KONSEP PENANGANAN RAWAN PANGAN DESA NGADIRESO KECAMATAN
PONCOKUSUMO
Lukman Hakim, Dimas Wisnu Adrianto, Dian Dinanti
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan MT.Haryono 167 Malang 65145 Indonesia Telp 0341-567886
Email: Lukmanlepi@yahoo.com
ABSTRAK
Desa Ngadireso memiliki jumlah KK miskin sebesar 597 KK (61,5%) dan memiliki potensi sebagai desa rawan pangan. Indikator kerawanan pangan meliputi faktor kemiskinan serta beberapa faktor-faktor lain. Hasil analisis regresi berganda menyatakan bahwa kerawanan pangan Desa Ngadireso dipengaruhi oleh faktor pola pangan harapan (sig partial 0,00), untuk faktor kedua adalah kemiskinan (sig. partial 0,004), faktor ketiga adalah asset kendaraan (sig partial 0,542), faktor keempat asset ternak (sig partial 0,605), faktor kelima asset lahan (sig partial 0,773), dan faktor keenam produksi (sig. partial 0,81) dengan faktor yang paling mempengaruhi adalah faktor pola pangan harapan dan faktor kemiskinan. Berdasarkan dari keenam faktor tersebut maka konsep penanganan Kerawanan Pangan di Desa Ngadireso antara lain konsep pekarangan lestari dengan jalan menanam komoditas yang menjadi unggulan serta pemberian pelatihan dan bantuan dalam bidang sub sistem usaha tani.
Kata Kunci: rawan pangan, desa miskin, analisis regresi.
ABSTRACT
The village Ngadireso has 597 poor families households (61.5%) and has potential as rural food insecurity. Indicators of food insecurity include poverty as well as several other factors. The results of multiple regression analysis stated that food insecurity Village Ngadireso influenced by food patterns expectations (partial sig 12:00), the second factor is poverty (partial sig 0.004), the third factor is the vehicle asset (partial sig 0.542), the fourth factor is livestock assets (sig partial 0605), the fifth factor is land assets (partial sig 0.773), and the sixth factors is production (partial sig 0.81). The most influencing factor is the food patterns expectations and poverty. Based on those factors, the concept in Food Insecurity in Rural Ngadireso are : sustainable yard with planting eminent commodities and the provision of training and assistance in the sub-systems of farming
Kata Kunci: food insecurity, poor village, regression analysis
PENDAHULUAN
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, yang dimaksud dengan ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mu-tunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan ter-jangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelan-jutan.
Desa rawan pangan dapat diartikan kondisi suatu daerah yang tingkat ketersediaan, akses dan keamanan pangan sebagian masyarakat dan ru-mah tangganya tidak cukup untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan (Petunjuk Pelaksanaan Program Aksi Desa Mandiri Pangan Tahun 2011).
Terdapat tiga elemen penting dalam keta-hanan pangan (food security) yaitu ketersediaan, akses dan pemanfaatan pangan. Pada situasi tertentu, sebagian atau seluruh elemen tersebut dapat mengalami gangguan, sehingga berpenga-ruh pada terpenuhinya pangan disuatu wilayah. Analisis food security harus mempertimbangkan ketiga elemen tersebut, penjelasan dari setiap
ele-men food security antara lain (WFP, 2005:32):
1. Ketersediaan pangan (food availability), merupakan ketersediaan pangan di suatu wilayah terkait produksi domestik, komer-sial dan cadangan pangan. Faktor yang mempengaruhi ketersediaan pangan antara lain, produksi, kapasitas pasar keterkaitan dengan kemampuan untuk distribusi produk ke daerah lain, bantuan dari pemerintah untuk supply produksi ke daerah lain. 2. Akses pangan (food access), merupakan
tuk memperoleh pangan melalui berbagai cara seperti memproduksi sendiri, pembeli-an, barter, pemberipembeli-an, meminjam maupun bantuan.
Pemanfaatan pangan (food utilization), merupakan pemanfaatan pangan yang diperoleh melalui akses terhadap pangan. Faktor yang mempengaruhi dari elemen pemanfaatan pangan antara lain, fasilitas untuk menyimpan dan mengelola pangan, pengetahuan terhadap pangan untuk dimanfaatkan dan persiapan dalam meng-hadapi kerusakan pangan.
Menurut BKP3 (Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian) Kabupaten Malang, daerah yang ditetapkan sebagai rawan pangan antara lain (1) Kecamatan Kasembon dengan desa yang paling rawan di Desa Pait, (2)
Kecamatan Pujon dengan desa yang paling rawan di Desa Sukomulyo, (3) Kecamatan Jabung dengan desa yang paling rawan di Desa Slamparejo, (4) Kecamatan Sumbermanjing We-tan dengan desa yang paling rawan di Desa
Ringin Kembar, (5) Kecamatan Poncokusumo dengan desa yang paling rawan di Desa Ngadire-so, (6) Kecamatan Tajinan dengan desa yang pa- ling rawan di Desa Gunungsari.
Desa Ngadireso Kecamatan Poncokusu-mo merupakan daerah rawan pangan yang memiliki banyak faktor-faktor penyebab rawan pangan bila dibandingkan 5 desa yang telah dite-tapkan. Kelima desa tersebut disebabkan karena akses untuk menjangkau 5 desa tersebut sulit. Untuk Desa Ngadireso disebabkan karena kemis-kinan, SDM rendah dan lahan yang dikuasai pihak luar.
Desa Ngadireso Kecamatan Poncokusumo merupakan daerah rawan pangan yang dimana memiliki jumlah KK miskin 61,5% (597 KK). Selain permasalahan kemiskinan tersebut memili-ki permasalahan lain yaitu rendahnya tingkat SDM masyarakat. Wilayah Desa Ngadireso me-miliki 2 pedukuhan yang ditunjukkan pada gambar 1.
Menurut Dewan Ketahanan Pangan De-partemen Pertanian &World Food Programme Rawan Pangan dipengaruhi oleh 3 variabel yaitu variabel ketersedian, distribusi, dan penyerapan. Ketersediaan terdiri atas indicator asset lahan pertanian, asset kendaraan, asset ternak serta jumlah produksi, untuk variabel akses terdiri atas indikator infrastruktur jalan, infrastruktur air, infrastruktur listrik, tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran. Variable penyerapan terdiri atas sarana kesehatan, buta huruf dan pola pangan harapan. Setiap daerah yang ditetapkan sebagai rawan pangan tentunya memiliki perbedaan faktor-faktor yang menyebabkan daerah itu rawan pangan.
Tujuan dari penelitian “Konsep Penanga -nan Rawan Pangan Desa Ngadireso Kecamatan Poncokusumo” antara lain untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya rawan pangan di Desa Ngadireso melalui identi-fikasi masalah rawan pangan serta untuk menge-tahui konsep penanganan rawan pangan didasar-kan pada identifikasi potensi yang dimiliki Desa Ngadireso yang dimana potensi tersebut diguna-kan untuk mengatasi masalah.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan beberapa me-tode analisis yang dimana bertujuan untuk identifikasi masalah dan potensi. 1) untuk meng-identifikasi masalah menggunakan analisis LQ-Growth Share, analisis situasi, analisis regresi berganda dan analisis akar masalah. 2) Untuk mengidentifikasi potensi menggunakan analisis kemampuan dan keseuaian lahan dan analisis system usaha tani. Untuk konsep penanganan menggunakan analisis akar tujuan.
Analisis LQ-Growth Share berfungsi un-tuk mengidentifikasi permasalahan produksi per-tanian. Analisis situasi berfungsi untuk mengi-dentifikasi penyebab permasalahan. Analisis re-gresi berganda digunakan untuk mengetahui indikator-indikator yang berpengaruh terhadap rawan pangan. Analisis regresi berganda meng-gunakan responden untuk dijadikan sampel da-lam penelitian. Untuk memperoleh sampel terse-but menggunakan rumus binomunal proportions.
Berdasarkan rumus tersebut didapatkan jumlah sampel sebesar 88 orang. Dusun Krajan memiliki jumlah sample 53 KK dan puthuk me-miliki jumlah sample 35 KK.
Variabel yang digunakan untuk variable Y adalah jumlah kalori, sedangkan untuk X dalam analisis regresi dijelaskan pada tabel 1.
Identifikasi potensi yang dimiliki menggu-nakan analisis kemampuan dan kesesuaian lahan menurut pedoman SK Menteri Pertanian No. 837/ KPTS/UM/11/1980 dan No. : 683/KPTS/UM/ 8/1981, dan Analisis Sistem Usaha Tani. Konsep penanganan rawan pangan didasarkan pada anali-sis akar tujuan yang dimana memanfaatkan po-tensi yang dimiliki yang dimana popo-tensi tersebut digunakan untuk menangani masalah rawan pangan di Desa Ngadireso Kecamatan Poncoku-sumo.
- Ketersediaan dan asset lahan
Variabel akses Pangan - KK miskin
- Tingkat Pengangguran
- Infrastruktur
Variabel penyerapan Pangan - Akses sarana kesehatan
- Buta Huruf
- Pola Pangan harapan
Sumber: Dewan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian & World Food Programme Rawan (modifikasi)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut Profil Desa Ngadireso tahun 2010 Keadaan iklim di desa Ngadireso memiliki suhu 24°C dan curah hujan 2.000 mm/tahun sehingga Desa Ngadireso tergolong daerah iklim kering. Penggunaan lahan di Desa Ngadireso didominasi oleh tegalan seluas 223 ha (55,2%), permukiman seluas 84 ha (20,78%), dan persawahan seluas 81 ha (20,09%). Selain itu terdapat pula peruntukan kuburan 1,2 ha (0,29%), pekarangan 12 ha (2,98%), perkantoran 0,037 ha (0,01%), dan pra-sarana umum lainnya 2,617 ha (0,065%). Peng-gunaan lahan berupa persawahan didominasi per-sawahan dengan jenis sawah irigasi teknis de-ngan luas 77 ha (95,1%) dan jenis sawah irigasi ½ teknis dengan luas 4 ha (4,9%).
Karakteristik Faktor Utama Rawan Pangan Desa Ngadireso
Variabel Ketersediaan
Kondisi Desa Ngadireso dalam hal pro-duksi pertanian, sedikit KK yang bisa merasakan manfaat dari hasil produksi pertanian sendiri ka-rena sebagian besar lahan pertanian dikuasai pihak-pihak dari luar desa Ngadireso. Selain itu dari hasil analisis LQ dan Growth Share komodi-tas perkebunan hasilnya tidak maksimal.
Kondisi Desa Ngadireso dalam hal aset lahan, kepemilikan lahan dikuasai pihak luar disebabkan karena tingkat kemiskinan tinggi.
Kondisi Desa Ngadireso dalam hal Aset Kendaraan, banyak KK yang tidak memiliki alat transportasi karena tingkat kemiskinan tinggi.
Kondisi Desa Ngadireso dalam hal Aset Hewan, banyak KK yang tidak memiliki hewan ternak karena tingkat kemiskinan tinggi.
Variabel Akses
Kondisi Desa Ngadireso dalam hal KK Miskin, penghasilan rendah diakibatkan banyak yang menjadi buruh tani akibat sebagian lahan pertanian dikuasai pihak luar.
Kondisi Desa Ngadireso dalam hal tingkat pengangguran, jarang penduduk yang menjadi pengangguran karena dominasi memiliki perker-jaan sebagai buruh tani namun buruh tani penda-patannya sedikit dan penyebab banyak yang men-jadi buruh tani karena sebagian lahan pertanian dikuasai pihak luar.
Kondisi Desa Ngadireso dalam hal infra-struktur listrik, tidak ada penerangan jalan karena kurangnya perhatian pemerintah dalam hal pe-ngadaan penerangan jalan.
Kondisi Desa Ngadireso dalam hal infra-struktur air, beberapa rumah harus mengambil air ke sumber karena masalah pompa yang terbatas. Hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian pemerintah dalam hal pengadaan pompa.
Kondisi Desa Ngadireso dalam hal infra-struktur jalan, jalan banyak rusak dan kurang memadai. Hal ini diakibatkan dilalui truk pengangkut pasir.
Variabel Penyerapan
Kondisi Desa Ngadireso dalam hal akses sarana kesehatan, masyarakat Dusun Puthuk kurang terlayani fasilitas kesehatan karena jarak Dusun Puthuk dengan puskesmas jauh.
Kondisi Desa Ngadireso dalam hal buta huruf, pendidikan yang rendah karena faktor fasi-litas pendidikan yang kurang memadai.
Kondisi Desa Ngadireso dalam hal pola pangan harapan, gizi yang tidak seimbang dapat mempengaruhi rendahnya tingkat kesehatan ma-syarakat. Pola Pangan harapan yang rendah dise-babkan minimnya pengetahuan akan gizi
seim-bang dan kurangnya sosialisasi gizi sehat oleh petugas kesehatan.
Indikator-indikator yang sudah dipaparkan selanjutnya digunakan ke dalam analisis regresi linear berganda yang dapat digunakan untuk me-lihat nilai pengaruh masing-masing indikator-in-dikator terhadap rawan pangan dan inindikator-in-dikator ma-na yang berpengaruh significant pengaruhnya ter-hadap kerawanan pangan yang dipaparkan pada tabel 2.
Tabel 2. Besar Pengaruh Variabel X terhadap Y
a. Predictors: (Constant), SkorPPH, Ternak, Produksi, Kemiskinan, Kendaraan, Lahan
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa ni-lai R Square sebesar 0,841. Hal ini dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa 84,1% rawan pangan Desa Ngadireso disebabkan oleh Skor pola pangan harapan, asset kepemilikan hewan ternak, hasil produksi, Kemiskinan, asset kepemilikan kendaraan, dan asset kepemilikan Lahan,untuk persentase sisanya yaitu sebesar 15,9% disebab-kan oleh faktor-faktor lain penyebab rawan pangan di Desa Ngadireso Kecamatan Poncoku-sumo.
Cara untuk melihat pengaruh dari tiap-tiap variable X yang berpengaruh terhadap rawan pangan akan dipaparkan dalam hasil keluaran output Regresi linear berganda secara parsial pada tabel 3.
Tabel 3. Analisis Regresi Berganda dengan Uji Parsial
a. Dependent Variable: Kalori
Variabel yang paling berpengaruh terhadap rawan pangan dapat dilihat dari nilai standardi-zed coefficiens beta sehingga dapat dibuat suatu peringkat pengaruh yang menyebabkan rawan pangan Desa Ngadireso Kecamatan Poncokusu-mo.
Peringkat 1: Skor Pola Pangan Harapan Peringkat 2: Kemiskinan
re-gresi berganda hanya untuk mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh terhadap rawan pa-ngan Desa Ngadireso Kecamatan Poncokusumo.
Akar Masalah Kerawanan Pangan Desa Ngadireso
Kerawanan pangan Desa Ngadireso Keca-matan Poncokusumo disebabkan oleh 2 faktor utama yaitu skor pola pangan harapan dan ke-miskinan. Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di kedua faktor tersebut akan terlebih da-hulu dicari akar permasalahan utama dengan menggunakan analisis akar masalah seperti pada gambar 2.
Analisa akar masalah pada gambar 2 me-nunjukkan kedua indikator rawan pangan yaitu Angka tersebut disebabkan oleh 2 faktor seba-gai akar masalah utama yaitu daya beli rendah dan tingkat pendidikan yang rendah.
Faktor Input untuk Menidentifikasi Potensi Ketahanan Pangan
Kerawanan pangan selain faktor utama, terdapat juga input yang terdiri atas kondisi fisik dasar dan sistem usaha tani.
Kondisi Fisik Dasar
Kondisi hidrologi Desa Ngadireso memiliki 6 mata air untuk dimanfaatkan sebagai sumber air bersih. Keadaan iklim di desa Ngadireso memiliki suhu 24°C dan curah hujan yang kering yaitu 2.000 mm/tahun. Penggunaan lahan di Desa Ngadireso didominasi oleh sawah, perkebunan, dan permukiman. Jenis tanah di Desa Ngadireso terbagi atas tanah Latosol Coklat Merah dan Regosol Coklat. Kondisi kemiringan lahan di Desa Ngadireso di dominasi kemiringan yang datar 0-8% dan landai 8-15%.
Keadaan fisik dasar tersebut dilakukan suatu analisis kemampuan dan kesesuaian lahan sesuai pedoman SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/11/1980 dan No. : 683/KPTS/UM/8/1981. Hasil analisa tersebut dipaparkan pada gambar 3.
Rawan Pangan Desa Ngadireso
Sebagian Besar Menjadi Buruh Tani Angka Kemiskinan
Tinggi
Konsumsi makanan tidak bergizi dan sehat
Pola Pangan Harapan Rendah
Terdapat Warga Buta Huruf Minim pengetahuan makanan bergizi dan Sehat
Keterangan
Analisis LQ Growth Share Penghasilan
kurang
Wawancara dan observasi Penjualan lahan oleh
warga
Tidak mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari
Daya beli rendah
Tingkat Pendidikan
Rendah Sebagian besar
lahan dikuasai pihak luar desa
Analisis Situasi Analisis Regresi
Gambar 3. Peta analisis kemampuan lahan
Hasil kesimpulan pada gambar 3 yaitu peta analisis kemampuan lahan diatas yang telah dipaparkan adalah kemampuan lahan di Desa Ngadireso didominasi oleh kemampuan lahan tanaman semusim dan penyangga. Selain itu terdapat kawasan lindung yang penetapannya dilakukan bukan dari hasil scoring yang menilai parameter jenis tanah, curah hujan, dan kemiringan. Hal ini disebabkan hasil skoring yang tidak mencapai nilai 174.
Penetapan kawasan lindung pada Desa Ngadireso didasarkan pada kriteria-kriteria klasifikasi kawasan lindung yang dimana salah satunya menetapkan buffer sungai dan mata air sebagai kawasan lindung. Kawasan lindung sungai dan mata air menurut SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/11/1980 dan No. 683/KPTS/UM/8/1981 adalah 50 meter kiri kanan dari tepi sungai dan jarak radius 200 meter untuk mata air.
Penetapan kawasan lindung bertujuan untuk menjaga kelestarian sungai dan mata air, apalagi sumber air yang dibutuhkan untuk keper-luan sehari-hari masyarakat Desa Ngadireso berasal dari beberapa mata air yang dimana letak
mata air terbesar berada dekat sungai lesti di Dusun Ngadireso dengan luas kira-kira 200 m2.
Kawasan fungsi budidaya tanaman semusim merupakan kawasan yang mempunyai fungsi budidaya dan diusahakan dengan tanaman semusim terutama tanaman pangan yang disamping itu dapat diperuntukan menjadi lahan pemukiman. Kawasan fungsi penyangga merupakan wilayah yang dapat berfungsi lindung dan berfungsi budidaya, seperti hutan produksi terbatas, perkebunan (tanaman keras), kebun campur dan lainnya yang sejenis.
Gambar 4. Analisis kesesuaian lahan tanaman semusim
Tabel 5. Kesesuaian tanah Desa Ngadireso lahan permukiman di Desa Ngadireso Kecamatan Poncokusumo terdapat permukiman dan bangunan yang tidak sesuai karena dekat dengan kawasan lindung mata air dan sungai, untuk tutupan lahan tanaman semusim di Desa Ngadireso Kecamatan Poncokusumo banyak tanaman semusim yang ditanam pada kemiringan yang kurang landai yang pada dasarnya merupakan kemampuan jenis peruntukan penyangga.
Dari kesesuaian lahan permukiman, sawah, dan perkebunan yang sudah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa yang menyebabkan produksi pertanian Desa Ngadireso kurang maksimal diakibatkan karena penggunaan lahan yang belum sesuai. Padahal ketersediaan pangan yang meliputi produksi berpengaruh terhadap kondisi rawan pangan di Desa Ngadireso. Kemampuan lahan yang didominasi dengan kemampuan untuk pertanian tanaman semusim merupakan suatu potensi yang bisa dimanfaatkan untuk memaksimalkan tanaman pangan yang dimana mampu untuk mencukupi kebutuhan pangan di di Desa Ngadireso Kecamatan Poncokusumo sehingga cadangan pangan melimpah dan mampu untuk membantu mengatasi permasalahan di Desa Ngadireso Kecamatan Poncokusumo.
Sistem Usaha Tani
Sistem usaha tani meliputi sub sistem hulu yang dimana meliputi kegiatan yang menghasilkan barang-barang modal sistem pertanian, sub system on farm yang dimana meliputi kegiatan yang menggunakan barang-barang modal dan sumberdaya alam untuk menghasilkan komoditas pertanian primer dan sub sistem hilir yang dimana meliputi kegiatan mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk olahan baik produk setengah jadi maupun produk yang sudah jadi.
Ketiga subsistem usaha tani selanjutnya akan dipaparkanmengenai Desa Ngadireso Kecamatan Poncokusumo potensi-potensi yang dimiliki pada penjelasan berikut ini.
a. Subsistem Hulu
Subsistem hulu meliputi kegiatan yang menghasilkan barang-barang modal sistem pertanian. Proses yang menghasilkan barang-barang modal tersebut antara lain perbenihan, pemupukan, sumber daya air, dan peralatan produksi.Potensi-potensi yang dimiliki yaitu(1) Jenis bibit padi IR-64 unggul dari rasa dan panennya lebih banyak, (2) Petani merasa terbantu dengan adanya pupuk bersubsidi yaitu urea dan organik karena harganya lebih murah, (3) Banyak sumber mata air yang melimpah, (4) Sungai Lesti yang airnya mengalir sepanjang tahun, (5) Bantuan pengembangan sapi di Desa Ngadireso.
b.Subsistem On Farm
Sub sistem On Farm meliputi kegiatan yang menggunakan barang-barang modal dan sumberdaya alam untuk menghasilkan komoditas pertanian primer yang meliputi sumber daya manusia, lahan, dan sarana prasarana produksi pertanian. Potensi-potensi yang dimiliki yaitu (1) Tenaga kerja di bidang pertanian melimpah, (2) Potensi tanah yang subur karena dekat dengan gunung berapi, (3) Irigasi yang mengalir sepanjang tahun.
c. Subsistem Hilir
Sub-sistem hilir meliputi kegiatan mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk olahan baik produk setengah jadi maupun produk yang sudah jadi. Potensi-potensi yang dimiliki yaitu (1) Pemasaran cukup mudah karena tengkulak yang datang dan mengambil hasil panen, (2) Dari hasil analisis LQ Growth Share banyak komoditas yang unggul, (3) Komoditas hasil panen bervariasi sehingga memungkinkan untuk dijadikan bermacam-macam olahan baru
Tingkat produksi pertanian Ngadireso jika dilakukan analisis LQ didapatkan hasil komoditas unggulan kacang tanah, padi, ubi jalar, tomat, kubis mentimun, jeruk, papaya, durian, lengkeng, dan nangka. Hasil dari analisis Growth Share komoditas unggulan meliputi kacang tanah, padi, ubi jalar, tomat, kubis, pepaya , lengkeng dan nangka.
Konsep Penanganan Desa Rawan Pangan
Terhindar dari Rawan Pangan di Desa Ngadireso
Mayoritas bekerja sebagai petani Angka Kemiskinan
Rendah
Konsumsi makanan bergizi dan sehat
Pola Pangan Harapan Tinggi
Semua warga memiliki kemampuan
baca tulis Memiliki pengetahuan makanan bergizi dan Sehat Penghasilan
meningkat
Kemampuan yang baik dari warga untuk
mengelola lahan
Mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari
Daya beli tinggi
Tingkat Pendidikan tinggi Sebagian besar
lahan dimiliki oleh masyarakat desa
Gambar 6. Analisis Akar Tujuan
Dari analisis akar tujuan untuk terhindar dari rawan pangan Desa Ngadireso Kecamatan Poncokusumo harus memiliki 2 aspek yang harus dicapai sebagai langkah awal yaitu menciptakan daya beli masyarakat yang tinggi, dan tingkat pendidikan yang tinggi. Untuk mencapai 2 aspek tersebut harus memperhatikan potensi yang dimiliki. Potensi-potensi yang dimiliki antara lain penanganan rawan pangan di Desa Ngadireso Kecamatan Poncokusumo berdasarkan pada potensi yang dimiliki. Potensi tersebut antara lain (1) Komoditas unggulan yang berpotensial adalah Kacang tanah, padi, ubi jalar, tomat, kubis, pepaya, lengkeng, dan nangka. Hal ini didukung tanah subur dan kemampuan lahan didominasi peruntukan tanaman semusim yang sangat cocok untuk dikembangkan komoditas unggulan, (2) Pembenihan padi menggunakan jenis padi yang unggul sehingga hasil produksi nya maksimal,
(3) Sumber Daya Air yang melimpah baik yang berasal dari mata air ataupun untuk pengairan, (4) Tenaga kerja bidang pertanian melimpah, (5) Pemasaran cukup mudah karena ada tengkulak, (6) Untuk peralatan produksi mendapatkan bantuan yaitu pengembangan sapi untuk menarik pembajak sawah, (7) Pemupukan terbantu adanya pupuk bersubsidi pemerintah, (8) Komoditas hasil panen bervariasi sehingga memungkinkan untuk dijadikan bermacam-macam olahan baru
Tabel 7. Penanganan masalah daya beli
Potensi yang Dimiliki Penanganan
Pemasaran cukup
Komoditas hasil panen
bervariasi sehingga
pemasaran lebih luas dan hasilnya lebih meningkat
Tabel 8. Penanganan Masalah Pendidikan
Potensi yang Dimiliki Penanganan
Tenaga kerja
bidang pertanian melimpah
Memberikan pelatihan mengenai
teknologi pertanian sehingga masyarakat terampil dan sadar bahwa pendidikan juga penting
KESIMPULAN
Indikator-indikator kerawanan pangan di Desa Ngadireso terdiri dari pola pangan harapan, kemiskinan, asset kendaraan, asset lahan, asset ternak, dan produksi. Besar pengaruh nilai variabel indikator-indikator tersebut terhadap kerawanan pangan sebesar 84,1%. Untuk persentase sisanya yaitu sebesar 15,9% disebabkan oleh faktor-faktor lain penyebab rawan pangan di Desa Ngadireso Kecamatan Poncokusumo.
Indikator-indikator yang paling berpengaruh terhadap kerawanan pangan adalah Pola Pangan Harapan dan Tingkat kemiskinan yang bersumber pada dua masalah utama yaitu daya beli masyarakat yang rendah, dan tingkat pendidikan masyarakat desa yang rendah.
Mengidentifikasi potensi-potensi yang dimiliki dilakukan melalui analisis kemampuan dan kesesuaian lahan, dan analisis system usaha tani. Potensi tersebut dikombinasikan dengan
hasil analisa akar tujuan sehingga didapatkan cara penanganan rawan pangan pangan di Desa Ngadireso Kecamatan Poncokusumo. Penanganan secara garis besar dari masalah rawan pangan antara lain (1) Melakukan upaya pekarangan lestari dengan menanam komoditas unggulan, dan (2) Memberikan pelatihan dan bantuan bidang sub sistem usaha tani
DAFTAR PUSTAKA
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur. 2011. Petunjuk Pelasanaan Program Aksi Desa Mandiri Pangan Tahun
2011. Surabaya: Badan Ketahanan
Pangan Provinsi Jawa Timur
Dewan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian & World Food Programme. 2009. Peta Ketahanan dan Kerentanan
Pangan Indonesia. Jakarta: Dewan
Ketahanan Pangan Departemen Pertanian & World Food Programme Menteri Pertanian. 1990. Kriteria Fungsi
Kawasan. Jakarta: Menteri Pertanian
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Repuplik Indonesia. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
Pemerintahan Desa Ngadireso. 2010. Profil Desa Ngadireso 2010. Kabupaten Malang: Pemerintahan Desa Ngadireso
SK Menteri Pertanian No. 837/ KPTS/UM/11/1980 dan No. : 683/KPTS/UM/ 8/1981
World Food Programe. 2005.Emergency Food Security Assessment Handbook. Rome-Italy-UNESCO
WFP, 2012. WFP Indonesia 2012 in Review. Jakarta- UNESCO