• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRACT. 1. Dosen Program Studi Agribisnis FP-UTP 2. Mahasiswa Program Studi Agribisnis FP-UTP ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRACT. 1. Dosen Program Studi Agribisnis FP-UTP 2. Mahasiswa Program Studi Agribisnis FP-UTP ABSTRAK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 ANALISIS PENDAPATAN DAN PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHATANI KARET PETANI YANG MENJUAL BOKAR DI PASAR LELANG DAN LUAR PASAR LELANG (STUDI KASUS : KUD MANUNGGAL JAYA KELURAHAN KARANG JAYA

KECAMATAN PRABUMULIH TIMUR) Nur Ahmadi1, Gusti Fitriyana1, dan Yoga Pratama2

ABSTRACT

This study aims to determine the magnitude of the income of smallholder rubber farmers in Karang Jaya Village, East Prabumulih Subdistrict, to know the income comparisons and Factors affecting or causing smallholder rubber farmers to sell to the auction market and sell outside the auction market in Kelurahan Karang Jaya Kecamatan Prabumulih East. The method of data analysis used in this analysis is the analysis of difference test of two average is to see the comparison between the income of rubber farmers who sell bokar on the auction market with rubber farmers who sell bokar outside the auction market. The results of this study

indicate that the average income of rubber farmers selling the auction market is Rp. 6.920.697/ month, while the average income of farmers who sell bokar outside the auction

market is Rp. 5.697.160 / month. It is seen that farmers selling bokar outside the auction market are more than Rp. 1,223,537 / month compared to farmers selling bokar outside the auction market. Based on the result of comparison analysis (earnings) of farmers who sell bokar in auction market and outside of auction market with analysis of difference test two average in can t count (1,72) bigger than t table (2.01) at level of signifikan 95 %. Thus thank Ho, meaning there is no difference in income farmers who sell bokar in the auction market and farmers who sell bokar outside the auction market.

1. Dosen Program Studi Agribisnis FP-UTP 2. Mahasiswa Program Studi Agribisnis FP-UTP

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) besaran dan perbandingan pendapatan petani karet rakyat, 2) faktor-faktor yang menyebabkan petani m e n j u a l b o k a r n y a di pasar lelang dan di luar pasar lelang. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Karang Jaya Kecamatan Prabumulih Timur, . Metode analisa data yang di gunakan dalam analisis ini adalah analisis uji beda dua rata-rata yaitu untuk melihat perbandingan antara pendapatan petani karet yang menjual bokar pada pasar lelang dengan petani karet yang menjual bokar di luar pasar lelang. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa rata-rata pendapatan petani yang menjual di lelang adalah sebesar Rp. 6.920.697/ bulan, l e b i h b e s a r d a r i petani yang menjual bokar di luar pasar lelang yang hanya sebesar Rp. 5.697.160/ bulan. Berdasarkan a nalisis uji beda dua rata-rata didapatkan nilai t-hitung (1,72) lebih besar dari t tabel (2,01) pada tingkat signifikansi 95%., y ang artinya tidak terdapat perbedaan pendapatan petani yang menjual bokar di pasar lelang dan petani yang menjual bokar di luar pasar lelang.

(2)

2

PENDAHULUAN

Pemerintah Kota Prabumulih telah mengeluarkan kebijakan peremajaan karet

(New Planting) untuk tanaman karet-karet

tua dan tanaman karet yang rusak. Melalui program perluasan areal (intensifikasi) perkebunan karet untuk lahan tidur yang belum dimanfaatkan secara optimal. Program-program ini adalah bentuk kebijakan dari pemerintah sebagai upaya untuk meningkatkan produksi dan produktivitas perkebunan karet di Kota Prabumulih yang akhirnya meningkatkan pendapatan petani dan penerimaan daerah

(Dinas Perkebunan Kota

Prabumulih,2012). Program revitalisasi perkebunan adalah upaya percepatan pengembangan perkebunan rakyat melalui perluasan, peremajaan dan rehabilitasi tanaman perkebunan yang didukung kredit investasi perbankan dan subsidi bunga oleh pemerintah dengan melibatkan perusahaan dibidang usaha perkebunan sebagai mitra pengembangan dalam pembangunan kebun, pengolahan dan pemasaran hasil. Usahatani karet merupakan suatu kegiatan pertanian dibidang perkebunan dimana petani mengadakan kegiatan bercocok tanam tanaman karet. Hal ini sejalan dengan perkebunan karet rakyat meliputi pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit serta penyadapan. Peran komoditi karet cukup berarti dalam perekonomian Kota Prabumulih, akan tetapi peranannya terhadap peningkatan kesejahteraan petani belum signifikan.

Kota P r a b u m u l i h merupakan salah satu kota yang memiliki luas areal perkebunan karet yang tidak terlalu luas, Pada tahun 2014 dengan luas areal 10.304 ha dan produksi karet yang dihasilkan 9.577 ton/thn. Perkebunan karet rakyat merupakan sumber pendapatan dan menjadi mata pencaharian pokok umumnya di Kota Prabumulih. Pada wilayah Kota Prabumulih komoditi karet produksi dalam bentuk slab merupakan sumber penghasil

utama bagi petani. Petani menjual slab umumnya berdasarkan bobot karet bukan berdasarkan mutu atau KKK, karena mengharapkan berat slab lebih besar maka petani melakukan perendaman, mencampur lateks dengan tatal, pasir atau benda-benda lain sebagai penambah berat meskipun mutu rendah.

Pada umumnya, penjualan bahan olahan karet yang dilakukan oleh petani karet di Kota Prabumulih, terutama di Kelurahan Karang Jaya Kecamatan Prabumulih Timur dilakukan melalui dua saluran yaitu penjualan ke pasar lelang dan l u a r pasar lelang. Penjualan karet melalui l u a r pasar lelang dimaksud yaitu petani menjual karet kepada tengkulak yang ada di desa-desa, sedangkan penjualan melalui pasar lelang yaitu petani menjual karet melalui pelelangan yang dilakukan oleh panitia pelelangan yang ada di pasar lelang tersebut. Pelaku pasar lelang di Kelurahan Karang Jaya Kecamatan Prabumulih Timur yaitu Koperasi Unit Desa (KUD) Manunggal Jaya yang ada di desa tersebut.

Pasar lelang karet dari petani dinilai berdasarkan kualitasnya, semakin kering maka kualitas karet semakin bagus dan harga semakin mahal, sebaliknya penjualan karet melalui pedagang desa, harga karet ditentukan oleh pedagang tersebut. Hal ini tentunya akan menimbulkan perbedaan harga yang diterima petani karet yang menjual karet melalui pasar lelang dibandingkan dengan petani karet yang menjual karet melalui pedagang desa. Pada dasarnya, pasar lelang karet dibentuk dalam rangka untuk melakukan kontrol terhadap harga jual karet dari petani. Tujuan pasar lelang karet adalah membentuk sistem informasi yang transparan dan wahana pembentukan harga yang menguntungkan bagi petani karet.

Pasar lelang karet, berfungsi agar p e d a g a n g d e s a tidak bisa mempermainkan harga beli karet dari petani, sehingga pendapatan petani menjadi

(3)

3 meningkat. Harga jual karet melalui

pasar lelang lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual karet melalui luar pasar lelang. Pada bulan Desember 2010, harga karet di pasar lelang karet di Kelurahan Karang Jaya berkisar antara Rp. 10.000/kg sampai Rp. 15.000/kg disesuaikan dengan kualitas karet dan di luar pasar lelang berkisaran Rp. 8.000/kg sampai Rp. 12.000/kg atas kesepakatan bersama petani dengan pedagang desa. Pada umumnya, penjualan karet melalui pasar lelang di mulai dari petani mengumpulkan bokar di KUD, dalam hal ini KUD hanya bertugas sebagai penyelenggara lelang. KUD menjual bokar kepada pedagang besar yang memenangkan harga lelang tertinggi, kemudian pedagang besar menjual bokarnya ke pabrik, sedangkan luar pasar lelang petani menjual bokar ke pedagang desa, pedagang desa menjual bokar ke pedagang besar dan pedagang besar kemudian menjual bokar ke pabrik. Penjualan bokar ke pasar lelang ataupun luar pasar lelang masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Berikut ini digambarkan kelebihan dan kekurangan dari pasar lelang dan luar pasar lelang. Adapun kelebihan pasar lelang diantaranya adalah informasi harga dan timbangan lebih transparan, harga beli bokar tinggi, pembelian bokar berdasarkan kualitasnya, kadar air gatahnya juga berkurang hal ini di karnakan pada umumnya petani yang menjual karet ke pasar lelang ini lebih awal melakukan pemanenan. Kekurangan pasar lelang yaitu, waktu pelaksaanya yang hanya dua minggu sekali, pasar lelang tidak memberikan bantuan berupa pinjaman kepada petani, dan pembayaran tidak langsung, karena harus menunggu selesai kegiatan pasar lelang yang pada umumnya pembayaran dilakukan sesudah penimbangan di lakukan.

Kelebihan luar pasar lelang diantaranya, petani bisa menjual kapan saja bokarnya, luar pasar lelang memberikan bantuan

berupa pinjaman alat produksi atau dana kepada petani sebelum petani menjual bokarnya, sedangkan kekurangan luar pasar lelang terletak pada informasi harga yang tidak transparan, pada umumnya luar pasar lelang membeli dengan harga yang rendah karena tidak menilai berdasarkan kualitas bokar, dan di luar pasar lelang ada potongan harga dan potongan timbangan yang biasa disebut basia atau penyusutan.

METODE PENELITIAN

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Karang Jaya kecamatan Prabumulih Timur. Lokasi penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan di Kota Prabumulih pada kelurahannya petani menjual ke pasar lelang dan ke luar pasar lelang salah satunya Wilayah Kelurahan Karang Jaya terdapat pasar lelang karet yang dikelola oleh KUD/ Koperasi dan di luar pasar lelang (Pedagang Pengumpul). Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang menjual karet dalam bentuk bokar (slab) pada lembaga pasar lelang karet dan luar pasar lelang karet. Petani karet di Kota Prabumulih terdapat keseragaman (homogenitas) dalam pemeliharaan kebun, penyadapan mutu produksi. Penelitian ini dilakukan selama satu bulan yaitu pada bulan Januari 2017 sampai dengan bulan Februari 2017.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Studi kasus. Penggunaan metode ini dimaksudkan untuk mengadakan pengamatan secara langsung untuk memperoleh keterangan secara faktual dari daerah contoh yang diteliti dengan cara melakukan penarikan sampel untuk mewakili populasi dan mengumpulkan data melalui wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner.

(4)

4

Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini, adalah dengan cara acak berlapis tak terhitung (Disproportioned Stratified Random Sampling). Sampel yang akan dijadikan sebagai responden adalah petani anggota KUD yang menjual bokar di pasar lelang sebanyak 25 orang (45% dari populasi) dan petani n o n a n g g o t a K U D yang menjual bokar di luar pasar lelang, lapisebanyak 25 orang 30% dari populasi)

Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari lapangan diolah secara tabulasi, permasalahan pertama, yaitu menghitung besaran dan perbandingan pendapatan petani, menggunakan rumus sbb :

1. Pendapatan Petani (Pd)

Pd

= TR – TC Keterangan :

Pd : Pendapatan usahatani karet (Rp/Bulan)

TR : Penerimaan rumah tangga petani (Rp/Bulan)

TC : Biaya produksi (Rp/Bulan) 2. Penerimaan Petani (TR) TR = P x Q Keterangan

P : Harga Jual Karet (Rp/Kg/Bulan) Q : Jumlah Produksi Karet

(Kg/Ha/Bulan) 3. Biaya Produksi (TC)

TC = TFC + TVC Keterangan :

TFC : Biaya Tetap (Rp/Bulan) TVC : Biaya Variabel (Rp/Bulan)

Perbedaan tingkat pendapatan usahatani karet petani yang menjual pada pasar lelang dan yang menjual di luar pasar lelang, digunakan uji beda dua rata-

rata dengan rumus (Walpole,1995) Independent Sampel t-test :

t hit = 2 1 2 1 / 1 / 1 n n Sd X X   Sd2 = 2 ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 2 2 1 1      n n S n S n Keterangan :

X1 = Rata-rata pendapatan usahatani karet

yang menjual pada pasar lelang (Rp/Ha/Bulan).

X2 = Rata-rata pendapatan usahatani karet

yang menjual diluar pasar lelang (Rp/Ha/Bulan).

n1 = Jumlah sampel petani karet yang

menjual pada pasar lelang

n2 = Jumlah sampel petani karet yang

menjual diluar pasar lelang Sd = Standar deviasi

S12 = Varians pendapatan petani karet

yang menjual ke pasar lelang

S 12= Varians Pendapatan petani karet yang

menjual luar pasar lelang. Hipotesis yang diajukan : H0 : µ1 = µ 2 --- H1 : µ1 ≠ µ 2

Kaidah pengambilan keputusan :

Jika (t hit < t tab α/2 = 0,025 db = (n1 +

n2)-2 terima Ho) (t hit > t tab α/2 = 0,025 db

= (n1 + n2)-2 tolak Ho).

Menjawab permasalahan ke dua, yaitu untuk mengetahui sistem pemasaran karet lelang dan luar pasar lelang lelang dan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan petani karet menjual ke pasar lelang dan di luar pasar lelang, menggunakan metode deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Usahatani Karet

Tanaman karet diwilayah Karang Jaya dan sekitarnya sudah sejak lama diusahakan secara turun menurun (warisan) dan disamping itu juga ada petani mengusahakan tanaman pada kebun sawit

(5)

5 baru, baik membuka hutan maupun

melalui proyek UUP perkebunan di Kota Prabumulih. Petani yang mengusahakan kebun karet dengan membuka lahan sendiri jarak tanaman tidak beraturan , bibit berasal dari bibit sapuan dan campuran, sedangkan petani peserta proyek UUP perkebunan bibit karet adalah unggul dan jarak tanam teratur. Luas kepemilikan lahan petani bervaraisi 1Ha - 4 Ha. Letak kebun karet petani terpencar-pencar dan relatif jauh dari pemukiman penduduk.

Bahan olahan karet (bokar) adalah lateks kebun dan gumpalan lateks kebun yang diperoleh dari pohon karet (Hevea

brasiliensis) yang diusahakan oleh petani

perkebunan. Menurut cara pengolahannya, bokar dibedakan atas 4 jenis yaitu lateks kebun, set angin, slab tebal, dan lum segar. (Dinas Perkebunan Kota Prabumulih, 2006). Pengolahan bokar di Kelurahan Karang Jaya menggunakan jenis pengolahan slab tebal dan di Kelurahan Karang Jaya bukan satu-satunya komoditi tanaman karet yang dikembangkan di daerah ini, ada pula komoditi tanaman lain seperti Nanas. Usahatani Karet di daerah penelitian banyak dikembangkan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang optimal guna menambah penghasilan rumah tangga petani.

Produksi bokar terbesar pada petani yang menjual pada pasar lelang yaitu terendah 642 Kg sampai 960 Kg, sedangkan produksi bokar petani yang menjual pada luar pasar lelang yaitu terendah 210 Kg sampai 501 Kg perbulan. Artinya petani yang memproduksi bokar tiap bulan mempunyai produksi yang berbeda, perbedaan produksi ini dapat disebabkan oleh luas lahan, keadaan alam seperti hujan dan banyak hari sadap oleh petani tiap minggu.

Pada mekanisme transaksi, para pembeli mengadakan penawaran secara terbuka. Harga penawaran tertinggi merupakan harga realisasi transaksi yang kemudian diselesaikan dengan pembayaran

tunai. Pelaku pasar lelang meliputi penjual, pembeli, petani lelang, lembaga penjaminan, perbankan. Pihak penjual dapat meliputi petani produsen individu skala besar, kelompok tani, koperasi/KUD, perusahaan agrobisnis. Sedangkan pihak pembeli dapat meliputi pedagang pengumpul tingkat kabupaten, pedagang pengumpulan antara daerah, eksportir, industri pengolahan, importir atau agennya.

Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Usahatani Karet

Semakin besar penerimaan yang diperoleh maka petani akan termotivasi untuk meningkatkan produksinya (Hernanto, 1996). Penerimaan adalah jumlah produksi di kali dengan harga bokar di tingkat petani. Rata-rata penerimaan per bulan, biaya dan pendapatan petani karet yang menjual Bokar di Pasar Lelang di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 1. Rata-rata Penerimaan, Total Biaya dan Pendapatan Petani yang Menjual Bokar di Pasar Lelang Karet di Daerah Penelitian 2017

Uraian Penjualan Total/bln

I II Penerimaan 3.687.336 3.416.400 7.103.736 Produksi 258 260 517 Harga 14.292 13.140 - Biaya 78.696 104.343 183.039 Pendapatan 3.608.640 3.312.057 6.920.697

Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa penjualan pertama dilakukan pada dua minggu pertama dan penjualan kedua dilakukan dua minggu terakhir selama satu bulan, penerimaan petani yang menjual b o k a r pada pasar lelang tiap 2 minggu di sebabkan oleh fluktuasi harga dan produksi. Rata-rata penerimaan p e r bulan adalah Rp. 7.103.736,- rata-rata biaya produksi bokar dan biaya pemasaran per bulan adalah RP. 138.590,- pendapatan petani per 2 minggu berkisar Rp. 3.000.00,- sampai Rp. 3.800.000,- dan rata-rata

(6)

6 pendapatan p e r bulan sebesar Rp.

6.920.697,-. Rata-rata jumlah anggota keluarga petani contoh yang menjual bokar di pasar lelang sebanyak 4 orang, jadi pendapatan per kapital petani contoh adalah sebesar Rp 1.730.174,- lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan fisik minimum sumsel Rp 1.505.125,- (Anonim, 2011). Pendapatan petani yang menjual bokar di pasar lelang sudah bisa mencukupi kebutuhan hidupnya.

Tabel 2. Rata-rata Penerimaan, Total Biaya dan Pendapatan Petani Yang Menjual Bokar di L u a r Pasar Lelang di Daerah Penelitian 2017

Uraian Penjualan Total/bln

I II Penerimaan 3.068.000 2.712.200 5.780.200 Produksi 236 226 451 Harga 13.000 12.000 - Biaya 41.960 41.080 76.000 Pendapatan 3.026.040 2.671.120 5.697.160

dapat dilihat bahwa rata-rata penerimaan petani yang menjual pada pedagang desa Rp. 5.780.200,- per bulan dan penerimaan tiap 2 minggu juga terlihat peningkatan. Peningkatan ini disebabkan adanya peningkatan produksi dan peningkatan harga sehingga pendapatan petani juga ikut meningkat. Bila dilihat dari pendapatan petani yang menjual karet di pasar lelang dan petani yang menjual pada luar pasar lelang, Maka terdapat perbedaan yaitu sebesar Rp. 1.223.537,- dari pendapatan petani yang menjual di pasar lelang dibandingkan yang menjual di luar pasar lelang. Rata-rata jumlah anggota keluarga petani contoh yang menjual di luar pasar lelang sebanyak 4 orang, jadi pendapatan per kapital petani contoh adalah sebesar Rp 1.424.290,- lebih kecil dibandingkan dengan kebutuhan fisik minimum sumsel Rp 1.505.125,- (Anonim, 2011).

Pendapatan petani yang menjual bokar di luar pasar lelang sudah bisa mencukupi kebutuhan hidupnya.

Produksi

Produksi pada petani yang menjual bokar di pasar lelang lebih besar dari pada petani yang menjual bokar di luar pasar lelang hal ini disebabkan antara lain, rata-rata luas lahan pada petani yang menjual bokar pada pasar lelang sebesar 2 Ha sedangkan pada petani yang menjual bokar pada pasar lelang rata- rata luas lahannya sebesar 1,5 Ha, jumlah populasi tanaman yang berbeda dan sistem sadap yang berbeda.

Harga Bokar

Harga Bokar di pasar lelang lebih tinggi dibandikan harga bokar di luar pasar lelang, hal ini di sebabkan oleh proses pengolahan bokar. Pada pasar lelang karet harga di tentukan berdasarkan mutu bokar, semakin bagus mutu bokarnya maka semakin tinggi pula harga bokar tersebut, sedangkan pada pada pasar lelang harga bokar tidak di tentukan berdasarkan mutu bokar. Pada pasar lelang seluruh anggota KUD mendapatkan penyuluhan terhadap pengolahan bokar, sedangkan petani yang menjual di pasar lelang tidak di berikan penyuluhan, hal ini menyebabkan mutu bokar yang di hasilkan petani yang menjual bokar di pasar lelang lebih bagus di bandingkan petani yang menjual di pasar lelang.

Berdasarkan Harga bokar diatas masih banyak petani yang menjual bokar di luar pasar lelang, hal ini disebabkan oleh petani memiliki keterikatan hutang pada pedagang desa dan petani membutuhkan uang cepat. Pada luar pasar lelang petani bisa menjual bokar kapan saja dan tidak membutuhkan waktu yang lama mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Biaya Produksi

Biaya produksi yang dimaksud penelitian ini adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam memasarkan bokar. Pada usahatani yang masih bertujuan

(7)

7 memenuhi kebutuhan keluarga petani,

pengeluaran untuk konsumsi rumah tangganya tidak dibedakan dengan pengeluaran untuk usahatani. Biaya-biaya yang di hitung dalam penelitian ini meliput biaya cuka getah, biaya pengangkutan bokar dari kebun ke rumah petani dan biaya pengangkutan bokar dari rumah petani ketempat penjualan bokar.

Analisis Perbandingan Pendapatan Petani Karet yang Menjual Bokar di Pasar Lelang dan Petani yang Menjual Bokar di Luar Pasar Lelang.

Mengetahui perbedaaan antara pendapatan usahatani karet petani yang menjual bokar di pasar lelang dan petani yang menjual pada luar pasar lelang dilakukan dengan analisis uji beda dua rata-rata pada tingkat kepercayaan 95 % (α = 0,025), dari data yang diperoleh pada lampiran maka dilakukan analisis uji beda dua rata-rata komparasi dengan cara manual. Pendapatan petani yang menjual bokar di pasar lelang dan petani yang menjual bokar pada luar pasar lelang di tunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Analisis Uji Beda Dua Rata-rata Pendapatan Usahatani Karet Yang Menjual Bokar di Pasar Lelang dan Luar Pasar Lelang di Kelurahan Karang Jaya Tahun 2017

Berdasarkan Tabel 4 diperoleh t-hitung = 1,72. Nilai ini lebih kecil bila dibandingkan t-tabel = 2,01, sehingga diperoleh suatu keputusan terima Ho, ini berarti bahwa t i d a k terdapat perbedaan yang nyata antara pendapatan petani yang menjual bokar di pasar lelang dan petani yang menjual bokar di luar pasar lelang karet.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi atau Menyebabkan Petani Karet dalam Menjual Karet ke Pasar Lelang dengan Luar Pasar Lelang

1. Pasar Lelang Karet

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi atau menyebabkan petani dalam menjual karet ke pasar lelang diantaranya adalah karena informasi harga dan timbangan lebih transparan, harga beli bokar tinggi, pada umumnya luar pasar lelang membeli karet dengan harga yang rendah karena tidak menilai berdasarkan kualitas bokar, dan di l u a r pasar lelang ada potongan harga dan potongan timbangan yang biasa disebut basia atau penyusutan.

2. Luar Pasar Lelang

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi atau menyebabkan petani menjual karet ke luar pasar lelang diantaranya adalah, karena petani bisa menjual kapan saja bokarnya, pedagang desa memberikan bantuan berupa pinjaman alat produksi atau dana kepada petani sebelum petani menjual bokarnya, pembayaran di pasar lelang tidak langsung karena harus menunggu selesai kegiatan pasar lelang, sedangkan pembayaran di luar pasar lelang dilakukan langsung sesudah penimbangan dilakukan.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan serta pembuktian hipotesis yang diajukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pendapatan petani karet di Kelurahan Karang Jaya untuk petani yang menjual bokar dipasar lelang rata-rata Rp 6.920.697 per bulan. Lebih besar dari pada pendapatan petani yang menjual di luar pasar lelang yang hanya sebesar Rp.5.697.160 per bulan, berdasarkan hasil uji beda dua

rata-Variabel (pendapatan)

Rata-rata Simp Baku t-hit t-tab

Pasar Lelang 6.920.697

2.511.811 1,72 2,01

Luar Pasar Lelang

(8)

8 rata. Tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara pendapatan petani yang menjual bokar di pasar lelang dengan petani yang menjual bokar di luar pasar lelang pada tingkat kepercayaan 95 %.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi atau menyebabkan petani dalam menjual karet ke pasar lelang dan luar pasar lelang di Kelurahan Karang Jaya Kecamatan Prabumulih Timur adalah harga bokar, waktu Pelaksanaan, biaya, mutu, sistem pembayaran dan bantuan pinjaman kepada petani.

B. Saran

Supaya KUD menambah anggotanya agar semua penduduk Kelurahan Karang Jaya menjual bokarnya di pasar lelang dengan memberikan penyuluhan, memberikan bantuan pinjaman kepada petani berupa pinjaman alat produksi atau dana dan melakukan sistem pembayaran secara langsung agar petani mau menjual bokar di pasar lelang.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pertanian RI. 2008.

Peraturan Menteri Pertanian RI No.38/Permentan//OT.140/8/2008 Tentang Pedoman Pengolahan dan Pemasaran Bahan Olahan Karet (Bokar).

Departemen Pertanian. Jakarta.Dinas Perkebunan, 2014

Laporan Tahunan Dinas Perkebunan Provinsi SumateraSelatan.

Dinas Perkebunan, 2012 Laporan Tahunan Dinas Perkebunan Kabupaten Prabumulih.

Dinas Perkebunan, 2011. Statistik

Perkebunan Tahun 2015. Dinas

Perkebunan Kota Prabumulih.

Hernanto. F. 1996. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Gambar

Tabel    1.  Rata-rata  Penerimaan,  Total  Biaya  dan  Pendapatan  Petani  yang  Menjual  Bokar  di  Pasar Lelang Karet di  Daerah Penelitian 2017
Tabel    2.  Rata-rata  Penerimaan,  Total  Biaya  dan  Pendapatan  Petani  Yang  Menjual  Bokar  di  L u a r  Pasar Lelang di  Daerah Penelitian 2017
Tabel    4.  Analisis  Uji  Beda  Dua  Rata-rata  Pendapatan  Usahatani  Karet  Yang Menjual  Bokar  di  Pasar  Lelang  dan  Luar  Pasar  Lelang  di Kelurahan  Karang  Jaya  Tahun  2017

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan itu, dalam pengelasan Hudson (1978) beliau mengatakan bahawa Bintulu adalah subkumpulan yang berbeza dari bahasa Melanau yang lain. Hudson meletakkan Bintulu

Jika jumlah elemen populasinya terlalu banyak, peneliti tidak akan mungkin mengumpulkan seluruhnya karena butuh tenaga dan biaya yang relative mahal. Kualitas data yang

Pemberian nutrisi yang tepat secara dini dapat membantu mencegah gangguan tumbuh kembang pada bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).. Badan Pusat Statistik, Badan

Permasalahan yang di angkat dalam penelitian ini adalah dengan adanya layanan Online Shop (belanja online) dapat merubah konsumerisme di kalangan remaja, seperti

Return dapat diartikan sebagai tingkat keuntungan yang diperoleh atau diharapkan dari suatu investasi dalam periode waktu tertentu yang akan diperoleh dimasa yang

Dari hasil wawancara Ibu Watini memilih membayar infaq dengan menggunakan transaksi non tunai hanya pada saat membayar infaq yang jumlahnya tidak begitu banyak, Ibu

Guna persetujuan Pengawas proyek, Kontraktor harus menyerahkan contoh-contoh semuai bahan yang akan dipakai ; papan gypsumboard dengan lapisan perforasi akustik,

Kondisi ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Agus Priyanto yang menunjukkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara