commit to user 169 BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan tentang sejarah / latar belakang munculnya kesenian dongkrek, khususnya pada bentuk topeng, unsur – unsur rupa/visual yang terdapat pada topeng dongkrek, dan makna simbolik yang terdapat pada topeng dongkrek, maka dapat ditarik simpulan umum sebagai berikut :
1. Kesenian dongkrek muncul sebagai bentuk simbolisasi pengenangan terhadap sejarah mengenai pagebluk yang menimpa masyarakat Mejayan, Madiun pada tahun 1867. Selain itu juga berfungsi sebagai media upacara tolak balak pada masa itu. Kesenian dongkrek yang terdiri dari seperangkat topeng dongkrek dan alat musik diciptakan oleh Seorang pemimpin pemerintahan yang disebut Palang. Palang yang bernama Raden Ngabehi
Lo Prawirodipuro adalah orang yang telibat langsung dalam peristiwa pagebluk tersebut. Topeng yang diciptakan disesuaikan dengan bentuk dari
wujud yang ada dalam sejarah pagebluk, yang terdiri dari topeng genderuwo sebagai simbolisasi sosok yang mengganggu masyarakat Mejayan sehingga terjadi pagebluk. Topeng dua abdi kinasih yang bernama Raden Ayu Roro
Tumpi dan Wewe Putih sebagai penggambaran dari sosok lelembut yang
menjadi abdi kinasih dari Eyang Palang atau Raden Ngabehi Lo
Prawirodipuro. Topeng Raden Ngabehi Lo prawirodipuro atau Eyang Palang, yang merupakan penggambaran dari tokoh utama yang diganggu
dan melawan para genderuwo hingga akhirnya membebaskan masyarakat dari pagebluk yang menimpa.
2. Topeng dongkrek terdiri dari 4 topeng genderuwo, 2 topeng abdi kinasih, dan 1 topeng Eyang Palang. Unsur rupa yang terdapat pada ketujuh topeng tersebut terdiri dari bentuk atau raut, arah, ukuran, tekstur, warna, value, dan ruang. Bentuk pada topeng dongkrek disesuaikan dengan wujud nyata dari makhluk yang ditopengkan. Pada bagian-bagian topeng tersebut ada bentuk
commit to user
yang berupa garis, bidang, dan juga volume. Bentuk dan raut pada masing-masing bagian topeng mempunyai arah yang sesuai dengan bentuk dan rautnya. Ukuran topeng dibuat lebih besar dari kepala manusia, agar dapat cukup apabila digunakan pada kepala manusia. Ukuran topeng pada
genderuwo dibuat lebih besar dari topeng lainnya. Tekstur yang terdapat
pada topeng ada yang halus dan kasar, disesuaikan dengan bentuknya. Warna dan value/tingkat kecerahan pada masing-masing topeng dongkrek berbeda-beda. Warna pada topeng genderuwo ada 4, sesuai dengan jumlahnya yaitu merah, hijau, hitam, dan putih. Warna pada topeng abdi
kinasih ada 2, warna putih cerah pada topeng Wewe Putih dan warna coklat
muda pada topeng Raden Ayu Roro Tumpi. Warna coklat pada topeng
Eyang Palang atau Raden Ngabehi Lo Prawirodipuro. Oleh topeng dongkrek merupakan seni rupa tiga dimensi, topeng tersebut mempunyai
ruang yang apabila diraba akan sama dengan apa yang dilihat.
3. Dibalik unsur-unsur rupa yang terdapat pada topeng dongkrek terdapat makna simbolik tertentu. Makna simbolik dari topeng tersebut sesuai dengan peristiwa pagebluk yang terjadi. Unsur rupa pada topeng genderuwo tidak hanya menggambarkan wujud dari genderuwo yang mengganggu daerah Mejayan, tapi juga sebagai simbolisasi nafsu manusia yang harus dikendalikan. Unsur rupa pada topeng kedua abdi kinasih menunjukkan watak dari masing-masing topeng tersebut. Meskipun mempunyai watak yang berbeda yaitu watak Wewe Putih yang kemayu dan Raden Ayu Roro
Tumpi yang anggun, namun keduanya sama-sama setia dan selalu
mendukung Eyang Palang untuk mengalahkan para genderuwo. Unsur rupa pada topeng Eyang Palang menunjukkan watak beliau yang bersahaja dan tetap kuat di balik kesedihannya dalam menghadapi bencana Pagebluk yang menimpa beliau dan rakyatnya.
Hubungan antara latar belakang terciptanya topeng dongkrek, unsur-unsur visual pembentuk topeng dongkrek, dan makna simbolik di balik topeng dongkrek merupakan suatu kesatuan yang saling terkait. Latar belakang mengenai pagebluk
commit to user
yang terjadi dan segala kerja keras Eyang Palang dalam mengatasinya digambarkan secara visual melalui topeng dongkrek. Segala unsur visual pada topeng dongkrek selalu menyiratkan simbol-simbol mengenai makna dongkrek itu sendiri. Makna yang terdapat di dalam unsur visual topeng dongkrek berkaitan dengan latar belakang munculnya topeng dan makna-makna tertentu yang menyiratkan petuah – petuah berharga mengenai kehidupan.
Latar belakang atau sumber ide diciptakannya topeng dongkrek tidak terlepas dari aspek mitos yang masih melekat dalam kehidupan masyarakat Mejayan pada wakttu itu. Kepercayaan terhadap benda-benda yang dapat memiliki kekuatan dengan bantuan roh halus yang masih dipercayai dimungkinkan menjadi alasan bagi Eyang Palang untuk membuat topeng
dongkrek sebagai media pengusiran pagebluk di Mejayan.
Unsur visual yang ada pada topeng dongkrek secara garis besar mempunyai pola yang hampir sama. Bentuk pada topeng kebanyakan beraut garis dan volume. Bentuk yang berupa garis pada topeng cenderung dominan lengkung sehingga memberikan kesan dinamis, kumal dan aktif bergerak. Bentuk berupa volume juga dominan terdapat pada topeng dongkrek karena topeng merupakan karya tiga dimensi yang bervolume. Ukuran topeng genderuwo relatif tergolong besar, sehingga dapat dipakai di kepala manusia dan membuat kesan topeng menjadi lebih hidup. Terdapat tekstur kasar dan halus pada topeng, namun lebih dominan yang kasar agar lebih mendapatkan karakter yang lebih nyata dan dinamis, sesuai subyek yang ditopengkan. Warna yang digunakan ada bermacam-macam, namun mempunyai karakter value yang hampir sama, yaitu keterangan warna yang pekat sehingga menjadi point of interest tersendiri bagi yang melihat. Kesemua topeng mempunyai ruang tiga dimensi, sehingga memberikan kesan yang lebih menghidupkan karakter masing-masing topeng.
Berkaitan dengan makna pada topeng dongkrek, tentu terkait erat dengan latar belakang dibuatnya topeng, yakni sangat berhubungan dengan nilai-nliai mistis atau kepercayaan masyarakat pada upacara tolak balak terhadap pagebluk. Lebih jauh dari itu, terdapat makna yang mendalam dari tiap-tiap bagian topeng
commit to user
diri terhadap nafsu yang ada dalam diri manusia. Dongkrek juga mengajarkan bahwa kebenaran akan selalu menang. Melalui ketenangan, kesahajaan, dan kerja keras seperti yang disimbolkan dengan topeng Eyang Palang akan selalu dapat mengendalikan segala nafsu yang ada dalam diri manusia, seperti yang digambarkan pada topeng genderuwo. Selain itu juga mengajarkan tentang makna kesetiaan pada kebenaran seperti yang tersimbolkan dari topeng kedua abdi
kinasih. Dengan mengendalikan nafsu yang ada dalam diri manusia, kehidupan
yang dijalani akan dapat berjalan seimbang.
Fungsi topeng dongkrek yang digunakan sebagai media tolak balak seperti pada jaman pemerintahan Eyang Palang sekarang sudah jarang ditemukan. Kebanyakan seniman dongkrek memanfaatkan seni dongkrek sebagai hiburan atau tontonan yang bermakna. Hanya ada satu tempat yang masih memanfaatkan nilai mistis atau kesakralan tersebut, yaitu di Paguyuban Dongkrek Krido Sakti.
Dari semua analisa makna terhadap topeng dongkrek yang disajikan dalam bentuk pagelaran atau arak-arakan, menampilkan sebuah pelajaran pada manusia dalam bersikap. Salah satu penegasan oleh informan bahwa dongkrek bukan hanya sekedar tontonan, namun juga tuntunan semakin tampak. Apabila setiap manusia khususnya pemuda pemudi generasi penerus bangsa dapat mempelajari dan mengamalkan makna tersebut, maka kehidupan di dunia ini tentu akan menjadi lebih baik.
B. Implikasi
Dari hasil penelitian ini diharapkan mempunyai implikasi terhadap pemahaman masyarakat luas mengenai makna yang terkandung dari topeng
dongkrek. Dongkrek merupakan warisan leluhur berupa seni tradisi yang sarat
akan makna mendalam yang tidak sembarangan. Dongkrek mengajarkan mengenai daya survival/bertahan hidup, yaitu mengenai bagaimana para leluhur mempertahankan hidup mereka ditengah musibah pagebluk. Topeng dongkrek merupakan salah satu cara yang digunakan dalam mempertahanan diri untuk mengusir pagebluk. Pada saat ini Paguyuban Dongkrek Krido Sakti juga
commit to user
meneruskan budaya bertahan hidup tersebut, yaitu dari cara bagaimana mempertahankan kesenian tradisi yang sangat berharga. Dari hal tersebut membuat dongkrek tidak hanya dianggap sebagai hiburan semata. Selain itu dapat turut memperkenalkan dongkrek kepada masyarakat luas bahwa dongkrek adalah kesenian khas Kabupaten Madiun yang memiliki makna khusus yang terkandung didalamnya.
C. Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan saran-saran dan masukan guna memperkenalkan kesenian dongkrek dengan segala makna yang terkandung agar lebih dikenal dan dipahami oleh masyarakat Madiun khususnya dan masyarakat dunia pada umumnya. Saran-saran yang disampaikan sebagai berikut:
1. Kepada pemerintah Desa Mejayan khususnya dan pemerintah Kabupaten Madiun umumnya serta dinas-dinas lain yang terkait tentang kesenian
dongkrek.
a. Kesenian dongkrek belum begitu dikenal oleh masyarakat diluar Kabupaten Madiun. Menurut pengalaman penulis, banyak sekali yang sama sekali tidak tahu tentang dongkrek yang juga merupakan kesenian khas dari Kabupaten Madiun. Sudah saatnya pemerintah lebih memperkenalkan lagi kesenian dongkrek pada masyarakat luas. Misalnya melalui penayangan atau memuat berita mengenai kesenian dongkrek di media massa (media eletronik, media cetak)
b. Selain kesenian dongkrek yang berupa pagelaran dan arak-arakan, untuk membuat masyarakat semakin mengenali kesenian dongkrek adalah dengan membangun patung-patung berbentuk topeng dongkrek di spot-spot khusus jalan protokol di Madiun. Seperti halnya patung pecel yang sudah banyak dibangun. Alangkah lebih baiknya jika patung topeng
dongkrek juga turut dibangun sehingga masyarakat dari luar Madiun
dapat semakin mengenal dongkrek sebagai kesenian khas Kabupaten Madiun.
commit to user 2. Saran untuk Paguyuban Dongkrek Krido Sakti.
a. Tetap mempertahankan fungsi kesakralan dari kesenian dongkrek dan segala bentuk rupa yang sesuai dengan rupa topeng dongkrek ciptaan
Eyang Palang. Hal tersebut sebagai bentuk penghormatan kepada para
pencipta kesenian dongkrek.
b. Semakin lebih menjelaskan kepada masyarakat mengenai makna yang terkandung di dalam kesenian dongkrek. Agar orang semakin faham dengan makna-makna yang tersirat dari kesenian dongkrek, khususnya pada topengnya, karena di dalamnya terdapat makna dan kearifan lokal yang sangat penting. Penyampaian tersebut mungkin bisa melalui suatu narasi penjelasan setelah akhir pagelaran atau pada saat arak-arakan
dongkrek berlangsung.
c. Memperkenalkan dongkrek dengan berbagai cara yang berbeda, misalnya dengan membuat souvenir berbentuk topeng yang diperjualbelikan. Melalui cara tersebut, memungkinkan upaya memperkenalkan dongkrek kepada masyarakat luas semakin tercapai.
3. Saran bagi seniman dongkrek yang lain, untuk lebih dapat menjelaskan kepada masyarakat mengenai sejarah dan makna yang terkandung pada kesenian dongkrek khususnya pada topengnya. Selain itu, juga tetap semangat untuk menyebarluaskan kesenian dongkrek sehingga semakin banyak orang yang mengenal dongkrek sebagai kesenian khas Kabupaten Madiun.
4. Saran bagi peneliti selanjutnya, karena penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan dan tidak semua pembahasan mengenai topeng dongkrek diterangkan disini, masih banyak yang perlu dikaji dari kesenian dongkrek tersebut khusunya bagian topeng. Misalnya, proses pembuatan topeng