• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA PROGRAM D3 KEPERAWATAN. Sri Widowati ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA PROGRAM D3 KEPERAWATAN. Sri Widowati ABSTRAK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

78

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA PROGRAM D3 KEPERAWATAN

Sri Widowati

ABSTRAK

Kecemasan merupakan keadaan emosi yang tidak memiliki obyek yang spesifik, yang dialami secara subyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal di mana wujudnya adalah respon perilaku, kognitif dan respon yang lain. Kecemasan bisa terjadi sepanjang kehidupan dan dialami oleh siapa saja. Prestasi belajar dapat dioperasionalkan dalam bentuk indeks prestasi dan merupakan akumulasi dari nilai hasil ujian dan tugas-tugas individu maupun kelompok. Dan respon kecemasan bisa muncul pada saat menghadapi ujian, sehingga bisa mempengaruhi prestasi belajar.Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat kecemasan dengan prestasi belajar (indeks prestasi) pada mahasiswa Program D3 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang. Penelitian ini adalah penelitian ”Correlational” dengan menggunakan desain penelitian ”Cross Sectional” dengan teknik sampling ”Purposive sampling” dengan jumlah sampel 95 mahasiswa tingkat III pada bulan desember 2005. dari hasil analisa statistik dengan menggunakan Uji Statistik korelasi spearman antara tingkat kecemasan dengan prestasi belajar didapatkan p value -0,093 jika dibandingkan dengan alpha 0.05 maka menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan prestasi belajar pada mahasiswa tingkat III. Sedangkan hasil uji regresi linier sederhana diperoleh R square sebesar 0.010 yang artinya 1% keragaman nilai indeks prestasi ditentukan oleh tingkat kecemasan dan 99% ditentukan oleh faktor lain. Oleh karena itu perlu adanya bimbingan konseling pada mahasiswa tentang bagaimana teknik belajar yang efektif dan managemen waktu, serta mekanisme koping yang tepat dalam menghadapi stres. Dengan demikian perlu penelitian lebih lanjut pada mahasiswa tingkat I dan II. Dan penelitian terhadap faktor-faktor lain yang mempengaruhi indeks prestasi. Kata Kunci : Tingkat kecemasan, prestasi belajar

Pendahuluan

Sepanjang kehidupan, orang-orang akan senantiasa menghadapi perubahan dan kebutuhan dalam banyak hal, dan reaksi kecemasan bersumber dari respon individu terhadap situasi yang stressfull. Gangguan kecemasan, merupakan penyakit psikologis, dan mempengaruhi kira-kira 15 % dari populasi secara umum sepanjang kehidupan (Otong, 1995). Adanya perubahan status dalam diri mahasiswa dari remaja beranjak ke dewasa, maka akan bertambah juga tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan pada tahapan ini. Banyak hal baru yang akan ditemui oleh mahasiswa di dunia kampus, baik yang menyangkut masalah akademik seperti perkuliahan, maupun non akademik seperti bersosialisasi (Paryati.S,2004). Pada kondisi seperti ini, pola hidup yang tidak tepat akan membawa mahasiswa pada tingkat kejenuhan, kemalasan, kecemasan dan kebosanan dalam belajar. Akibatnya mahasiswa akan mengalami masalah dengan prestasi belajar di kampus.

Prestasi atau keberhasilan belajar dapat dioperasionalkan dalam bentuk indeks prestasi, angka kelulusan, predikat keberhasilan dan sebagainya (Saifuddin Azwar, 2004).

(2)

79

Penilaian terhadap prestasi belajar mahasiswa di perguruan tinggi, merupakan akumulasi dari nilai UTS, UAS dan tugas-tugas individu maupun kelompok. Sedangkan prosentase untuk nilai UAS adalah sekitar 50 % dari akumulasi nilai-nilai di atas.

Sedangkan untuk sistem penilaian yang digunakan di Program D3 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang, 90% dari mata kuliah yang ada menggunakan sistem penilaian PAP (Penilaian Acuan Patokan) , di mana penilaian lebih ditujukan kepada program penguasaan bahan pembelajaran, bukan pada kedudukan mahasiswa di kelasnya.

Salah satu konsep yang pernah dirumuskan oleh para ahli mengatakan bahwa keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, salah satu faktor internalnya adalah psikologis (Azwar, 2004). Momentum yang paling kritis dan paling mencemaskan di kalangan mahasiswa adalah saat menghadapi ujian. Kecemasan, kesibukan belajar mulai meningkat, sebaliknya istirahat dan perilaku santai mulai menurun. Ketegangan psikologis, seperti rasa cemas, was-was mulai muncul dan rasa percaya diri semakin berkurang (Sudjana, 2005).

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui adakah hubungan antara tingkat kecemasan dengan prestasi belajar pada mahasiswa tingkat 3 Program D3 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang. Dan manfaat dari penelitian ini antara lain :

a. Bagi bidang keperawatan

Sebagai acuan dalam melaksanakan asuhan keperawatan terutama lingkup keperawatan jiwa, khususnya keperawatan jiwa remaja dengan kecemasan.

b. Bagi Bidang pendidikan keperawatan

Sebagai dasar dalam pelaksanaan bimbingan konseling terhadap mahasiswa-mahasiswa yang bermasalah dalam prestasi belajar.

Anxiety atau kecemasan berasal dari bahasa latin “Anxietas” yang berarti menjengkelkan atau mengganggu. Kecemasan menghadirkan perasaan gelisah dan merupakan aspek integral yang secara alami dari individu, sehingga menyebabkan peran yang menyeluruh dalam proses adaptasi dan homeostasis. Terkadang kecemasan ini sering meluas diluar kepentingan yang adaptif bagi individu. Kecemasan adalah suatu pernyataan yang dihasilkan oleh stres atau perubahan dan sering dihubungkan dengan rasa takut.(Otong, 1995).

Banyak sekali teori-teori yang menjelaskan tentang kecemasan, kompleksitas dan hubungannya dengan adaptasi dan homeostasis. Teori psikodinamik, kognitif-behaviour, eksistensial, perkembangan, neurobiologi dan psikososial, memperkuat pendapat bahwa kecemasan mempengaruhi keseluruhan aspek dari individu. (Otong, 1995). Stressor mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stresor pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu :

a. Ancaman terhadap integritas seseorang, meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari.

b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas diri, harga diri, yang menyatu dalam fungsi sosial. Sumber-sumber internal dan eksternal dapat mengancam self esteem. Yang termasuk sumber eksternal antara lain hilangnya nilai-nilai individu oleh karena kematian, perceraian, atau relokasi, perubahan dalam status

(3)

80

pekerjaan, dilema etik, tekanan sosial atau kelompok. Sedangkan sumber internal antara lain kesulitan-kesulitan interpersonal di rumah atau saat bekerja atau adanya peran baru sebagai orang tua, pelajar atau karyawan.

Tabel 1 Tingkat Kecemasan Tingkat

cemas

Definisi Respon

fisiologis

Respon kognitif Respon perilaku & emosi

Cemas ringan Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. lahan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada. Individu terdoronh untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas -.Sesekali nafas pendek -.nadi dan tekanan darah naik -.gejala ringan pada lambung -.muka berkerut dan bibir bergetar

-.lapang persepsi meluas -.mampu menerima rangsangan yang kompleks -.konsentrasi pada masalah -.menyelesaikan masalah secara efektif

-.tidak dapat duduk tenang -.tremor halus pada tangan -.suara kadang-kadang meninggi

Cemas sedang

Pada tingkat ini lahan apersepsi terhadap lingkungan menurun, individu lebih

memfokuskan pada hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain. -.sering nafas pendek -.nadi dan tekanan darah naik -.mulut kering -.anoreksi -.diare atau konstipasi -.gelisah -.lapang persepsi menyempit -.rangsang luar tidak mampu diterima -.berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya

-.gerakan tersentak-sentak ( meremas tangan)

-.bicara banyak dan lebih cepat

-.susah tidur -perasaan tidak aman

Cemas berat Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan ha yang lain. individu tidak mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan banyak

pengarahan/tuntunan

-.nafas pendek -.nadi dan tensi naik -.berkeringat dan sakit kepala -.penglihatan kabur -.ketegangan -.lapang persepsi menyempit -.tidak mampu menyelesaikan masalah -.perasaan ancaman meningkat -.verbalisasi cepat -.bloking

(4)

81

Belajar dalam pengertian yang paling umum, adalah setiap perubahan perilaku yang diakibatkan pengalaman atau sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Dalam pengertian yang lebih spesifik, belajar didefinisikan sebagai akuisisi atau perolehan pengetahuan dan kecakapan baru. Pengertian inilah yang merupakan tujuan formal di sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan yang mempunyai program terencana, tujuan instruksional yang konkret, dan diikuti oleh para sisiwa sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara sistematis.(Azwar, 2004).

Dalam hal ini pengertian prestasi atau keberhasilan belajar dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai rapor, indeks prestasi studi, angka kelulusan, predikat keberhasilan, dan semacamnya.(Azwar, 2004). Indeks prestasi adalah nilai angka yang menunjukkan prestasi atau kemajuan belajar mahasiswa dalam satu semester, yang dihitung setiap akhir semester. Dengan adanya Indeks Prestasi, dapat diketahui kemampuan akademik mahasiswa dalam satu semester. Indek Prestasi ini diperoleh dengan membandingkan nilai akhir mahasiswa dengan besarnya SKS yang diperoleh untuk mata kuliah yang dimaksud. (Paryati Sudarman, 2004). Dalam menilai hasil belajar mahasiswa, dosen perlu menetapkan suatu kriteria tertentu, melalui kriteria ini akan diperoleh informasi mengenai hasil yang diperoleh mahasiswa, dan dihubungkan dengan tujuan pembelajaran. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain : Faktor internal ( Kondisi fisik secara umum ,minat, motivasi, variabel kepribadian, stres emosional, bakat, intelegensi ). Faktor kedua adalah faktor eksternal (kondisi tempat belajar, sarana dan prasarana belajar, materi pembelajaran, kondisi lingkungan belajar,dukungan sosial dan pengaruh budaya)

Menurut Slameto (2003) dalam bukunya yang berjudul Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi, menjelaskan bahwa rasa cemas besar pengaruhnya pada tingkah laku mahasiswa. Penelitian-penelitian yang dilakukan Sarason dan kawan-kawan membuktikan bahwa mahasiswa dengan tingkat kecemasan yang tinggi tidak berprestasi sebaik mahasiswa dengan tingkat kecemasan yang rendah. Dan Kirkland (1971) membuat suatu kesimpulan mengenai hubungan antara tes, kecemasan dan hasil belajar : a. Tingkat kecemasan yang sedang biasanya akan mendorong belajar, sedang tingkat

kecemasan yang tinggi mengganggu belajar.

b. Jika mahasiswa cukup mengenal jenis tes yang akan dihadapi, maka kecemasan akan berkurang.

c. Pada tes-tes yang mengukur daya ingat, mahasiswa yang sangat cemas memberikan hasil yang lebih baik daripada mahasiswa yang kurang cemas. Pada tes-tes yang membutuhkan cara berpikir yang fleksibel, mahasiswa yang sangat cemas hasilnya lebih buruk.

d. Kecemasan terhadap tes bertambah bila hasil tes dipakai untuk menentukan tingkat-tingkat mahasiswa.

Victor Nol (1939) dalam Slameto 2003, tidak menemukan hubungan antara frekwensi tes dengan prestasi pada siswa dengan kecerdasan rata-rat, tapi bagi siswa dengan kemampuan rendah, tes yang sering diberikan bukan memperbaiki prestasinya. Akan tetapi sebagian orang berpendapat bahwa tes seringkali menimbulkan kecemasan dan dengan demikian mengganggu belajar. Pendapat demikian tidak seluruhnya benar, beberapa studi menunjukkan bahwa kebanyakan siswa menerima tes sebagai sesuatu yang menolong.

(5)

82

Penelitian ini adalah Penelitian deskriptif analitik korelasional, dengan menggunakan desain cross secsional.Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program D3 Keperawatan dengan jumlah responden adalah 95 mahasiswa tingkat 3 dengan teknik pengambilan sampelnya dengan menggunakan total sampling.

Pengumpulan data dilaksanakan dengan penyebaran kuesioner yang berupa Achievement Anxiety Test (AAT), kuesioner dibagikan ke mahasiswa pada hari terakhir dari pelaksaan ujian akhir semester, dan mahasiswa diminta mengisi kuesioner berdasarkan hal-hal yang dialami selama ujian seminggu kemudian dianalisa tingkat kecemasan mahasiswa dan melihat data akademik dari Indeks prestasi mahasiswa yang dijadikan sampel kemudian dikorelasikan. Adapun teknik analisa data yang akan digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Menganalisa tingkat kecemasan dari mahasiswa selama menghadapi ujian, dan mahasiswa mengisi kuesioner yang dibagikan di hari terakhir ujian berlangsung dengan menggunakan alat ukur Achievement Anxiety Test (AAT), di dalam AAT ini terdapat 19 point kuesioner, ada 13 point kuesionaer di mana untuk jawaban selalu (skor 3), sering (skor 2), kadang-kadang (skor 1), dan tidak pernah (skor 0). Dan 6 poin kuesioner lainnya untuk jawaban selalu (skor 0), sering (skor 1), kadang-kadang (skor 2) dan tidak pernah (skor 3) kemudian ditabulasi dan didapatkan hasil dibawah ini :

a. Cemas ringan : skor 0-19 b. Cemas sedang : skor 20-39 c. Cemas berat : skor 40-57

2. Menganalisa pencapaian prestasi belajar mahasiswa setelah ujian dengan melihat Indeks Prestasi Mahasiswa. Ada tujuh mata kuliah yang ditempuh mahasiswa dalam semester 5 ini dengan jumlah 17 SKS

a. 3,51-4,00 ; dengan pujian/cum laude b. 2,76-3,50 : sangat memuaskan c. 2,00-2,75 : memuaskan d. < 2,00 : kurang memuaskan

3. Mencari hubungan antara tingkat kecemasan dengan prestasi belajar dengan menggunakan uji statistik korelasi rank spearman (Hasan,2004)

Adapun hasil penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Deskripsi Responden berdasarkan Kategori Cemas

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 Cemas ringan 9 9,5

2 Cemas sedang 86 90,5

3 Cemas berat 0 0

Total 95 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat kecemasan mahasiswa saat menghadapi ujian sebagian besar pada tingkat cemas sedang yaitu sebesar 90,5 % dengan jumlah 86 mahasiswa.

(6)

83

Tabel 3. Deskripsi Responden berdasarkan Kategori IP

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 Cumlaude 0 0

2 Sangat memuaskan 15 15.8

3 Memuaskan 80 84,2

4 Kurang memuaskan 0 0

Total 95 100

Sumber : Data primer yang diolah

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa Indeks Prestasi mahasiswa sebagian besar dalam kategori memuaskan sebanyak 84,2 % dengan jumlah 80 mahasiswa. Sedangkan dari kurve dapat dilihat bahwa indeks pretasi minimum yang dicapai mahasiswa adalah 2,12, sebanyak 23 mahasiswa dan indeks prestasi maksimum 3,25 sebanyak 2 mahasiswa.

Tabel 4 Uji Korelasi Spearman

Item

Uji Korelasi

Keputusan Kesimpulan Korelasi (r) Sig.

Kategori cemas

dengan Nilai IP -0.093 0,368 Terima Ho

Tidak ada hubungan yang signifikan antara Kategori cemas dengan Nilai IP

Dari tabel di atas terlihat angka korelasi sebesar -0.093 dengan nilai signifikansi sebesar 0.368. Karena p value > α 0.05 maka Ho diterima dan H1 ditolak, dengan kata lain bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan indeks prestasi Dari beberapa hal di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal, dan faktor internal dalam hal ini tingkat kecemasan hanya berkontribusi sebesar 1-5% dalam perolehan indeks prestasi yang bagus, sisanya dipengaruhi oleh faktor kemampuan, minat dan bakat, kondisi fisik, sarana dan prasarana, proses pembelajaran dan masih banyak lagi faktor lain yang ikut berkontribusi terhadap perolehan prestasi belajar.

Demikian halnya dengan hasil penelitian Spielberger (1966) dalam Slameto(2003) mengemukakan bahwa siswa dengan tingkat cemas yang rendah dapat berprestasi lebih baik daripada siswa dengan tingkat cemas yang tinggi. Penelitian ini juga didukung oleh Kirkland (1971) bahwa ada hubungan antara tingkat kecemasan, tes dan hasil belajar. jika siswa cukup mengenal jenis tes yang akan dihadapi maka kecemasan akan berkurang, kecemasan terhadap hasil tes bertambah jika hasil tes dipakai menentukan tingkat-tingkat mahasiswa.

Selama ini hasil dari ujian yang nantinya berupa indeks prestasi, kebanyakan digunakan untuk mencari mahasiswa yang mempunyai prestasi sangat baik, baik dan kurang baik, sehingga akademik akan mengetahui siapa mahasiswa yang pintar dan tidak. Dengan demikian ujian sebenarnya harus dimaksudkan untuk diagnosa bukan menentukan tingkat-tingkat dari kemampuan mahasiswa.

Sedangkan untuk perolehan prestasi belajar (indeks prestasi) di perguruan tinggi merupakan akumulasi dari beberapa mata kuliah. dan nilai akhir yang didapatkan untuk setiap

(7)

84

mata kuliah berasal dari ujian tengah semester (UTS), ujian akhir semester (UAS), dan tugas-tugas individu maupun kelompok serta kehadiran dan keaktifan dikelas. hal ini tentunya dapat membantu mahasiswa dalam perolehan nilai akhir yang bagus, sehingga indeks prestasi yang didapatkan juga akan bagus. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penilaian terhadap prestasi mahasiswa tidak semata-mata berdasarkan hasil nilai ujian murni, tetapi sudah merupakan akumulasi dari beberapa penilaian termasuk di dalamnya adalah keaktifan mahasiswa di kelas, kedisiplinan dan tidak menutup kemungkinan penilaian terhadap etika mahasiswa. Sedangkan pada saat pelaksanaan ujian, masih banyak pula faktor-faktor lain yang mempengaruhi kesiapan mahasiswa dalam mengerjakan soal-soal ujian. Apakah pada saat ujian mahasiswa dalam kondisi sehat atau sedang sakit, sedang memiliki masalah lain atau tidak, tipe dari soal ujian, apakah soal ujian termasuk soal yang menuntut daya ingat atau merupakan soal yang menuntut mahasiswa melakukan analisa yang lebih dalam.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Tingkat kecemasan mahasiswa tingkat 3 dalam menghadapi ujian akhir semester 5 hampir seluruhnya (90.5%) mengalami cemas sedang.

2. Hasil prestasi belajar (Indeks Prestasi) mahasiswa tingkat 3 semester 5 hampir seluruhnya (84.2%) dalam kategori memuaskan.

3. Tidak ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan prestasi belajar (indeks prestasi) pada mahasiswa Program D3 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang.

Saran

1. Bagi Bidang Keperawatan

a. Menerapkan asuhan keperawatan jiwa pada remaja dengan kecemasan baik pada remaja yang bermasalah dengan kecemasan maupun pada remaja yang tidak bermasalah dengan kecemasan. Karena individu senantiasa berada dalam rentang respon sehat dan sakit.

b. Untuk itu perlu adanya penguatan koping bagi individu yang sudah mempunyai koping yang adaptif, dan membantu menyusun koping yang konstruktif bagi yang belum mempunyai koping konstruktif.

2. Bagi Bidang Pendidikan Keperawatan

a. Bimbingan konseling dapat dilaksanakan setiap saat kapanpun mahasiswa memerlukannya, sehingga diperlukan perhatian yang intensif terhadap perilaku mahasiswa dalam keseharian, termasuk beberapa masalah yang dihadapi mahasiswa. b. Melakukan evaluasi yang berkesinambungan terhadap prestasi belajar mahasiswa,

serta mengidentifikasi mahasiswa yang bermasalah dengan prestasi belajar DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi Abu H dan Sholeh Munawar.2005. Psikologi Perkembangan.Edisi Revisi. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.

(8)

85

Arikunto Suharsimi.1998. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta : Penerbit PT Rineka Cipta.

Azwar Saifuddin.2004. Psikologi Intelegensi. Edisi Pertama.Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar.

Budiarto Eko.2002. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Corcoran K. and Fischer J.1987. Measures for Clinical Practice A Source Book. The United States of America: The Free Press A Division of Macmillan.

Frisch C.Noreen and Frisch E.Lawrence.2002. Psychiatric Mental Health Nursing. 2nd edition. United States of America.

Hasan Iqbal.2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara. Sudjana N. 2005. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Penerbit Sinar Baru

Algensido.

Nursalam.2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Penerbit Salemba Medika.

Otong A.Deborah.1995. Psychiatric Nursing : Biological and Behavioral Concepts.Philadelpia : WB.Saunders Company.

Paryati Sudarman. 2004. Belajar Efektif di Perguruan Tinggi. Bandung : Penerbit Simbiosa Rekatama Media.

Slameto. 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta : Penerbit PT Rineka Cipta.

Stuart W.Gail and Sundeen J.Sandra.1995. Principles and Practice of Psychiatric Nursing. Edisi Kelima. United States of America : Mosby Year Book.

Sugiyono, 2004. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Penerbit AlfaBeta

Stuart,G,W dan Sundeen,S,J.1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Alih Bahasa oleh Achir Yani S.Hamid.D.N.Sc.1995.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Gambar

Tabel 1  Tingkat Kecemasan  Tingkat
Tabel   2. Deskripsi Responden berdasarkan Kategori Cemas
Tabel 4 Uji Korelasi Spearman

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data hasil penelitian dan hasil analisis statistik, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang sangat bermakna antara tingkat kecemasan dengan prestasi

Hasil korelasi Spearman didapatkan nilai signifikansi (p = 0,031) menunjukkan bahwa penelitian ini menunjukkan hubungan antara estimasi kapasitas cranium dengan

Hubungan antara perilaku merokok dengan prestasi belajar pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau yang dilihat dari hasil uji statistik menunjukkan

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji korelasi spearmen rho didapatkan nilai p- value sebesar 0,000 &lt; (α = 0,05) maka Ho ditolak yang berarti terdapat

Hasil analisis data dengan mengunakan uji kolerasi spearman rank, didapatkan hasil = 0,00 &lt; α (0,05) yang artinya ada Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Pola Tidur Lansia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan analisis korelasi rank spearman menunjukkan bahwa koefisien korelasi (r) antara motivasi belajar dengan prestasi akademik

Berdasarkan tabel diatas hasil uji statistik dukungan penilaian keluarga dengan tingkat kecemasan pada narapidana didapatkan p- value = 0,021 dimana nilai tersebut

Hasil Uji Spearman Rank Hubungan Status Gizi Kurang Dengan Tingkat Kecemasan Orang Tua Pada Anak Usia 3-4 Tahun n=34 Variabel Koefisien Korelasi r P-value Status Gizi Kurang