Konsep perancangan dari Taman Krida Budaya Malang yang baru meliputi pertemuan matriks transformasi pendopo dengan fungsi ruang publik pada setting perkotaan Malang. Pada bagian ini akan dijabarkan tipologi archetype dari pendopo dan tipologi dari ruang publik perkotaan.
Tahapan proses yang akan dilalui sebelum mendapatkan hasil akhir rancangan pendopo baru adalah:
1. Diagram transformasi pendopo, hasil hibridisasi antara arketip pendopo dengan kebutuhan ruang publik kota pada skala Malang di wilayah Taman Krida Budaya Malang.
2. Konsep perancangan, meliputi tahap-tahap transformasi bentukan pendopo dengan fungsi yang diserap pada skala kota (Taman Krida Budaya Malang)sebagai hasil dari diagram transformasi pendopo
3. Penerapan desain, hasil akhir dari desain Taman Krida Budaya Malang yang baru.
4.1. Diagram transformasi pendopo
Diagram ini merupakan hasil kombinasi dari variabel elemen-elemen pembentuk pendopo dengan variabel elemen fasilitas ruang publik pada ruang perkotaan. Diagram dibawah ini akan menjelaskan pola pertemuan dari dua variabel tersebut.
Diagram 4.1
Dari diagram tersebut dipilihlah metode transformasi yang diterapkan untuk mengalih rupa-fungsi pendopo yang lama. Pilihan metode transformasi yang terpilih didasarkan pada jenis sifat kegiatan yang akan diwadahi. Sifat kegiatan yang diwadahi merupakan kegiatan skala kota yang jamak. Bila dijabarkan lebih rinci maka kriteria kegiatan tersebut antara lain adalah:
1. Kegiatan skala besar dan kecil dalam satu ruang yang fleksibel, kapasitas ± 1000 orang pengunjung
2. Bebas secara visual dan gerak tanpa ada penghalang. 3. Fleksibel dalam pengelolaan ruang dan mutifungsi kegiatan
4. Informal, menyerap kegiatan bebas yang mendominasi penggunaan ruang kota. 5. Bebas secara waktu penggunaan dan dapat diakses sepanjang waktu oleh
siapapun.
6. Aktifitas modern namun bercirikan tradisional Jawa, muncul dalam unsur pembentuk suasana ruang
Konsekuensi dari sifat kegiatan tersebut menghasilkan sifat ruang sebagai berikut: 1. ruang bersifat cair, fleksibel tanpa sekat sehingga berakibat batas ruang visual tidak
tegas. Hal ini merupakan cara agar ruang dapat dibentuk secara temporer tanpa terikat batasan fisik.
2. ruang tanpa bentang kolom (antitesis dari ruang pendopo yang lama) karena
keberadaan pendopo yang lama memiliki kekurangan dari segi visual apabila hendak digunakan sebagai ruang pertunjukkan publik.
3. karena diperuntukkan bagi kapasitas pengunjung yang besar, maka ruang pendopo yang baru haruslah luas dan mempunyai atap naung berbentang lebar.
4. karena sifatnya yang mewadahi kegiatan di wilayah tropis maka pola ruang yang dinaungi menjadi pelindung dari aktifitas di bawahnya. Subjek utama adalah ruang di bawahnya sedangkan atap merupakan bentuk penanda.
5. sifat tata ruang yang dapat diakses oleh siapapun membuatnya harus multi orientasi namun memiliki as/axis untuk mengarahkan pengunjung pada titik akhir ruang. Dari jabaran tuntutan sifat ruang tersebut, maka metode transformasi yang terpilih adalah metode yang memiliki kekhususan antara lain:
1. memperbesar skala dari yang awalnya pendopo berukuran skala rumah tinggal menjadi skala fasilitas umum kota
2. mengurai komponen-komponen ruang dan struktur pembentuk pendopo, untuk diketahui mana bagian yang perlu dipertahankan dan bagian yang perlu untuk dibuang. Bagian yang dibuang berkaitan dengan batas-batas fisik yang menghalangi jalannya aktifitas seperti contoh; deretan kolom, bagian atap atas yang mengahalangi cahaya masuk ke dalam ruangan.
3. membentuk suasana baru pendopo dengan unsur-unsur baru yang berasosiasi dengan pendopo yang lama. Pendekatan yang digunakan berupa analogi. Metode analogi menggunakan bentuk baru yang diasosiasikan dengan bentuk preseden lama, metode ini bermanfaat untuk menghasilkan bentuk baru namun tidak melepaskan diri pada wujud desain yang lama atau yang dijadikan acuan.
4. membentuk pendopo yang berasosiasikan kegiatan informal bagi masyarakat kota. Sehingga bentuk bersifat tidak formal.
Penjelasan rinci mengenai metode yang diterapkan dapat dilihat pada diagram dibawah ini:
4.2. Konsep perancangan
Berikut ini beberapa tahapan desain yang dilalui sebagai hasil dari aplikasi transformasi pendopo pada setting Taman Krida Budaya Malang.
4.2.1. Konsep rancangan tapak.
Konsep ini menjelaskan tahapan dalam mengolah tapak eksisting yang ada di lokasi Taman Krida Budaya Malang.
Gambar 4.1 Konsep rancangan tapak
Keterangan: konsep ini menjelaskan langkah demi langkah penerapan tata letak massa beserta
4.2.2. Konsep bentuk dasar bangunan.
Konsep ini menjelaskan skema archetype pendopo dan elemen dasar yang menyusun bentuk tersebut.
Gambar 4.2 Konsep bentuk dasar
Keterangan: konsep ini menjelaskan bentuk dasar archetype pendopo yang akan
4.2.3. Konsep Transformasi Bentuk
Konsep ini menjelaskan langkah-langkah mengaplikasikan transformasi bentuk pendopo dari bentuk dasar archetype menuju bentuk yang lebih informal dan fleksibel.
Gambar 4.3 Konsep Transformasi bentuk
Gambar 4.3 Konsep Transformasi bentuk
Gambar 4.3 Konsep Transformasi bentuk
4.2.4. Konsep Tata Masa Utama
Konsep ini memaparkan tatanan massa dua pendopo yang menjadi falsafah dasar dari budaya dualisme di Jawa
Gambar 4.4 Konsep tata massa
Keterangan: konsep ini memaparkan tatanan massa dua pendopo yang menjadi falsafah dasar
4.2.5. Konsep Tata Masa Vertikal
Konsep ini menyiasati lahan yang ada secara vertikal agar lahan diatasnya dapat digunakan secara mutlak untuk aktifitas publik.
Gambar 4.5 Konsep level lantai bangunan.
Keterangan: konsep ini menyiasati lahan yang ada secara vertikal agar lahan diatasnya dapat
4.2.6. Konsep Tata Masa Penunjang
konsep ini menjelaskan keberadaan massa penunjang yang berfungsi sebagai penghidup aktifitas dua pendopo agar dapat berlangsung sepanjang waktu
Gambar 4.6 Konsep tata massa penunjang
Keterangan: konsep ini menjelaskan keberadaan massa penunjang yang berfungsi sebagai
4.2.7. Konsep Program Ruang
Konsep ini menjelaskan langkah-langkah mengaplikasikan transformasi bentuk pendopo dari bentuk dasar archetype menuju bentuk yang lebih informal dan fleksibel.
Gambar 4.7 Program Ruang
Keterangan: beberapa fungsi aktifitas yang disuntikkan kedalam masing-masing bangunan
Mengingat sifat ruang terdiri atas dua kelompok (pendopo terbuka dan pendopo tertutup) maka perlu dikelompokkan beberapa kegiatan yang dapat diserap oleh ruang tersebut. Hal ini didasari bahwa tidak ada rancangan yang dapat bersifat absolut menampung semua fungsi. Batasan-batasan fungsi itulah yang hendak diupayakan agar kegiatan yang berlangsung dalam Taman Krida Budaya Malang dapat sesuai dengan yang
direncanakan dari awal. Deskripsi tabel berikut akan menjelaskan beberapa fungsi yang akhirnya masuk ke dalam Taman Krida Budaya Malang.
BANGUNAN
UTAMA SIFAT RUANG SIFAT KEGIATAN YANG MEMUNGKINKAN JENIS KEGIATAN YANG MASUK JENIS KEGIATAN YANG TAK TERWADAHI Pendopo Luar
1. Terbuka di keempat sisi bidang
2. Multi orientasi 3. Hierarki ruang bersifat
ambigu/ tidak tegas
1. atraktif, informal, aktif bergerak tanpa batasan ruang secara permanen 2. mudah dijangkau dari segala
penjuru
3. nilai fungsi dan penggunaan bersifat aktif tidak stabil, dapat beruba setiap saat 4. interaksi sosial bebas tanpa
batasan.
5. aktif sepanjang masa tanpa adanya batasan waktu
1. konser musik (rock, dangdut, campursari) kampanye dan pagelaran seni budaya tanpa memerlukan detil akustik 2. pameran dan eksibisi
dengan pengaturan ruang yang fleksibel (dinding partisi built up/ knock down): pameran otomotif, produk-produk industri, furniture dan perumahan. 3. kegiatan rekreatif warga
kota sepanjang waktu
Kegiatan yang memiliki sistem kontrol terhadap pengunjung antara lain:
1. konser musik dengan tata akustik khusus (orkestra, gending, jazz, opera)
2. pagelaran dan eksisibisi dengan sistem ticketing 3. aktifitas liga olahraga
besar ala stadium 4. kegiatan resepsi
seremonial
Pendopo Dalam 1. Tertutup-buka secara fleksibel 2. Orientasi berada di
tengah dab diujung selatan pendopo, secara simultan 3. Semi public pada
bagian basemen. Pengunjung terseleksi khusus.
4. memiliki batas-ruang yang kongret sehingga batas-batas ruang menjadi tegas.
1. Rutin berkala dan terstruktur
2. Formal,Memiliki batasan ruang yang kongkret namun fleksibel sebagai penanda batas-batas aktifitas 3. dijangkau dari beberapa
entrance sebagai pengontrol keluar masuknya
pengunjung. 4. dibatasi oleh waktu
penggunaan karena merupakan kegiatan yang bersifat administratif pengendali utama keseluruhan bangunan.
1. resepsi, acara seremonial, pernikahan,
2. seminar, lokakarya, pertunjukan seni budaya khusus dalam ruangan/ indoor
3. pameran khusus barang-barang kesenian dan koleksi benda antik dengan tingkat keamanan khusus. 4. administratif, aktifitas
kantor
Kegiatan yang berkebalikan dengan pendopo luar, antara lain:
1. pagelaran musik khusus (orkestra, simfoni klasik, jazz, opera, sendratari klasik)
2. pertunjukkan dengan massa bebas tanpa kontrol dan ticketing
3. pagelaran dengan jumlah massa yang hiperaktif dan mobilitas tinggi. Tabel.4.1
Tabel program fungsi yang menjelaskan pemrograman fasilitas yang dapat disaring masuk kedalam fasilitas pendopo luar dan pendopo dalam
Konsep Ruang Hijau Kota
Konsep ini menjelaskan penataan lansekap hijau yang berfungsi sebagai ruang terbuka hijau kota.
Gambar 4.8 Konsep ruang hijau
Keterangan: konsep ruang hijau tapak hasil tanggapan terhadap kualitas ruang hijau kota ,sekaligus berfungsi sebagai penguat axis sumbu pendopo depan dan belakang.