BERGUNUK MAHASISWA DAYAK DALAM KAJIAN
PERSPEKTIF KONSELING KOMUNITAS
Berdasarkan temuan penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, hal tersebut yang menjadi landasan bagi penulis untuk mengkaji nilai-nilai konseling komunitas dalam bergunuk mahasiswa dayak. Dalam bab ini, penulis menjelaskan landasan filosofis tentang bergunuk mahasiswa dayak yaitu: sentalau (gotong royong), Fetolec (Berbagi), Seripang (Keharmonisan), serta maknanya dalam kehidupan mahasiswa di STT Simpson. Selanjutnya dari pembahasan tersebut akan di analisis dalam perspektif konseling komunitas. A. Kajian Landasan Filosofis
Tindakan yang dilakukan oleh manusia tidak terlepas dari motivasi yang melatarbelakanginya. Terkait dengan motivasi tersebut, hal itu dapat saja bersifat negatif dan positif. Motivasi negatif yang dimaksud ialah sebuah tindakan dapat saja membawa kepada kehancuran, atau tindakan tersebut tidak membawa kepada arah yang baik. Motivasi positif dimaksud adalah tindakan yang dilakukan membawa sebuah perubahan positif bagi orang lain. Orang dayak memiliki falsafah yaitu “co le ozo daam co le kadep” yang artinya searah dalam satu tujuan. Falsafah ini memberikan sebuah nasihat bagi orang dayak dimana, orang dayak harus melestarikan kebersamaan atau kekompakkan. Bergunuk mahasiswa suku dayak memiliki filosofi yaitu kebersamaan. Bergunuk yang dimaksud
adalah orang dayak jangan sampai berselisih paham yang mengarah pertengkaran apalagi ada perkelahian. Bergunuk memiliki pengertian bukan sekedar kebersamaan melainkan kebersamaan yang menyatukan hati dan jiwa orang dayak. Dalam bergunuk tersebut terdapat nilai-nilai spiritual adalah sebagai berikut: bergotong royong, berbagi dan keharmonisan. Terkait hal tersebut di atas Lewis, mengungkapkan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh konteks.1 Artinya, bahwa dalam komunitas mahasiswa dayak yang menganut filosofi bergunuk ini mencerminkan kehidupan orang dayak di lingkungan. Lingkungan dimaksud adalah termasuk keluarga, sekolah, tempat kerja dan seterusnya. Apa yang dikatakan Lewis tentang komunitas adalah perkumpulan orang yang sama kepentingan dan sama kebutuhan merupakan hal yang benar, sebagaimana yang terjadi dalam kehidupan mahasiswa suku dayak.
B. Kajian Bergunuk Mahasiwa dalam Perspektif Konseling Komunitas
No Bergunuk Mahasiswa
Dayak Makna
1 Gotong royong (Sentalau) Meringankan beban kerja; tolong menolong; kebersamaan;
2 Berbagi (Fetolec) Kepedulian, menghargai sesama; bersyukur. 3 Keharmonisan (Seripang) memotivasi; menyelesaikan masalah; hidup
rukun.
B.1. Sentalau (Gotong Royong)
1
Judith A. Lewis., Michael D. Lewis., Judy A. Daniel Community Counseling:
Dalam bergunuk mahasiswa suku dayak di STT Simpson pernah mengalami masalah dalam hubungan sosial antar mahasiswa dayak, hal tersebut disebabkan karena ketika ada seorang mahasiswa dayak mengalami masalah dalam membayar uang kuliah, dan mahasiswa suku dayak sepakat untuk menolong, namun ada beberapa mahasiswa yang tidak mau bekerja sama. Dampak dari masalah ini, menyebabkan bergunuk mereka tidak lagi sejahtera, kurang berkomunikasi, dan bersifat individualisme. Masalah ini dapat diselesaikan dengan segera karena ada upaya untuk memperbaiki kerja sama, dan kembali saling tolong menolong.
Satu hal penting yang ada dalam makna dari bergunuk adalah sentalau/gotong royong. Pada saat masalah kurang kerjasama terjadi maka hubungan sosial antara mahasiswa suku dayak maupun mahasiswa yang lain menjadi tidak sejahtera dan menambah beban bagi kebutuhan psikologis mahasiswa yang mengalami masalah keuangan. Oleh karena itu, masalah kurang kerjasama antar mahasiswa suku dayak ini harus diselesaikan oleh mahasiswa suku dayak sendiri, karena yang menyebabkan masalah tersebut adalah beberapa mahasiswa dayak, sehingga semua mahasiswa suku dayak harus terlibat dalam proses penyelesaiannya.
Sentalau dilakukan oleh mahasiswa suku dayak untuk menolong mahasiswa yang sedang mengalami masalah tidak mampu membayar uang kuliah. Secara psikologis dan spiritual, mahasiswa tersebut mengalami gangguan karena sedang berada dalam masalah yaitu ketika tidak membayar uang kuliah, maka ia
memberikan kesempatan bagi beberapa mahasiswa yang tidak mau bekerja sama untuk menolong mahasiswa yang membutuhkan pertolongan.
Hal ini menjadi bagian penting dalam proses konseling. Karena, dalam proses konseling yang menjadi penekanannya ialah kesediaan konselor dan konseli untuk memiliki keterbukaan dalam mengubah diri. Dalam hal ini siapakah yang menjadi konselor bagi komunitas dayak tersebut? Konselor ialah anggota mahasiswa suku dayak yang punya keinginan untuk memulai membuka komunikasi antara beberapa mahasiswa yang menyebabkan masalah dengan mahasiswa lainnya. Corey,2 mengungkapkan, seorang konselor dalam komunitas mencoba membantu anggotanya dalam menyelesaikan kembali permasalahan yang terjadi dalam kelompok. Konselor komunitas di sini memberikan perhatian kepada permasalah-permasalahan yang berkaitan dengan perilaku dan psikologis, fokus pada proses interpesonal serta strategi penyelesaian masalah yang berkaitan dengan perasaan, pemikiran dan perilaku mahasiswa yang bermasalah dengan kerja sama, agar mereka menyadari dan menghayati nilai gotong royong. Konselor dalam bergunuk (kebersamaan) dapat dimulai dari seorang mahasiswa atau beberapa mahasiswa suku dayak maupun non suku dayak, dosen, sekolah (STT Simpson).
Dengan memulai proses konseling dalam Sentalau atas masalah internal mahasiswa, maka Sentalau ini menjadi fungsi menolong dalam meringankan beban mahasiswa. Lewis,3 mengatakan bahwa fungsi menolong dalam memberi
2
Gerald Corey, Theory And Practice of Group Counseling, Eighth Edition (Belmont: Brooks Cole, 2010), 3.
3
Judith A. Lewis., Michael D. Lewis., Judy A. Daniel Community Counseling:
bantuan sangat penting bagi hubungan sosial komunitas yang bermasalah, karena akan menimbulkan stres dan kesehatan mental yang berkepanjangan. Dengan mengundang mahasiswa suku dayak untuk bergunuk, terutama mereka yang bermasalah dengan memulai sentalau, secara otomatis memberikan rasa dihargai dan diterima kembali. Sebuah strategi sederhana dalam menolong mahasiswa yang bermasalah dalam kerja sama dan menolong mahasiswa yang membutuhkan pertolongan sehingga terjadi kesejahteraan dalam komunitas tersebut.
Secara kebutuhan masalah tersebut terselesaikan, namun demikian apa peran dosen dalam membantu mahasiswa yang stres karena bermasalah? Sebelumnya telah diungkapkan bahwa konseling yang dilakukan oleh konselor komunitas menyediakan ruang untuk menolong konseli secara psikologis. Peran dosen dalam menolong mahasiswa yang kurang kerja sama yaitu meluangkan waktu untuk berbicara secara pribadi dengan mahasiswa tersebut dengan menanyakan apa alasan mahasiswa tersebut tidak mau bekerja sama dengan mahasiswa lainnya. Mengutip pikiran Engel,4 bahwa seorang konselor harus memahami pribadi konseli dalam keberadaannya sebagai pribadi yang bermasalah dan mempunyai sifat-sifat kejiwaan yang mempengaruhi hidupnya. Dalam hal ini, para Dosen bukan berperan sebagai pengajar melainkan sebagai pembimbing yang membantu mahasiswa bermasalah secara psikologis dalam mengungkapkan hal-hal yang mempengaruhi karakternya dan memberikan pemahaman kepada mahasiswa yang mengalami masalah keuangan tentang bagaimana selalu
4
bersyukur serta bersabar dalam menghadapi persoalan sehingga mahasiswa tersebut mengalami kesejahteraan.
Secara psikologi telah diselesaikan, selanjutnya secara sosial. Mahasiswa yang bermasalah dengan kerja sama mengalami disfungsi sosial karena ia merasa malu dan tertekan akibat masalah yang dihadapinya. Disini peran sekolah (STT Simpson) dalam memanggil mahasiswa tersebut dalam bergunuk sehingga mahasiswa tersebut merasa diterima kembali dalam komunitas.
B.2. Fetolec (Berbagi Rasa)
Kurang kerja sama menimbulkan kerenggangan dalam hubungan tentu berdampak pada bergunuk mahasiswa. Secara psikologis dan sosial hal tersebut sangat mengganggu mahasiswa yang sedang mengalami masalah. Dengan bergunuk dilakukan kegiatan gotong royong yang didalamnya terdapat nilai berbagi rasa (Fetolec). bergunuk menawarkan fungsi berbagi (fetolec) dengan memberi bantuan kepada mahasiswa yang kekurangan, sehinga memberikan motivasi untuk tetap melanjutkan pendidikan di STT Simpson. Fetolec bertujuan untuk mempererat hubungan antar sesama mahasiswa.
Fetolec menawarkan rasa kepedulian sebagai hubungan sosial yang menghargai orang lain. Keakraban mahasiswa merupakan proses dari berbagi dalam rangka mempererat hubungan yang sempat renggang antara mahasiswa yang bermasalah baik yang bermasalah karena terkait biaya kuliah maupun yang bermasalah karena tidak mau kerjasama. Proses berbagi ini melibatkan semua mahasiswa suku dayak sebagai bentuk kepedulian, dan penghargaan terhadap
sesama. Lewis,5 mengatakan bahwa konselor komunitas harus aktif dalam menjangkau komunitas yang menghadapi masalah dan memberi bantuan bagi mereka yang mengalami kesulitan bantuan. Dalam hal ini, kerenggangan yang terjadi oleh masalah dialami oleh mahasiswa, konselor berperan aktif dalam memperbaiki kerenggangan dengan mempererat hubungan sosial antara mahasiswa yang ada, serta memberikan bantuan bagi mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam hal ini biaya kuliah.
Dalam bergunuk mahasiswa, fetolec menawarkan perbaikan relasi yaitu mempererat hubungan. Harus di sadari bahwa ketika terjadi masalah antara satu dengan lainnya, hal tersebut berdampak pada relasi. Demikian Engel,6 menjelaskan bahwa sebagian besar permasalahan berasal dari konflik internal yang belum terpecahkan dan bukan dari situasi eksternal. Hal ini terjadi pada mahasiswa suku dayak, kerenggangan yang disebabkan oleh beberapa mahasiswa yang kurang kerjasama membuat hubungan sosial antara mahasiswa dayak dengan mahasiswa lainnya jadi renggang. Perbaikan relasi dilakukan dengan berbagi kepada orang yang membutuhkan dan juga dalam berbagi tersebut, terdapat pembicaraan atau percakapan. Percakapan yang dimaksud adalah memberi motivasi dan menjelaskan pentingnya fetolec dalam kehidupan mahasiswa tersebut.
Secara religius, fetolec menawarkan untuk mengucap syukur kepada Tuhan. Pengucapan syukur melalui Fetolec bukan karena banyak berkat,
5
Judith A. Lewis., Michael D. Lewis., Judy A. Daniel Community Counseling, 17.
6
melainkan bersyukur atas pertolongan Tuhan dalam kehidupan masyarat dan penyertaan dalam kehidupan mahasiswa yang kuliah di STT Simpson. Ungkapan syukur diwujudkan melalui pemberian kepada mahasiswa lain yang membutuhkan.
B.3. Keharmonisan (seripang).
Masalah dalam bergunuk mahasiswa harus segera di selesaikan, hal itu akan berdampak pada keharhomisan warga kampus. Permasalahan yang terjadi pada mahasiswa menimbulkan masalah baru yaitu kurangnya motivasi mahasiswa dalam berbagi, apalagi bergotong royong. Dengan munculnya masalah dalam kehidupan mahasiswa telah merusak tatanan keharmonisan yang ada. Rusaknya keharmonisan (Seripang) juga mengurangi motivasi mahasiswa lainnya untuk menjaga bergunuk. Hal ini merupakan masalah baru yang timbul disebabkan ketidakharmonisan.
Secara sosial, bergunuk menawarkan Seripang dalam mengembalikan motivasi mahasiswa yang telah pudar. Memotivasi orang lain tidaklah mudah, memerlukan kesabaran dan keseriusan. Keharmonisan yang terjalin dimulai dari kehidupan yang rukun. Untuk memulai hidup rukun mahasiswa harus meningkatkan motivasinya. Dalam hal ini dibutuhkan seorang konselor yang memulainya. Konselor dalam Bergunuk bukan hanya memperlihatkan keharmonisan sebagaimana tradisi orang dayak pada umumnya. Tetapi mau meminta dukungan secara konsisten lewat bergunuk tersebut. dalam konteks mahasiswa suku dayak di STT Simpson, keharmonisan bukan hanya seperti yang
terlihat, melainkan dibutuhkan sebuah komitmen dalam menjaga motivasi dengan menjaga bergunuk untuk tetap utuh. Bergunuk tersebut dapat utuh apabila didukung oleh setiap mahasiswa dan dosen (warga kampus) yang selalu memiliki optimistis dalam bersosialisasi. Menjaga keharmonisan mahasiswa membutuhkan kerjasama dan komitmen yang kuat agar kesejahteraan dan keakraban tetap terjaga sehingga apabila hal tersebut terjadi maka mahasiswa akan selalu berpikir optimis.
Berdasarkan paparan dari bergunuk mahasiswa tersebut, dapat disimpulkan bahwa bergunuk terdapat tiga nilai spiritual yaitu: bergotong royong, berbagi, keharmonisan. Secara keseluruhan, nilai-nilai tersebut dalam perspektif bergunuk mahasiswa dayak ditempatkan dalam titik sentral sebagai konseling solidaritas suku dayak dengan tujuan menjaga keharmonisan sosial, spiritual dan fisik suku dayak. Ketiga fungsi tersebut memberikan nilai baru dari konseling komunitas barat yang selama ini digunakan. Judith A. Lewis., Michael D. Lewis., Judy A. Daniel dalam buku “Community Counseling: A Multicultural-Social, Justice Perspective” mengungkapkan bahwa pendekatan konseling ada 10 yang dirumuskan dalam “RESPECTFUL” (spiritual, identitas seksual, ekonomi, psikologis, etnik, sejarah, trauma, karakteristik fisik, keluarga, bahasa).7 Bergunuk memberikan tiga nilai konseling yakni: Gotong royong, berbagi, keharmonisan.
C. Rangkuman
Berdasarkan kajian konseling komunitas dan fungsi bergunuk mahasiswa suku dayak, terdapat nilai spiritual yang mempengaruhi nilai kebersamaan orang dayak yaitu:
1. Sentalau artinya gotong royong, dengan memiliki makna seperti: meringankan beban kerja, kepedulian, bergunuk.
2. Fetolec artinya berbagi rasa, terdapat nilai spiritual seperti: Kepedulian; menghargai sesama; bersyukur.
3. Seripang artinya keharmonisan, terdapat nilai spiritualitas seperti: memotivasi, menyelesaikan masalah, hidup rukun.