22 QUALITY OF LIVE MODERATE HEAD INJURY OF THE MIDLE POST OF NURSING IN INJURY MEDICAL SURGICAL NERVOUS SYSTEM Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
HOSPITAL
* Heri Herdiana
Dr.Hasan Sadikin Bandung Hospital ** Setiawan
Faculty of Health Nursing Part of Community UNPAD
ABSTRACT
Head injury is one of the main causes of deaths and disability in productive age group, most of which occurring due to traffic accidents. The impact of a head injury may cause any disorder of body system as a whole from expiratory system, physical mobility disorder, to communicational ability. The clients may become angry, frustration, anxious, sad, depressed, of low sel-esteem, experience changes in body image, have a sense of powerless, or even a loss of weight. If the effort conducted is inappropriate, then it may produce a serious problem. Therefore, the researcher conducted a research on the description of the life quality of clients with moderate head injury after treatment. The purpose of this research was to find out a description of the life quality of clients with moderate head injury after a treatment and then return to community. This research was conducted by using a descriptive-qualitative method. Data was collected by an in-dept interview technique through open end questions. The sample collection technique used was a purposive sampling technique by choosing five clients with post-moderate head injury. The research results showed a description of life quality consisting of: the presence of grievances felt such as headache, blur vision, stiff, rigidity of movable organs, and forgetful. Thus, it needs an effort to minimize the symptoms caused by disorder in brain function.Impaired activity, rest and sleep is an effort that needs to be adjusted use. Taking treatment, conducting any activities, receiving family support, appealing to God, and to be thankful are the description of life quality that should be developed by the clients after treatment due to a moderate head injury in facing any problems experienced. this effort should be constantly conducted by the clients so that they can adapt to the condition they face in orde to keep the quality of their life. Thus, the role of nurses, family, and community can hopefully help supporting the efforts that clients conduct in keeping or increasing the quality of their life after treatment due to a moderate head injury so that they may return to community.
23 1. PENDAHULUAN
Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, sebagai salah satu rumah sakit rujukan di Jawa Barat mencatat kasus rawat inap akibat cedera kepala yang dirawat di SMF Bedah Saraf FKUP/RSHS Bandung , sebanyak 1127 orang dengan cedera kepala ringan 59%, cedera kepala sedang 30%, cedera kepala berat 11%. Adapun jumlah pasien yang meninggal sebanyak 101 orang. Dari hasil observasi pada Tn. W sempat mendapatkan perawatan dari peneliti dan penggantian dua alat aplikator yakni Naso Gastric Tube dan Fouley Catether. Selain itu Tn. W menjalani latihan fisioterapi dan pijat refleksi. Setelah 3 bulan Tn. W dapat kembali lagi berdiri dan berjalan walaupun cara berjalannya masih kaku serta dapat lagi berbicara walaupun dengan terbata-bata. Kemudian pada Tn. Y usia 28 tahun masuk ke rumah sakit karena kecelakaan lalu lintas dengan kondisi penurunan kesadaran sedang ( Moderate Head Injury ) dengan Glasgo Coma Scale 10 (Eye = 3 Motorik = 4 Verbal = 3 )+ fraktur depressed lebih dari satu tabule + EDH ( Epidural Haematum ) + Wound dehisensi pada daerah kaki disertai adanya fraktur pada jari-jari kaki klien. Tn. Y dirawat di rumah sakit, peranan ibunya sangat besar dibandingkan dengan istrinya karena yang menunggu di rumah sakit pun ibunya. Resiko utama pasien yang mengalami cedera kepala adalah kerusakan otak akibat perdarahan atau pembengkakan otak sebagai respon terhadap cedera dan menyebabkan peningkatan intrakranial ( TIK ).
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pada klien di masyarakat pasca menjalani perawatan di Ruang Bedah Saraf RSHS Bandung dan telah kembali ke masyarakat lebih dari tiga bulan.
2.1 Teknik Analisis Data
Analisa data dilakukan sesuai dengan pendekatan menurut Georgi dalam Crotty (1996) yang meliputi tahapan-tahapan analisa data sebagai berikut :
1) Mendengarkan hasil wawancara keseluruhan dari data yang terkumpul. 2) Membaca transkrip secara berulang 3) Mengidentifikasi tema .
4) Mengelompokkan,
5) Menuliskan tema pernyataan informan.
6) Melakukan validitas 7) Klasifikasi tema . 8) Melakukan sintesis.
2.1 Uji Keabsahan Data (Trustworthiness)
Untuk itu digunakan empat area pengukuran yang spesifik yaitu (1) Credibility (Validitas internal), (2) Tranferability (Validitas Eksternal) (3) Defendibility (ketergantungan), (4) Confirmability (netral)
3. Hasil Penelitian
Penelitian telah dilakukan terhadap lima orang informan. Dalam hal ini yang menjadi informan adalah klien dengan cedera kepala sedang (moderate Head Injury) pasca perawatan di Ruang Bedah Saraf RSHS Bandung yang telah kembali ke masyarakat selama lebih dari tiga bulan.
3.1 Deskripsi Informan
24 informan dilakukan tindakan operasi
pengangkatan tulang cranium( craniectomy). Setelah mendapatkan perawatan selama kurang lebih delapan hari informan diperbolehkan pulang dengan kondisi perbaikan. Dua bulan kemudian informan kembali masuk rumah sakit untuk mendapatkan perawatan dan tindakan medis berupa pemasangan kembali tulang tengkorak (cranioplasty). Setelah mendapatkan perawatan selama 15 hari klien diperbolehkan pulang dengan kondisi perbaikan.Saat ditemui untuk kedua kali informan baru pulang dari undangan pernikahan saudaranya dengan menggunakan sepeda motor dibonceng oleh suaminya. Saat dilakukan wawancara informan bisa menjawab semua pertanyaan dengan proaktif. Pada pertemuan ketiga dilakukan di rumah informan saat ditemui pada sore hari informan sedang bersantai bersama suami dan anak-anaknya.
Informan II Tn. S adalah seorang laki-laki berusia 50 tahun yang bekerja sebagai tukang jahit (konveksi). Informan mengalami kecelakaan lalu lintas. Informan ditemukan dalam kondisi tidak sadarkan diri di pinggir jalan. Menurut keterangan keluarga kurang lebih tiga jam sebelum kejadian, informan pamit untuk pergi ke pasar untuk untuk menagih hutang. Informan masuk rumah sakit dengan GCS 9 (Eye :2 Motorik:4 Verbal :3 ) dengan diagnosa medis Moderate Head Injury + EDH (Epidural Haematome) a/r Fronto temporal dextra + CC (Contusio Cerebri). Karena perdarahannya tersebut informan dilakukan tindakan operasi Craniotomy Evakuasi. Setelah mendapatkan perawatan secara intensif di ruang NCCU (NeurosurgicalCare Unit) selama empat hari kemudian informan pindah ke ruang perawatan bedah bedah saraf. Setelah mendapatkan perawatan kurang lebih selama dua minggu informan diperbolehkan pulang. Saat dilakukan
wawancara yang pertama informan tampak apatis. Sesekali diselingi dengan menguap dan tampak ngantuk, namun masih bisa menjawab pertanyaan yang disampaikan meski jawaban kurang begitu jelas. Namun dengan bantuan istri dan anak dari informan peneliti dapat melakukan wawancara dan penelitian. Wawancara berikutnya dilakukan di rumah saudara informan. Saat itu informan sedang berkunjung ke rumah saudaranya. Informan dapat menjawab semua pertanyaan yang diajukan dengan santai dan kooperatif. Pada pertemuan yang ketiga dilakukan di rumah informan. Saat itu peneliti melakukan konfirmasi terhadap jawaban pada pertemuan sebelumnya .
25 Pertemuan berikutnya dilakukan dirumah
klien pada sore hari saat informan baru saja pulang setelah mengantar pesanan telur sarang burung dari tetangganya. Sedang pertemuan berikutnya dilakukan pada sore hari dan bertempat di rumah informan.
Informan IV Tn. B adalah seorang laki laki berusia 24 tahun bekerja sebagai pedagang buah-buahan. Informan mengalami kecelakaan saat motor yang dikendarainya mengalami tabrakan dengan mobil. Tn. B masuk Rumah Sakit dengan GCS 9 (Eye:2 Motorik:4 Verbal:3) dengan diagnosa medis Moderate Head Injury + CC (Contusio Cerebri). Informan mendapatkan perawatan selama satu minggu di rumah sakit. Setelah mendapatkan perawatan selama seminggu keluarga informan membawa pulang paksa klien karena masalah biaya. Pada saat ditemui untuk pertama kali informan sedang melakukan aktifitas mencuci motor milik ayahnya. Kemudian peneliti dipersilakan masuk ke dalam rumah. Walau dengan keterbatasan gerak tangan dan kaki informan berusaha menyambut hangat peneliti dengan menyuguhkan air putih dan menawarkan apakah mau dibuatkan kopi atau tidak. Saat dilakukan.; pertemuan ke satu wawancara informan tampak proaktif dan dapat menjawab semua pertanyaan yang disampaikan peneliti. Pertemuan untuk kedua dilakukan di Balai Pengobatan. Saat itu informan sedang berobat karena tidak enak badan. Informan tampak santai dalam menjawab semua pertanyaan yang diajukan peneliti. Sedangkan pertemuan berikutnya dilakukan di rumahnya saat informan mau memandikan ayam kesayangan bapaknya. Informan tampak ceria dan dapat menjawab pertanyaan dengan jelas.
Informan V Tn. M adalah seorang laki-laki berusia 28 tahun bekerja sebagai sopir di sebuah perusahaan swasta . Informan masuk rumah sakit karena motor yang dikendarainya mengalami tabrakan dengan mobil sehingga mengakibatkan informan mengalami penurunan kesadaran dengan
GCS 10 (Eye:3 Motorik:4 Verbal:2) dengan diagnosa medis Moderate Head Injury + fraktur depressed > 1 tabule a/r fronto temporal sinistra . Karena terdapatnya perdarahan disertai adanya bagian tulang yang menekan maka pihak medis melakukan pengangkatan sebagian tulang cranium (craniectomy) . Setelah mendapatkan perawatan selama tujuh hari informan mengalami perbaikan sehingga diperbolehkan pulang. Empat bulan kemudian informan kembali masuk rumah sakit untuk dilakukan tindakan operasi pemasangan kembali tulang cranium (cranioplasty). Saat dilakukan wawancara informan tampak tenang sambil menghisap sebatang rokok. Informan tampak ramah, koopeartif, serta menjawab semua pertanyaan yang diajukan peneliti dengan jelas. Informan menunjukkan sikap terbuka. Pertemuan kedua terjadi saat peneliti menghadiri pernikahan adiknya. Informan tampil dengan pakaian yang rapih karena informan sebagai panitia pada acara pernikahan tersebut. Pada saat dilakukan wawancara informan menjawab semua pertanyaan yang diajukan dengan santai. Hasil penelitian menunjukan bahwa kelima orang informan menyatakan adanya keluhan yang dirasakan sebagai dampak dari cedera kepala yang dialaminaya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa pernyataan informan yang mengatakan : “…Ari tos
kacapean sok rada puyeng,…( Kalau
26 Kalau sedang pegal saya suka istirahat dulu
“pen”). ”… Keluhannana pusing bae,langsung we janten sok tiba-tiba picarioseun teh ical ( keluhannya pusing saja, kalau mau berbicara suka tiba –tiba lupa “pen “) “…Saprak tos kajantenan pami ngaos sok rada lamur”…tapi kadang kadang aya pusing…Pami mapah sampean nu kenca janten berat(semenjak kejadian kalau membaca suka agak kabur penglihatan, Tapi kadang-kadang suka ada pusing Kalau jalan kaki, kaki kiri suka agak berat“pen “). “…pami tos cape abdi sok rada puyeng. ( Kalau sudah cape suka terasa pusing. “pen” ).Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelima orang informan menyatakan mengurangi aktifitasnya karena keluhan yang dirasakan sebagai dampak dari cedera kepala yang dialaminya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa pernyataan informan yang mengatakan :“…Ari tos kacapean sok rada puyeng. ( Kalau kecapean suka terasa agak pusing. “pen” ) “…Pami linu abdi sok istiraha heula ( Kalau sedang pegal saya suka istirahat dulu “pen “)Keluhannana pusing baeLangsung we janten sok tiba-tiba picarioseun teh ical ( keluhannya pusing aja kalau mau berbicara suka tiba – tiba lupa “pen “) “…Saprak tos kajantenan pami ngaos sok rada lamur(semenjak kejadian kalau membaca suka agak kabur penglihatan “pen” ) ”tapi kadang kadang aya pusing( Tapi kadang-kadang suka ada pusing “pen“) “…pami tos cape abdi sok rada puyeng. ( Kalau sudah cape suka terasa pusing. “pen” ) mengurangi aktifitas merupakan salah satu bentuk upaya untuk dapat mengatasi keterbatasan fisik yang dilaminya, klien perlu perencanaan aktifitas yang akan dikurangi . Pengurangan aktifitas yang akan dilakukan oleh klien pasca cedera kepala dapat menurunkan kemungkinan terjadinya kelelahan atau keluhan pusing yang dialaminya. Hal ini dapat terjadi karena energi yang dimiliki klien tidak banyak untuk melakukan aktifitas fisik sehingga energi tetap tersedia dan klien tidak mengalami kelelahan yang berlebihan sehingga energi tetap tersedia
dan klien tidak mengalami kelelahan yang berlebihan. Mengurangi aktifitas juga dapat meningkatkan kemungkinan klien untuk memperbaiki kondisi fisik yang dialaminya. Energi yang dimiliki klien dapat lebih dioptimalkan untuk dapat memperbaiki kondisi tubuhnya yang mengalami berbagai kerusakan akibat cedera kepala yang terjadi,bahwa upaya untuk dapat mengurangi kondisi lingkungan yang berbahaya dan meningkatkan prospek untuk memperbaikinya. Dalam hal ini pengurangan aktifitas dapat mengurangi kemungkinan timbulnya kembali gejala penyakit serta dapat meningkatkan prospek untuk dapat membuat keluhan klien akibat cedera kepala menjadi lebih terkontrol.
27 mengurangi aktifitas tidak berarti bahwa
klien harus benar-benar menghentikan semua aktifitasnya secara total melainkan menggantinya dengan aktifitas yang lebih ringan yang setidaknya memiliki fungsi yang sama dengan aktifitas sebelumnya tetapi dengan intensitas yang lebih rendah. Oleh karena itu jika mengurangi aktifitas dengan tujuan untuk mengurangi kelelahan dan mencegah kembali keluhan yang dirasakan akibat cedera kepala maka upaya ini merupakan upaya yang sangat positif selama pengurangan aktifitasnya dalam batas yang wajar tanpa harus membuat semua aktifitas menjadi berhenti secara total. Dengan demikian efektifitas upaya ini bergantung kepada bentuk pengurangan aktifitas yang dilakukan, oleh karena itu klien perlu mendapatkan informasi yang jelas mengenai bentuk pengurangan aktifitas yang tepat untuk dilakukannnya serta hal-hal apa saja yang boleh atau tidak boleh dilakukan pada orang yang pernah mengalami cedera kepala sedang
Istirahat dan Tidur
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelima orang informan menggunakan tekhnik distraksi yang berbentuk istirahat dan tidur. Beberapa pernyataan informan yang mendukung cara ini antara lain : “… dipiwarang istirahat..” (disuruh istirahat .”pen”). “…kagiatan sadidinteun ayeuna sok calik wae di warung“(kegiatan sehari-hari sekarang istirahat saja di warung. ”pen”). “…sateuacan bobo… puyeng sok inget ka pangeran kungaos solawat sareng subhanallah..”( sebelum tidur suka terasa pusing terus ingat kepada Allah dengan membaca solawat dan subhanallah. ”pen”). “…Abdi bobo jam 9 wengi..”( saya suka tidur jam 9 malam. “pen”). ”teras digolerkeun bari nganggo bantal..”( lalu ditidurkan dengan menggunakan bantal.
28 tentunya akan menyebabkan stres dapat
muncul dan akan terus dialami oleh klien. Oleh karena itu dalam penerapan upaya ini perlu diperhatikan mengenai situasi atau kondisi yang dihadapi oleh klien. Apabila upaya yang tergolong dalam self distraction ini digunakan untuk menghilangkan nyeri atau kelelahan yang dirasakan oleh klien maka hal ini dapat terus dilakukan oleh klien meskipun langkah terbaiknya adalah dengan menghilangkan penyakit nyeri dan kelelahan yang dialami. Istirahat atau tidur hanya akan berisifat sementara dalam menghilangkan nyeri atau kelelahan yang dialami. Namun apabila upaya ini digunakan untuk mengatasi masalah yang berhubungan dengan situasi yang dialami atau berhubungan dengan orang lain maka upaya ini tidak akan dapat menyelesaikan masalah.
Melakukan Pengobatan
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa kelima orang informan melakukan pengobatan ke puskesmas atau ke dokter. Hal ini ditunjukan dari beberapa pernyataan informan yang mengatakan: ”… Abdi sok angkat ka puskesmas lalandong….” (…Saya suka berangkat ke Puskesmas berobat. “pen”). “Abdi sok diparios di desa…” (“Saya suka diperiksa si desa. “Pen”). “…sok ngaleueut landong….” (..suka minum obat. ”pen.”). ”..berobat ka pak dokter…”(“berobat ke dokter. ”pen”). ”abdi sok ngaleueut miloxicam”(saya suka minum miloxicam.” Pen”). Dengan melakukan pengobatan kondisi lingkungan yang berbahaya, dalam hal ini dampak adanya kerusakan baik biologis, psikologis, sosial, sebagai dampak cedera kepala yang dialami, dapat diturunkan.Sementara itu dengan melakukan pengobatan. Prospek untuk memperbaikinya yaitu mengontrol
29 Hal ini menunjukan bahwa dengan
tersedianya sumber materi akan memperbesar upaya pengobatan yang dapat klien lakukan untuk dapat mengontrol keluhan yang diderita dalam upaya mempertahankan atau meningkatkan kualitas hidup. Dalam hal ini seperti yang diungkapkan oleh informan III: “… Pami nuju puyeng di bumi mah kajabi sok lalandong kanu tiasa…, ah sok ngaleueut landong ti warung oskadon wungkul, pami ieu bintang toejoeh.. mun pami tina dangdaunan daun bintinu.” ( selain suka berobat saya suka minum oskadon atau bintang toejoeh. Kalau obat dari dedaunan saya suka minum air daun bintinu.”pen”). Dalam hal ini klien mampu menganalisa kondisi dirinya bahwa ia memerlukan pengobatan yang akan dilakukannya, dan memilih tindakan untuk melakukan pengobatan. Oleh karena itu klien melakukan pengobatan meskipun dengan carapengobatan alternatif sekalipun klien mempunyai keyakinan apa yang dilakukannya akan dapat mempertahankan kesehatannya setelah menjalani perawatan akibat cedera kepala. Implementasi klien untuk melakukan pengobatan secara tidak langsung juga menunjukan bahwa klien memiliki upaya yang lain yaitu adanya keyakinan yang positif atas kesembuhannya untuk memepertahankan kualitas hidupnya. Hal ini ditunjukkan dari pernyataan informan I: “…. Ti payun ge sok lalandong ka bapa dokter pami nuju puyeng, damang. Alhamdulillah ku Allah didamangkeun. (Dulu juga suka berobat kepada dokter, Alhamdulillah disehatkan kembali. “pen”).Adanya keyakinan yang positif dapat memberikan harapan bagi klien untuk dapat mengatasi keluhan yang dirasakan . Keyakinan bahwa upaya melakukan pengobatan akan dapat mengontrol keluhan yang dirasakan serta didukung oleh hasil pegobatan yang menunjukkan terkontrolnya keluhan yang dirasakan dapat memberikan harapan bagi klien untuk dapat sembuh dari sakit yang dirasakannya serta harapan untuk dapat melanjutkan aktivitas seperti orang sehat
pada umumnya. Walaupun penggunaan obat–obatan dapat mengontrol keluhan yang dirasakan, penggunaannya harus terkontrol dan disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan dari penyakit. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dua dari lima informan menggunakan atau memanfaatkan acupressure sebagai upaya untuk mengurangi keluhan yang ada baik pusing ataupun pegal-pegal. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh informan II yang mengatakan “ayeuna abdi sok rajin di peuseul ku pun adi upami nuju pegeul” ( sekarang saya suka rajin di pijat oleh adik saya, kalau sedang pegal pegal”pen “), Abdi sok di pencetan pak ku tukang pijit anu aya di Sungapan ,anjeuna tos lami mijit abdi ti saprak kacilakaan kamari ( saya suka di pijat oleh tukang pijat yang ada diSungapan,dia sudah lama memijat saya semenjak kecelakaan kemarin “pen”). Upaya ini memberikan dampak yang baik terhadap kondisi kesehatan klien maka upaya ini perlu terus dilakukan oleh klien untuk dapat mempertahankan kualitas hidup mereka.
Menyibukkan Diri Dengan Aktifitas
30 (Tidak, sekarang saya sudah bisa pergi ke
pengajian. Pergi solat jum’at saja sendiri. Sekarang saya suka ikut pengajian. “pen”). “Nya kantenan we abdi teh usaha, Abdi ayeuna sok ngorder endog sarang burung …janten abdi gaduh kayakinan da abdi kedah usaha….” ( Ya tentu saya berusaha. Sekarang saya suka mengorder telur sarang burung… jadi saya mempunyai keyakinan bahwa saya harus berusaha. ”pen”). “Aktifitas abdi sadidinten sapertos nyuci motor, ngepel , ngumbah wadah…… Abdi ngan sok meresihan gang di tempat abdi wungkul…..”( Aktifitas saya sehari-hari seperti mencuci motor, mengepel, mencuci piring… saya suka membersihkan gang tempat saya tinggal. “pen”). ”Abdi ayeuna janteun supirdi Indomarco…. Abdi sok
pirajeunan ngecek barang.” (“Saya
sekarang jadi sopir di Indomarco… Saya
suka mengecek barang.
“pen”).Menyibukkan diri dengan aktifitas dan bekerja merupakan upaya klien dalam memerankan fungsinya sebagai anggota keluarga dalam hal ini yang disebut peran ekonomi keluarga. Seorang suami menafkahi istrinya karena hal itu sudah merupakan suatu kewajiban dan tuntutan dalam upaya meningkatkan kualitas hidup keluarga. Dalam hal ini memberi nafkah terhadap anggota keluarganya. hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al’Qur-an (artinya): "Kaum pria adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (kaum pria) di atas sebagian yang lain (dari kaum wanita) dan karena kaum pria telah membelanjakan sebagian dari harta mereka. " (QS An Nisa : 34).Dalam ayat lain dalam al’Qur-an Alloh SWT menegaskan, "Sesungguhnya orang-orang yang berbakti, pasti berada dalam surga yang penuh kenikmatan. Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka pasti berada dalam
31 kolot. (Ingin mambesarkan anak
bertanggung jawab sebagai orang tua. “pen”). Di sisi lain didapatkan hasil penelitian menyibukkan diri dengan berbagai aktifitas dalam menjalankan fungsinya sebagai anggota kelurga yakni menjalankan peran fungsi keluarga juga di gunakan oleh klien sebagai bentuk self distraksi yaitu upaya yang dilakukan dengan mengerjakan aktifitas lain yang mengalihkan perhatian dari masalah atau keluhan yang dirasakan hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh dari informan I yang mengatakan “…Kadang nyeterika ,ngumbah wadah, beberesih sareng sanes kanten padamelan
di bumi ….. Muhun…”( ..Kadang
menyetrika, mencuci piring, bersih-bersih dan pekerjaan lainnya di rumah..ya…. Pen”). Oleh karena itu agar klien tidak terus menerus memikirkan keluhan dari sakit yang diderita,diperlukan aktifitas yang dapat mengalihkan pikiran klien dari pikiran tersebut.Dengan demikian menyibukkan diri dengan aktifitas menjadi suatu hal yang penting untuk dilakukan oleh klien pasca cedera kepala sedang pada khusunya dalam upaya mempertahankan kualitas hidup mereka.
Mendapat Dukungan Keluarga ( Support System dari Keluarga )
Dalam penelitian ini didapatkan keterangan bahwa kelima orang informan mendapatkan support secara emosional terutama dari keluarga dalam menghadapi kondisi pasca cedera kepala. Beberapa pernyataan yang menunjukan adanya dukungan dari keluaraga sebagai bentuk dukungan terhadap emosional ataupun dukungan secara langsung antara lain : ”… Tapi sok ras emut ka budak janten abdi teh sok kersa deui emam landong…” (Tapi kalau ingat kepada anak saya jadi mau lagi
minum obat. ”pen”) “... Da ari anu
ngaladangan mah si Eneng.” ( “Yang
32 baik . Dukungan ini dapat memberikan
keyakinan positif bagi klien untuk dapat menghadapi kondisi penyakit. Keyakinan yang positif ini dapat mendukung usaha yang dilakukan oleh klien dalam menghadapi kondisi yang paling buruk, yaitu berbagai perubahan akibat penyakit yang dialami dalam aspek biologis, psikologis, sosial, dan ekonomi . Dengan demikian mendapat suport atau dukungan dapat membantu klien untuk menghadapi dan menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang dialami akibat cedera kepala yang dialami. Oleh karena itu upaya yang tergolong ke dalam using emosional support ini perlu terus dilakukan oleh klien dalam menghadapi permasalahan yang diakibatkan oleh cedera kepala dalam upaya mempertahankan atau meningkatkan kualitas hidup.
Mendekatkan Diri Pada Tuhan
Hasil penelitian menunjukan bahwa empat dari informan berupaya mendekatkan diri kepada Tuhan atas kondisi yang dialaminya. Kondisi ini sesuai dengan pernyataan informan I sampai V.Adapun pernyataan informan yang mendukung upaya pelaksanaan tersebut adalah:“…Yakin mah ka Allah we...”(“Yakin kepada Allah saja.” Pen). “…Paling sok wiridan, nungguan waktos subuh.,” (..”Paling dzikir sambil menunggu waktu subuh.” Pen). ” … Upami ieu sateuacan bobo sok dzikir mun abdi nuju puyeng sok inget ka pangeran…” (“..Kalau sebelum tidur saya suka berdzikir, kalau sedang pusing suka ingat sama Allah.” Pen). “…. Terus solat fajar. Kan assolaatu khoirum minannaum. Lebih baik solat dari pada tidur nya pa…(“..terus solat fajar. Kan assolaatu khoirum minannaum. Lebih baik solat daripada tidur kan pa..” pen). “Abdi sok istigfarda Alloh mah maha hampura nya pak ...nyuhunkeun ampun ka Alloh.“( “Saya suka istigfar karena Allah Maha Pengampun kan pak… meminta ampun
33 karena ia meyakini bahwa takdir manusia
ditentukan oleh Tuhan. Sehingga tetap menjalani hidupnya dengan penuh harapan dan optimis dalam mengahadapi kenyataan untuk mepertahankan kualitas hidup.
Sebagian orang dapat menemukan kepuasan dalam kepercayaan dan upaya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Respon setiap orang terhadap permasalahan yang dialaminya akan berbeda–beda. Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa semua informan melakukan upaya mendekatkan diri kepada Tuhan. Orang yang yakin terhadap Tuhan tentunya akan menggantungkan semua permasalahan terhadap Tuhan. Hal ini tergantung kepada keyakinan dalam dirinya. Upaya ini tidak muncul jika intensitas pendekatan klien terhadap Tuhan berada dalam tingkatan yang biasa saja, sehingga klien tidak merasakan hal tersebut sebagai salah satu bentuk upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau menyesuaikan diri dengan permasalahan yang dialaminya. Oleh karena itu, mendekatkan diri pada Tuhan yang merupakan dari strategi religion menjadi salah satu upaya yang positif untuk terus dilaksanakan oleh klien pasca cedera kepala agar dapat mengurangi beban mental akibat keluhan –keluhan yang dialaminya.
Bersyukur
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan adanya suatu bentuk upaya yang dilakukan oleh klien dengan cedera kepala, yaitu dengan bersyukur kepada Tuhan. Hasil penelitian menunjukan bahwa kelima informan berupaya untuk bersyukur kepada Tuhan yang hakikatnya telah menyembuhkan klien setelah musibah yang telah dialaminya yakni cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas. Pernyataan informan yang mendukung upaya ini diantaranya : “…Alhamdulillah bingah pisan yen abdi parantos damang deui, da kamari –kamari mah asa ngimpen abdi teh sugan teh rek
maot.”(…Alhamdulillah bahagia sekali
saya telah sembuh, kemarin saya serasa bermimpi dikira saya akan meninggal. “pen”). “…Abdi mah ngaraos bungah,
muhun. tiasa damang deui...”(…Saya
merasa bahagia karena bisa sembuh kembali. “pen”). ”… Alhamdulillah bingah pisan abdi ngaraos syukur ka Alloh yen
abdi parantos damang
deui.”(…Alhamdulillah saya merasa
bahagia sekali, saya bersyukur kepada Alloh bahwa saya sudah sembuh kembali. “pen”).“…Alhamdulillah pak abdi sehat deui…” (Alhamdulillah pak saya sehat kembali. “pen”). “…Alhamdulillah abdi mah,raraosan teh asa ngimpi pa (Alhamdulillah perasaan saya terasa mimpi. “pen”). Hal ini dapat dilihat dari pernyataan informan I, III, dan V yang menyatakan : “…Alhamdulillah ku Allah didamangkeun… Harepan ka payun nya hoyong ieu we hoyong normal
deui…”(…Alhamdulillah disembuhkan
oleh Allah. Harapan saya ke depan ingin normal lagi. “pen”) “…Alhamdulillah bingah pisan abdi ngaraos syukur ka Alloh yen abdi parantos damang
deui…”(…Alhamdulillah saya bahagia
34 mereka tetap menjalankan perannya masing
masing hal ini sesuai dengan pernyataan informan I, II, III, dan IV yang mengatakan:“…Awalna abdi teh rada palaur jalaran mastaka abdi teu aya tulangan tapi saparantosna dioperasi waktos harita abdi janten rada reugreug tapi kapaur mah masih keneh aya margi ieu gening aya keneh anu dekok sakedik…(pada awalnya saya merasa khawatir karena kepala saya tidak ada tulangnya, tapi sesudahnya dioperasi waku itu saya jadi merasa tenang, tapi kekhawatiran itu masih ada sedikit karena kepala saya masih ada yang belum rata (cekungan). “Pen”) “… Lieur mah puyeng sok aya. Ieu panangan sok leuleus, sok lalinu nyareri… Tisaprak cilaka mapah teu patos lancar, kaku… tiasa deui ngiring pangaosan.. Solat jum’at ge ka mesjid angkat nyalira. Malah saban dinten jam satengah opat subuh tos angkat ka mesjid…(kepala pusing masih ada, tangan suka lemas, suka pegal. Semenjak kecelakaan jalan kaki idak begitu lancar ,agak kaku…bisa kembali ikut pengajian ..shalat jumat ke mesjid sendiri. Malahan tiap hari jam setengah empat subuh sudah pergi ke mesjid. “pen”). ”… Soca teh sesah beunta….. Tapi upami kahujanan, pami sering kaabdasan soca teh sok rapet sesah beunta…. Abdi ayeuna sok ngorder endog sarang burung…(mata suka susah dibuka…tapi kalau kena air hujan, kalau sering kena air wudlu mata suka rapat susah membuka mata. Saya sekarang suka ngorder telor sarang burung. “pen “ ). “…Saprak tos kajantenan pami ngaos sok rada lamur… Pami mapah sampean nu kenca janten berat…(semenjak kejadian kecelakaan kalau membaca suka terasa kabur …kalau jalan kaki, kaki kiri agak sedikit berat “pen”)bahkan mereka tetap optimis dengan keterbatasan tersebut hal
tersebut sesuai dengan yang dikatakan informan I “… Bari sok sanaos dekok mastaka abdi mah teu ngaraos minder da nganggo tiung…(meskipun kepala tidak rata saya tidak merasa malu karena saya bisa pakai kerudung. ”pen”). “Barang siapa yang bersyukur maka hal itu adalah untuk kebaikan dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, sesungguhnya Tuhan itu maha Kaya dan Mulia (QS: An-Naml 40).
Menerima
Hasil penelitian menunjukkan bahwa informan I, II, III melakukan suatu bentuk upaya menerima kenyataan yang dialami. Beberapa pernyataan yang menunjukkan penerimaan klien terhadap penyakit yang dialaminya yaitu:”… Janten abdi nampi kana kaayaan ieu....(jadi saya menerima dengan keadaan ini “pen”)“….. Tapi bade kumaha deui da ayeuna tos kieu kaayannana…(tapi mau apa lagi kan sudah begini keadaannnya “pen” “… abdi mah pasrah wae kana kadar…… rajeun dina kameumet pasrah kanu kawas…” (saya menerima terhadap takdir yang maha kuasa “pen”). Pernyataan-pernyataan ini menunjukan penerimaan dan usaha klien untuk dapat menikmati hidup pasca cedera kepala yang dialaminya. Hal ini yang menjadi dasar bagi klien dapat menghadapi permasalahan atau keluhan akibat cedera kepala dengan penerimaan yang lebih baik. Kondisi ini sesuai pernyataan informan I dan II yang mengatakan: ”Tapi sok ras emut ka budak janten abdi teh sok kersa deui emam landong. Da karunya ka barudak aralit keneh. Janten abdi sok sumanget deui…”(“..Tapi kalau ingat kepada anak saya jadi mau lagi minum obat. Kasihan kepada anak-anak masih kecil. Jadi saya suka semangat lagi.”Pen). “…tapi pami pungka pangku nu beurat mah eta sok
diwagel ku caroge…” (”…kalau
35 (“Alhamdulillah sekarang anak saya sudah
ada yang bekerja di pabrik. Jadi bisa membantu ekonomi keluarga.” Pen). “Sakapeung Pami ibak mah sok diibakan bae ku si mamah/istri…” (“ Terkadang kalau mandi saya suka dimandikan oleh istri.”Pen). Hal tersebutmenunjukan bahwa dukungan emosional dapat meningkatkan penerimaan klien terhadap kondisi yang dialaminya. Sementara itu dengan mendapatkan dukungan informasional, klien akan mengetahui hal-hal apa saja yang masih dapat dilakukan dalam kondisi seperti yang dialaminya. Hal ini juga dapat membuat penerimaan klien terhadap kondisi dirinya setelah cedera kepala menjadi semakin mungkin untuk dilakukan. Ketersediaan sumber materi seperti uang, barang, jasa juga dapat menunjang terjadinya penerimaan oleh klien. Sumber materi dapat memberikan akses yang lebih mudah dan adaptif terhadap pengobatan, dukungan, dan bantuan professional lainnya. Hal ini dapat membuat penerimaan oleh klien akan semakin mudah dilakukan. Setiap klien tentunya akan memberikan respon emosional yang berbeda dalam menghadapi setiap keluhan yang dirasakan pasca cedera kepala yang dialaminya. Semakin sulit klien menerima maka akan semakin mempengaruhi kemampuannya untuk dapat melakukan aktifitas dalam mempertahankan kualitas hidup. Klien yang dapat menerima kondisi yang dialaminya diharapkan dapat mengurangi stres atau masalah yang dialaminya. Oleh karena itu upaya ini perlu terus dilakukan oleh klien agar klien dapat menyesuaikan diri dengan kondisi yang dihadapinya untuk dapat mempertahankan kualitas hidupnya.
4 . Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada lima orang
informan dapat disimpulkan bahwa tema yang
muncul pada informan pasca perawatan dan
telah kembali ke masyarakat mencakup dimensi
fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Adapun
tema yang muncul tersebut yaitu :
1) Adanya keluhan yang dirasakan: pusing,
penglihatan kabur, suka pegal-pegal, kaku
pada anggota gerak, yang merupakan bagian
dari kesehatan fisik serta suka lupa yang
merupakan bagian dari kesehatan psikologis
diperlukan upaya untuk dapat
meminimalisir gejala yang ditimbulkan
akibat adanya kerusakan fungsi otak
tersebut. Untuk dapat meminimalisir
keluhan yang dirasakan klien berupaya
melakukan pengobatan baik secara medis
melalui berobat kepada dokter atau sarana
kesehatan lain seperti puskesmas bahkan
ada pula yang melakukan pengobatan secara
alternatif dengan melalui accupressure.
2) Mengurangi aktifitas dengan tujuan untuk
mengurangi kelelahan dan mencegah
kembali keluhan yang dirasakan akibat
cedera kepala maka upaya ini merupakan
upaya yang sangat positif selama
pengurangan aktifitasnya dalam batas yang
wajar tanpa harus membuat semua aktifitas
menjadi berhenti secara total.
3) Istirahat atau tidur dapat dijadikan upaya
yang positif untuk dilakukan pada klien
yang mengalami nyeri kepala akibat cedera
kepala. Dengan demikian pada klien cedera
36 perhatian klien agar tidak terus menerus
memikirkan keluhan pusing yang dirasakan.
4) Melakukan pengobatan yang
merupakan upaya untuk dapat mengontrol
kesehatan secara fisik akan dapat mengontrol
keluhan yang dirasakan serta didukung oleh
hasil pengobatan yang menunjukkan
terkontrolnya keluhan yang dirasakan dapat
memberikan harapan bagi klien untuk dapat
sembuh dari sakit yang dirasakannya serta
harapan untuk dapat melanjutkan aktivitas
seperti orang sehat pada umumnya. Walaupun
penggunaan obat–obatan dapat mengontrol
keluhan yang dirasakan penggunaannya harus
terkontrol dan disesuaikan dengan kebutuhan
dan perkembangan dari penyakit. Disamping
itu dengan menggunakan accupressure maka
klien dapat meminimalisir keluhan pegal atau
pusing yang dirasakan. Oleh karena itu upaya
ini memberikan dampak yang baik terhadap
kondisi kesehatan klien maka upaya ini perlu
terus dilakukan oleh klien untuk dapat
mempertahankan kualitas hidup mereka.
5) Menyibukkan diri dengan aktifitas yang
merupakan gambaran kualitas hidup yang
sangat positif yang dilakukan oleh klien
yakni dengan terus berupaya melakukan
perannya sebagai anggota keluarga untuk
mencari nafkah dalam upaya memenuhi
peran ekonomi keluarga disamping sebagai
bentuk distraksi dalam mengurangi keluhan
yang dirasakan.
Daftar Pustaka
Brunner &Suddart .2002 , Buku Ajar Keperawatan Medikal- Bedah edisi 8 Vol 3 jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC Jakarta
Cynthia R.King &Pamella S.Hinds 1998 Quality Of Life From Nursing And Patient Perspectives.Theory .Research.Practice ,jones and Bartlett Publishers Canada P.O.Box 19020 Toronto,On Missixi canada .
Departemen AgamaRI.2008 Al Qur 'an Tajwid dan Terjemahannya PT Syaamil Cipta Media
Departemen Kesehatan RI ,2000 ,Pedoman praktis Akupresur .Jakarta :Depkes RI ---,RI 2004 Pedoman
pelatihan Akupresur untuk petugas kesehatan .Jakarta :Depkes RI
Huddack &Gallo,1987 Keperawatan Kritis pendekatan holistic volume II Penerbit buku Kedokteran EGC
Hernandez,McFaden KL,HealyKM,Dettmann ML,et al 2010.Acupressureas a non pharmakologicalintevension for traumatic brain injury.journal of neurotrauma 28 (1):21-34
Hanafi Anwar , 1998 Imam Al Ghazali Syukur suatu proses mengingat Allah, penerbit putra pelajar ,
Iskandar Jafardi, 2004 cedera kepala.Jakarta PT Bhuana Ilmu Populer kelompok Gramedia
---,2003 ,Journal op the Indonesia Neurosurgery Society ,MBS Media Bedah saraf
John D. Corrigan, 2001 Department of Physical Medicine and Rehabilitation Life Satisfaction After Traumatic Brain Injury
J. maleong. 2007 Metodologi penelitia Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Muttaqin, A. 2008. Buku ajar Asuhan Keperaatan Klien dengan gangguan sistem persarafan. Jakarta : Salemba Medika
37 Marcel P. Dijkers, 2004 Quality of Life After
Traumatic Brain Injury: A Review of Research Approaches and Finding Life Satisfaction After Traumatic Brain Injury
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Notoadmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rhineka Cipta. Potter .perry 2010 Fundamental of Nursing
buku 2 edisi 7 penerbit salemba Jakarta Philippa New field James E.Cottrel, 1999
Handbook of Neuroanesthesia ,third Edition Lippincott Williams & Wilkins,A Wolters Klwer Company Philadelpia .Baltimore.New York.Londodn Buenes Aires .Hongkong Sydney.Tokyo.1999
Peter Reily and Ross
Bullock,1997,Pathofisilogy and managemen of severe closed injry ,chapman& Hall Medical
Philips,R .H 2001 .Coping with Lupus.New York :Penguin Putnam
UNPAD 2011, Pedoman Penyusunan dan Penulisan Skripsi Program Sarjana Universitas Padjadjaran
Rasmun,2004 Stres ,Koping dan Adaptasi Jakarta Sagung seto
Sunaryo, 2002Psikologi untuk keperawatan .Penerbit Buku Kedokteran , EGC Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf Edisi IV.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Sylvia A Price ,Lorraine M.Wilson 1995
Patofisiologi Konsep klinis proses proses penyakit,Jakarta :Penerbit Buku kedokteran ,EGC
Viktor E.Frankl, 2008 Optimisme ditengah tragedy Analisis Logoterapi,penerbit ,nuansa
Wangsadjadja, R. 2008.Stres (Onlone) Available at: http://rumah belajarpsikologi.com/index.php/stres .html (diakses tanggal 5 nopember 2012 )
http://eprints.undip.ac.id/19152/1/Robert silitonga.pdf diunduh tanggal 23 maret 2012
http://id.scribd.com/doc/70300946/Patofisiolo gi-cedera-kepala oleh S Aritonang diunduh 24 maret 2007
www.angelfire. com/nc/ neurosurgeri/kepala teks.html diunduh 22 maret 2012
http://kadri- blog.blogspot.com/2010/01/prognosis-cedera-kepala.html diunduh tanggal 23 maret 2012