• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN A BODY SHAPE INDEX

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN A BODY SHAPE INDEX"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

PERBEDAAN A BODY SHAPE INDEX DAN BODY MASS

INDEX SEBAGAI PREDIKTOR HIPERTENSI PADA PNS

PRIA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL

PAJAK KALIMANTAN BARAT DI PONTIANAK

Tahun 2014

Handy Eka Bayu I11108006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNG PURA PONTIANAK

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

NASKAH PUBLIKASI

PERBEDAAN A BODY SHAPE INDEX DAN BODY

MASS INDEX SEBAGAI PREDIKTOR HIPERTENSI PADA

PNS PRIA KANTOR WILAYAH PAJAK KALIMANTAN

BARAT DI PONTIANAK

Tahun 2014

TANGGUNG JAWAB YURIDIS MATERIAL PADA

HANDY EKA BAYU NIM I11108006 DISETUJUI OLEH, PEMBIMBING I Agustina Arundina, S.Gz.MPH NIP. 19820803 200912 2 003 PENGUJI I

dr. Bambang Sri Nugroho, Sp. PD NIP. 19511218 197811 1 001

PEMBIMBING II

dr. Willy Handoko, M.Biomed NIP. 19840124 200912 1 005

PENGUJI II

dr. Pandu Indra Bangsawan NIP. 19821126 201212 1 002

MENGETAHUI,

DEKAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA

(3)

PERBEDAAN A BODY SHAPE INDEX DAN BODY MASS INDEX SEBAGAI PREDIKTOR HIPERTENSI PADA PNS PRIA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KALIMANTAN BARAT

DI PONTIANAK

Handy Eka Bayu1; Agustina Arundina2; Willy Handoko3

Intisari

Latar Belakang: Body Mass Index (BMI) sejak lama digunakan untuk

mengevaluasi massa tubuh dan digunakan untuk menilai resiko kesehatan seseorang. A Body Shape Index (ABSI), metode pengukuran baru menunjukkan korelasi lebih baik pada rata-rata kejadian kematian dibandingkan dengan BMI. Berat badan dan tekanan darah erat kaitannya, ketika berat badan naik, tekanan darah akan naik. Tujuan: untuk membandingkan BMI dan ABSI sebagai prediktor hipertensi pada PNS pria kantor wilayah direktorat jenderal pajak Kalimantan Barat Pontianak. Metodologi: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional pada PNS pria kantor wilayah direktorat jenderal pajak kalimantan barat Pontianak.sebanyak 43 subjek, usia 24-60 tahun, pria diambil. semua diukur tekanan darah, lingkar pinggang,berat badan, dan tinggi badan, kemudian dihitung nilai ABSI dan BMI nya. Hasil: Rerata BMI adalah 26,43. Rerata ABSI adalah 0,07. Rerata tekanan darah sistol adalah 121,39 mmHg.Rerata tekanan darah diastol adalah 81,60 mmHg. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara BMI maupun ABSI terhadap tekanan darah (p=0,240 dan p=0,692). Kesimpulan: ABSI maupun BMI tidak memiliki hubungan secara signifikan terhadap tekanan darah.

Kata Kunci: Body Mass Index, A Body Shape Index, Tekanan Darah Keterangan:

1. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat.

2. Departemen Gizi, Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat.

3. Departemen Fisiologi, Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat.

(4)

DIFFERENCE A BODY SHAPE INDEX AND BODY MASS INDEX AS A PREDICTOR OF HYPERTENSION IN MEN WORKERS TAX OFFICE

WEST KALIMANTAN AREA PONTIANAK Handy Eka Bayu1; Agustina Arundina2; Willy Handoko3

Abstract

Background: Body Mass index (BMI) has long been used to evaluate the body mass and is used to assess a person's health risks. A Body Shape Index (ABSI), a new measurement method showed better correlation to the average incidence of mortality compared with BMI. Body weight and blood pressure are closely related, as weight gain, blood pressure will rise. Objective: to compare BMI and ABSI as a predictor of hypertension in men workers tax office West Kalimantan Pontianak. Method: This study used cross-sectional design, 43 subjects, aged 24-60 years, men were taken. all were measured blood pressure, waist circumference, weight and height, then ABSI and BMI value were calculated.Result: BMI mean is 26,43. ABSI mean is 0,07. Systolic blood pressure mean is 121,39 mmHg. Diastolic blood pressure mean is 81,60 mmHg. There was no significant correlation between BMI or ABSI compared to blood pressure(p=0,240 and p=0,692). Conclusion: ABSI nor BMI had no significant relationship to blood pressure.

Key Words: Body Mass Index, A Body Shape Index, Blood Pressure Note:

1. Medical School, Faculty of Medicine, University Of Tanjungpura,

Pontianak, West Kalimantan.

2. Departement Of Nutrition, Faculty of Medicine, University Of

Tanjungpura, Pontianak, West Kalimantan.

3. Departement Of Physiology, Faculty of Medicine, University Of

(5)

Pendahuluan

Body Mass Index (BMI) didefiniskan sebagai berat badan dalam kilogram

dibagi dengan luas permukaan tubuh dalam meter(kg/m2) merupakan gambaran luas permukaan tubuh yang digunakan untuk mengevaluasi massa tubuh, sejak tahun 1980 World Health Organization (WHO) menggunakan BMI untuk menilai resiko kesehatan seseorang.1 Hasil

penelitian Jee di Korea tentang hubungan BMI dengan kematian, terjadi peningkatan resiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler seiring dengan meningkatnya BMI (nilai BMI 26-28)2 dan penelitian Barba et al3 yang

mengatakan bahwa orang asia dengan BMI 22-25 memiliki resiko tinggi untuk mengalami Diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskuler lainnya. Krakauer telah mengembangkan metode ukur baru untuk mengukur obesitas, yang disebut A Body Shape Index (ABSI) dengan menggunakan regresi liner kuadrat terkecil terhadap BMI dan Lingkar pinggang yang menunjukkan korelasi lebih baik pada rata-rata kejadian kematian dibandingkan dengan dua pengukuran lainnya. ABSI didefinisikan sebagai proporsi rasio lingkar pinggang sesungguhnya terhadap lingkar pinggang yang diharapkan. Dimana saat diukur terhadap resiko kematian, ternyata ABSI menunjukkan nilai yang akurat dibandingkan BMI dan lingkar pinggang.4

World health statistic 2012 dari WHO melaporkan, satu dari enam orang

dewasa menderita obesitas. Setidaknya 2,8 juta orang meninggal tiap tahunnya akibat overweight dan obesitas. Menurut data National Health and

Nutrition Examination Survey, pada tahun 2009-2010, 35,7% orang

menderita obesitas.5,6 Di Indonesia prevalensi obesitas terus meningkat.

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2010 prevalensi oberweight dan obesitas pada orang dewasa di Indonesia mencapai 21,7%, sedangkan prevalensi di Kalimantan Barat untuk overweight sebanyak 8,6% dan obesitas sebanyak 9,6%. Prevalensi obesitas cenderung lebih tinggi pada kelompok penduduk dewasa yang juga berpendidikan lebih tinggi dan bekerja sebagai PNS.7

(6)

Berat badan dan tekanan darah erat kaitannya. Ketika berat badan naik, tekanan darah akan naik, sedangkan overweight akan meningkatkan resiko hipertensi dua hingga enam kali lebih tinggi dibandingkan ketika memiliki berat badan yang ideal.8 Droyvold menemukan bahwa peningkatan dan

penurunan BMI berhubungan dengan kenaikan maupun penurunan tekanan darah.9 Harahap menemukan adanya hubungan BMI terhadap

tekanan darah yang bermakna pada PNS di Pekan Baru, dimana setiap penambahan 1 poin BMI akan meningkatkan tekanan darah sebesar 0,368 mmhg.10

Mekanisme pasti antara perubahan BMI terhadap tekanan darah masih belum jelas. Yanai menjelaskan Kemungkinan penambahan berat badan akan menstimulasi aktivasi simpatis dan kemungkinan leptin serta insulin ikut berperan serta.11 Sedangkan Droyvold9 dalam penelitiannya

mengatakan Aktivasi sistem renin-angiotensin juga diduga merupakan faktor penting yang berhubungan dengan berat badan dan peningkatan tekanan darah.

Body Mass Index gagal membedakan antara masa otot tubuh dan masa

lemak intra abdomen sehingga lingkar pinggang jauh lebih baik dibandingkan BMI dalam menilai apakah seseorang memiliki masalah pada kesehatannya.12 Jansen menemukan Lingkar Pinggang sendiri merupakan

prediktor kuat untuk menilai resiko kesehatan seseorang.13Pada penelitian

Nurjono pengukuran lingkar pinggang paling akurat untuk menilai sindrom metabolik dibandingkan BMI yang dilakukan pada 248 orang antara usia 20 tahun hingga 50 tahun.14

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan studi analitik dengan metode cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Kalimantan Barat Pontianak, waktu pelaksanaan dari bulan Januari hingga Februari 2014. Sampel dalam penelitian ini adalah pns pria di Kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak Kalimantan Barat Pontianak yang

(7)

memenuhi kriteria inklusi yaitu Pegawai dengan tekanan darah sistolik >140mmHg dan atau diastol >90mmHg, tekanan darah sistolik < 140 mmHg dan diastolik <90mmHg serta berusia 20-60 thn dan kriteria ekslusi yaitu pegawai yang memiliki riwayat atau telah didiagnosis dokter dengan penyakit jantung, hati, metabolik dan ginjal, yang mengkonsumsi obat antihipertensi, diuretik, antiobesitas,anti depresan,analgesik, kortikosteroid jangka panjang, obat yang dapat meningkatkan tekanan darah lainnya, yang memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga, mengkonsumsi alkohol dan yang tidak berada ditempat saat pelaksanaan.

Data hasil penelitian akan dilakukan analisis univariat dan analisis bivaariat. Uji hipotesis menggunakan chi-square untuk melihat hubungan antara BMI dengan tekanan darah maupun ABSI dengan tekanan darah.

Hasil dan Pembahasan

Karakteristik Subjek Penelitian

Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik Subjek Penelitian Jumlah %

Usia 20-29 tahun 14 32,55

30-39 tahun 10 23,25

40-49 tahun 17 39,55

50-59 tahun 2 4,65

Tekanan Darah Normal 28 65,11

Hipertensi 15 34,89 BMI underweight 0 0 Normal 8 18,60 Overweight 6 13,96 Obese 29 67,44 ABSI Normal 23 53,48 Tidak Proporsional 20 46,52

Tabel 1 menunjukkan subjek penelitian sebagian besar memiliki usia 20-29 tahun (32,55%), tekanan darah normal (65,11%), obesitas (67,44%) dan memiliki tubuh yang proporsional (53,48%).

(8)

Hubungan BMI Dengan Tekanan Darah

Tabel 2. Hubungan BMI Dengan Tekanan Darah Tekanan Darah

Normal % Hipertensi % Total %

BMI Normal 1 2,32 7 16,28 8 18,60

Obese 13 30,23 22 51,17 35 81,40 P:0,240

Tabel 2 menunjukkan Hipertensi lebih banyak terjadi pada BMI yang obese (51,17%). Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna pada tekanan darah berdasarkan BMI (p=0,240).

Hasil berbeda didapat oleh penelitian Tsukinoki terhadap individu Asia Pasifik, yang menemukan adanya bukti penurunan hazard ratio, dengan turunnya tekanan darah sistol sebanyak 10 mmHg pada saat BMI menurun15. Ravisankar menemukan korelasi positif antara BMI dan tekanan

darah sistol.16

Hasil yang sama didapat oleh penelitian Arini dimana diperoleh nilai p yang tidak bermakna secara statistik (p=0,128)17. Pada penelitian Hersch, ia

menemukan hubungan yang melemah antara BMI terhadap tekanan darah dari waktu ke waktu (β=1,59 pada tahun 1989 dan β=0,94 pada tahun 2004).18

Lemak visceral berhubungan dengan tekanan darah. Walaupun BMI menilai massa total tubuh, BMI tidak dapat membedakan komponen antara lemak tubuh dan otot tubuh.18, 19Selain itu, resiko kelainan metabolik lebih

tinggi ditemukan pada pria saat menggunakan lingkar pinggang dibandingkan BMI.20

(9)

Hubungan ABSI Dengan Tekanan Darah.

Tabel 3 Hubungan ABSI Dengan Tekanan Darah Tekanan Darah

Normal % Hipertensi % Total %

ABSI

Normal 3 6,97 5 11,63 8 18,60

Tidak

Proporsional 20 46,51 15 34,89 35 81,40

p:0,692

Tabel 3 menunjukkan hipertensi lebih banyak terjadi pada bentuk tubuh yang tidak proporsional. Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna pada tekanan darah berdasarkan ABSI (p=0,440). Bentuk tubuh, yang diukur dengan ABSI, menjadi faktor resiko besar untuk kematian pada populasi umum. ABSI menjelaskan resiko yang terjadi dari lingkar pinggang yang melengkapi pengukuran BMI.4 ABSI dapat

memprediksi onset terjadinya Hipertensi, namun kemampuannya tidak lebih baik dibandingkan lingkar pinggang dan BMI.20

Adanya kemungkinan ABSI yang tinggi berhubungan dengan lemak visceral yang berpotensi meningkatkan tekanan darah. Namun, pada penelitian ini ketika ABSI digunakan untuk memprediksi hipertensi, tidak ditemukan hasil yang serupa dengan penelitian Krakauker ketika ABSI memprediksi kematian prematur, yang lebih baik dibandingkan Lingkar pinggang dan BMI. Kemungkinan terjadi perbedaan hasil diakibatkan oleh perbedaan populasi yang digunakan. ABSI menggunakan populasi berdasarkan populasi sampel USA dari NHANES 1999-2004, peneliti menggunakan populasi Indonesia, Kalimantan Barat. ABSI terutama didasarkan pada Lingkar pinggang, tehnologi imaging menunjukkan terdapat perbedaan lemak visceral yang berbeda ditiap etnis. Selain itu, rata-rata dan varians dari BMI, lingkar pinggang dan ABSI sedikit pada penelitian ini dibandingkan dengan penelitian Krakauker, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan ABSI sebagai prediktor Hipertensi.4, 21

(10)

Kesimpulan

Sebanyak 23 orang (53,49%) mengalami obesitas sentral.Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara BMI maupun ABSI terhadap tekanan darah.

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. Obesity and

overweight.Switzerland:World Health Organization.2013

2. Jee SH,Sull JW, Park J,Lee Sy,Ohrr H,guallar E, et al. Body Mass Inde and Mortality in Korean Men and Woman. N Engl J Med 2006;355:779-87

3. Barba C,Yajnik CS,Schultz JT,Reddy KS,Stevens J,Gill T,et all. Appropriate body-mass index for Asian populations and its implications for policy and intervention strategies.Lancet.2004 January 10; 363:157-163

4. Krakauer NY,Krakauer JC. A New Body Shape Index Predicts Mortality Hazard Independently of Body Mass Index.Plos ONE.2012 July 18;7:e39504

5. World Health Organization.World health statistics 2012.Switzerland:

World Health Organization; 2012. 180

6. Ogden CL, Carroll MD, Kit BK, Flegal KM. Prevalence of obesity in the United States, 2009–2010. NCHS data brief, no 82. Hyattsville, MD: National Center for Health Statistics. 2012.

7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes.Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) 2010.Jakarta: Litbang; 2010. 466

8. Family Practice Association. The relationship between high blood pressure, weight and fat.2010

9. Droyvold WB, Midthejell K, Nilsen T,Holmen J. Change in body mass index and its impact on blood pressure:a prospective population study. InternationalJournal of Obesity.2005;29:650-655

(11)

10.Harahap H,Hardinsyah,Setiawan B,Effendi I. Hubungan Indeks Massa Tubuh,Jenis Kelamin,Usia,Golongan Darah dan Riwayat Keturunan dengan Tekanan Darah pada Pegawai Negeri Sipil di Pekan Baru. Penal Gizi Makan.2008;31(2):51-58

11.Yanai H, Tomono Y, Ito K, Furutani N, Yoshida H,Tada N. The underlying mechanisms for development of hypertension in the metabolic syndrome. Nutrition Journal 2008 April 17;7:10

12.Mercola.Your Waist Size Can Be a Powerfull Predictor of Hypertension and Other Chronic Diseases.Mercola.com Take Control of Your Health(internet).2012 November 14 (cited:20 Januari 2013)

from:http://articles.mercola.com/sites/articles/archive/2012/11/14/wa ist-size-matters.aspx

13.Janssen I, Katzmarzyk PT, Ross R. Waist circumference and body mass index explains obesity related heath risk.The American Journal

of Clinical Nutrition.2004;79:379-84

14.Nurjono M,Lee J. Waist circumference is a potential indicator of metabolic syndrome in Singaporean Chinese. Annals Academy

Medicine Singapore.2013;42:241-5

15.Tsukinoki R, Murakami Y, Huxley R, Ohkubo T, Fang X et al. Does Body Mass Indexx Impact on the Relationship Between Systolic Blood Pressure and Cardiovascular Disease?:Meta-Analysis of 419 488 Individuals From the Asia Pacific Cohort Studies Collaboration.

Stroke.Journal of The American Heart Association.

2012;43:1478-1483

16.Ravisankar P, Madanmohan, Udupa K et al. Correlation Between Body Mass Index and Blood Pressure Indices, Handgrip Strength and Handgrip Endurance In Underweight, Normal Weight and Overweight Adolescents. Indian J Physiol Pharmacol 2005; 49 (4) : p.455–461

(12)

17.Arini D. Indeks Massa Tubuh Sebagai Faktor Risiko Hipertensi. Universitas Tanjungpura.2010 Desember.

18.Hersch ND, Chiolero A, Shamlaye C, Paccaud F, Bovet P. Decreasing Association Between Body Mass Index and Blood Pressure Over Time. Epidemiology.2007july;18(4):493-500

19.Sherwood, Lauralee. Textbook of Human Physiology. Edisi 2. EGC Jakarta;2006

20.He S, Chen X. Could the New Body shape Index Predic the New Onset of Diabetes Mellitus in the Chinese Population.

PLOSONE.2013 30 January.

21.Cheung YB. "A Body Shape Index" in Middle-Age and Older Indonesian Population:Scaling Exponents and Association with Incident Hypertension. PLOSONE. 2014 15 January

Gambar

Tabel 1 menunjukkan subjek penelitian sebagian besar memiliki usia 20-29 tahun (32,55%), tekanan darah normal (65,11%), obesitas (67,44%) dan memiliki tubuh yang proporsional (53,48%).

Referensi

Dokumen terkait

Connections between these components using transit or transfer motions are then computed in a second stage (Section 2.2) by solving a limited number of point-to-point path

 Negara dengan tingkat kesehatan yang baik serta teknologi yang baik akan memiliki angka kematian bayi yang rendah.. Angka

Sedangkan wewenang yang diberikan kepada pengawas sekolah meliputi: (1) memilih dan menentukan metode kerja untuk mencapai hasil yang optimal dalam melaksanakan tugas

Demikian Pengumuman Pemenang Pelelangan ini dibuat dan ditandatangani pada hari, tanggal dan bulan sebagaimana tersebut di atas untuk dipergunakan sebagaimana

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Solove, Kec. Sigi Biromaru, Kab. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Juli 2015. Alat yang

Sepatu Nike juga telah mendapatkan persepsi sebagai salah satu merek. sepatu olahraga sekaligus casual yang tergolong kategori middle-high

Giovani Juli Adinatha VARIASI BENTUK PENAMAAN BADAN USAHA BERBAHASA JAWA: STRATEGI PEMERTAHANAN BAHASA JAWA DI KOTA SEMARANG Maklon Gane THE COMPLEXITY OF LOLODA PRONOMINAL

3 Amnesty International’s latest information shows that: 90 countries and territories have abolished the death penalty for all crimes; 11 countries have abolished the death