• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PERBEDAAN PENURUNAN TEKANAN DARAH MELALUI KONSUMSI PISANG AMBON PADA LANJUT USIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of PERBEDAAN PENURUNAN TEKANAN DARAH MELALUI KONSUMSI PISANG AMBON PADA LANJUT USIA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12 No. 2, Agustus 2017

PERBEDAAN PENURUNAN TEKANAN DARAH MELALUI KONSUMSI PISANG

AMBON PADA LANJUT USIA

Argi Virgona Bangun 1, Indra Febriyaji 2, M. Budi Santoso3

Program Studi Ilmu Keperawatan (S1) Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi Email : argie.virgona@gmail.com

Abstrak

Berdasarkan hasil riskesdas 2013, prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 25,8%. Salah satu terapi non farmakologi yang dapat menurunkan tekanan darah adalah terapi pisangambon. Dari hasil studi pendahuluan, 90% lansia dengan hipertensi tidak mengetahui bahwa pisang ambon dapat menurunkan tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh terapi jus pisang ambon dan pisang ambon makan langsung terhadap tekanan darah pada lansia penderita hipertensi. Metode yang digunakanadalah quasi eksperimental dengan desain penelitian non-equivalent control group. penelitian ini menggunakan tekhnik sampling consecutive sampling, dimana n = 9 pada tiap kelompok. Instrumen yang digunakan adalah sphygmomanometer digital dan timbangan makanan. Hasil uji t-independent pada TD sistolik didapatkan (p value) = 0.806> 0.05 dan TD diastolic didapatkan (p value) = 0.206 > 0.05. Hal ini menandakan tidak terdapat perbedaan pengaruh jus pisang ambon dan pisang ambon makan langsung terhadap tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di RW 15 wilayah kerja Puskesmas Citeureup Kota Cimahi. Dari hasil penelitian ini, kedua cara tersebut terbukti dapat menurunkan tekanan darah. Akan sangat baik bagi petugas kesehatan untuk melakukan penatalaksanaan non farmakologis kepada penderita hipertensi dengan menggunakan pisang ambon sebagai terapi, dengan menganjurkan agar menyisipkan buah tersebut baik dimakan langsung maupun diolah menjadi jus dalam menu harian lansia yang menderita hipertensi.

(2)

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12 No. 2, Agustus 2017

Abstract

Based on Riskesdas (2013) prevalence of elderly with hypertension in Indonesia was 25,8%. Previous study shown that 90% of elderly with hypertension did not know that ambon banana can reduce blood pressure level. The purpose of this study was to analyze the impact of ambon banana juice and ambon banana directly eaten therapy on blood pressure in elderly with hypertension on rw 15 at Working Area of PuskesmasCiteureup in Cimahi. This research implemented a quasi experimental method with non equivalent control group design. The consecutive sampling technique applied in recruiting the samples, with 9 respondents placed into each group of interventions. Instruments used were digital sphygmomanometer and food scale. P value of Independent t-test result for systolic blood pressure was 0.806 (> 0.05) and p value for diastolic blood pressure was 0.206 (> 0.05). The results of t dependent test showed that both of serving ways proven to have an impact on blood pressure. But according to t independent test result, there was no significant difference between Ambon Banana juice and Ambon Banana directly eaten therapy on blood pressure in elderly with hypertension on RW 15 at Working Area of Puskesmas Citeureup in Cimahi. It is suggested that health care officers using ambon banana in their non pharmacologic intervention by adding this fruit into elderly with hypertension’s daily diet to reduce blood pressure.

(3)

PENDAHULUAN

Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah mengalami peningkatan melebihi batas normal. Menurut WHO (2009, dalam Triyanto, 2014 ) Individu dewasa di atas 18 tahun dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan darah sistolik dan diastolic konsisten di atas 140/90 mmHg. Tekanan darah 140/90 mmHg didasarkan pada dua fase, yaitu 140 ketika darah sedang dipompa atau fase sistolik, dan 90 ketika darah kembali ke jantung atau fase diastolik.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi hipertensi yang terjadi pada usia lebih dari 18 tahun adalah 25,8%. Untuk provinsi dengan prevalensi paling tinggi adalah Bangka Belitung dengan 30,9% dan Provinsi dengan prevalensi paling rendah adalah Provinsi Papua dengan 16,8%. Untuk Provinsi Jawa Barat, prevalensinya adalah 29,4% dan menempati urutan keempat provinsi dengan kasus hipertensi terbanyak (Badan Litbangkes Kemenkes RI, 2014).

Hipertensi adalah penyakit sistemik yang dapat menimbulkan komplikasi dan menyebabkan terjadinya masalah lain jika tidak ditangani dan dikontrol secara berkala. Beberapa komplikasi yang dapat timbul di antaranya adalah stroke, kerusakan retina, gagal jantung, infarkmiokard, gagal ginjal dan edema paru. Selain komplikasi yang bersifat biologis, beberapa masalah lain seperti perubahan psikososial, ekonomi dan spiritual mungkin muncul pada lansia penderita hipertensi(Garnadi, 2012).

National Center For Complementary and Alternative Medicine of the National Institute of Health mengklasifikasian terapi dan system perawatan menjadi lima kategori. Salah satu dari kelima kategori tersebut adalahBiological Base Therapies (BBT). BBT merupakan jenis terapi komplementer yang menggunakan bahan-bahan herbal. Beberapa terapi herbal telah terbukti

mampu menurunkan tekanandarah, namun masih jarang diketahui masyarakat(Triyanto, 2014). Pisang ambon menjadi salah satu bahan herbal yang dapat dimanfaatkan. Selain mudah didapatkan, kandungan dalam pisang ambon terbukti mampu menurunkan tekanan darah.

Pisang ambon mengandung 540 mg kalium dalam 100 g pisang dan hanya mengandung 18 mg natrium, sedangkan rata-rata satu buah pisang ambon memiliki berat ±118 g, sehingga dalam satu buah pisang ambon mengandung ±630 mg kalium (Wade, 2016)

Kandungan kalium dalam pisang ambon mengakibatkan peningkatan konsetrasi dalam jaringan intraseluler sehingga dapat menarik cairan dari jaringan ekstraseluler, sehingga mengakibatkan peningkatan ekskresi natrium dalam urin (natriuresis) dan menurunkan tekanan darah (Megia, Rita, & Tanjung Seta, 2008).

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian quasi eksperimental dengan jenis desain Non-equivalent Control Group. Sampel pada penelitian ini terdiri dari 9 orang lansia dengan hipertensi pada masing-masing kelompok intervensi.Penelitian ini menggunakan analisa t-independent untuk mengetahui perbedaan pada kedua kelompok.

Setiap lansia diberikan pisang ambons ebanyak 1 buah / 140 gram perhari. Pada kelompok jus pisang ambon, pisang yang diolah sebanyak 140 gram danditambahkan air sebanyak ±150 cc.

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1.1 Rerata TD Sebelum Intervensi

Variabel Mean Standar

Deviasi

TD Sistolik

PretestKelompok I 145.56 4.157

TD Diastolik

PretestKelompok I 94.67 6.569

TD Sistolik

PretestKelompok II 149.33 6.042

TDDiastolik

PretestKelompok II 100.89 7.590

Berdasarkantabel 1.1., rerata tekanan darah pada kedua kelompok berada di kategori hipertensi derajat 1. Menurut WHO, batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan bila lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan sebagai

Tabel 1.2.Rerata TD SetelahIntervensi

Pembatasan konsumsi garam sangat baik bagi penderita hipertensi, dikarenakan sifat garam

hipertensi, dan diantara kedua nilai tersebut dinyatakan sebagai kategori normal tinggi. Berdasarkan patologi terjadinya hipertensi, proses terjadinya hipertensi terjadi melalui tiga mekanisme yaitu terjadi gangguan keseimbangan natrium, kelenturan atau elastisitas pembuluh darah berkurang dan menjadi kaku yang dapat diakibatkan oleh bertambahnya usia dan terjadinya penyempitan pembuluh darah (Masriadi, 2016).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih & Astuti (2008), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi pada usia lanjut antara lain jenis kelamin, riwayat keluarga, obesitas, kebiasaan olahraga, kebiasaan konsumsi kopi, konsumsi garam dan stress secara bersama-sama sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi pada usia lanjut.

Berdasarkan tabel 1.2., rerata tekanan darah pada kedua kelompok turun menjadi kategori normal tinggi dari sebelumnya kategori hipertensi derajat 1. Hal ini bisa diakibat kan oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi turunnya kadar tekanan darah, seperti diet rendahgaram, tingkat stress yang tidak terlalu tinggi dan asupan kalium yang tercukupi.

yang cenderung menahan air dan dengan sendirinya dapat menaikan tekanan darah (Dalimartha& Adrian, 2011).

Variabel Mean Standar

Deviasi

TD Sistolik Post

testKelompok I 130.89 5.622

TD Diastolik Post

testKelompok I 87.11 5.578

TD Sistolik Post

testKelompok II 131.78 9.066

TDDiastolik Post

(5)

Dari kedua kelompok intervensi di atas, diketahui bahwa terdapat pengaruh baik jus pisang ambon maupun pisang ambon yang dimakan langsung terhadap tekanan darah. Hal ini diakibatkan oleh kandungan kalium yang tinggi dalam pisang ambon. Kandungan kalium sangat bermanfaat bagi penderita hipertensi karena kalium dalam

pisang ambon mengakibatkan peningkatan konsentrasi kalium dalam jaringan intraseluler, sehingga dapat menarik cairan dari jaringan ekstraseluler sehingga mengakibatkan peningkatan ekskresi natrium dalam urin dan menurunkan tekanan darah (Megia, Rita, & Tanjung Seta, 2008).

Asupan kalium yang tinggi mengakibatkan peningkatan konsentrasi kalium dalam jaringan intraseluler. Ketika konsentrasi kalium dalam jaringan intraseluler tinggi, cairan dari jaringan ekstra seluler dapat tertarik sehingga mengakibatkan peningkatan ekskresi natrium dalam urin dan menurunkan tekanan darah.Kalium bersifat diuretik, sehingga pengeluaran natrium dan cairan meningkat, juga dapat menyebabkan vasodilatasi sehingga terjadi penurunan resistensi perifer dan meningkatkan curah jantung (Megia, Rita, & Tanjung Seta, 2008).

Tabel 1.3.Perbedaan TD Pre-Post Test

Selain itu, manajemen stress adalah hal yang harus dilakukan untuk mengontrol tekanan darah.Faktor lingkungan seperti stress berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi. Hubungan antara stress dengan hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Dengan mengelola stress secara baik, tentunya aktivitas saraf simpatis dapat terjaga sehingga tekanan darah dapat terkontrol (Triyanto, 2014).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Andria (2013) bahwa ada hubungan antara perilaku olahraga dan stress dengan tingkat hipertensi pada lanjut usia di posyandu lansia kelurahan gebang putih kecamatan sukolilo kota surabaya.

Variabel Mean Standar

(6)

Menurut Puspitorini (2009), kalium berfungsi sebagai pengatur cairan intraselular yang berfungsi sebagai pengatur cairan intraseluler sehingga dapat mencegah akumulasi cairan dan natrium dalam sel yang mampu meningkatkan tekanan darah. kalium merupakan suatu mineral yang sangat baik dalam menurunkan tekanan darah, selain itu kalium dapat memperlancar oksigenasi ke dalam otak dan dapat membantu menyeimbangkan cairan di dalam tubuh.

Tabel 1.4 Perbedaan Efektifitas

Dari tabel 1.4 tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan efektifitas pada kedua kelompok. Tidak adanya perbedaan efektifitas dari kedua kelompok intervensi tersebut dikarenakan baik kelompok intervensi I yang mengkonsumsi jus pisang ambon maupun kelompok intervensi II yang mengkonsumsi pisang ambon yang dimakan secara langsung mendapatkan takaran pisang ambon yang sama, yaitu 140 gram pisang ambon perhari. Dalam pengolahan pisang ambon menjadi jus, tidak ditambahkan unsur lain selain air, sehingga unsur yang bekerja hanyalah kandungan dari pisang ambon itu sendiri.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tangkilisan, Kalangi, & Gresty (2013). Dari hasil uji t-dependent dari data tekanan systole sebelum dan sesudah diberikan terapi menunjukan nilai p value = 0,0001. Hasil uji t-dependenttekanan darah diastole sebelum dan sesudah diberikan terapi menunjukan p value = 0,0001. Hal ini berarti secara signifikan terapi diet pisang ambon dapat menurunkan tekanan darah pada klien hipertensi.

Menurut Wade (2016), dalam 100 gram pisang ambon terdapat 540 mg kalium, sehingga dalam satu hari baik kelompok intervensi I maupun kelompok intervensi II mendapat 756 mg kalium perhari selama intervensi.

Kandungan kalium dalam pisang ambon sangat bermanfaat bagi lansia penderita hipertensi, baik yang tanpa obat maupun dengan obat. Pada lansia yang tanpa obat, kandungan kalium dalam pisang ambon dapat menjaga keseimbangan cairan intraselular sehingga mencegah akumulasi cairan dan natrium dalam sel yang dapat meningkatkan tekanan darah (Puspitorini, 2009). Pada lansia dengan obat-obatan anti hipertensi seperti diuretik, kandungan kalium dalam pisang ambon sangat bermanfaat, mengingat diuretik bekerja dengan cara menurunkan volume plasma dengan cara menekan reabsorpsi natrium oleh tubulus ginjal yang akan meningkatkan ekskresi natrium, air dan menurunkan curah jantung. Ion natrium mengakibatkan retensi air yang menyebabkan retensi air sehingga terjadi peningkatan volume darah, daya tahan pembuluh darah meningkat dan memperkuat efek vasokontriksi non adrenalin (Tjay & Rahardja, 2007).

Variabel Mean Standar

(7)

SIMPULAN DAN SARAN

1. Rerata tekanan darah sebelum intervensi pada kedua kelompok termasuk kedalam kategori hipertensi derajat 1

2. Rerata tekanan darah setelah intervensi pada kedua kelompok termasuk kedalam kategori normal tinggi.

3. Terdapat pengaruh jus pisang ambon dan pisang ambon makan langsung terhadap tekanan darah pada lansia penderita hipertensi.

4. Tidak terdapat perbedaan pengaruh jus pisang ambon dan pisang ambon makan langsung terhadap tekanan darah pada lansia penderita hipertensi.

Bagi lansia penderita hipertensi, disarankan untuk mengkonsumsi pisang ambon satu buah perhari atau sebanyak 140 gram, baik dengan cara dimakan langsung ataupun mengolahnya menjadi jus.

REFERENSI

Badan Litbangkes Kemenkes RI. (2014). Prevalensi Hipertensi pada umur ≥18 tahun. Pusat Data dan Informasi Kesehatan RI, 4.

Dalimartha, S., & Adrian, F. (2011). Khasiat Buah dan Sayur. Jakarta: Penebar Swadaya.

Garnadi, Y. (2012). Hidup Nyaman Dengan Hipertensi. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Masriadi. (2016). Epidemiologi Penyakit Tidak menular. Jakarta: Trans Info Media.

Megia, Rita, & Tanjung Seta. (2008). Cukup Dua Saja! Kumpulan Artikel Kesehatan Intisari. Jakarta: PT Intisari Mediatama.

Puspitorini, M. (2009). Cara Mudah Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: Image Press.

Tangkilisan, L. R., Kalangi, S., & Gresty, M. (2013). Pengaruh Terapi Diet Pisang Ambon (Musa Paradisiaca Var. Sapientum Linn) Terhadap penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Kota Bitung. ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 1.

Tjay, H., & Rahardja, K. (2007). Obat-obat Penting Edisi IV. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Triyanto, E. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wade, C. (2016). Mengatasi Hipertensi. Bandung: Nuansa Cendekia.

(8)

Gambar

Tabel 1.2.Rerata TD SetelahIntervensi
Tabel 1.3.Perbedaan TD Pre-Post Test
Tabel 1.4 Perbedaan Efektifitas

Referensi

Dokumen terkait

Bila gaya tahan rata-rata tanah 10 3 N, maka banyaknya tumbukan martil yang perlu dilakukan terhadap tongkat agar menjadi rata dengan permukaan tanah adalah .... 10 kali Kunci :

(3) pada masing-masing tipe pola asuh orang tua otoriter, demokratis, maupun permisif, pendekatan pembelajaran Quantum Learning dengan metode diskusi menghasilkan

[r]

Dengan diketahui pengaruh motivasi belajar mahasiswa dan kompetensi dosen terhadap prestasi belajar mahasiswa untuk mata kuliah pengantar ekonomi tersebut di atas, maka

Hasil penelitian pada variabel bukti fisik terhadap keputusan siswa dalam memilih Sekolah menengah kejuruan di Surabaya membuktikan teori Adam (Supriyani dan Susilo,

Dari pemaparan analisa diatas, r>ahin dan murtahin adalah orang yang berakal serta r>ahin dan murtahin melakukan transaksi tersebut dengan suka sama rela,

2-3 Diagram Pendinginan Kontinu atau diagram CCT ( baja ASTM 4340) Dari gambar dapat dilihat bahwa bila kecepatan pendinginan naik yang berarti waktu pendinginan dari

Masih terkait dengan pengusaha pakaian jadi di No.13, jika kebutuhan kain untuk baju anak-anak mencapai 1,5 meter/potong, sedangkan untuk baju dewasa 2 meter/potong, dan