Perkembangan Perekonomian Indonesia
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Kwik Gian Gie School of Business
Jakarta, 21 Oktober 2015
Prof. Suahasil Nazara, Ph.D
Kepala Badan Kebijakan Fiskal
Kementerian Keuangan
2.7 1.0 2.6 2.0 2.2 1.6 0 1 1 2 2 3 3 4 4
U.S Canada U.K. Australia South Korea
EU
Q1 '14 Q2 '14 Q3 '14 Q4 '14 Q1 '15 Q2 '15
Pertumbuhan Ekonomi Emerging Market (% YoY)
So u rc e: C EI C
Pertumbuhan ekonomi yang moderat terjadi di emerging market lainnya
Pertumbuhan Ekonomi Negara Maju (% YoY)
Perlambatan ekonomi di sebagian besar negara maju berlanjut pada Q2 So u rc e: C EI C
Perlambatan pertumbuhan ekonomi global menjadi fenomena umum
…terjadi pada negara maju dan berkembang, termasuk Indonesia
2
-2.6 -4.6 7.0 4.7 5.0 2.2 1.8 2.8 7.0 0.8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10 Q1 '14 Q2 '14 Q3 '14 Q4 '14 Q1 '15 Q2 '15 Perlambatan pertumbuhan terjadi di beberapa emerging economiesKinerja Perekonomian Negara Maju
AS menunjukan perbaikan, namun Jepang dan EU masih dalam upaya pemulihan
Kinerja Perekonomian Emerging
Market
khususnya Tiongkok masih dalam fase perlambatan
Kebijakan Moneter Negara Maju
Normalisasi The Fed dan paket kebijakan BOJ dan ECB
Harga Komoditas Global
volatile dan cenderung melemah
Kebijakan Nilai Tukar Tiongkok
Kebijakan Devaluasi Yuan dapat mendorong depresiasi mata uang regional
RISIKO EKONOMI GLOBAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
Sumber: Bloomberg
•
Harga minyak mentah Brent turun ke level terendah dalam 6 tahun sejak 2009.
•
Pengaruh negatif terjadi pada negara berbasis energi maupun logam terus terjadi, seiring dengan WTI yang jatuh ke level
terendah sejak Februari 2009 dan Brent yang juga jatuh ke level terendah sejak Maret 2009, masing-masing di bawah
USD50/barel.
Sumber: Bloomberg
Harga Komoditas Dunia masih melemah
...pelemahan ekonomi Tiongkok semakin menekan harga komoditas dunia
Indeks Harga Komoditas Global Pergerakan Harga Komoditas Utama Dunia
Per 19 Oktober 2015 (%YTD)
3
70 100 130 160 190 220 250 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015P 2016P 2017P 2018P 2019P 2020PCommodity Price Projection
Food
Agricultural Energy
Metal
IMF Commodities Index
Index dalam USD: 2005 = 100
3
-17.4% -15.8% -14.1% -9.1% -30.8% -11.1% -11.0% -9.0% -7.1% -0.3% -27.6% -11.5% -11.2% -9.4% -6.1% -0.4% -35% -30% -25% -20% -15% -10% -5% 0%Minyak Mentah Brent Gas
Batubara
Minyak Mentah WTI Nickel Perak Alumunium Tembaga Emas Biji Besi Minyak Sawit Gula Gandum Kedelai Jagung Kapas 85 105 125 145 165 185
Jan Apr Jul Oct Jan Apr Jul Oct Jan Apr Jul ctO Jan Apr Jul Oct Jan Apr Jul Oct Jan Apr Jul
•
Sejak awal tahun 2014, pola pergerakan depresiasi
mata uang relatif sama pada beberapa negara,
khususnya negara-negara berkembang.
•
Secara umum, pergerakan depresiasi rupiah masih lebih
kecil bila dibandingkan nilai tukar negara Meksiko,
Afrika Selatan, Malaysia, Turki, dan Brazil.
•
Per 20 Oktober 2015 Nilai Tukar Rupiah tercatat di level
13.634/US$, terdepresiasi 9,6% (YTD) atau terapresiasi
5,7% (mom).
Sumber: Bloomberg, Diolah
Index Nilai Tukar IDR vs ASEAN
(1 Januari 2014 = 100)
Nilai Tukar Dunia mengalami penguatan terhadap Dolar AS
Keputusan The Fed untuk tidak menaikkan suku bunga berdampak pada mengalirnya modal ke negara Berkembang
Index Nilai Tukar IDR vs BRICS
(1 Januari 2014 = 100)
Index Nilai Tukar IDR vs Other Emerging Countries
(1 Januari 2014 = 100)
Sumber: Bloomberg, Diolah
4
4
85 95 105 115 125 135 145 Ja n-14 Feb -1 4 M ar -1 4 Ap r-14 M ay -1 4 Jun -1 4 Jul -1 4 Au g-14 Sep -1 4 Oct -1 4 N ov -1 4 D ec-14 Ja n-15 Feb -1 5 M ar -1 5 Ap r-15 M ay -1 5 Jun -1 5 Jul -1 5 Au g-15 Sep-15 Oct -1 5Indonesia Chile Afrika Selatan Mexico Turkey 85 105 125 145 165 185 205 225 Ja n-1 4 Feb -1 4 M ar -1 4 Ap r-1 4 M ay -1 4 Jun -1 4 Jul -1 4 Au g-1 4 Sep -1 4 Oc t-14 N ov -1 4 D ec-1 4 Ja n-1 5 Feb -1 5 M ar -1 5 Ap r-1 5 M ay -1 5 Jun -1 5 Jul -1 5 Au g-1 5 Sep -1 5 Oc t-15
Indonesia India Tiongkok Russia Brazil
85 95 105 115 125 135 145 Ja n-14 Feb -1 4 M ar -1 4 Ap r-14 M ay -1 4 Jun -1 4 Jul -1 4 Au g-14 Sep -1 4 O ct -1 4 N ov -1 4 D ec-14 Ja n-15 Feb -1 5 M ar -1 5 Ap r-15 M ay -1 5 Jun -1 5 Jul -1 5 Au g-15 Sep -1 5 O ct -1 5
Indonesia Singapura Filipina Malaysia
Pertumbuhan PDB Indonesia Q2 2015 mencapai 4,67 % dan S1 mencapai 4,70%
...dipengaruhi oleh melambatnya investasi dan ekspor...
Q1
Q2
Q1
Q2
Sumatera
4,7
3,5
2,9
1,0
0,8
0,6
Jawa
5,6
5,2
5,1
3,2
3,0
2,9
Bali dan Nusa Tenggara
5,9
8,9
8,9
0,2
0,3
0,3
Kalimantan
3,2
1,1
1,5
0,3
0,1
0,1
Sulawesi
6,9
7,3
8,6
0,4
0,4
0,5
Maluku dan Papua
4,3
3,7
10,2
0,1
0,1
0,2
2014
2015
2014
2015
Contribution
Growth
Pertumbuhan PDB per Pulau
Pertumbuhan PDB Nasional
Source: BPS
• Perlambatan terjadi di daerah yang
ditopang oleh sektor komoditas
• Pertumbuhan konsumsi RT masih stabil
didukung oleh inflasi yang terjaga
• Sektor eksternal masih melemah
Komponen Pengeluaran (YoY)
2014
2015
Q1
Q2
S I
Q3
Q4
S II
Q1
Q2
S I
KontribusiKons RT
5,4
5,1
5,2
5,1
5,0
5,0
5,0
5,0
5,0
2,7
Kons LNPRT
23,7
22,8
23,2
5,6
-0,2
2,6
-8,3
-7,9
-8,1
-0,1
Kons Pemerintah
6,1
-1,5
1,6
1,3
2,8
2,2
2,7
2,3
2,5
0,2
PMTB
4,7
3,7
4,2
3,9
4,3
4,1
4,3
3,6
3,9
1,3
Ekspor
3,2
1,4
2,3
4,9
-4,5
-0,2
-0,9
-0,1
-0,5
-0,1
Impor
5,0
0,4
2,6
0,3
3,2
1,8
-2,3
-6,9
-4,6
-1,1
PDB
5,1
5,0
5,1
4,9
5,0
5,0
4,7
4,7
4,7
4,7
55
5
Perkembangan indikator utama ekonomi indonesia
…menunjukan ekonomi Indonesia masih positif didukung dengan pertumbuhan investasi yang positif dan konsisten
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2011 2012 2013 2014 2015
PMA PMDN Total
Neraca Pembayaran Indonesia Neraca Perdagangan Indonesia
Perkembangan Realisasi Investasi Langsung
Sumber: BKPM 2013: Trade Deficit US$4.08bn 2014: Trade Deficit US$1.89bn Jan-Sep 2015: TradeSurplus US$7,13bn
Cadangan Devisa per September 2015: US$101,7 bn
Q2-2015
Total Investasi Langsung Naik 16,3% (YoY) PMA Naik 18,2% (YoY) PMDN Naik 16,1% (YoY)
Sumber: BPS, data diolah
Sumber: BPS,
Sumber: Bank Indonesia
Sept.Trade Surplus: US$1,02Bn Sep Inflation -0,05% (mtm); 6,83%(yoy); 2,24% (ytd). Core 5,07% (yoy), Admin P. : 11,26% (yoy), Volatile F. : 8,52% (yoy). 2012: Trade Deficit US$1.66bn
6
6
-3000 -2000 -1000 0 1000 2000 3000 2 0 1 2 -J F M A M J J A S O N D 2 0 1 3 -J F M A M J J A S O N D 2 0 1 4 -J F M A M J J A S O N D 2 0 1 5 -J F M A M J J A S J u ta U S D6 6.5 7 7.5 8 8.5 9 9.5 10
1Y 2Y 3Y 4Y 5Y 6Y 7Y 8Y 9Y10Y 15Y 20Y 30Y
Perkembangan Yield SUN
31-Des-14 31-Mar-15 18-Sep-15 19-Okt-15
Sumber: Bloomberg
• Rapat FOMC terakhir 16-17 September 2015, yang menetapkan Fed Fund Rate 0-0,25% dan kembali menunda kenaikan suku
bunga, telah memberikan sentimen positif bagi pasar keuangan dunia
• Per 20 Oktober 2015, IHSG ditutup pada level 4.585,8 menguat 4,7%(mom), meskipun secara ytd masih mengalami penurunan
sebesar 12,8%
• Di pasar obligasi, Yield SUN 10 tahun per 19 Oktober 2015 mengalami penurunan sebesar 36,5 bps (mom) meski secara ytd masih
mengalami kenaikan sebesar 85,5 bps.
• Selama bulan Oktober 2015 hingga tanggal 19, di pasar saham terjadi Capital inflow sebesar Rp2,3 T, sementara di pasar obligasi
hingga tanggal 15, tercatat capital inflow di pasar SUN sebesar Rp 0,3 Triliun
• Sepanjang tahun 2015 terjadi capital inflow di pasar SUN (s.d 15 Okt) sebesar Rp62,4T, sementara pada bursa saham secara
kumulatif (s.d 19 Okt) tercatat capital outflow sebesar Rp10,9T
Pergerakan IHSG vs Net Capital Flow per 19 Okt 2015
Sumber: Bloomberg
Perkembangan Yield SUN dan IHSG
Indeks saham menguat dan tingkat imbal hasil SUN turun
7
7
212.2 10,607.7 -5,426.4 5,896.3 -3,460.3 -4,089.2 132.3 -9,819.5 -7,183.2 2,260.8 5,523 5,321 4,164 4569,8 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 -20000 -15000 -10000 -5000 0 5000 10000 15000 20000 25000 2 12 20 28 5 13 24 4 12 20 30 8 16 24 5 13 22 1 10 19 29 7 15 29 6 14 25 2 10 18 29 7 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep OktM
ili
ar
R
p
Kondisi Credit Rating Indonesia masih baik
…memberikan peluang masuknya aliran dana investor ke Indonesia
• 21 Mei 2015, Lembaga Pemeringkat Standard & Poor
meningkatkan Outlook Peringkat Rating Indonesia dari
Stable menjadi Positive
dan menegaskan kembali rating Indonesia pada level BB+
• Sep 2015, S&P menurunkan rating Brazil dari BBB- (investment grade) menjadi BB+ (junk) dengan outlook
negatif. Penurunan peringkat Brazil disebabkan oleh turunnya harga komoditas yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi Brazil serta tantangan di sisi fiskal khususnya terkait defisit anggaran.
• Brazil merupakan negara kedua yang diturunkan credit ratingnya oleh S&P di 2015 setelah Rusia.
• Setelah sebelumnya sempat memperoleh Investment Grade dari S&P, Brazil dan Russia saat ini berada pada
peringkat yang sama dengan Indonesia (BB+). Namun Indonesia mempunyai Outlook Positif dibanding Brazil
dan Russia yang Negatif.
AAA AA A+ A-BBB BB+ BB-B CCC+ CCC-C SD 2001 2003 2005 2007 2010 2014
Brazil Indonesia Rusia
Sovereign Credit Rating by S&P
Investment Grade
Brazil, Russia dan Indonesia berada pada rating yang sama dari S&P yaity BB+
Masalah
Struktural
TANTANGAN EKONOMI
Optimalisasi Pendapatan Negara Kesinambungan Sumber PembiayaanMENCIPTAKAN
PERTUMBUHAN
EKONOMI YANG
BERKELANJUTAN,
ADIL, DAN
MERATA
Penyerapan
anggaran
strategi
JANGKA
PENDEK
melalui
STIMULUS
FISKAL
Kualitas Belanjastrategi
JANGKA
PANJANG
melalui
BUDGET
REFORM
Kondisi
Ekonomi
Global
MENDUKUNG PERTUMBUHAN EKONOMI MELEWATI KETIDAKPASTIAN EKONOMI GLOBALPeningkatan
daya beli
Insentif dunia usaha
Kebijakan lainnya
Anggaran yang lebih sehat untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan
pemerataan
…baik kebijakan jangka pendek maupun jangka panjang
K
ESINA
M
BU
NG
A
N
SU
M
BER
PEM
BIA
YA
A
N
Defisit anggaran yang terjaga; Menggunakan sumber pembiayaan bilateral dan multilateral yang kompetitif; Jenis instrumen pembiayaan yang beragam (kurs, produk,
jangka waktu). Reinventing policy; e-faktur;
Compliance risk management; Pajak sumber daya alam; Perbaikan administrasi
pajak; Revisi regulasi perpajakan (amandemen UU, KUP, UU PPh, UU PPn), Pembentukan Badan Khusus
Pengelolaan Pajak,
• Mengalihkan sumber pendapatan yang
bersumber dari komoditas • Memperluas cakupan
basis pendapatan • Meningkatkan tingkat
kepatuhan pajak • Menghindari kebocoran
pajak, terutama restitusi PPN • Memperkuat institusi pajak
O
PT
IM
A
LI
SA
SI
PEND
A
PA
TA
N
NE
G
A
R
A
• Menjaga pembiayaan APBN yang sehat• Menggunakan surat utang domestik dan
internasional secara efektif dan efisien • Mengoptimalkan skema
pembiayaan kepada BUMN guna mendukung program belanja
infrastruktur.
menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, adil, dan merata
Perubahan skema subsidi BBM; Kenaikan signifikan anggaran infrastruktur, kesejahteraan rakyat dan PMN untuk BUMN; Cashless
smart cards; Dana desa; Memberdayakan pemerintah daerah; Skema subsidi untuk sektor lain
• Mewujudkan
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, adil, dan merata
• Mengalihkan belanja konsumtif ke produktif • Merancang skema target
subidi yang lebih tepat sasaran
• Mengoptimalkan
pemerintah daerah untuk menstimulus pertumbuhan ekonomi
K
U
A
LI
TA
S
BELAN
JA
APBN terkini disusun untuk menjawab tantangan ekonomi terkini, baik global
maupun domestik
11
Realisasi APBNP Tahun 2015 per 30 September
11
APBN-P s.d Sept %
Real. APBN-P s.d Sept
A. Pendapatan Negara dan Hibah 1.635,4 1.080,6 66,1 1.761,6 989,7 56,2
I. Penerimaan Dalam Negeri 1.633,1 1.078,6 66,0 1.758,3 989,3 56,3
1. Penerimaan Perpajakan 1.246,1 807,0 64,8 1.489,3 800,9 53,8
- Penerimaan Pajak 1.072,4 687,5 64,1 1.294,3 686,3 53,0
- DJP Non Migas 988,5 628,2 63,5 1.244,7 646,5 51,9
- PPh Migas 83,9 59,3 70,7 49,5 39,7 80,2
- Penerimaan Bea dan Cukai 173,7 119,5 68,8 195,0 114,6 58,8
2. PNBP 386,9 271,6 70,2 269,1 188,4 70,0 - Penerimaan SDA 241,1 162,0 67,2 118,9 82,6 69,5 - Laba BUMN 40,0 34,0 85,1 37,0 35,1 94,9 - PNBP Lainnya 85,0 57,3 67,4 90,1 51,5 57,1 - BLU 20,9 18,3 87,8 23,1 19,3 83,5 II. Hibah 2,3 2,0 85,1 3,3 0,4 12,5 B.Belanja Negara 1.876,9 1.234,6 65,8 1.984,1 1.249,0 62,9
I. Belanja Pemerintah Pusat 1.280,4 793,9 62,0 1.319,5 737,7 55,9
a.l.- Pembayaran Bunga Utang 135,5 103,4 76,3 155,7 122,8 78,9
- Subsidi 403,0 283,2 70,3 212,1 148,8 70,2
- Energi 350,3 254,7 72,7 137,8 104,7 76,0
- Non energi 52,7 28,5 54,0 74,3 44,1 59,3
II. Transfer ke Daerah dan Dana Desa 596,5 440,7 73,9 664,6 511,2 76,9
0,0 0,0
D.Surplus/ Defisit Anggaran (241,5) (154,0) 63,8 (222,5) (259,2) 116,5
% defisit thd PDB (2,4) (1,9)
E. Pembiayaan 241,5 235,4 97,5 222,5 222,4 100,0
I. Pembiayaan Dalam Negeri 241,5 261,2 108,1 242,5 253,2 104,4
II. Pembiayaan Luar Negeri (13,4) (25,7) 191,5 (20,0) (30,8) 154,0
Kelebihan/ Kekurangan Pembiayaan 0,0 81,4 0,0 (36,8)
Uraian
2014 2015
2016
RAPBN
Kesepakatan
Komisi XI
Kesepakatan
Komisi VII
Pertumbuhan Ekonomi
5,5
5,3
%, yoy
Inflasi
%, yoy
4,7
4,7
%, ytd
Nilai Tukar
13.400
13.900
Rupiah per dolar AS, rata
rata
Suku Bunga SPN 3 Bulan
5.5
5,5
(% rata rata)
ICP
60
50
(USD per barel)
Lifting Migas
(Ribu BOEPD)
1985
1985
Minyak Mentah
830
830
(ribu barel per hari)
Gas
(rb brl. setara minyak/hari)
1.155
1.155
Asumsi Dasar Ekonomi Makro RAPBN 2016
#AKSELERASI PENYERAPAN ANGGARAN
Mendorong realisasi program-program prioritas pemerintah dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
#PENINGKATAN DAYA BELI
Mempertahankan daya beli masyarakat dengan mendorong tingkat pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan menjaga kestabilan harga.
#INSENTIF DUNIA USAHA
Memberikan stimulus pertumbuhan sektor prioritas melalui pertumbuhan investasi, penguatan daya saing produk dalam negeri, dan insentif penunjang lainnya.
#KEBIJAKAN LAINNYA
Memperkuat daya saing potensi lainnya dan menstimulus perkembangan potensi- baru.
#PERSETUJUAN TAX ALLOWANCE & TAX HOLIDAY Mempercepat layanan investasi dalam bentuk memangkas perizinan investasi di kawasan industri
#INSENTIF PPN IMPOR BARANG TERTENTU
Memberikan kelonggaran PPn tidak dipungut untuk beberapa industri alat transportasi (utamanya untuk galangan kapal, kereta api, pesawat, dan suku cadangnya)
#PEMBENTUKAN PUSAT LOGISTIK BERIKAT
Menyiapkan dua pusat logistik berikat yaitu Cikarang terkait manufaktur dan Merak, Banten, terkait Bahan Bakar Minyak (BBM).
#INSENTIF PAJAK DEPOSITO
Menurunkan pajak deposito bagi eksportir yang melaporkan Devisa Hasil Ekspor (DHE) kepada Bank Indonesia (BI)
Paket Kebijakan 9 September 2015
Paket Kebijakan 29 September 2015
Stimulus fiskal sebagai pendukung pertumbuhan jangka pendek
…untuk mempertahankan pertumbuhan di antara tekanan perekonomian global#Penyederhanaan Izin Pertanahan
Simplifikasi proses persetujuan investasi #Penyesuaian Harga BBM
Penurunan harga BBM, Listrik dan Gas untuk industri
#Perluasan Penerima KUR Memperbesar kriteria industri penerima KUR
Paket Kebijakan 7 Oktober 2015
Stimulus fiskal sebagai pendukung pertumbuhan jangka pendek
…untuk mempertahankan pertumbuhan di antara tekanan perekonomian global# Mendorong Ekspor Untuk Mencegah PHK Dukungan kepada usaha kecil menengah yang berorientasi ekspor maupun terlibat pada kegiatan yang mendukung ekspor melalui Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia # Peningkatan Kesejahteraan Pekerja Pemberian Jaring Pengaman melalui kebijakan upah minimum dengan sistem formula untuk memastikan
pekerja/buruh tidak jatuh ke dalam upah murah
# Kebijakan KUR yang Lebih Murah dan Meluas
Penurunan Tingkat Bunga dari 22% menjadi12%
Paket Kebijakan 15 Oktober 2015
Indikator
Krisis 1997-1998
Krisis 2008-2009
2015
Nilai Tukar Rupiah
(spot)(↑ = apresiasi)
↓208,16% (ytd) ke 16.650 (17 Juni 1998)(level terburuk)
↓34,67% (ytd) ke 12.650 (24 Nov. 2008)(level terburuk)
↓9,03,% (ytd) ke13.563 (19 Okt 15) ,harian ↓0,21%
Indeks Harga Saham
Gabungan
↓36,06% (ytd) ke 256,83 (21 Sept.
1998) (level terburuk) 8 Jan 1998 ↓ 12.0% (Penurunan harian terbesar)
↓59,52% (ytd) ke 1111,39 (28 Okt. 2008)
(level terburuk) 8 Okt 2008 ↓ 10.0% (Penurunan harian terbesar)
↓12,57% (ytd) ke 4,569.8 (19 Okt 15), harian ↑1,06%
Cadangan Devisa
(US$ miliar) Q3-1997 = $27.6, ↓ $1.3 Q4-1997 = $21.4, ↓ $6.1 Q1-1998 = $16.5, ↓ $4.9 Q3-2008 = $57.1,↓ $2.3 Q4-2008 = $51.6,↓$5.5 Oktober 2008 = $50.6,↓ $6.5 Januari 2015 = $114.3,↓$2.4 Sept 2015 = $101,7 ↓$3,6Defisit Transaksi
Berjalan
(% dari PDB) Q1-1997 = - 3.8% Q2-1997 = - 1.8% Q3-1997 = - 2.4% Q4-1997 = - 0.5% 1998 = 4.2% Q2-2008 = - 0.8% Q3-2008 = - 0.7% Q4-2008 = - 0.5% 2013 = - 3.19% 2014 = - 3.09% Q1 2015 = -1,92 Q2 2015 = -2,05Pertumbuhan PDB
(%, yoy) 1997 = 4.7 1998 = -13.1 2008 = 6.0 2009 = 4.6 Q2 2014: 5.03 Q2 2015: 4.67:Inflasi
(%, yoy) 1997 = 9.211998 = 77.63 (level terburuk bulan September = 82.40)
2008 = 11.06 (level terburuk bulan September = 12.15)
2009 = 2.78
September 2015 = 6.8
1. Indikator nilai tukar rupiah tidak separah krisis 97/98 dan krisis 2008/2009 2. Indikator IHSG lebih baik dibandingkan krisis 97/98 dan krisis 2008/2009
3. Indikator neraca pembayaran lebih baik dibandingkan krisis 97/98 dan krisis 2008/2009. Cadev naik dan CAD turun di bawah 3% 4. Perlambatan pertumbuhan ekonomi tidak separah krisis 97/98 dan krisis 2008/2009
5. Stabilitas harga lebih baik dibandingkan krisis 97/98 dan krisis 2008/2009