• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertukaran Informasi untuk Tujuan Pajak. Darussalam, SE., Ak., CA., M.Si., LL.M Int. Tax

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pertukaran Informasi untuk Tujuan Pajak. Darussalam, SE., Ak., CA., M.Si., LL.M Int. Tax"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Darussalam, SE., Ak., CA., M.Si., LL.M Int. Tax

Pertukaran Informasi

untuk Tujuan Pajak

(2)
(3)

Realisasi & Pertumbuhan Penerimaan Pajak

238.6 298.5 358.2 425.4 571.1 544.5 628.2 742.7 835.8 921.4 985.1 1055.61 1105.9 0.00 25.10 20.00 18.76 34.25 -4.66 15.37 18.23 12.54 10.24 6.91 7.16 4.76 -10 -5 0 5 10 15 20 25 30 35 40 0 200 400 600 800 1000 1200 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Pertumbuhan (%) Penerimaan Pajak (Rp Triliun )

(4)

Komposisi Penerimaan Perpajakan

PPh, 47.2% PPN, 40.0% PBB, 1.9% Cukai, 10.1% Pajak lainnya, 0.8% PPh, 50.1% PPN, 37.6% PBB, 1.3% Cukai, 10.2% Pajak lainnya, 0.8%

APBNP 2015

RAPBN 2016

(5)

Perkembangan Jumlah

Wajib Pajak (2013-2016)

Uraian

2013

2014

2015

2016

WP Terdaftar

24.347.763

27.379.256

30.044.103

32.769.215

WP Terdaftar Wajib SPT

17.731.736

18.857.833

18.159.840

20.165.718

Realiasi SPT

9.966.833

10.852.301

10.972.336

12.737.541

Rasio Kepatuhan SPT

Terhadap WP Wajib SPT

56,21%

59,21%

60,42%

63,16%

(6)

Realisasi Beberapa Pos Penerimaan Pajak

(Rp Triliun)

Tahun

PPh 21

PPh 25/29

OP

PPh 25/29

Badan

PPN/PPnBM

Pajak

NonMigas

Total

2010

55,33

2,93

131,48

219,53

569,35

2011

66,75

3,28

154,60

277,80

669,65

2012

79,59

3,76

152,13

337,58

752,37

2013

90,16

4,38

154,29

384,71

832,65

2014

105,65

4,70

148,36

409,18

897,68

2015

114,48

8,25

183,01

423,71

1.011,2

2016*

109

5,28

169,98

410,5

1.069

(7)

Mitos atau fakta?

Inward FDI position in Indonesia

(2014)

1452 1492 1752 2207 2446 2078 2160 2370 2658 2794 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Number of MNEs Suffered Loss in Indonesia

(2004 – 2013)

Source: DGT, Antara, Media Indonesia

Offshore Tax Evasion & BEPS di Indonesia

Mengalami kerugian selama

5 tahun berturut-turut

Netherlands (1)

Singapore (2)

Mauritius (8)

(8)

Sejarah Pertukaran Informasi untuk Tujuan

Pajak

(9)

Latar Belakang Pertukaran Informasi untuk

Tujuan Pajak

Globalisasi

negara-negara

Munculnya

tax haven

Aggressive

Tax Planning

Erosion Tax

Base

Kerahasian Bank

Peningkatan transparansi

melalui pertukaran informasi

(10)

Sejarah Pertukaran Informasi untuk Tujuan

Pajak

OECD (1998) Harmful Tax Competition OECD (2000) The Global Forum on Transparency and Exchange of Information OECD (2002) Model Agreement Exchange of Information Dan TIEA 2009-2010 Global Forum menyusun standard peer-review dan mulai menyuarakan EOI 2010 Tahun 2010 US menerbitkan aturan tentang FATCA 2013 Komitmen untuk merumuskan dan bekerjasama dalam AEOI oleh G20 dan OECD

July 2014

Full version

of AEOI +

CRS

(11)

Penjelasan Pertukaran Informasi untuk

Tujuan Pajak

Apa?

Bagaimana?

Mengapa?

Pertukaran informasi yang

berkaitan dengan

perpajakan berdasarkan

perjanjian internasional

atau Exchange of

Information sebagai

pelaksanaan perjanjian

internasional

Pertukaran informasi dilakukan dengan tujuan: - Mencegah penghindaran pajak; - Mencegah pengelakan pajak; - Mencegah penyalahgunaan P3B oleh pihak-pihak yang tidak berhak;

- Mendapatkan informasi terkait pemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak

Pemberian informasi potensial mengenai banyak kategori yang diperoleh oleh otoritas pajak dengan cara:

- Berdasarkan permintaan; - Secara sistematis dan

berkala; atau

- Secara spontan tanpa berdasarkan permintaan.

(12)

Dasar Hukum Pertukaran Informasi untuk Tujuan Pajak dan

Jenis Metode Pertukaran Informasi untuk Tujuan Pajak

(13)

Dasar Hukum Pertukaran Informasi untuk

Tujuan Pajak

OECD Model

• Pertukaran informasi melalui P3B sebagai dasar hukum; • Diatur dalam Pasal 26 OECD Model dan UN Model.

TIEA Model

• Dipublikasikan oleh OECD pada April 2002;

• Untuk memfasilitasi pertukaran informasi dengan negara-negara yang tidak memiliki P3B, yang biasa dijumpai pada negara-negara tax havens.

RUBIK Agreement

• Perjanjian terkait akses untuk pertukaran informasi untuk tujuan pajak dengan Swiss;

• Inti dari perjanjian Rubik ini adalah untuk memberikan pilihan apakah subjek pajak mau mengungkapkan secara sukarela informasi mengenai aset-aset yang mereka miliki atau akan dikenakan pajak apabila mereka tidak mau mendeklarasikannya.

FATCA

•FATCA dirancang untuk mendeteksi serta mencegah praktik penghindaran pajak secara ilegal (tax evasion) yang dilakukan oleh warga negara Amerika (US persons) melalui lembaga-lembaga jasa keuangan asing (Foreign Financial Institutions-FFI).

•FATCA mewajibkan FFI untuk melaporkan semua rekening yang dimiliki warnanegara Amerika Serikat (AS) kepada AS melalui IRS. FFI yang tidak mematuhi FATCA dan menolak untuk mengidentifikasi investor AS, ketentuan FATCA memberlakukan pemotongan pajak 30% atas semua jenis pembayaran penghasilan dari Amerika Serikat seperti bunga, dividen, gaji, dan kentungan atas penjualan instrumen investasi AS.

CMAAT

• Perjanjian pertukaran informasi yang bersifat multilateral (Konvensi);

• Konvensi ini pertama kali diadakan pada tahun 1988 berdasarkan kesepakatan OECD dan Council of Europe dan mengalami amandemen di tahun 2010;

(14)

Jenis Metode Pertukaran Informasi untuk

Tujuan Pajak

Pertukaran

Informasi untuk

Tujuan Pajak

Berdasarkan

permintaan

(on request)

Secara otomatis

(AEOI)

Secara spontan

• Harus diajukan case-by-case basis;

• Dilakukan secara tertulis oleh pejabat yang berwenang dari negara yang meminta informasi

• Dilakukan secara periodik, sistematis dan

berkesinambungan yang meliputi berbagai kategori penghasilan;

• Informasi yang dipertukarkan secara otomatis biasanya dikumpulkan di negara sumber penghasilan secara rutin dan umumnya melalui pelaporan pembayaran yang dilakukan oleh Lembaga Jasa Keuangan (LJK).

• Tanpa didahului dengan permintaan;

• Didapatkan dari hasil pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh negara pengirim informasi.

(15)

Hasil Peer Review Fase 2 OECD

Jurisdiction ratings following a Phase 2 Review

Australia, Belgium, Canda, China (People’s Republic of), Colombia, Denmark, Finland, France, Iceland, India, Ireland, Isle of Man,

Japan, Korea, Lithuania, Mexico, New Zealand, Norway, Slovenia, South Africa, Spaing, Sweden Compliant Albania, Argentina, Aruba, Austria, Azerbaijan, Bahamas, Bahrain, Barbados, Belize, Bermuda, Botswana, Brazil, British Virgin

Islands, Brunei Darussalam, Bulgaria, Burkina Faso, Cameroon, Cayman Islands, Chile, Cook Islands, Cyprus, Czech Republic, El Salvador, Estonia, Former Yugoslav Republic of Macedonia, Gabon, Georgia, Germany, Ghana, Gibraltar, Greece, Grenada, Guernsey, Hong Kong (China), Hungary, Israel, Italy, Jamaica, Jersey, Kenya, Latvia, Lesotho, Liechtenstein, Luxembourg, Macao (China), Malaysia, Malta, Mauritania, Mauritius, Monaco, Montserrat, Morocco, Netherlands, Nigeria, Niue, Pakistan, Philippines, Poland, Portugal, Qatar, Romania, Russia, San Marino, Senegal, Singapore, Slovak Republic, Saint Kitts and Nevis, Saint Lucia, Saint Vincent and the Grenadines, Saudi Arabia, Seychelles, Switzerland, Turks and Caicos Islands, Uganda, United Kingdom, United States, Uruguay.

Largely Compliant

Andorra, Anguilla, Antigua and Barbuda, Costa Rica, Curaçao, Dominica, Dominican Republic, Indonesia, Samoa, Sint Maarten, Turkey, United Arab Emirates

Partially Compliant

Marshall Islands, Panama

Non-Compliant

Federated States of Micronesia*, Guatemala*, Trinidad and Tobago*

Jurisdictions not yet rated because they cannot move to Phase 2

Kazakhstan**

Kriteria penilaian: ketersediaan informasi, akses terhadap informasi, serta mekanisme

pertukaran informasi.

Indonesia mendapatkan rating partially compliant karena otoritas pajak hanya memiliki

akses informasi perbankan yang terbatas.

(16)

Implementasi Pertukaran Informasi secara Otomatis

(AEOI)

(17)

Standard for Automatic Exchange of Financial

Account Information (Standar)

Standar

Model CAA

(MCAA)

The Common Reporting Standard (CRS)

Commentaries

Lampiran

Standar

Perjanjian antarpejabat yang berwenang di negara partisipan untuk saling bertukar informasi dan bertindak sebagai

penghubung antara CRS dengan dasar hukum yang mengatur perjanjian pertukaran informasi

Suatu standar yang mengatur jenis-jenis informasi yang akan dilaporkan dan dipertukarkan dengan negara mitra

Mengilustrasikan dan menginterpretasikan MCAA dan CRS

Terdiri dari: (i) Multilateral MCAA; (ii) Non-resiprokal MCAA; (iii) skema dan panduan pengguna CRS; (iv) kuesioner yang terkait kerahasiaan dan data

safeguards; (v) wider approach dari CRS;

(vi) deklarasi atas pertukaran informasi perpajakan secara otomatis; serta (vii) rekomendasi dari Standar

Standar yang dibuat OECD agar AEOI dapat dilakukan dengan efektif

(18)

Informasi yang Dipertukarkan dalam Standar AEOI

Jenis Informasi Informasi

Untuk

mengidentifikasi

pemegang

rekening

(nasabah)

a. Nama wajib pajak b. Alamat

c. Negara/yurisdiksi domisili d. Apabila dibutuhkan dan tersedia:

- NPWP;

- tempat dan tanggal lahir

Untuk

mengidentifikasi

rekening dan LJK

a. Nomor rekening

b. Nama dan nomor pengenal dari LJK

Informasi

sehubungan

dengan aktivitas keuangan

atas suatu rekening

a. Saldo atau nominal rekening; b. Untuk rekening penyimpanan:

jumlah bruto bunga

c. Untuk rekening kustodian: jumlah bruto bunga, dividen, atau penghasilan lain

d. Untuk rekening lainnya: jumlah bruto yang dibayarkan atau dikreditkan.

Informasi WP

Orang Pribadi

Informasi WP

Badan

(19)

Requirements untuk Mengimplementasikan Standar

AEOI

Persyaratan pelaporan

Due Diligence

1st Step (legal basis AEOI): Menentukan dasar hukum dalam melaksanakan mekanisme AEOI

2nd Step (ketentuan

domestik): Mengadopsi persyaratan dan ketentuan mengenai pelaporan dan

due diligence dalam

ketentuan domestik

3rdStep (IT &

Administrasi):

Menyediakan infrastruktur teknologi informasi dan administrasi yang sesuai dengan standar 4th Step: Melindungi kerahasiaan dan perlindungan data (data safeguards)

P3B

TIEA

CMAAT

Mengumpulkan informasi Menerima informasi yang akan dipertukarkan Mempertukarkan informasi Memperoleh informasi yang dipertukarkan Memuat detail aturan tentang kerahasiaan dan perlindungan data Setiap negara dapat mengidentifikasi dan melaporkan hasil identifikasi atas ciritical area dalam hal

kerahasiaan dan perlindungan data

(20)

Gambaran Umum Pertukaran Informasi secara

Otomatis (AEOI)

Lembaga Keuangan Otoritas Pajak Negara A Otoritas Pajak Negara B 2. Format data sesuai dengan CRS dan melaporkan ke otoritas pajak (bisa berdasarkan masing-masing negara) 1. Mengumpulkan data keuangan nasabah 3.

Menerima data dari LJK, melakukan quality

control, mengirimkan

dan menyimpan copy

data

4.

Menerima data dari Negara B; melakukan deskripsi data, quality control, menyimpan data, dan kerahasiaan dan perlindungan data

5.

Mengimpor data dari LJK dan Negara B untuk kemudian dibandingkan dengan database dan lakukan tindakan yang diperlukan

Proses AEOI yang

dilakukan oleh suatu

negara atas data yang

dikirimkan dan

diterima dari negara

mitra dalam

perjanjian.

(21)

Pertukaran Informasi di Bidang Perpajakan di

Indonesia

(22)

Jaringan Pertukaran Informasi

107 negara/yurisdiksi telah menandatangani CMAAT

87 negara/yurisdiksi telah

menandatangani MCAA

100 negara/yurisdiksi berkomitmen untuk melaksanakan pertukaran

informasi. 52 negara/yurisdiksi berkomitmen untuk melaksanakannya

tahun 2017, dan 48 negara/yurisdiksi lainnya, termasuk Indonesia, pada tahun

2018*)

Jaringan Pertukaran

Informasi secara Global

Jaringan Pertukaran Informasi

Indonesia

107

CMAAT

4

TIEA

(23)

Dasar Hukum Akses terhadap Informasi di

Indonesia

Pasal 35 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (UU KUP) Pasal 32A Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 (UU PPh)

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan

Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (UU OJK)

Pasal 41 dan Pasal 44A Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (UU Perbankan)

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 39/PMK.03/2017 tentang Tata Cara Pertukaran Informasi Berdasarkan Perjanjian Internasional

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 25 POJK.03/2015 berkaitan dengan Penyampaian Informasi Nasabah Asing Terkait Perpajakan kepada Negara Mitra (POJK 25/2015)

(24)

Pertukaran Informasi dalam PMK 39/2017

Pelaksanaan Pertukaran Informasi menurut PMK 39/2017

§ Berdasarkan permintaan Competent Authority Indonesia Competent Authority Negara Lain

Meminta secara tertulis Memberikan informasi yang diminta § Secara otomatis § Secara spontan Competent Authority Indonesia Competent Authority Negara Lain

Menyampaikan informasi secara langsung tanpa didahului permintaan Pasal 3 PMK 39/2017 Pasal 4 PMK 39/2017 LJK Informasi dikumpulkan diidentifikasi Laporan informasi Direktorat Jenderal Pajak OJK disampaikan secara langsung disampaikan melalui Competent Authority Negara Lain Pasal 5 PMK 39/2017

(25)

Kesiapan Indonesia terkait dengan

Pegimplementasian Pertukaran Informasi

Berdasarkan hasil ulasan Global Forum pada peer review pertama, Indonesia diberikan peringkat

‘partly compliant’ yang menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara aspek hukum domestik

dengan standar internasional serta beberapa aspek lain yang membutuhkan perbaikan

• Indonesia dianggap belum sesuai dengan standar internasional karena dalam rangka memperoleh informasi dari LJK, otoritas pajak harus memberikan informasi terkait nama wajib pajak, atau nomor rekening kepada Bank Indonesia atau OJK.

Indonesia dapat masuk ke dalam kategori Cooperative Jurisdiction

• Alasannya, Indonesia telah berkomitmen untuk mengimplementasikan pertukaran informasi secara otomatis berdasarkan CRS MCAA pada September 2018. Selain itu, Indonesia juga telah menandatangani

Konvensi/CMAAT sejak 2011.

Indonesia akan masuk dalam kategori “NonCooperative Jurisdiction” (negara yang tidak

koperatif dalam melaksanakan pertukaran informasi)

• Apabila Indonesia tidak menjalankan komitmen pertukaran informasi secara otomatis mulai tahun 2018 dan tidak mendapat rating “Largely Compliant” (masuk dalam 2 dari 3 kriteria).

Negara-negara yang termasuk dalam daftar "Non-cooperative jurisdiction” akan diberhentikan

keikutsertaannya dalam pertukaran informasi secara global.

(26)
(27)

ddtc.co.id

DDTC Indonesia

DDTC

@DDTCIndonesia

© 2017 DANNY DARUSSALAM Tax Center. All rights reserved.

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai warga negara Indonesia yang baik sudah sepantasnya jika dalam kehidupan sehari-hari bertutur kata, bersikap dan berperilaku atau berbudi pekerti sesuai dengan

Namun kebebasan hakim tidak keluar dari tujuan Islam Artinya dalam tugas, hakim wajib memperhatikan prinsip amanah, karena kekuasaan kehakiman pada dasarnya adalah amanah rakyat yang

4.18 Peratus penyingkiran warna, kekeruhan, pepejal terampai, 88 nitrogen ammonia dan COD bagi penentuan masa tindakbalas optimum menggunakan elektrod Al + -Fe -... 4.19

(6) Dalam hal Pegawai Perumda BPR Bank Daerah Kabupaten Madiun sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak dapat membuktikan bahwa ia bebas dari

NO BUTIR KEGIATAN JUMLAH PRESTASI KERJA 6 BULAN ( SEMESTER I ) JUM LAH JUMLAH PRESTASI KERJA 6 BULAN ( SEMESTER II ) JUM LAH TOTAL JML JUML AK JAN PEB MAR APR MEI JUN JULI AGT SEPT

Permasalahan yang dihadapi di TK Negeri Pembina Manyaran adalah kurang optimalnya perkembangan kognitif pada anak usia 5-6 tahun, kurangya tindakan guru dalam

• Sekutu lama memperoleh memperoleh alokasikan penurunan nilai asset yang terjadi sebelum penerimaan sekutu baru, atau sekutu baru mendapatkan goodwill atau bonus sebagai

Administrasi pajak pada saat ini harus memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak menjadi lebih sepesialis dan dia menyimpulkan bahwa tujuan dari otoritas pajak