoritis.

2)

Berfikir radikal sebagai variasi berfikir filsafat yang lain adalah berfikir mendalam sampai batas “radiks”,akarnya.

3)

Filsafat sebagai sikap terhadap dunia dan hidup. Hidup adalah pengabdian,atau perjuangan untuk kekuasaan, atau memperoleh kenikmatan hidup, atau menyerahkan diri kepada Tuhan.

4)

Filsafat sebagai sistem pemikiran.Filsafat dalam pengertian sistem terdiri atas tiga segi di mana antara yang satu dengan yang lain berkaitan.Yaitu Kategori metafisika yang menjawab masalah kosmologi dan ontology/etika yang menjawab persoalan nilai norma tingkah laku yang baik dan tidak, benar atau tidak.

5)

Filsafat sebagai aliran atau teori.Bervariasinya teori tentang kategori-kategori sistematikafilsafat,menyebabkan timbulnya bermacam aliran filsafat seperti idealisme, rasionalisme, realisme, empirisme, pragmatisme, materialisme, eksistensialisme.

B. Ilmu Filsafat Pendidikan

Hubungan antara agama, filsafat, dan kebudayaan m e n d a s a r i p e r t i m b a n g a n -pertimbangan dalam merumuskan dasar-dasar dan tujuan-tujuan pendidikan yang secara umum, merupakan pokok-pokok masalah dalam ilmu filsafat pendidikan. Se b a g a i i l m u p e n g e t a h u a n n o r m a t i f, i l m u p e n d i d i k a n merumuskan kaidah-kaidah norma-norma atau ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenamya dilaksanakan oleh manusia. Atau ilmu pendidikan bertugas merumuskan peraturan-peraturan tentang tingkah laku perbuatan makhluk manusia dalam kehidupan dan penghidupannya.

Sebagai ilmu pengetahuan praktis, tugas pendidikan ialah menanamkan sistem-sistem norma tingkah laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh lembaga pendidikan dan pendidik dalam

(3)

suatu masyarakat. Ilmu pendidikan erat hubungannya dengan ilmu filsafat dan ilmu pengetahuan normatif lainnya, yang dalam sejarah perkembangan merupakan bagian yang tak terpisahkan. Baru pada abad modern ini memisahkan diri sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, di samping menyebabkan lahirya cabang ilmu pengetahuan baru, yaitu filsafat pendidikan.

PEMBAHASAN

A. Kegunaan Filsafat Pendidikan

Dalam rangka memahami nilai manfaat mempelajari filsafat pendidikan, maka terlebih dahulu diajukan tiga asumsi dasar yang ada kaitannya dengan persoalan ini.

a.

Bahwa hidup tanpa perenungan adalah suatu kehidupan yang kurang berbobot. B a h wa a p a b i l a p e n d i d i k a n s e b a g a i p r o s e s e k s p e r i me n t a s i , ma k a b e r b ed a d e n g a n e k s p e r i me n t a s i d a l a m i l m u e k s a k t a fisika, eksperimentasi pendidikan (sosial) berhasil tidaknya tidak mudah atau tidak segera, kita ketahui atau buktikan. Bahwa berbuat salah tetapi tahu atau sadar akan kesalahannya, l e b i h - b a i k d a r i p a d a b e r b u a t b a i k t e t a p i t i d a k t a h u l e t a k kebaikannya.

b.

Argumentasi-argumentasi dalam bentuk pokok-pokok pikiran-pikiran berikut ini akan memberikan kepada kita "pengertian dan dasar alasan" mengap a ilmu filsafat pendid ikan harus dipelajari oleh setiap guru dan pendidik.

Pokok-pokok pikiran tersebut adalah sebagai berikut:

a.

Setiap i nd iv id u har us b ertind ak, d e mi tercip ta n ya man faa t pendidikan, secara sadar dan terarah dengan tujuan yang pasti.

b.

Setiap individ u harus bertanggung jawab d alam p endidikan, yang tinggi rendahnya nilai mute tanggung jawab tersebut akan b a n y a k d i t e n t u k a n o l e h s i s t e m d a s a r n i l a i n o r m a y a n g melandasinya.

c.

B a h wa s e t i a p m a n u s i a y a n g h i d u p t e n t u m e m i l i k i f i l s a f a t h i d u p , d e m i k i a n p u l a m a n u s i a y a n g h i d u p d a l a m d u n i a pendidikan harus memiliki filsafat pendidikan yang merupakan t o n g g a k p e nu n j u k j al a n s u mb e r d as ar , t uj ua n tin d a ka n d a n tanggung jawabnya dalam pendidikan.

d.

S u a t u k e n y a t a a n , b a h w a t e r d ap a t

k e r a g a ma n a l i r a n -a l i r a n p e n d i d i k a n d i m a n a i n d i v i d u p e n d i d i k h a r u s m e n e n t u k a n pilihannya secara bebas, terbuka, dan kritis.

e.

Pada suatu saat kaum pendidik telah menentukan pilihannya, maka ia tidak netral lagi dan meyakininya dan mengamalkan aliran filsafat pendidikannya secara penuh rasa tanggung.

B. Beberapa Sistem Filsafat Pendidikan

T e la h d ij e la s k a n, b a h wa p e nd e k a ta n fi l sa fa t me r u p a ka n p enelaahan p end id ikan d engan men ggu nakan meto d e atau cara, k e rj a fi l s a fa t , a t a u d e n g a n k a t a l a i n m e n e r a p k a n c a r a b e r p i k i r filsafat terhadap pendidikan. Hasil berpikir filsafat, menghasilkan b erane ka ra ga m has il p e mi kira n ma nu si a. Oleh k arena itu p ula dalam pendekatan filsafat terhadap pendidikan, kita akan menemukan beraneka ragam pemikiran. Namun dalam hal ini, saya hanya akan m e n g e m u k a k a n b e b e r a p a s a j a , d i a n t a r a n y a : P r o g r e s i v i s m e , Perenialisme, Esensialisme, Eksistensialisme.

1. Progresivisme

Aliran progresivisme berdasarkan falsafah naturalisme dari Rousseau dan filsafat pragmatisme dari John Dewey. Filsafat Rousseau yang mendasari pendidikan progresif ialah pandangannya mengenai hakikat manusia, sedangkan dari pragmatisme Dewey ialah ajarannya tentang minat dan kebebasan dalam teori pengetahuan. Progresivisme yang dipelopori oleh Peirce. Pendidikan berfungsi sebagai pembaruan hidup, renewal of life. Hidup itu selalu berubah, selalu menuju kepada pembaruan. Hidup itu merupakan "a self renewing process

(4)

throught action' upon environment". a. Pendidikan sebagai pertumbuhan

Menurut Jo hn De we y,

p ertumb uhan merup akan suatu perubahan perilaku yang berlangsung terus menerus untuk mencapai suatu hasil selanjutnya. Kapasitas yang potensial itu adalah kapasitas yang dapat tumbuh menjadi suatu yang berlainan, karena pengaruh yang datang dari luar.

Ciri dari kebelum matangan ialah adanya ketergantungan dan plastisitas si anak. Kalau diterapkan kepada pendidikan, bahwa ke kua tan u nt uk t u mb u h terga nt u n g kep ad a keb ut u han ata u ketergantungan terhadap orang lain dan plastisitas yang dimiliki si anak.

Yang dimaksud plastisitas ialah kemampuan belajar dari pengalaman, yang menentukan pembentukan kebiasaan. Kebiasaan mengambil bentuk "habituation", yaitu keseimbangan dan kekuatan yang ada pada aktivitas organisme dengan lingkungan dan kapasitas yang aktif untuk mengadakan penyesuaian kembali (readjustment) agar dapat mencapai suatu kondisi baru.

b. Pendidikan sebagai fungsi sosial

Pendidikan merupakan suatu cara yang dilakukan masyarakat d a l a m m e m b i m b i n g a n a k y a n g b e l u m m a t a n g , s e s u a i d e n g a n bentuk serta susunan masyarakat itu sendiri. Jadi, pendidikan itu memiliki fungsi untuk meneruskan, menyelamatkan sumber dan cita-cita masyarakat

c.. Tujuan pendidikan

tuj ua n p end id i ka n me n urut Ro u ssea u, ia lah in d ivid u ya n g berkembang yang optimal secara alamiah. Pragmatisme Dewey lebih menekankan interaksi individu dengan lingkungannya. Tujuan pendidikan harus diambil dari masyarakat di mana si anak hidup yang menjadi tempat berlangsungnya pendidikan, karena pendidikan berlangsung dalam kehidupan. Tujuan p e n d i d i k a n t i d a k b e r a d a d i l u a r k e h i d u p a n , m e l a i n k a n d a l a m kehidupan itu sendiri.

Untuk menyusun suatu tujuan pendidikan, Dewey mengemukak a n t i g a k r i t e r i a y a n g h a r u s d i p e r h a t i k a n , i a l a h : ( 1 ) T u j u a n p e n d i d i k a n h a r u s b e r s u m b e r k e p a d a s i t u a s i k e h i d u p a n y a n g berlangsung; (2) Tujuan pendidikan harus fleksibel; dan (3) Harus mencerminkan aktivitas bebas. Tujuan pendidikan ialah kehidupan yang baik bagi individu dan masyarakat. Kehidupan terbaik bagi individu ialah kehidupan y a n g i n t e l i g e n , h i d u p b e b a s , d a n m e m i l i k i k o n t r o l t e r h a d a p pengalamannya. Kehidupan terbaik masyarakat, ialah demokrasi, d i m a n a t i d a k m e n g e n a l a d a n y a s t r a t i f i k a s i s o s i a l , k e s a m a a n kesempatan merupakan suatu jaminan, bah wa setiap orang akan d a p a t me n g a mb i l b a g i an d a la m me l a k s a n a k a n s e g al a a k ti v i t a s le mb a ga ya n g i a ma s u k i .

d.. Proses belajar

Untuk memperoleh pengetahuan yang benar, Dewey menekankan pengalaman indra, belajar sambil bekerja, dan mengembangkan in teli ge nsi, seh in g ga a na k d ap at m ene mu ka n d a n me meca h kan masalah.

Bahan pelajaran harus didasarkan kepada fakta-fakta yang sudah diobservasi, dipahami serta dibicarakan sebelumnya. Bahkan pelajaran harus mengandung ide-ide yang dapat mengembangkan situasi untuk mencapai tujuan.

Sekolah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Sekolah merupakan cara khusus untuk mengatur lingkungan, direncanakan dan diorganisasi. Di sekolah anak belajar apa yang ada dalam kehidupan. Dengan sekolah kita dapat menolong anak dalam menciptakan kehidupan baik. Pendidikan adalah kehidupan itu se nd iri, b u ka n p ersiap a n u nt uk h id up . S ub j ek ma ter haru s berhubungan langsung dengan masalah yang dihadapi anak, dan masyarakat diperhatikan untuk memecahkan masalah tersebut.

Dalam menentukan kurikulum, setiap pelajaran tidak boleh terpisah, harus merupakan suatu kesatuan. Pengalaman di

(5)

sekolah dan luar sekolah harus dipersatukan, sehingga segalanya menjadi suatu kebulatan atau kesatuan, caranya ialah dengan mengambil suatu masalah menjadi pusat segala kegiatan. Masalah yang dijadikan pusat tersebut sebaiknya hal-hal yang menarik perhatian anak, harus sesuai dengan minat anak.

e.. Faktor-faktor yang wajib diperhatikan oleh guru

Guru di sekolah harus merupakan suatu petunjuk jalan, serta pengamat tingkah laku anak, untuk mengetahui apakah yang menjadi minat perhatian anak. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam menghadapi murid dalam kelas menurut Kingsley Price seperti berikut:

(1)

Guru tidak boleh memaksakan suatu ide atau pekerjaan yang tidak sesuai dengan minat dan kemauan murid.

(2)

Guru hendaknya menciptakan suatu situasi, di mana murid akan merasakan adanya suatu masalah yang ia hadapi, sehingga timbul minat untuk memecahkan masalah tersebut.

(3)

Untuk membangkitkan minat anak, hendaknya guru mengenal kemampuan serta minat masing-masing murid.

4) Guru harus dapat menciptakan situasi yang menimbulkan kerja sama dalam belajar antara murid dengan murid, begitu pula antara guru dengan murid.

Jadi tugas guru dalam proses belajar mengajar adalah memberi dorongan kepada anak, untuk bekerja bersama-sama, menyelidiki dan mengamati sendiri, berpikir, dan menarik kesimpulan sendiri, membangun dan menghiasi sendiri, sesuai dengan minat yang ada pada dirinya.

f. Prinsip-prinsip pendidikan

1) Pendidikan adalah hidup itu sendiri, bukan persiapan untuk hidup. Kehidupan yang baik adalah kehidupan yang inteligen, yaitu kehidupan yang mencakup interpretasi dan rekonstruksi pengalaman. Anak akan memasuki situasi belajar disesuaikan dengan usianya dan

berorientasi pada pengalaman. Tidak ada tuj uan umu m atau akhir pendid ikan. Pendidikan adalah pertumbuhan untuk menghasilkan pertumbuhan berikutnya.

2)

Pendidikan harus berhubungan secara

langsung dengan minat anak, minat individu, yang dijadikan sebagai dasar motivasi belajar. Sekolah menjadi child centered, di mana proses belajar d i t e n t u k a n t e r u t a m a o l e h a n a k . S e c a r a k o d r a t i a n a k s u k a b e laj ar a p a saj a ya n g b er h u b u ng a n d e n g a n mi n a t n ya , a t a u untuk me mecahkan masalahn ya.

3)

B elaj ar melalui p emecahan masalah akan menj ad i presed en terhad ap p emb erian sabj ek mater. J ad i belajar harus dapat memecahkan masalah.

4)

P e ra n a n g ur u t id a k l a n g s u n g ,

me l a i n k a n me mb e r i p et un j u k kepada murid. Kebutuhan dan minat murid akan menentukan a p a y a n g m e r e k a p e l a j a r i . A n a k h a r u s d i i z i n k a n u n t u k merencanakan p erkemb angan d iri mereka send iri, d an g uru harus membimbing kegiatan belajar.

5)

Sekolah harus memberi semangat untuk bekerja sama, bukan mengembangkan persaingan. Manusia pada dasamya sosial, d a n k e p u a s a n y a n g p a l i n g b e s a r p a d a m a n u s i a k a r e n a i a berkomunikasi dengan orang lain. Progresivisme berpandangan b a h wa k a s i h s a ya n g d a n p er sa ud ara a n l eb i h b er h ar ga b a g i pendidikan daripada persaingan dan usaha pribadi. Karena itu pendidikan adalah rekonstruksi pengalaman, mengarah kepada rekonstruksi manusia dalam kehidupan sosial.

6)

Kehidupan yang demokratis merupakan kondisi yang diperlukan bagi

pertumbuhan. Demokrasi,

pertumbuhan, dan pendidikan saling berhubungan. Untuk mengajar demokrasi, sekolah itu sendiri harus demokratis

(6)

a. Dasar pemikirannya

Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekankan -perubahan-dan

sesuatu yang-baru mengharuskan kepada prinsip- prinsip yang mutlak. Kaum perenialis memandang situasi dunia dewasa ini penuh dengan kekacauan, ketidaktentuan, dan kekacauan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosiokultural. karena itu perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut di atas. Dalam pendidikan, Perenialis berpandangan bahwa dalam dunia yang tidak menentu, penuh kekacauan, serta membahayakan, seperti yang kita hadapi dewasa ini, tidak ada satu pun yang lebih bermanfaat daripada kepastian tujuan pendidikan, serta kestabilan dalam perilaku pendidikan.

b. Prinsip-prinsip pendidikannya

Walaupun perbedaan lingkungan, namun pada hakikatnya manusia dimanapun berada adalah sama Robert Maynard Hutshins yang merupakan pelopor perenialisme di Amerika serikat mengemukakan bahwa manusia pada hakikatnya adalah hewan rasional (pandangan Aristoteles) dan tujuan pendidikan sama dengan tujuan untuk hidup, yaitu untuk mencapai kebijakan dan kebaikan. Rasio merupakan atribut manusia yang paling tinggi. Manusia harus menggunakannya untuk mengerahkan sifat bawaannya sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Manusia adalah bebas, tetapi mereka harus belajar, untuk memperhalus pikiran dan mengontrol seleranya. Apabila anak gagal dalam belajar, Guru harus mampu mengatasi semua gangguan tersebut, dengan melakukan pendekatan secara intelektual yang sama bagi semua murid. Tidak ada anak yang diinginkan untuk menentukan pengalaman pendidikannya yang ia inginkan.

Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang pasti, absolut, dan abadi. Kurikulum diorganisasi dan ditentukan terlebih dahulu ditujukan untuk melatih aktivitas akal, dan mengembangkan akal. Pendidikan bukan merupakan peniruan dari hidup, melainkan merupakan suatu persiapan untuk hidup. Sekolah tidak pernah menjadi

situasi kehidupan nyata. Sekolah bagi anak merupakan peraturan-peraturan yang artificial di mana ia berkenalan dengan hasil yang paling baik dari warisan social budayanya. Murid seharusnya mempelajari karya-karya besar dalam literatur, filsafat, sejarah, sains, dan juga dalam politik dan ekonomi, di mana manusia sepanjang masa telah melahirkan aspirasi dan hasil yang maha besar.

3 . Esensialisme

a. Dasar pemikirannya

Esensialisme tidak memiliki suatu organisasi dan tidak pula merupakan suatu gerakan, melainkan mereka memprotes terhadap progresivisme. Namun dalam mengadakan protesnya tersebut esensialisme tidak menolak atau menentang progresivisme secara keseluruhan, ada beberap a aspek yang

prinsip il tidak dapat diterimanya. Mereka berpendapat bahwa betul-betul ada hal-hal yang esensial dari pengalaman anak yang memiliki nilai untuk dibimbing. Semua manusia dapat mengenal hal-hal yang esensial tersebut apabila ia berpendidikan. Filsafat esensialisme mungkin idealisme, dan mungkin juga realisme, namun kebanyakan mereka tidak menolak epistemologi Dewey..

b. Prinsip-prinsip pendidikan

Para pengikut esensialisme tidak memiliki kesatuan garis, karena mereka memegang filsafat yang berlainan. Namun di antara mereka ada kesepakatan tentang prinsip dasar yang berhubungan d en ga n p end id ika n. B eb era p a p rinsip p end id ika n e se ns iali s me adalah sebagai berikut: B elaj ar p a d a d asarn ya melib a tka n kerj a kera s d an kad an g --k a d a n g d a p a t m e n i m b u l k a n k e s e n g g a n a n , d a n m e n e k a n k a n pentingnya prinsip disiplin.Terhadap

pandangan progresivisme yang

menekankan minat pribadi, mereka menerimanya sebagai konsep untuk berbuat. Inisiatif d alam p end id ikan harus d itekankan pada p endid ik (guru) bukan pada anak. Peranan guru dalam menjembatani a n t a ra d u n ia o r a n g d e wa s a d e n g a n d u n ia a na k . G ur u t e la h d isiap kan secara khusus untuk itu. Inti

(7)

dari proses pendidikan adalah asimilasi dari subjek mater yang telah ditentukan. Kurikulum diorganisasi dan direncanakan dengan pasti oleh orang dewasa (guru). Pandangan ini sesuai dengan filsafat realisme. Sekolah harus mempertahankan metode-metode trandisional yang bertautan dengan disiplin mental. Esensialisme mengakui b a hwa me t od e pe me c a ha n ma sa l a h " p ro b le m so lv in g " ada faedahnya. 4. Eksistensilisme a. Dasar Pemikiran k si s t e ns ia l i sme a d a l a h f i l sa f a t ya ng me ma nd a ng se ga la gejala dengan berpangkal kepada eksistensi. Eksistensi adalah cara manusia b erada di da lam dunia .

Car a ber ada manusia di dunia , berbeda dengan cara beradanya benda-benda materil. Keberadaan benda-benda ter sebut tidak sadar akan dir inya sendiri, dan juga tidak ada komunikasi satu sama lainnya. Tidak demikian berada manusia di dunia ini. Manusia berada bersama dengan manusia, dan benda-benda itu akan berarti karena manusia. Paham eksistensialisme bukan hanya satu, melainkan terdiri dari berbagai pandangan yang berbeda-beda. Namun demikian p a nda nga n- pa nd a nga n t er s eb ut me mi l i ki be b er apa pe r sama a n , sehingga mereka dapat dikatakan filsafat eksistensialisme.

B e r b i c a r a t e n t a n g n i l a i , e k s i s t e n s i a l i s m e m e n e k a n k a n kebebasan dalam tindakan. Kebebasan bukan tujuan atau cita-cita dalam dirinya sendiri, melainkan merupakan suatu potensial untuk suatu tindakan. Demikia n ka ta Mar tin Buber .

b. Prinsip-prinsip pendidikan

M enge nai t eor i penge tahua n, eks iste nsial i sme ba nya k dipengaruhi oleh Fenomenologi, suatu pandangan yang menggambarkan penampakan benda-benda dan peristiwa-peristiwa sebagaimana apa yang menampakkan diri dari benda-benda tersebut terhadap kesadaran kita. Menurut eksistensialisme, pengetahuan kita tergantung pada pemaha man kita tentang realitas, tergantung kepada interpretasi kita tentang realitas. Pengetahuan yang

diberikan di sekolah bukan me r up a ka n a l at unt uk me mp e r o le h pe ker j aa n at a u ka r ier a na k, melainkan pengetahuan itu dapat dijadikan alat perkembangan dan alat pemenuhan diri. Pelajaran di sekolah akan dijadikan alat untuk realisasi diri, bukan merupakan disiplin-disiplin di mana anak harus patuh dan tunduk terhadap isi pelajaran tersebut. Biarkanlah pribadi ana k be r kembang unt uk me ne mukan kebe nar a n-kebenar an bagi dirinya sendiri, bukan kebenaran yang abstrak, melainkan kebenaran d a l a m ke b e na r a n. D e mi ki a n t e o r i p e nge t a h ua n d a n ke b e na r a n eksistensialisme yang dikemukakan oleh Kneller.

Menurut Kneller konsepsi belajar mengajar eksistensialisme, d apa t d il i ha t d a r i teor i Ma r t i n B ub e r t e nt a ng " di al o g" . D ia l o g me r up a ka n p e r c a ka p a n a nt a r a p r i ba d i - p r i b a d i, d i m a na se t i a p pribadi merupakan subjek bagi yang lainnya, dan merupakan suatu per cakapan antar a "a ku" denga n " engka u" (T uha n) . Seda ngkan l a w a n d a r i d i a l o g i a l a h s u a t u " p a k s a a n " , d i m a n a s e s e o r a n g me maksaka n kehendaknya kepada orang lain, memandang orang lain sebagai objek. Menurut Buber kebanyakan pendidikan merupakan pa ks aan. Ana k dip a ksa me nye r ah ke pada ke ingi na n gur u, a t a u kepada pengetahuan yang tidak fleksibel, di mana guru menj adi penguasanya. Selanjutnya Buber

Dalam proses belajar mengajar, pengetahuan tidak dilimpahkan, melainkan ditawarkan. Untuk menjadikan hubungan guru dengan murid sebagai suatu dialog, maka pengetahuan yang akan diberikan kepada murid, harus menjadi bagian dari pengalaman pribadinya, sehingga guru akan berjumpa dengan anak sebagai pribadi dengan pribadi. Pengetahuan yang ditawarkan guru, tidak lagi merupakan sesuatu yang diberikan kepada murid, melainkan merupakan suatu aspek yang telah menjadi miliknya sendiri.

Subjek mater merupakan materi di mana individu menemukan pemenuha n dirinya, dan kesadaran akan dunia nya. Subj ek ya ng dapat memenuhi tuntutan di atas, di antaranya: Natural sciences, sejarah, sastra dan seni, dan filsafat. Dengan subjek-subjek tersebut, siswa diperkenalkan

(8)

*Irwansyah, S.Pd Adalah Dosen Tetap Yayasan pada FKIP USM Banda Aceh dan Mhs Pasca Sarjana dengan pandangan dan pemikiran para

penulis yang besar ke dalam hakikat manusia dalam dunia, diperkenalkan kepada kebebasan yang fundamental, penderitaan, konflik, kejayaan, dan mati.

G ur u he nd a kn ya me mb e r i s e ma n ga t ke p a d a m ur i d u nt uk m e mi ki r ka n d i r i n ya d i d a l a m s ua t u d i a l o g. G ur u me na n ya k a n tentang

ide-ide yang dimiliki murid, dan mengajukan ide-ide lain, dan me mbimbingnya untuk memilih altematif. Matra siswa aka n melihat, bahwa kebenaran tidak terjadi pada manusia, melainkan dipilih oleh mereka, lebih dari itu siswa harus menjadi aktor dalam suatu drama belajar, buka n penonton. Siswa har us belaj ar keras seperti gurunya.

5 . F i l s a f a t P e n d i d i ka n I n d o n e s i a " P a n c a s i l a "

Bangsa Indonesia baru memiliki filsafat umum atau filsafat

Pancasila,sebagai filsafat

Negara.Pancasila menjadi jiwa bangsa Indonesia,menjadi semangat dalam berkarya pada segala bidang,dan

mewarnai segala segi

kehidupan.Indonesia punya cita-cita yang pasti dalam pendidikan,yang harus di kejar dan diwujudkan, yaitu manusia Indonesia seutuhnya yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila.

a. Arti Filsafat Itu

Untuk menge tahui filsafa t ha rus l ebih dahulu berfilsafat. Tetapi akan mengandung kesukaran karena orang tidak tahu bila ia berfilsafat. Sering orang merasa berfilsafat p a d a ha l b e l u m b e r f i l sa f a t , d a n s e b a l i kn ya i a t e l a h

b e r f i l sa f a t p a d a ha l d i a t i d a k t a hu. Adapun kata filsafat berasal dari kata Arab yang erat hubungannya dengan bahasa Yunani yaitu:

Fileo cinta, yaitu karena cinta/inginnya berusaha mencapai yang diinginkan itu.

Sofia kebijaksanaan, bijaksana ialah pandai mengerti sedalamdalamnya. Jadi pengertian menurut namanya definitif nominalis ingin mengetahui sedalam-dalamnya, berarti yang diketahui itu harus sesuai dengan realitas/objeknya. Jadi berfilsafat mengajar objektivitas. Jika pengetahuannya tidak sesuai dengan realitas maka dia bukan berfilsafat sebab berarti tidak mengetahui sedalam-dalamnya. Tidak usah pengetahuannya harus sesuai dengan maksud "sebenarnya", tetapi dia harus sadar bahwa dia tahu bahwa dia tak tahu. Sebab dia tahu bahwa dia tak tahu, ini sudah sampai pada realitas-dia telah berfilsafat.

Jadi dapat juga disimpulkan bahwa filsafat adalah pandangan hidup, dasar/pemikiran yang terarah ke realita (kesatu-paduan hasil pemikiran yang sedalam-dalamn.Jika kita ingin menerangkan Pancasila sebagai filsafat, maka kita harus berhasil membuktikan Pancasila memiliki syarat filsafat sebagai berikut:

Pancasila adalah suatu weltanschauung merupakan suatu pengalaman sejarah, suatu sikap hidup yang dibawakan pengalaman rakyat. (Suatu manifestasi keinginan). Dan dalam hal ini Pancasila merupakan ja waban tantangan fakta historis (kolonialisme), penga laman bersa ma dal am lingkungan ma syarakat, respon masyarakat terhadap challenge yang dibawakan sejarah masyarakat itu. Pancasila merumuskan pendirian hidup: "hidupku merupakan pelaksanaan dari semua sila. Itulah tekadku dan putusanku". Dan

tekad ini memang sudah lama hidup dalam diri bangsa Indonesia tanpa dirumuskan sebagai filsafat.

5.1 Hubungan filsafat dan pendidikan Me nur ut James S. Ross bahwa filsafa t dan pendidika n pada hakikatnya merupakan hal yang satu. Seperti kedua sisi dari satu mata uang. Filsafa t mer upa kan segi pemi kir a nnya da n pendidikan merupakan segi dinamisnya. Ar ti nya ba hwa filsafa t menc akup nil ai ya ng dij unj ung dan yang merupakan pedoman perbuatan. Baik pedoman perbuatan ini dilaksa nakan dalam sikap sehari-hari maupun dalam hal mendidik. Fil sa fat pendidikan sebagai Philosophyca l approach t o education.

(9)

*Irwansyah, S.Pd Adalah Dosen Tetap Yayasan pada FKIP USM Banda Aceh dan Mhs Pasca Sarjana KESIMPULAN

Pendidikan adalah suatu bidang Ilmu,sama seperti bidang ilmu-ilmu yang lain, pendidikan lahir dari induknya yaitu filsafat. Ilmu pendidikan tidak sama dengan ilmu yang lain. Kalau ilmu lain bersifat empiris yaitu menerangkan apa adanya dari data yang didapat di lapangan,maka ilmu pendidikan di samping bersifat empiris, ia bersifat normatif.Bersifat normatif artinya mengupayakan agar norma-norma tertentu dapat diinternalisasi dan dilaksanakan oleh peserta didik dalam kehidupannya. Jadi ilmu pendidikan mengandung unsur-unsur fakta dan upaya. Fakta akan membentuk teori penjelasan tentang cara mendidik. Sedangkan upaya akan membentuk kiat atau seni mensukseskan pendidikan terutama dalam memasukkan norma-norma ke dalam kehidupan peserta didik. Pancasila sebagai filsafat pendidikan bangsa Indonesia maka pendidikan Indonesia menginginkan anak didik mengakui pencipta,

berperikemanusiaan, berjiwa

Indonesia,berkeadilan serta menghargai individu sederajat.lingkungan yang bernuansa pancasila serta tingkah laku para pendidik yang pancasilais sebagai panutan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,Suharsemi(2002).Evaluasi Program pendidikan.Jakarta:Bina Aksara.

Hasbullah (2005). Dasar-dasar Ilmu pendidikan.Jakarta,PT Raja grafindo Persada

Pidarta,Made (1996)Pengantar Pedagogik dasar-dasar Ilmu pendidikan,Jakarta. Rineke Cipta

Pidarta,Made.(1995).SD dan Tehnik-tehnik mengajar pada beberapa sekolah di Australia. Laboratorium Administrasi

pendidikan,fakultas Ilmu pendidikan,IKIP Surabaya.

Salam,Burhanuddin(1996) Pengantar pedagogik,Jakarta,Rineke Cipta

Soelaiman Darwis.A (1997) Filsafat Umum;filsafat barat,Islam pancasila Fakultas Ilmu sosial dan politik, universitas Iskandar muda Banda Aceh. Tilaar,H.A.R (1992). Paradikma baru

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pembahasan dari jurnal ini yaitu menurut aparatur pemerintahan yang berwenang terhadap lahan seluas 40 hektare agar dapat diperjelas status dan kejelasan tanahnya,

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu usaha budidaya udang di Desa Oensuli, benur dan pakan belum efisien sehingga perlu penambahan input , sedangkan kapur dan tenaga kerja

analgetik golongan OAINS sesuai untuk terapi pada nyeri sedang hingga berat yang umumnya dialami oleh pasien dengan kondisi pascabedah. Sesuai dengan era JKN

Laporan keuangan konsolidasian PT Perkebunan Nusantara XIII dan entitas anaknya yang terdiri dari laporan posisi keuangan konsolidasian tanggal 31 Desember 2015, serta

Menyetujui Laporan Tahunan Direksi serta Laporan pengawasan Dewan Komisaris untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012; dan mengesahkan Laporan Keuangan

Podsakoff, MacKenzie, Paine, dan Bachrach organizational citizenship behavior memberikan kontribusi bagi organisasi berupa peningkatan produktivitas rekan kerja,

Ketiga snack bar beras warna memiliki kandungan protein dan lemak yang rendah sedangkan kandungan karbohidrat lebih tinggi dibandingkan hasil perhitungan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui eksistensi usaha tambang emas dalam meningkatkan perekonomian keluarga di Desa Baturijal Hulu Kecamatan Peranap