• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dwitek Rizkiputra Universitas Bina Nusantara, Lucky Leonard Universitas Bina Nusantara,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dwitek Rizkiputra Universitas Bina Nusantara, Lucky Leonard Universitas Bina Nusantara,"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS, PERANCANGAN, DAN

IMPLEMENTASI TEKNOLOGI MULTIPLE

SPANNING-TREE PROTOCOL (MSTP)

SEBAGAI SUBSTITUSI TEKNOLOGI PER

VLAN RAPID SPANNING-TREE PROTOCOL

(PVRST+) PADA PT. ARWANA CITRAMULIA,

TBK

Dwitek Rizkiputra

Universitas Bina Nusantara,

obyehh@gmail.com

Lucky Leonard

Universitas Bina Nusantara, genz18keyz@gmail.com

Jason Yie

Universitas Bina Nusantara, x_band_64@yahoo.com

Rubil, S.T, M.T.

Universitas Bina Nusantara, rubil_m@yahoo.de

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian adalah menciptakan jaringan komputer baru yang lebih cepat dan

memenuhi syarat kecepatan optimal yaitu minimal 55 persen, menurut Odom (2013) dengan

cara melakukan implementasi teknologi Multiple Spanning-tree Protocol (MSTP) pada

Switch Layer Tiga, untuk menggantikan teknologi Rapid Spanning-tree Protocol (PVRST+).

Manfaat dari rancangan yang baru yaitu untuk meninggikan kinerja jaringan komputer

sampai memenuhi standar 55 persen yang ditetapkan. Metode penelitian yang digunakan

adalah metode analisis (interview, analisis, perancangan, dan implementasi). Metode

perancangannya yaitu dengan menganalisa jaringan komputer yang sedang berjalan,

merancang jaringan komputer yang baru yang lebih cepat dengan menggunakan dan

mengimplementasikan MSTP, serta melakukan testing dan evaluasi terhadap hasil

implementasi jaringan komputer yang baru dan dibandingkan dengan jaringan komputer

yang lama. Hasil yang dicapai yaitu implementasi jaringan komputer baru dengan teknologi

MSTP yang mencapai standar kecepatan yaitu minimal 55 persen (Odom, 2013). Simpulan

dari penelitian ini adalah implementasi jaringan komputer yang baru dengan menggunakan

MSTP berhasil meninggikan kinerja jaringan perusahaan sebesar 3 kali lipat.

(2)

ABSTRACT

The purpose of this research is to create a new, faster computer network and fulfill the

minimum optimum speed requirement of 55 percent of free cpu processes of switch

according to Odom (2013) by implementing Multiple Spanning-tree Protocol (MSTP)

technology on Layer 3 Switch, to replace Rapid Spanning-tree Protocol (PVRST+)

technology. The benefit of the new design is to increase the computer network’s

performance and fulfilled the 55 percent of minimum optimum speed requirement.

The researching method being used is analysis method (interview, analysis, design,

and implementation). The designing method being used is by analyzing the ongoing

computer network, designing a new, faster computer network by using and

implementing MSTP, and by testing and evaluating of the new computer network and

compare it with the old computer network. The achieved result is the implementation

of the new computer network using MSTP technology that fulfilled the minimum

optimum speed requirement of 55 percent (Odom, 2013). The conclusion of this

research is, the implementation of the new computer network using MSTP technology

succeed to increase the performance of company’s network by threefold.

(3)

PENDAHULUAN

Dalam era globalisasi saat ini dimana teknologi dan persaingan bisnis semakin berkembang dengan pesat, ICT (Information & Communication Technology) menjadi salah satu hal yang sangat penting dalam segala aspek terutama dalam bidang usaha. Saat ini jaringan komputer yang dilengkapi dengan internet menjadi hal yang sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap orang khususnya bagi perusahaan guna mendukung proses bisnis yang dilakukan.

Ketika komputer telah menjadi salah satu kebutuhan utama dalam perusahaan, pertukaran data akan menjadi hal yang sering dilakukan. Oleh karena itu, penerapan jaringan komputer yang baik sangat dibutuhkan agar traffic perpindahan data dapat berjalan dengan lancar. Penggunaan jaringan pada suatu perusahaan akan memberikan efek positif seperti meningkatnya efisiensi waktu dan mengurangi biaya yang dikeluarkan.

PT Arwana Citramulia Tbk adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi keramik nasional. Perusahaan ini memiliki banyak divisi-divisi kerja didalamnya. Komunikasi antar divisi memiliki peranan yang sangat penting dalam menunjang proses bisnis yang dilakukan oleh PT Arwana Citramulia Tbk. Oleh karena itu, diperlukan sebuah infrastruktur jaringan yang baik untuk mendukung kelancaran komunikasi antar divisi.

Jaringan komputer di PT Arwana Citramulia Tbk dinilai kurang efektif karena pengguna masih belum merasakan tingkat kenyamanan jaringan yang diharapkan. Berdasarkan wawancara dengan IT Manager perusahaan didapatkan kesimpulan bahwa perusahaan masih perlu beberapa pembenahan jaringan internal terkait dengan kepuasan pengguna jaringan.

Teknologi Spaning Tree Protocol (STP) diperlukan untuk menjaga jaringan LAN dan koneksi internet tetap bekerja dengan baik meskipun terdapat link/jalur yang rusak atau down. STP menyediakan beberapa jalur cadangan (redundansi link) dalam suatu jaringan sehingga jika ada satu jalur yang tidak berfungsi maka jalur alternatif lain akan dengan cepat menggantikannya, dan proses komunikasi pun dapat tetap berlangsung dengan baik.

Namun teknologi ini dapat menimbulkan masalah jika penggunaannya ditujukan untuk menangani VLAN dalam jumlah yang relatif besar. Maka dengan percobaan, wawancara, dan kuesioner, diharapkan STP dapat berfungsi dengan baik namun tetap memberikan kepuasan kepada pengguna.

(4)

METODE PENELITIAN

Adapun metodologi penyusunan skripsi yang dipergunakan adalah sebagai berikut: 1. Metodologi analisis

Analisis sistem yang sedang berjalan dilakukan melalui tiga tahap sebagai berikut:

a) Wawancara

b) Observasi

c) Analisis

2. Metodologi perancangan

Perancangan sistem dilakukan melalui empat tahap:

a) Menganalisis jaringan komputer yang sedang berjalan

b) Perancangan teknologi STP pada jaringan komputer yang baru c) Implementasi hasil rancangan jaringan komputer baru

d) Evaluasi terhadap hasil rancangan jaringan yang baru

Tujuan

Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Melakukan analisis masalah dan kebutuhan terhadap jaringan LAN perusahaan yang relatif masih lambat

2. Menurunkan performa access switch dengan cara menurunkan parameter processor intensive sampai di bawah 40 persen.

Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penulisan skripsi ini adalah:

1. Mendapatkan jaringan LAN dengan bandwidth dan speed yang relatif sama dengan kapasitas aslinya, toleransi sesuai dengan dokumentasi vendor device

2. Tetap mencegah broadcast storm dengan implementasi teknologi STP yang baru

Analisis Topologi dan Permasalahan

Perusahaan memiliki permasalahan yaitu 65% responden pengguna jaringan dengan teknik pengambilan sampel secara random mengatakan bahwa jaringan masih belum cukup cepat untuk memenuhi kebutuhan mereka (pengguna) akan jaringan komputer.

Perusahaan memiliki topologi yang sudah diterapkan dan sesuai dengan best practice di dunia jaringan komputer, yaitu menggunakan local VLAN untuk diterapkan sebagai konsep design VLAN dan design ADC (access - distribution - core) atau sering disebut dengan three hierarchical layer untuk diterapkan di seluruh jaringan perusahaan.

(5)

Masalah lambatnya jaringan perusahaan diverifikasi dengan adanya processor intensive pada switch, load processor yang besar ini ditemukan di 3 ruangan dari total 32 ruangan yang ada.

Pada BAB 3 telah dibahas mengenai masalah yang ada, yaitu lambatnya kecepatan jaringan, bahkan ketika digunakan untuk kepentingan bertukar informasi di dalam sebuah VLAN, hal yang telah diverifikasi dengan melakukan kuesioner. Masalah tersebut berkaitan dengan load pada ketiga switch di tiga ruangan berbeda. Switch tersebut mengalami processor intensive, juga dibuktikan pada BAB 3 dengan langsung melakukan tindakan pengecekan pada ketiga switch tersebut dan dihasilkan angka yang tidak wajar yaitu 96%, dengan 67% merupakan proses STP. Kedua masalah itu yang menjadi acuan untuk melakukan proyek pengerjaan migrasi STP dari PVRST+ ke MSTP ini.

Pada BAB 4 ini dijelaskan tentang langkah perancangan dan implementasi MSTP digunakan sebagai solusi atas masalah yang ada untuk menggantikan PVRST+, berikut dengan verifikasi dan testing atas implementasi.

Berikut langkah-langkah instalasi Layer 3 Switch sebagai solusi atas permasalahan perusahaan : 1. Perancangan MSTP

2. Implementasi MSTP 3. Testing dan Evaluasi

Perancangan MSTP

Topologi pada jaringan perusahaan sudah mengikuti metode ADC yang merupakan best practice bagi kebanyakan jaringan perusahaan sekarang ini, menurut Odom (2013). Topologi jaringan tidak diubah sama sekali, karena hipotesis awal tentang letak masalah bukanlah pada susunan / tatanan topologi, melainkan pada teknologi STP yang digunakan, yaitu PVRST+, yang menyebabkan masalah. Berikut adalah topologi yang ada pada perusahaan, sebagaimana sudah disertakan di bab 3 :

(6)

Jumlah access switch (layer paling bawah) adalah 32 buah dan terhubung ke 2 distribution switch.

Access switch bertugas sebagai pemberi akses kepada end user yang masuk ke jaringan dan sebagai pintu keamanan pertama bagi jaringan dalam menghadapi serangan dari internal. Pada access switch, kecuali STP, tidak akan dilakukan perubahan sama sekali untuk konfigurasi yang sudah ada , seperti VLAN, access port, trunking port, etherchannel, dan lainnya. Pada distribution switch, yang berfungsi sebagai gateway bagi user, juga tidak dilakukan perubahan konfigurasi sama sekali, kecuali untuk STP. Konfigurasi yang ada pada distribution switch adalah VLAN, trunking port, SVI, HSRP, dan OSPF. User terhubung ke access switch dan mendapatkan keanggotaan VLAN sesuai dengan perancangan awal. IP address didapatkan secara otomatis, secara DHCP. Hubungan antar access switch dan user merupakan hubungan access port dan hubungan antar access switch dan distribution switch merupakan hubungan trunking port. Penggunaan layer 3 switch pada distribution layer, dibandingkan dengan router, adalah karena layer 3 switch memiliki jumlah port yang jauh lebih banyak dan dapat lebih fleksibel dalam penggunaannya (etherchannel, layer 2, layer 3, dan lainnya). Juga layer 3 switch memiliki teknologi CEF (Cisco Express Forwarding) yang merupakan teknologi caching routing table di hardware sehingga mampu melakukan forwarding traffic lebih cepat dibandingkan dengan router.

Teknologi di layer 3 switch masih sama seperti yang digunakan pada distribution switch yaitu VTP mode transparent, VLAN independently created, trunking port. Tambahan pada layer 3 switch ini adalah berupa Switch Virtual Interface (SVI) dengan metode CEF (Cisco Express Forwarding), DHCP untuk automatic IP configuration, access port ke arah router.

Berikutnya, dengan mengukur kapasitas bandwidth yang lebih besar, digunakan teknologi etherchannel, agar port- port antar distribution switch maupun port - port dari distribution switch ke core switch (layer 3 switch) menjadi status active-active, dengan bandwidth yang dapat dijumlahkan. Karena jika hanya mengandalkan STP, maka akan dihasilkan active - backup. Lebih efektif jika kedua port digunakan bersamaan namun tetap saling mem backup.

STP digunakan karena topologi antar distribution switch dan antar distribution switch ke core switch membentuk looping topologi sehingga STP harus aktif, dan STP yang digunakan adalah PVRST. PVRST merupakan teknologi STP kepunyaan Cisco yang mampu untuk melakukan pemilihan jalur secara otomatis, tanpa menyebabkan looping namun tetap menyediakan redundansi. Failover time yang dibutuhkan oleh PVRST jauh lebih cepat dibanding dengan STP yang lain (STP sebelum PVRST ditemukan seperti common STP dan PVST). PVRST juga merupakan jenis STP yang dapat memilih jalur yang berbeda setiap VLAN nya (Per VLAN RSTP).

PVRST diganti menjadi MSTP sebagai solusi untuk permasalahan yang ada, karena MSTP mampu untuk membuat “grup” sehingga jalur STP yang sama dapat lebih menghemat database switch jika dikelompokkan sebagai instance yang sama dan memiliki jalur yang sama. MSTP disebut oleh Hucaby (2010) sebagai STP yang terbaik sampai sekarang, karena dengan manfaat yang sama seperti PVRST

(7)

namun lebih dapat menghemat resource device yang ada, terutama access switch karena access switch biasanya merupakan switch dengan kapasitas terkecil dibandingkan dengan distribution switch.

Konfigurasi dilakukan pada semua switch yaitu 32 buah access switch dan 2 buah distribution switch, berikut konfigurasi yang dirancang untuk diimplementasikan :

1. Melalui kabel console, dapatkan koneksi dengan Command Line Interface pada Switch atau Router

a. Memerlukan converter ATEN Serial to USB agar bisa masuk ke USB port pada komputer untuk keperluan setting CLI

b. Memerlukan software Putty sebagai user interface ke monitor

Konfigurasi MSTP pada Access Switch

STP dilakukan untuk mencegah broadcast storm pada topologi looping yang dimiliki oleh perusahaan, sesuai dengan rancangan. Topologi looping dirancang untuk menghasilkan kondisi backup path apalagi primary path down (menuju ke core switch).

Namun kondisi ini menyebabkan broadcast storm, yang bisa diatasi oleh STP, yang secara default sudah aktif pada switch, setiap switch Cisco menjalankan protocol PVST+ secara default. PVST+ merupakan jenis STP yang kurang cepat, jika dibandingkan dengan PVRST+, karena kemampuan PVRST+ dalam menyimpan jalur backup yang langsung aktif jika ada jalur yang down. PVST+ tidak melakukan penyimpanan status port, jadi jika ada jalur yang down, maka switch harus menghitung ulang dan terjadi down time selama kurang lebih 50 detik. MSTP melakukan fungsi yang sama dengan PVRST namun dengan resource yang lebih hemat.

Oleh karena itu, STP diubah dari default PVRST+ menjadi MSTP, yaitu dengan cara sebagai berikut :

Switch(config)# spanning-tree mode mst

Kemudian, langkah kedua setelah memastikan bahwa MSTP telah menjadi mode STP yang digunakan, konfigurasi dilakukan untuk menciptakan 2 instance, karena ada 2 distribution switch sehingga ada 2 jalur menuju ke uplink, untuk dilakukan routing baik antar VLAN maupun ke luar jaringan perusahaan. Berikut merupakan langkah menciptakan instance pada access switch :

Switch(config)# spanning-tree mst configuration

Switch(config-mst)# name GROUPING_STP

Switch(config-mst)# instance 1 vlan 5,110,111,112,113,114,115,116, 117,118,119,120,121,122,123,124

Switch(config-mst)# instance 2 vlan

(8)

Konfigurasi MSTP pada Distribution Switch

Spanning-tree pada distribution switch, juga sama seperti konfigurasi STP pada access switch, hanya ada beberapa penambahan konfigurasi, yaitu untuk memastikan bahwa distribution switch menjadi root bridge untuk VLAN tertentu.

Langkah pertama adalah mengubah mode STP dari default PVRST+ menjadi MSTP, yaitu dengan cara sebagai berikut :

Switch(config)# spanning-tree mode mst

Kemudian, langkah kedua setelah memastikan bahwa MSTP telah menjadi mode STP yang digunakan, konfigurasi dilakukan untuk menciptakan 2 instance, karena ada 2 distribution switch sehingga ada 2 jalur menuju ke uplink, untuk dilakukan routing baik antar VLAN maupun ke luar jaringan perusahaan. Berikut merupakan langkah untuk membuat instance pada access switch :

Switch(config)# spanning-tree mst configuration

Switch(config-mst)# name GROUP-1

Switch(config-mst)# instance 1 vlan 5,110,111,112,113,114,115,116,117,118,119,120,121,122,123,124

Switch(config-mst)# instance 2 vlan

125,126,127,128,129,130,131,132,133,134,135,136,137,138,139,140

Terakhir memastikan bahwa distribution switch menjadi root bridge untuk VLAN tertentu, seperti konfigurasi di bawah :

Switch(config)# spanning-tree mst 1 root primary

Switch(config)# spanning-tree mst 2 root secondary

Diatas merupakan langkah untuk konfigurasi pada distribution switch 1, dimana menjadi root bridge untuk instance 1 dan backup root bridge untuk instance 2. Untuk distribution switch 2, dibalik menjadi seperti di bawah :

Switch(config)# spanning-tree mst 2 root primary

(9)

Implementasi Topologi dan Teknologi yang Baru

1. Langkah Persiapan

Persiapan dilakukan dengan menyediakan peralatan untuk melakukan konfigurasi. Peralatan yang disiapkan berupa :

- 1 buah laptop - 1 kabel console

- 1 converter ATEN Serial to USB

- Software Putty.exe

2. Konektivitas masuk ke Command Line Interface

Kabel console berujung rj45 dihubungkan dengan console port pada switch. Pada ujung kabel yang lain, berbentuk serial, dihubungkan dengan converter ATEN Serial to USB agar dapat masuk ke dalam USB Port pada laptop. Kemudian laptop akan terkoneksi ke switch melalui kabel console dengan bantuan converter ATEN.

Pada layar laptop, digunakan software Putty bertipe .exe sehingga tidak perlu di install dan langsung dapat digunakan. Putty digunakan sebagai interface ke arah engineer dalam melakukan konfigurasi switch. Digunakan konektivitas tipe serial dan nomor COM dapat dilihat pada menu device manager pada windows, setelah driver ATEN di install. Berikut tampilan depan software Putty :

(10)

3. Konfigurasi pada Access Switch

Konfigurasi spanning-tree pada access switch

Konfigurasi dilakukan pada 32 access switch, di atas merupakan contoh tampilan dari hasil konfigurasi di access switch nomor 1, 2, 3, dan 4. Total 32 switch di set sebagai mode MST untuk STP nya dan telah dibagi menjadi 2 instance untuk setiap switch dengan konfigurasi identik.

Instance 1 beranggotakan VLAN:

5,110,111,112,113,114,115,116,117,118,119,120,121,122,123, dan 124

Instance 2 beranggotakan VLAN:

125,126,127,128,129,130,131,132,133,134,135,136,137,138,139, dan 140

Konfigurasi pada Distribution Switch

a. STP

(11)

Konfigurasi dilakukan pada kedua distribution switch, di atas merupakan tampilan dari hasil konfigurasi. Kedua switch di set sebagai mode MST untuk STP nya dan telah dibagi menjadi 2 instance untuk setiap switch dengan konfigurasi identik.

Instance 1 beranggotakan VLAN:

5,110,111,112,113,114,115,116,117,118,119,120,121,122,123, dan 124

Instance 2 beranggotakan VLAN:

125,126,127,128,129,130,131,132,133,134,135,136,137,138,139, dan 140

Langkah berikut nya adalah memastikan distribution switch menjadi root bridge untuk topologi STP, seperti gambar di bawah yang merupakan tampilan konfigurasi :

(12)

HASIL DAN BAHASAN

1. Testing

Testing dilakukan dengan cara yang sama seperti pada saat verifikasi masalah. dilakukan kuesioner lisan kepada 100 pengguna jaringan untuk mengetahui pendapat mereka mengenai jaringan perusahaan.

Gambar 4.5 Diagram hasil responden setelah penerapan MSTP

Pertanyaan yang diajukan adalah : “Apakah jaringan perusahaan sudah cukup cepat dan dapat diterima untuk penggunaan yang optimal?”

Didapatkan hasil, sebanyak :

5 orang menjawab “TIDAK TAHU”

10 orang menjawab “BELUM CEPAT”

85 orang menjawab “SUDAH CEPAT”

Dari hasil tersebut didapatkan bahwa 85% responden mengatakan bahwa jaringan sudah cepat. Dengan keterangan sebagai berikut :

(13)

Gambar 4.6 Perbandingan Responden

Grafik di atas adalah perbandingan tanggapan responden mengenai kecepatan yang diperoleh antara protokol PVRST+ dengan MSTP. Berdasarkan grafik tersebut, hasil yang didapat adalah:

8 responden yang mengatakan “sudah cepat” pada saat menggunakan protokol PVRST+ yang lama, dan 85 responden yang mengatakan “sudah cepat” ketika menggunakan protokol MSTP yang baru.

Berikut digunakan command “show processes cpu” untuk mengetahui kinerja switch access di 32 ruangan yang ada. Berikut merupakan salah satu contoh tampilan untuk uji coba tersebut :

Switch#show processes cpu

CPU utilization for five seconds: 18%/9%; one minute: 16%; five minutes: 16% PID Runtime(ms) Invoked uSecs 5Sec 1Min 5Min TTY Process

1 111 411944 0 0.00% 0.00% 0.00% 0 Load Meter 2 8251 2638 3127 0.90% 0.07% 0.01% 0 Exec 3 753782 209157 3603 0.00% 0.01% 0.00% 0 Check heaps 4 0 1 0 0.00% 0.00% 0.00% 0 Chunk Manager !--- Output suppressed 54 9862 282046 34 0.00% 0.00% 0.00% 0 Cluster Base 55 46 2 91 0.60% 0.09% 1.21% 0 Spanning Tree 56 144660 6673996 21 0.00% 0.00% 0.00% 0 STP Hello 57 0 14 0 0.00% 0.00% 0.00% 0 STP Queue Handle 58 167 193 865 0.00% 0.00% 0.00% 0 Malibu STP Adjus !--- Output suppressed

Pada tampilan uji coba diatas dapat dilihat perbedaan setelah implementasi teknologi MSTP pada proses “Spanning Tree” hanya menggunakan cpu process sebesar 1,21% dan total cpu processes sebesar 16% dalam kurun waktu 5 menit. Sebelumnya didapatkan pemakaiansebesar 67,35% pada proses PVRST+. ImplementasI MSTP pada switch berhasil meringankan cpu process dibawah 40% sehingga menyisakan free cpu processes sebesar 84% yang memenuhi syarat kecepatan optimal yaitu minimal 55% (Odom, 2013).

(14)

2. Kesimpulan

Kesimpulannya, didapatkan hasil bahwa dengan implementasi MSTP sebagai pengganti PVRST+ telah berhasil meningkatkan kepuasan pengguna sebesar 10,6 kali lipat dan menurunkan load processor intensive switch sebesar 80 % sehingga meningkatkan kecepatan transfer file sebesar tiga kali lipat dari 30Mbps menjadi 90Mbps yang memenuhi standar kecepatan wajar (Hucaby, 2010).

(15)

SIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian dan implementasi yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan dan saran sebagai berikut:

Simpulan

Dengan didasarkan hasil implementasi STP yang baru, setelah melakukan pengujian pada jaringan yang baru maka dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Implementasi MSTP sebagai pengganti PVRST telah berhasil meningkatkan kepuasan pengguna sebesar 15,4 kali lipat

2. Implementasi MSTP sebagai pengganti PVRST telah berhasil menurunkan load processor intensive switch sebesar 80 %

3. Dengan menggunakan Multiple Spanning Tree Protocol (MSTP), redundansi link dapat diterapkan untuk mengatasi masalah ketersediaan jaringan (availability), sehingga ketika ada link yang down jaringan akan tetap dapat beroperasi dengan baik.

Saran

Berikut ini merupakan saran penulis untuk mengembangkan jaringan perusahaan ke depannya agar lebih baik lagi :

1. Menambahkan fitur security layer dua di switch dalam jaringan

2. Menambahkan VPN sebagai redundansi WAN

3. Menggunakan firewall untuk meningkatkan keamanan terhadap serangan yang berasal dari luar jaringan.

4. Menggunakan antivirus berbayar di setiap komputer user, enkripsi data pada file server, dan pembatasan akses ke jaringan yang tidak di kehendaki .

5. Menggunakan IDS (Intrusion Detection Sytem) untuk melakukan analisis dan mencari bukti dari percobaan intrusi (penyusupan) dengan melakukan inspeksi terhadap lalu lintas inbound dan outbound dalam sebuah sistem atau jaringan.

6. Menggunakan IPS (Intrusion Prevention System) untuk monitoring traffic jaringan, mendeteksi aktivitas yang mencurigakan, dan melakukan pencegahan dini terhadap intrusi atau kejadian yang dapat membuat jaringan menjadi berjalan tidak seperti sebagaimana mestinya.

(16)

REFERENSI

Boyles, Tim. (2010). CCNA Security Study Guide: Exam 640-553. Hoboken: John Wiley & Sons.

Clark, Kennedy, Kevin Hamilton. (1999). Cisco LAN Switching (CCIE Professional Development series). Indianapolis: Cisco Press.

Ervina, Lilia, Joko Triyono, Erna Kumalasari. (2014). Jurnal JARKOM (vol. 1, no.2). Yogyakarta Froom, Richard. (2010). Implementing Cisco IP Switched Networks (SWITCH) Foundation Learning

Guide. Indianapolis: Cisco Press.

Hucaby, David. (2004). CCNP BCMSN Exam Certification Guide: CCNP Self-study. Indianapolis: Cisco Press.

Hucaby, David. (2010). CCNP Switch 642-813. Indianapolis: Cisco Press.

Johnson, Allan. (2013). 31 Days Before Your CCENT Certification Exam, Second Edition. Indianapolis: Cisco Press.

Lammle, Todd. (2000). CCNA Wireless Study Guide IUWNE Exam 640-721. New Delhi: Wiley India Pvt Ltd.

Lammle, Todd. (2006). CCNA: Cisco Certified Network Associate Study Guide: Exam 640-801. Hoboken: John Wiley & Sons.

Lapukhov, Peter. 22 Februari (2010). Switching. Understanding MSTP (Online), diakses 8 Juli 2015 dari https://blog.ine.com/2010/02/22/understanding-mstp

Lewis, Wayne. (2008). LAN Switching and Wireless, CCNA Exploration Companion Guide. Indianapolis: Cisco Press.

McQuerry, Stephen, David Jansen, David Hucaby. (2009) Cisco LAN Switching Configuration Handbook, Second Edition. Indianapolis: Cisco Press.

Menga, Justin. (2003). CCNP Practical Studies : Switching. Indianapolis: Cisco Press.

Micrel Inc. (2004). Ethernet. Virtual Lan Applications and Technology (Online), Halaman 4, diakses 8 Juli 2015 dari www.micrel.com/_PDF/Ethernet/White Paper/vlans wp.pdf

Odom, Wendell. (2013). Cisco CCENT/CCNA ICND1 100-101 Official Cert Guide. Indianapolis: Cisco Press.

Odom, Wendell. (2004). CCNA ICND Exam Certification Guide. Indianapolis: Cisco Press.

Prakash Pal, Gyan, Sadhana Pal. (2013). Virtual Local Area Network (VLAN) (Tugas akhir tidak diterbitkan). Electronics & Communication Engineering, International Journal of Scientific Research Engineering & Technology, Greater Noida

Saiful Ramadhan, Dian, Naemah Mubarakah. (2013). SINGUDA ENSIKOM (vol. 4, no. 3). Medan Wijaya, Chandra, S.T, M.T. (2013). VLAN Sebagai Solusi Infrastuktur Jaringan Yang Lebih Efisien.

Gambar

Gambar 3.2 Topologi logical untuk internal perusahaan
Gambar 4.5 Diagram hasil responden setelah penerapan MSTP
Gambar 4.6 Perbandingan Responden

Referensi

Dokumen terkait

memperhatikan hal-hal yang menjadi dasar pertimbangan terhadap suatu tindak pidana misalnya dalam tindak pidana pencurian. Keadilan merupakan suatu syarat yang

Untuk menganalisis data yang telah di peroleh melalui interview, observasi dan dokumentasi, maka peneliti menggunakan teknik deskriptif kualitatif dengan pertimbangan

Selam a periode 1993-2006 sebanyak 14 daerah dengan pencapaian R L S masih dibawah rata-rata Jawa Barat yaitu: Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten

1) Menanamkan pola pemikiran bahwa dengan kreatifitas dan menerapkan prinsip desain, limbah atau barang bekas yang tidak berguna akan jadi berguna. 2) Menanamkan pikiran positif

(2) Berdasarkan hasil perhitungan pada tahap akhir dengan menggunakan matriks QSPM diperoleh hasil bahwa strategi alternatif yang memperoleh nilai tertinggi adalah strategi

Hasil ini menunjukkan bahwa semakin besar persepsi atas kontrol yang dimiliki oleh seseorang, maka akan menurunkan niat orang itu untuk tidak patuh terhadap pajak. Pengaruh kontrol

Upaya sekolah dalam menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air (Nasionalisme) di dalam lingkungan sekolah melalui pembudayaan di sekolah yaitu dengan memberi

Uji coba perorangan dilakukan pada tanggal 10 November 2017 dengan responden sebanyak tiga siswa. Rekapitulasi skor hasil uji coba perorangan bisa dilihat di lampiran 8.