• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI GURU DALAM MENGONTROL PERILAKU SISWA KELAS XIIPS 4 DI SMA NEGERI 1 PANCUNG SOAL KABUPATEN PESISIR SELATAN ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI GURU DALAM MENGONTROL PERILAKU SISWA KELAS XIIPS 4 DI SMA NEGERI 1 PANCUNG SOAL KABUPATEN PESISIR SELATAN ABSTRACT"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI GURU DALAM MENGONTROL PERILAKU SISWA KELAS XIIPS 4 DI SMA NEGERI 1 PANCUNG SOAL

KABUPATEN PESISIR SELATAN

Nika Sutra Harnika1, Rinel Fitlayeni2, Yenita Yatim2 1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2

Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat nikasutera@gmail.com

ABSTRACT

This research is conducted by students' behavior that is still outside the classroom when the bell sounds. Violations often done by students such as late, unplug, noisy in class, incomplete attribute. While the purpose of this research is (1) to describe what factors causing students who violate the rules, (2) and how the teacher strategy in controlling student behavior in class XI IPS 4 in SMA Negeri 1 Pancung Problem Pesisir Selatan Regency. This research uses Behaviorism theory and uses qualitative approach with descriptive type. Data analysis was used with qualitative data analysis developed by Miles Huberman. The results of this study are the first factors causing the student to break the rules (a) peers, (b) the family, (c) the method of teaching teachers. Both teacher strategies in controlling student behavior, (a) changing learning methods, (b) imposing sanctions, (c) cooperating with BK teachers.

Keywords: Strategy of teacher, student

PENDAHULUAN

Sejak manusia diciptakan pendidikan menempati urutan pertama sebagai alat yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia. Meskipun belum ada istilah pendidikan formal maupun informal subtansi pendidikan sudah di butuhkan manusia. Pendidikan adalah proses pengendalian secara sadar dimana perubahan-perubahan dalam tingkah laku seseorang

dihasilkan dalam diri orang itu melalui kelompok dalam masyarakat. Menurut UU Sisdiknas Tahun 2003 pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak,

(2)

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Keberadaan pendidik dan peserta didik dalam sebuah pembelajaran sangatlah penting.

Pendidikan merupakan kebijakan yang sangat penting dan strategis untuk pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan. Melalui standar proses pendidikan setiap guru dan pengelola sekolah dapat menentukan bagaimana seharusnya proses pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran merupakan suatu sistem. Dengan demikian, pencapaian standar proses untuk meningkatkan kualitas pendidikan dapat dimulai dari menganalisis setiap komponen yang

dapat membentuk dan

mempengaruhi proses pembelajaran. Dari banyaknyamata pelajarandi sekolah, tetapi guru lebih memilih pembelajaran IPS. Untuk lebih jelasnya pembelajaran IPS ini dapat di jelaskan bahwa pembelajaran IPS dilakukan dalam bentuk standar kompetensi dan kompetensi dasar, IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan

dengan pendekatan interdispliner dan multidispliner. (Trianto, 2007:175). Adapun peran guru di dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran di dalam kelas, maka guru harus berperan di dalam pembelajaran, salah satu peran guru dalam pembelajaran adalah bentuk metode yang dilakukan guru. Dimana metode tersebut untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penjelasan metode tersebut dapat di jelaskan di bawah ini dalam bentuk pembelajaran.

Metode dalam pembelajaran mempunyai ruang lingkup sebagai cara dalam: 1. Pemberian dorongan, yaitu cara yang digunakan sumber belajar dalam rangka memberikan dorongan kepada peserta didik untuk terus mau belajar, 2. Pengungkap tumbuhnya minat belajar, yaitu cara dalam menumbuhkan rangsangan untuk tumbuhnya minat belajar peserta didik yang di dasarkan pada kebutuhannya, 3. Pencipta iklim belajar yang kondusif, yaitu cara untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi peserta didik untuk belajar. (Nasruddin AR, 2013:151).

(3)

Nasruddin AR (2013:151) mengatakan bahwa: strategi/metode guru dalam mengontrol siswa yang bertingkah laku menyimpang dalam terhadap individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri untuk melakukan penyelesaian secara maksimal kepada keluarga, sekolah dan masyarakat. Adapun metode/strategi yang dilakukan di sekolah antara lain: a. Usaha preventif yaitu pencegahan sebelum terjadinya atau timbulnya masalah-masalah dari anak didik, b. Usaha kuratif yaitu berusaha atau penyembuhan dan pembetulan dalam mengatasi masalah-masalah di sekolah.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat di jelaskan bahwa usaha pencegahan dan usaha bimbingan di sekolah memegang peranan penting dalam usaha mengatasi kesulitan siswa. Karena bimbingan guru adalah suatu bantuan yang diberikan kepada siswa secara terus menerus supaya siswa dapat memahami diri sendiri. Sanggup mengarahkan diri dan bertingkah laku wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan keluarga, sekolah dan

masyarakat. (Nasruddin, 2013: 14-17).

Guru tidak hanya mendidik, mengajar, tetapi guru harus bisa mengontrol perilaku siswa, agar siswa tersebut tidak melanggar aturan-aturan yang telah ada. Salah satu upaya yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran itu terfokus kepada siswa yang melakukan perilaku yang tidak di inginkan, guru harus mampu mengontrol perilaku siswa di dalam kelas, karena guru harus digugu dan ditiru.

Perilaku adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh siswa. Untuk mengontrol perilaku siswa di dalam sekolah, guru melakukan aturan tata tertib dalam bentuk kedisplinan siswa-siswi di sekolah. Aturan tata tertib tersebut dilakukan oleh semua pihak sekolah. Dalam aturan tata tertib yang dilakukan di sekolah hanya untuk menciptakan kondisi sekolah yang dapat membuat semua personil sekolah untuk taat dan patuh secara sadar untuk mengikuti tata tertib yang ada di sekolah. Dimana aturan tata tertib ini tercantun dalam bentuk waktu untuk

(4)

masuk sekolah dan waktu belajar, dimana aturan tersebut hanya semata-mata untuk mendidik siswa-siswi dengan baik dalam bentuk kedisplinan, agar tujuan pembelajaran berjalan dengan afektif dan kondusif.

Aturan tata tertib ini dalam waktu masuk sekolah pada pukul 07.15-14.00, siswa harus hadir di sekolah 10 menit sebelum waktu masuk dan apabila lewat dari 07.15 akan dibina oleh guru piket dan akan membawa surat izin untuk masuk kelas dari guru piket keruang belajar. Dan waktu belajar pada pukul 07.25 semua siswa-siswi sudah mulai belajar, apabila siswa terlambat dari 15 menit, maka siswa tidak di izinkan masuk kelas dan dianggap absen/tidak hadir pada jam 1-2 serta diberi sanksi oleh guru piket dan di izinkan masuk pada jam bidang studi berikutnya. Pada saat bel masuk dibunyikan, maka gerbang akan di kunci dan siswa-siswi yang terlambat tidak di benarkan masuk kelas sebelum mendapatkan izin dari guru piket dengan aturan yang ada di sekolah.

Memperhatikan latar belakang yang diuraikan di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang”Strategi Guru Dalam Mengontrol Perilaku Siswa XI IPS 4 di SMA Negeri 1 Pancung Soal Kabupaten Pesisir Selatan. METODE PENELITIAN

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan penelitian kualitatif dengan tipe penelitian deskripstif. Pendekatan kualitatif lebih lanjut yang mementingkan proses dibandingkan dengan hasil akhir, (Afifudin, 2012:94). Pendekatan ini digunakan karena dapat mengungkapkan permasalahan tentang bagaimana strategi guru Dalam Mengontrol Perilaku Siswa Kelas XI IPS 4 di SMA Negeri 1 Pancung Soal Kabupaten Pesisir Selatan.

Penetapan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Teknik purposive

sampling. Artinya peneliti

menetapkan kriteria-kriteria tertentu yang mesti dipenuhi oleh orang yang dijadikan sumber informasi.

(5)

Kritria tersebut mestilah menjadi validitas data yang akan dikumpulkan. (Afrizal, 2008:100-101). Adapun informan penelitian berjumlah 18 orang.

Analisis data dilakukan dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan/verification. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Pancung Soal Kabupaten Pesisir Selatan. Alasan peneliti memilih lokasi ini, karena masih ada kurangnya strategi guru dalam mengontrol perilaku siswa kelas XI IPS 4 di SMA N 1 Pancung Soal Kabupaten Pesisir Selatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Faktor Penyebab Siswa

Melanggar Aturan

Banyak faktor yang menyebabkan siswa melanggar aturan di SMA N 1 Pancung Soal disaat pembelajaran yang sedang berlangsung. Dimana faktor tersebut sering dilakukan oleh siswa, faktor tersebut dapat berupa dari teman sebaya, keluarga, dan metode guru yang mengajar kurang menarik, salah satu faktor dari teman sebaya yang

membuat temannya melanggar aturan di saat proses pembelajaran berlangsung seperti cabut, keluar masuk kelas, nongkrong diwarung, dan lain-lain. Sehingga pembelajaran yang di ikuti tidak kondusif dan tidak berjalan dengan baik. Adapun faktor yang menyebabkan siswa melanggar aturan adalah sebagai berikut:

5.1.1 Pengaruh Dari Teman Kelompok Atau Teman Sebaya

Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan dilapangan bahwasannya peserta didik ketika berinteraksi di sekolah dan dengan teman sekitar rumah kadang kala terdorong melakukan penyimpangan untuk membuktikan bahwa mereka bisa merusak dalam kelompok tertentu, untuk mendapatkan respek dari teman, atau untuk menunjukan di depan teman-temannya bahwa dia punya kekuatan, dia yang paling berani, dialah orang berkuasa di lingkungan sekolah dalam kelompok. Seperti yang terjadi dilapangan bahwasannya pelaku mau saja melakukan apa yang di suruh oleh teman sebaya atau teman kelompoknya. Bahwa mereka takut

(6)

ketika dia tidak sanggup untuk melaksanakan tantangan yang diberikan temannya maka dia dikatakan orang yang lemah. Dari hasil observasi dan wawancara di atas bahwasannya seorang anak yang tidak mau dikatakan dia orang yang lemah, maka dari itu dia melakukan apapun yang di suruh temannya karena dia merasa dirinya bisa dan ingin memperlihatkan terhadap temannya bahwa dirinya kuat dan selalu bisa melakukan tantangan yang ditantang oleh orang lain. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini bahwasannya penulis dapat mengambil kesimpulan dari salah seorang guru dan tiga siswa yang melakukan pelanggaran di saat pembelajaran berlangsung. Dalam wawancara tersebut mereka menyatakan bahwa dapat terlihat dari teman sebaya, berdasarkan temuan dilapangan siswa tersebut ada yang berteman secara positif dan ada juga yang berteman secara negatif. Dalam hal ini, teman sebaya yang positif lebih memilih berteman dengan orang yang tidak melakukan pelanggaran di sekolah maupun di

luar sekolah, dan disekitar lingkungannya, sedangkan teman sebaya yang kearah negatif lebih banyak berteman kepada orang yang melakukan pelanggaran baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah, dan dilingkungannya, karena seorang bisa dan pandai dalam bergaul di lingkungannya.

5.1.2 Keluarga

Keluarga adalah salah satu faktor penyebab dari perilaku yang dilakukan oleh anaknya, faktor dari keluarga sangat cenderung bagi peserta didik untuk melakukan pelanggaran. Karena dengan kurangnya mendapatkan kasih sayang yang sepenuhnya maka anaknya sewenang-wenang melakukan hal tersebut dan tidak mempedulikan keadaannya. Berdasarkan wawancara terlihat bahwa orang tua anak tersebut tidak mempedulikan keseharian anaknya di sekolah, meskipun anaknya melakukan pelanggaran, tetapi orang tuanya tetap tidak menghiraukan anaknya, meskipun sudah mendapatkan surat panggilan dari sekolah dalam tingkah laku anaknya

(7)

di sekolah, orang tua anak tersebut tidak pengen tahu.

Karena lebih mementingkan kesibukannya dari pada mengurus permasalahan yang dilakukan anaknya di sekolah.

5.1.3 Metode Guru Yang Mengajar

Metode yang guru gunakan di saat proses pembelajaran tidak menarik, maka siswa merasa bosan dan jenuh di dalam kelas. Itu bisa menyebabkan siswa melakukan pelanggaran. Dan keluar masuk sesuka hatinya dan bisa mengganggu temannya yang lain dan tidak bisa kosentrasi untuk belajar. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa metode yang dilakukan guru kurang menarik sehingga siswa merasa bosan dan melakukan pelanggaran di saat proses pembelajaran berlangsung, seperti keluar masuk kelas, cabut, siswa keluar pergi nongkrong diwarung, dan lain-lain.

Dengan adanya metode yang dilakukan guru di dalam pembelajaran yang kurang menarik itu bisa mempengaruhi siswa untuk

tidak belajar dan melakukan pelanggaran, siswa bisa berbuat apa saja yang dia inginkan, karena metode pembelajaran tidak bisa menarik perhatian siswa untuk belajar dengan afektif dan kondusif di dalam kelas, sehingga siswa tersebut melakukan sesuka hatinya untuk keluar masuk di dalam kelas dengan metode yang kurang menarik.

5.2 Strategi Guru Dalam Mengontrol Perilaku Siswa

Berdasarkan hasil penelitian ini di dapatkan di sekolah ada siswa yang melakukan pelanggaran aturan sekolah SMA N 1 Pancung Soal, strategi guru dalam mengontrol perilaku siswa yang sering melakukan pelanggaran, di saat guru mengontrol perilaku siswa yang melanggar aturan guru dan wali kelas langsung menanggani siswa yang bermasalah dan menyelesaikan dengan baik. Hasil penelitian ini diperoleh dari guru, guru BK, dan wali kelas untuk lebih jelas maka di uraikanlah tentang strategi guru dalam mengontrol perilaku siswa sebagai berikut: (a) merubah metode

(8)

ajar, (b) memberikan Sanksi (c) bekerjasama dengan guru BK.

5.2.1 Merubah Metode Belajar Berdasarkan hasil observasi

kelas XI IPS 4 pada tanggal 14 Mei

2017 di sekolah, peneliti melihat

adanya perubahan metode yang

dilakukan guru dalam proses

pembelajaran, dimana metode yang

guru lakukan yaitu metode diskusi

dalam pembelajaran dan guru juga

menggunakan media pembelajaran

kepada siswa, dengan adanya metode

dan media dilakukan guru, maka

siswa bersemangat dalam belajar,

dalam perubahan metode yang

dilakukan guru di dalam

pembelajaran, maka siswa merasa

aktif dan merasa senang dengan

pembelajarannya. Berdasarkan hasil

wawancara bahwa guru melakukan

perubahan metode di saat

pembelajaran, semua itu guru

lakukan semata-mata hanya untuk

bisa melakukan yang terbaik dan

proses pembelajaran bisa afektif dan

kondusif.

5.2.2 Memberikan Sanksi

Berdasarkan hasil observasi

kelas XI IPS 4 pada tanggal 14 Mei

2017 di sekolah, peneliti melihat

gurukelas XI IPS 4 dalam

memberikan sanksi kepada siswa,

peneliti mengamati adalah pertama

siswa di panggil ke ruang majelis

guru bagi yang datang terlambat dan

guru menanyakan mengapa hal

demikian dilakukan oleh siswa,

setelah siswa menjawab pertanyaan

guru, karena banyak kendala dan

pengaruh dari teman, dan sebelum

siswa masuk siswa diberikan sanksi,

seperti siswa disuruh minta surat izin

masuk kepada guru piket, memilih

sampah atau disuruh berdiri

dilapangan. Berdasarkan pelanggaran

yang telah ada, pelanggaran yang

(9)

adalah displin sekolah seperti

terlambat datang sekolah, cabut saat

jam pembelajaran, atribut tidak

lengkap, dan seragam pakaian di

sekolah. Siswa yang memiliki

disiplin tinggi itu merupakan siswa

yang diharapkan mampu memiliki

kesadaran, ketaatan, kepatuhan, dan

tanggung jawab terhadap peraturan

yang berlaku di sekolah. Berdasarkan

hasil wawancara bahwa setiap guru

sama-sama memberikan sanksi

berupa memilih sampah yang ada

disekitar sekolah, dan setelah itu

guru dan wali kelas meminta siswa

untuk membuat nama di buku kasus

supaya siswa tidak melakukan

pelanggaran lagi, tujuan dilakukan

agar siswa tahu betapa ketatnya

peraturan sekolah, karena peraturan

di sekolah SMA N 1 Pancung Soal

harus dipatuhi oleh semua siswa.

5.2.3 Bekerjasama Dengan Guru BK

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 14 Mei 2017 di sekolah, peneliti melihat wali kelas bekerjasama dengan guru BK dalam mengatasi tingkah laku siswa di SMA N 1 Pancung Soal. Dimana mereka memangil siswa yang bersangkutan atau bermasalah ke ruangan BK untuk diproses lebih lanjut, apabila siswa masih melakukan pelanggaran, maka wali kelas menyerahkannya kepada guru BK, dan guru BK memberi surat panggilan kepada orang tua siswa yang bermasalah.

Berdasarkan hasil wawancara bahwa kerjasama guru wali kelas dan guru BK itu semata-mata untuk membuat siswa merasa jera dan tidak melakukan pelanggaran lagi. Adapun sanksi yang dilakukan guru kepada siswa yang melanggar aturan di dalam sekolah, itu juga mencerminkan bentuk kedisplinan yang dilakukan oleh pihak sekolah di SMA N 1 Pancung Soal.

(10)

Dari teori ini jika dikaitkan dengan strategi guru dalam mengontrol perilaku siswa yang sering melanggar aturan sekolah seperti sering keluar masuk cabut, alfa, keluar masuk saat jam pelajaran, datang terlambat ke sekolah, atribut tidak langkap, strategi wali kelas dalam mengontrol perilaku siswa adalah merubah metode belajar, dimana dengan adanya metode yang dilakukan guru di saat pembelajaran itu bisa membuat siswa merasa senang dan tidak mudah bosan, dan proses pembelajaran berjalan dengan baik dan kondusif. Selanjutnya guru memberikan sanksi, ketika siswa datang terlambat ke sekolah sebelum masuk dalam kelas harus minta surat izin terlebih dahulu setelah minta surat izin siswa di perkenakan masuk kelas, setelah guru melakukan hal tersebut tidak ada yang terlambat lagi dan berjalan dengan baik, Atau di suruh buang sampah.

Dan selanjutnya wali kelas bekerjsama dengan guru BK, apabila siswa sering melakukan pelanggaran walaupun sudah diberi peringatan,

maka guru melakukan kerjasama wali kelas dengan gru BK dalam mengatasi tingkah laku siswa, dan apabila siswa melakukan hal tersebut maka guru memberi surat panggilan kepada orang tua yang bermasalah. Jika itu terjadi lagi maka siswa tersebut di keluarkan dari sekolah.

Jadi dengan adanya strategi guru dalam mengontrol perilaku siswa yang melanggar aturan dan dikaitkan dengan teori Behaviorisme adanya respon dan stimulus, dan ternyata ada perubahan yang terjadi kepada siswa dan tidak ada lagi yang terlambat datang ke sekolah maupun keluar saat jam pembelajaran. (Budiningsih, 2005: 20)

(11)

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dikemukakan kesimpulan mengenai faktor penyebab siswa melanggar aturan, (a) teman sebaya, (b) keluarga, dan (c) metode guru yang mengajar. Dan Strategi Guru Dalam Mengontrol Perilaku Siswa, (a) merubah metode belajar, (b) memberikn sanksi, dan (c) bekerjasama dengan guru BK.

Dengan adanya strategi guru dalam mengontrol perilaku siswa yang melanggar aturan sekolah di atas maka tidak akan ada lagi siswa yang melakukan pelanggaran di saat prses pembelajaran berlangsung. Sebab semua guru ingin yang terbaik untuk siswa-siswi di SMA N 1 Pancung Soal, maka dari itu perlu adanya strategi guru dalam mengontrol perilaku siswa yang melanggar aturan di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin, Beni Ahmad Saebani. 2012. Metodologi Penelitian

Kualitatif. Bandung: CV.

Pustaka Setia.

Afrizal. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rajawali Press.

Budiningsih. 2005. Belajar Dan

Mengajar. Jakarta: Rineka

Cipta.

Dediknas. 2003. UU No 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Herdiansyah, Haris. 2011.

Metodologi Penelitian

Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu

Sosial. Jakarta: Salemba

Humanika.

Miles, dan Huberman. 1992. Analisis

Data Kualitatif. Universitas

Indonesia (UI- Perss).

Trianto. 2007. Mode Pembelajaran

Terpadu Dalam Teori Dan

Praktik. Jakarta: prestasi

pustakaraya.

Nasruddin AR. (2013).

Strategi/metode Guru Dalam

Mengontrol Siswa Yang

Bertingkah Laku

Menyimpang. Jurnal. Di akses

Referensi

Dokumen terkait

Komplikasi bedah sesar dapat terjadi sekitar 30-85%, hal ini menyebabkan peningkatan penggunaan antibiotik yang bervariasi dengan biaya yang bervariasi pula sehingga

Melalui penghitungan analisis Paired Sample T Test pula, diperoleh t hitung =26,70 dan t tabel =1,695 maka t hitung > t tabel (26,70 > 1,695) yang berarti signifikan

Demak (Ban Gub dan Penunjang) Tahun Anggaran 2011 sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat yang berlaku, maka Panitia Pengadaan Barang/Jasa menetapkan pemenang

Terdapat enam variabel bauran pemasaran ritel yang dinilai oleh konsumen minimarket Alfamart dalam loyalitas berbelanja yaitu lokasi sebesar 73,4% terinterpretasi kuat, produk

untuk pengolahan data selanjutnya apakah menggun akan uji t atau uji t’. Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan uji statistik inferensial. Adapun uji statistik

Penyusunan laporan pembangunan bidang Infrastruktur dan Tata Ruang; 11 Subbagian Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman Menghimpun, menyiapkan bahan penyusunan

Prototype ini terdiri dari mikrokontroler Arduino MEGA sebagai pusat kendali, LED sebagai indikasi lampu lalu lintas, serta menggunakan konsep laser security

Peneliti akan mendeskripsikan suatu upaya sekolah untuk meningkatkan profesionalitas guru bagi dunia pendidikan khususnya guru, yang harus meningkatkan