• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN POTENSI PRODUKSI PADI DAERAH IRIGASI SUNGAI BUNUT DI KECAMATAN RAWANG PANCA ARGA KABUPATEN ASAHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN POTENSI PRODUKSI PADI DAERAH IRIGASI SUNGAI BUNUT DI KECAMATAN RAWANG PANCA ARGA KABUPATEN ASAHAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

532

KAJIAN POTENSI PRODUKSI PADI DAERAH IRIGASI SUNGAI BUNUT DI

KECAMATAN RAWANG PANCA ARGA KABUPATEN ASAHAN

(The Study of Rice Production Potential on Sungai Bunut Irrigation Fields in Rawang Panca Arga

District Asahan Regency)

Noviyana Tanjung

1.2

, Sumono

1

, Lukman Adlin Harahap

1

1)Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian USU Jl. Prof. Dr. A. Sofyan No. 3 Kampus USU Medan 20155

2)Email :Novyzha@yahoo.com

Diterima: 16 April 2015/ Disetujui: 23 April 2015

ABSTRACT

Rawang Panca Arga District as the largest of centra rice production in Asahan Regency, must be studied its irrigation system of rice field to hold out and increase production. The purpose of this research was to study the rice production potential in Sungai Bunut irrigation fields in Rawang Panca Arga district Asahan regency in achieving the maximum level of rice production based on sun radiation level, time to grow rice, and rice variety. This research also studied the ratio between irrigation field and crops field, the ratio between technical irrigation and pre technical and conventional irrigation and reliability of existing irrigation networks. In the year of 2009-2013, the results indicated that the irrigation network reliability was not good enough. The average ratio between technical irrigation and pre technical and conventional irrigation was 0,35, the average ratio between irrigation field and crops field was 1,9 and the rice production target was 56,75%.

keywords: rice, production target, production potential, irrigation network.

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara agrararis, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan, mata pencaharian mereka adalah usaha pertanian. Usaha meningkatkan produksi dengan menerapkan berbagai teknologi telah dilakukan dengan berbagai cara : memberikan bimbingan kepada petani mengenai Panca Usaha, intensifikasi khusus dan lain sebagainya (AAK, 1992).

Makarim dan Suhartatik (2006) menyatakan bahwa penyediaan beras bagi penduduk Indonesia yang selalu bertambah memerlukan upaya nyata peningkatan produksi padi. Ketergantungan terhadap perluasan areal panen mungkin akan sulit ditempuh bagi usahatani padi, karena lahan subur akan semakin diperebutkan penggunaannya oleh komoditas yang bernilai ekonomi lebih tinggi dari padi. Oleh karena itu, peningkatan produktivitas padi akan tetap menjadi andalan dalam peningkatan produksi padi.

Roem kepala Dinas Pertanian Sumut dalam Harian SIB tanggal 10 Januari 2014 menyatakan bahwa Sumatera Utara (Sumut) selama tahun 2013 mampu mempertahankan posisinya di lima besar lumbung beras Indonesia. Produksi padi Sumut pada tahun 2013 sebesar 3.665.433 ton gabah kering giling yang setara

2.299.693 ton beras. Dengan produksi tersebut maka Sumut telah mampu berswasembada beras sebesar 122,50 persen.

Menurut Pusposutardjo dan Susanto (1993) bahwa potensi produksi padi seperti tanaman lainnya mempunyai suatu nilai batas tertentu. Hal ini akan ditentukan antara lain adalah jenis tanamannya, lama pengisian bulir padi sampai masak dan radiasi matahari yang sampai dipermukaan bumi sebagai energi pembentukan karbohidrat yang dihasilkan dari fotosintesis.

Hotmix dalam Harian SIB tanggal 26 Mei 2014 menyatakan bahwa pada tahun 2011 produktivitas padi mengalami penurunan sebesar 1,22 kw/ha dari tahun 2010 dengan produktivitas sebesar 47,61 kw/ha, pada tahun 2012 produktivitas padi meningkat kembali sebesar 51,81 kw/ha dan pada tahun 2013 produktivitas padi mengalami peningkatan lagi sebesar 55,5 kw/ha, sehingga bila dirata - ratakan produksi padi mencapai 6,5 - 7 ton/ha. Untuk menjaga kondisi lahan persawahan agar tetap berproduksi dengan baik, serta meningkatkan produksi padinya dengan berbagai keterbatasan daya dukung lahan dan penerapan teknologi khususnya (manajemen irigasi) untuk kawasan lahan irigasi maka perlu diketahui sampai sejauh mana potensi produksi padi yang ada pada lahan

(2)

533 sawah irigasi di Kecamatan Rawang Panca Arga dalam aras pencapaian padi yang maksimal.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi produksi padi Daerah Irigasi Sungai Bunut di Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan.

BAHAN DAN METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey/observasi guna mendapatkan data yang diperlukan untuk menentukan:

1. Pertambahan Berat Kering Tumbuhan Menurut Yoshida (1983) dalam Jurnal Teknik Pertanian Pusposutardjo (1991) secara kasar produksi maksimum padi yang ditentukan oleh faktor pembatas energi radiasi surya yang sampai di bumi dapat dihitung dengan rumus:

W = ୉୳×୘×ୖୱ

୏ ×g/m

2...(1) dengan :

W = pertambahan berat kering tumbuhan (ton/ha)

T = lama waktu pertumbuhan (hari)

Rs =rerata radiasi matahari yang sampai dipermukaan bumi (kal/cm2, hari) K = tetapan (4000 kal/g)

Eu = koefisien konversi energi surya. 2. Lama Waktu Pertumbuhan

Lama waktu pertumbuhan yaitu lamanya waktu bulir padi terisi sampai padi siap panen, ditentukan dengan metode wawancara dengan petani dan dari studi literatur.

3. Rerata Radiasi Matahari Yang Sampai Dipermukaan Bumi

4. Koefisien Konversi Energi Surya

Yoshida dalam Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa koefisien konversi energi surya untuk kawasan tropis sebesar 0,025 5. Luas Lahan Beririgasi

6. Luas Lahan Panen

Luas lahan panen merupakan perkalian antara luas lahan beririgasi dengan frekuensi waktu panen

7. Perkembangan Luas Lahan Beririgasi 5 Tahun Terakhir

Nisbah Luas Lahan Irigasi Teknis= Luas Lahan Irigasi Teknis

Luas irigasi semi teknis + luas irigasi sederhana… (2) 8. Nisbah Antara Luas Lahan Panen Dengan

Luas Lahan Beririgasi

9. Keandalan Jaringan Irigasi Untuk Stabilisasi Produksi Padi Sawah berdasarkan perkembangan kerusakan areal panen minimal dalam 5 tahun terakhir.

10. Aras Produksi Padi

Dengan membandingkan produktivitas lahan yang didapat dari data sekunder dengan nilai W (nilai teoritis) yang didapat dengan menggunakan rumus Yoshida (1983) maka akan didapat aras pencapaian produksi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Daerah Penelitian

Rawang Panca Arga merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Asahan yang memiliki luas wilayah sebesar 90.30 Km2 yaitu dengan angka persentase sebesar 2.38% dari luasan wilayah Kabupaten Asahan. Secara geografis Kecamatan Rawang Panca Arga berada pada 3o00'46'' – 3o06'20'' LU dan 99o36'23'' – 99o41'37'' BT dengan ketinggian 10 m diatas permukaan laut. Kecamatan Rawang Panca Arga memiliki 7 desa dan 31 dusun atau lingkungan dengan jumlah penduduk 17.836 jiwa atau yang setara dengan 2,52% dari jumlah penduduk di Kabupaten Asahan (Badan Pusat Statistik, 2014).

Kecamatan Rawang Panca Arga memiliki luas wilayah 9.445 ha yang diantaranya 3.275 ha adalah luas lahan sawah beririgasi. Pada tahun 2013 produksi padi sawah di Asahan mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2012 yaitu sebesar 9,96%. Produksi padi sawah mencapai 102.451 ton dengan rata-rata produksi 56,10 kw/ha. Kecamatan dengan produksi padi terbesar adalah Rawang Panca Arga yang merupakan lumbung padi di Asahan, sedangkan di Kecamatan Rawang Panca Arga Produksi padi sawah mencapai 34.568 ton dengan rata-rata produksi sebesar 56,00 kw/ha (Badan Pusat Statistik, 2014).

Rerata Radiasi Matahari

Berdasarkan energi matahari yang masuk dan lama penyinarannya memiliki nilai data radiasi matahari (Rs) yang diperoleh dari Stasiun Sampali Medan (dapat dilihat pada Tabel 1.) Nilai Rs yang digunakan adalah nilai Rs rata-rata Sumatera Utara yang untuk wilayah yang dianggap mewakili nilai Rs daerah Kecamatan Rawang Panca Arga, digunakan untuk mengetahui nilai produksi beras bersih atau nilai potensi produksi padi per satuan luas lahan.

Rata-rata radiasi matahari pada 5 tahun terakhir memiliki nilai yang berbeda-beda, hal ini disebabkan karena energi surya yang diterima dipuncak atmosfer dan persen lama penyinaran yang berbeda-beda setiap tahunnya.

(3)

534 Tabel 1. Nilai Rerata Matahari di Kec. Rawang

Panca Arga Kab. Asahan No. Tahun Rerata radiasi

matahari (kal/cm2, hari) 1. 2009 231,41 2. 2010 216,47 3. 2011 227,73 4. 2012 259,53 5. 2013 241,86 Rata-rata 235,40 Sumber: BMKG Sampali Medan (2014)

Nilai Rs sangat berpengaruh terhadap peningkatan produksi padi sawah, karena radiasi matahari sangat penting dalam tahap pemasakan biji, pengisian gabah dan pembungaan tanaman padi. Selain nilai Rs, jenis varietas padi yang digunakan merupakan sebagai salah satu faktor dalam peningkatan produksi padi pada suatu daerah tertentu, karena semakin unggul jenis varietas yang digunakan maka semakin besar produksi padi yang akan dihasilkan. Petani di Kecamatan Rawang Panca Arga menggunakan verietas ciherang sebagai bibit yang akan ditanam, karena dianggap bahwa varietas ciherang merupakan salah satu varietas unggul

yang menghasilkan padi lebih banyak dan memiliki pertumbuhan yang tidak terlalu lama. Potensi Produksi Padi Persatuan Luas Lahan

Potensi produksi padi yang bisa dicapai pada suatu daerah ditentukan berdasarkan sifat atau karakter yang dimiliki oleh komoditi tersebut.Potensi produksi padi persatuan luas lahan di kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 1.

Tabel 2. Potensi Produksi Padi Per Satuan Luas Lahan 5 Tahun Terakhir Kec. Rawang Panca Arga

No. Tahun Nilai W (ton/ha) Potensi Produksi Padi (ton/ha) 1. 2009 4,34 8,68 2. 2010 4,05 8,10 3. 2011 4,27 8,54 4. 2012 4,86 9,72 5. 2013 4,53 9,06 Rata-rata 4,41 8,82

Gambar 1. Potensi Produksi Padi Persatuan Luas Lahan Kec. Rawang Panca Arga Nilai W merupakan nilai karbohidrat (hasil

fotosintesis) bersih yang dihasilkan. Apabila nilai W dianggap merupakan berat beras, maka dengan menggunakan konversi 0,50 dari gabah kering giling ke beras maka akan diperoleh potensi produksi padi kering giling per ha seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Dari Tabel 2 dan Gambar 1 dapat dilihat bahwa potensi produksi padi tertinggi berada pada tahun 2012 dengan potensi 9,72 ton/ha dan potensi produksi padi terendah berada pada tahun 2010 dengan potensi sebesar 8,10 ton/ha, dengan rata-rata 8,82 ton/ha. Data tersebut menunjukan bahwa potensi di Kecamatan

Rawang Panca Arga hampir sama dengan potensi seperti yang ditunjukan dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2011) bahwa varietas Ciherang memiliki potensi hasil 8,5 ton/ha. Luas dan Perkembangan Lahan Irigasi

Perkembangan luas lahan irigasi pada daerah irigasi Sungai Bunut 5 tahun terakhir di Kecamatan Rawang Panca Arga secara keseluruhan dicantumkan dalam Tabel 3 dan Gambar 2 dan rincian perkembangan luas lahan irigasi menurut kirigasinya dicantumkan pada Tabel 4 dan Gambar 2.

0 2 4 6 8 10 12 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 P ot en si P rd uk si P ad i ( to n/ ha ) Tahun

(4)

535

Tabel 3. Luas Lahan Beririgasi dan Produksi Padi Sawah 5 Tahun Terakhir Kecamatan Rawang Panca Arga No. Tahun Produktivitas * (Ton/Ha) Luas Lahan Beririgasi** (Ha)

1. 2009 4,68 3.168 2. 2010 4,83 3.257 3. 2011 4,71 3.257 4. 2012 5,18 3.257 5. 2013 5,60 3.257 Rata-rata 5,00 3239,5

Sumber: * Badan Pusat Statistik (2014)

** Dinas Pertanian Kab. Asahan (2014)

Gambar 2. Luas Lahan Beririgasi Kecamatan Rawang Panca Arga

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 - 2010 luas lahan beririgasi mengalami peningkatan atau terjadi perluasan lahan sawah beririgasi di Kecamatan Rawang Panca Arga dan pada tahun 2010 – 2013 luas lahan beririgasi cenderung tetap.

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa Produktivitas padi di Kecamatan Rawang Panca Arga terendah pada tahun 2009, sedangkan produktivitas padi pada tahun 2011 – 2013 cenderung meningkat setiap tahunnya, meskipun luas lahan sawah beririgasi pada tahun 2011 – 2013 cenderung tetap (dapat dilihat pada Tabel 3). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2013) bahwa produktivitas padi di Nasional pada tahun 2013 sebesar 5,15 ton/ha sedangkan produktivitas padi di Kecamatan Rawang Panca Arga yaitu sebesar 5,60 ton/ha, hal ini menunjukan bahwa produktivitas padi di Kecamatan Rawang Panca Arga lebih tinggi dari pada produktivitas padi Nasional, meskipun demikian produktivitas tersebut masih belum mendekati potensinya, yaitu rata-rata 8,82 ton/ha. Berdasarkan data primer yang didapatkan melalui wawancara kepada petani bahwa penyediaan air irigasi untuk pertumbuhan padi di Kecamatan Rawang Panca Arga masih belum terpenuhi dan tanaman padi di daerah setempat sering terserang hama dan penyakit dan salah

satunya adalah hama virus yang sampai saat ini belum ditemukan cara pemberantasannya. Meskipun demikian petani di Kecamatan Rawang Panca Arga selalu mecari solusi untuk meningkatkan produktivitas padi yaitu dengan cara memperbaiki pola tanam, pemupukan dan memilih varietas unggul yang didapatkan oleh tim penyuluhan dari Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Asahan.

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari Dinas Pertanian. Selain petani di Kecamatan Rawang Panca Arga yang berusaha mencari solusi dalam peningkatan produksi padi, Dinas pertanian juga selalu memberikan bimbingan kepada petani melalui Tim penyuluh dari Dinas Ketahanan Pangan. Dimana 1 penyuluh mengawasi 1 desa, setiap desa ada 16 Koptan. Penyuluh ini bertugas sebagai pembimbing atau sebagai sumber perlaporan petani atau Ketua Koptan apabila terjadi masalah dilapangan. Selain memberikan tim penyuluh sebagai pembimbing, Dinas Pertanian juga memberikan benih dan pupuk bersubsidi kepada petani setempat sebagai solusi untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan memperkenalkan benih unggul kepada petani setempat. Selain itu Dinas Pertanian selalu menyediakan persediaan obat - obatan pemberantasan hama dan penyakit setiap 4.6 4.8 5 5.2 5.4 5.6 5.8 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 P ro du kt iv ita s (t on /h a) Tahun

(5)

536 tahunnya, yang akan diberikan kepada petani secara gratis apabila ada pelaporan dari UPTD

(unit pelaksana teknis daerah) tentang penyakit yang terserang pada daerah tersebut.

Tabel 4. Perkembangan Luas Lahan Beririgasi 5 Tahun Terakhir Kecamatan Rawang Panca Arga No Tahun Irigasi teknis (Ha) Irigasi ½ teknis (Ha) Irigasi Sederhana( Ha) Total Luas Lahan Beririgasi (Ha)

Nisbah lahan irigasi teknis/semi teknis + sederhana 1. 2009 720 1.506 942 3.168 0,29 2. 2010 745 1.481 1.031 3.275 0,29 3. 2011 925 1.455 877 3.275 0,39 4. 2012 925 1.455 877 3.275 0,39 5. 2013 925 1.455 877 3.275 0,39 Rata-rata 848 1470,5 920,5 3239,5 0,35

Sumber: Dinas Pertanian Kab. Asahan (2014)

Gambar 3. Perkembangan Luas Lahan Beririgasi Kecamatan Rawang Panca Arga Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa Nisbah

luas lahan irigasi teknis dengan irigasi semi teknis + irigasi sederhana mengalami peningkatan pada tahun 2011 – 2013 0,39 dari 0,29 pada tahun 2009 dan 2010. Bertambahnya luas lahan irigasi teknis diikuti dengan menurunnya luas lahan irigasi semi teknis dan sederhana pada tahun 2011 – 2013. Menurut Pusposutardjo (1991) bahwa pertambahan luas lahan irigasi teknis yang diikuti dengan menurunnya luas lahan irigasi semi teknis dan irigasi sederhana, bila angka ini dihubungkan dengan nisbah luas lahan antar klas irigasi maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan jaringan irigasi pada tahun 2011 – 2013 di Kecamatan Rawang Panca Arga lebih bersifat dalam peningkatan mutu kemampuan pelayanan (pengelolaan air) dibandingkan dengan bertambah luasnya kemampuan pelayanan. Nisbah Antara Luas Panen Dengan Luas Lahan Beririgasi

Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa nisbah antara luas panen dengan luas lahan beririgasi dapat dipakai sebagai petunjuk

kemampuan pelayanan jaringan irigasi sebagai sarana budidaya padi di lahan sawah. Perkembangan kemampuan pelayanan jaringan irigasi secara umum dinilai atas perkembangan luas panen yang dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 4.

Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa nisbah luas panen dengan luas irigasi pada Daerah Irigasi Sungai Bunut Kecamatan Rawang Panca Arga dalam kurun waktu 5 tahun terakhir yang tertinggi berada pada tahun 2009 yaitu diatas 2,0. Sedangkan nisbah luas penen dengan luas lahan irigasi pada tahun 2010 – 2013 yaitu dibawah 2. Hal ini menunjukan bahwa sasaran 2 kali tanam hanya bisa diperoleh pada tahun 2009 karena belum terjadi penambahan luas lahan beririgasi di Daerah Irigasi Sungai Bunut Kecamatan Rawang Panca Arga (dapat dilihat pada Tabel 3), sedangkan pada tahun 2010 – 2013 sasaran tanam hanya bisa dilakukan sekali tanam saja dalam 1 tahun karena terjadi nya pertambahan luas lahan beririgasi mulai dari tahun 2010 dan berdasarkan data primer yang diperoleh melalui wawancara langsung kepada petani bahwa permasalahan utama yang terjadi di lahan sawah

(6)

537 beririgasi Kecamatan Rawang Panca Arga adalah penyediaan air irigasi yang masih belum terpenuhi untuk mengairi semua lahan sawah beririgasi untuk pertumbuhan tanaman padi karena debit air yang tidak mencukupi, dimana

pemberian air irigasi dilakukan secara bergiliran dalam penanaman padi, sehingga sasaran 2 kali tanam padi per tahun di lahan sawah beririgasi Kecamatan Rawang Panca Arga belum tercapai.

Tabel 5. Nisbah Antara Luas Panen Dengan Luas Lahan Beririgasi 5 Tahun Terakhir Kecamatan Rawang Panca Arga

No Tahun Luas Irigasi (Ha) Luas Panen Padi

Sawah (Ha) Luas Panen/ Luas Irigasi

1 2009 3.168 6.370 2,01 2 2010 3.257 6.327 1,93 3 2011 3.257 6.443 1,96 4 2012 3.257 5.872 1,79 5 2013 3.257 6.163 1,88 Rata-rata 3239,5 6235 1,91

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Asahan (2014)

Gambar 4. Nisbah Luas Lahan Panen Dengan Luas Lahan Irigasi Kec Rawang Panca Arga Keandalan Jaringan Irigasi Untuk Stabilisasi

Produksi Padi Sawah

Keandalan jaringan irigasi berdasarkan angka kerusakan areal panen (Puso) 5 tahun terakhir di Daerah Irigasi Sungai Bunut Kecamatan Rawang Panca Arga dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kerusakan Areal Panen (puso) 5 Tahun Terakhir Kecamatan Rawang Panca Arga

No. Tahun Produktivitas (ton/ha) Puso (ha) 1. 2009 4,68 6 2. 2010 4,83 45 3. 2011 4,71 0 4. 2012 5,18 0 5. 2013 5,60 0

Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa kerusakan areal panen terbesar berada pada tahun 2010 dengan produktivitas padi 4,83 ton/ha, sedangkan pada tahun 2011 – 2013 tidak ada kerusakan areal panen (Puso). Berdasarkan data primer yang diperoleh dengan melakukan wawancara langsung kepada petani bahwa lahan

sawah di Kecamatan Rawang Panca Arga sering terserang hama penyakit yaitu berupa hama ulat, hama tikus, hama wereng dan virus. Sampai saat ini belum ada cara mengatasi dalam pemberantasan virus.

Menurut literatur Pusposutardjo (1991) bahwa keandalan jaringan irigasi untuk stabilisasi produksi padi sawah dapat ditentukan melalui fluktuasi luas panen per satuan luas lahan irigasi. Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa luas panen selama kurun waktu 5 tahun terakhir cenderung naik turun. Berdasarkan nisbah luas panen dengan luas lahan irigasi pada Tabel 5 bahwa penanaman padi sawah hanya bisa dilakukan 2 kali pada tahun 2009, sedangkan tahun 2010 – 2013 kurang dari 2 kali tanam. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keandalan jaringan irigasi untuk menunjang stabilisasi padi sawah masih perlu ditingkatkan.

Aras Pencapaian Produksi Padi

Aras pencapaian produksi padi di Daerah Irigasi Sungai Bunut Kecamatan Rawang Panca Arga selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 7 dan Gambar 5. Dengan membandingkan nilai produktivitas lahan yang didapat dari data 1.75 1.8 1.85 1.9 1.95 2 2.05 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 N is ba h Lu as P an en /L ua s Ir ig as i Tahun

(7)

538 sekunder dengan nilai W (nilai teoritis) atau potensi produksi padi yang didapat dengan

menggunakan rumus Yoshida (1983).

Tabel 7. Aras Pencapaian Padi Kecamatan Rawang Panca Arga

No Tahun Potensi Produksi Padi (ton/ha) Produktivitas (ton/ha) Aras (%) 1 2009 8,68 4,68 53,91 2 2010 8,10 4,83 59,62 3 2011 8,54 4,71 55,15 4 2012 9,72 5,18 53,29 5 2013 9,06 5,60 61,81 Rata-rata 8,82 5,00 56,75

Aras pencapaian produksi padi merupakan target pencapaian produksi padi untuk menunjukan tingkat produksi padi dan efisiensi penerapan teknologi (manajemen irigasi). Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa rata-rata aras pencapaian produksi padi dalam 5 tahun terakhir di Kecamatan Rawang Panca Arga 56,75% belum maksimal karena masih lebih rendah dari 90%. Hal ini karena daya dukung

irigasi (kemampuan pemanfaatan air irigasi untuk mencapai produksi maksimal) dan penyediaan air yang belum terpenuhi, ketersediaan pupuk yang terbatas, keaslian pupuk yang di ragukan (palsu), kurang sesuainya kompetensi penyuluh dan jumlah penyuluh yang terbatas serta tanaman padi di daerah ini sering terserang hama di lahan sawah di Kecamatan Rawang Panca Arga yang didapatkan berdasarkan wawancara petani.

Gamar 5. Aras Pencapaian Produksi Padi Kecamatan Rawang Panca Arga Aras pencapaian produksi pada daerah ini

masih dapat ditingkatkan lagi yaitu dengan meningkatkan daya dukung irigasi dan harus diimbangi dengan meningkatkan sarana produksi lainnya seperti penyediaan pupuk, pestisida dan zat perangsang tumbuh serta tenaga penyuluh yang cukup dan kompetensi bidang disampaikan sesuai dengan bidang yang disuluh. Hal ini sesuai dengan literatur Sumono (2012) yang menyatakan bahwa peningkatan produksi padi disamping air irigasi sebagai sarana produksi, juga diimbangi dengan sarana produksi lainnya seperti pupuk, pestisida dan zat perangsang tumbuh serta pemakaian tenaga penyuluh sebagai pembimbing petani dalam kegiatan pertaniannya. Mengacu pada makna atas pencapaian daya dukung irigasi akan ditentukan oleh pembangunan fisik dan manajemen irigasi.

KESIMPULAN

1. Potensi produksi padi tertinggi berada pada tahun 2012 sebesar 9,72 ton/ha dan terendah pada tahun 2010 sebesar 8,10 ton/ha.

2. Nisbah antara irigasi teknis dengan irigasi semi teknis dan sederhana tertinggi berada pada tahun 2011 – 2013 sebesar 0,39 dan terendah pada tahun 2009 sebesar 0,29. 3. Nisbah antara luas panen dengan luas

beririgasi tertinggi berada pada tahun 2009 sebesar 2,01 dan terendah berada pada tahun 2012 sebesar 1,79.

4. Kerusakan areal panen (Puso) terbesar pada tahun 2010 sebesar 45 ha.

5. Aras pencapaian produksi padi di Kecamatan Rawang Panca Arga tertinggi berada pada tahun 2013 sebesar 61,81% dan terendah berada pada tahun 2012 sebesar 53,29% atau masih berada dibawah target maksimal (lebih kecil dari 90%). 52 54 56 58 60 62 64 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 A ra s (% ) Tahun

(8)

539

DAFTAR PUSTAKA

AAK., 1992. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius, Jakarta.

Badan Pusat Statistik, 2014. Asahan Dalam Angka 2014. http://asahankab.bps.go.id. [Diakses pada 1 Maret 2015]

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2011. Inovasi Teknologi Padi Penas KTNA XIII-2011. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kutai Kartenegara.

Makarim, A. K., dan Suhartatik, E., 2006. Budi Daya Padi dengan Masuka In Situ Menuju

Perpadian Masa Depan.

http://www.pdf.com [Diakses pada 12 Oktober 2014]

Pusposutarjo, S., 1991. Analisis Tinjau (Reconainssance Analysis) Potensi Sistem Irigasi Indonesia Untuk Mendukung Swasembada Beras. Redaksi Perhimpunan Teknik Pertanian, Bogor.

Sumono, 2012. Meningkatkan Daya Dukung Irigasi Dan Pemahaman Aktivitas Biologis Periode Tanaman Padi Sawah Menuju Pertanian Presisi Dalam Upaya Memantapkan Swasembada Beras, Dalam Pemikiran Guru Besar USU Dalam Pembangunan Nasional Dewan Guru Besar USU, USU Pess, Medan.

Susanto,E. dkk., 2006. Teknik Irigasi dan Drainase. USU Press, Medan.

Gambar

Gambar 1. Potensi Produksi Padi Persatuan Luas Lahan Kec. Rawang Panca Arga Nilai  W  merupakan  nilai  karbohidrat  (hasil
Tabel 3. Luas Lahan Beririgasi dan Produksi Padi Sawah 5 Tahun Terakhir Kecamatan Rawang Panca Arga  No
Tabel 4. Perkembangan Luas Lahan Beririgasi 5 Tahun Terakhir Kecamatan Rawang Panca Arga  No  Tahun  Irigasi  teknis  (Ha)  Irigasi ½  teknis (Ha)  Irigasi  Sederhana(Ha)  Total Luas  Lahan Beririgasi (Ha)
Tabel  5.  Nisbah  Antara  Luas  Panen  Dengan  Luas  Lahan  Beririgasi  5  Tahun  Terakhir  Kecamatan  Rawang  Panca Arga
+2

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Clearly the maternal serum concentrations 18 hours after dose at amniocentesis (41 ng/mL), while the samples were obtained 30 hours after dose at delivery (7 ng/mL), may reflect a

[r]

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-5/W7, 2015 25th International CIPA Symposium 2015, 31 August – 04

1 Persentase koperasi aktif % 80 1 Program Pengembangan & Penciptaan Iklim Kondusif Usaha Ekonomi 2 Persentas koperasi binaan % 75 2 Program Pengembangan Kewirausahaan

This paper classified the timber technology knowledge with the document analysis method and expert interview method, carried out the architecture analysis of knowledge

Penjelasan Program Pembangunan Daerah Prioritas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Prioritas

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-5/W7, 2015 25th International CIPA Symposium 2015, 31 August – 04