Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
DESKRIPSI MUSIK CAMPUR SARI GRUP KRIDO LARAS
DALAM KONTEKS HIBURAN PADA MASYARAKAT JAWA
DI KOTA MEDAN
SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN
O
L
E
H
NAMA : MANRIHOT M. SINAGA
NIM : 030707026
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS SASTRA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI
MEDAN
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
DESKRIPSI MUSIK CAMPUR SARI GRUP KRIDO LARAS
DALAM KONTEKS HIBURAN PADA MASYARAKAT JAWA
DI KOTA MEDAN
SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN
O
L
E
H
NAMA : MANRIHOT M. SINAGA
NIM : 030707026
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara
untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Seni dalam bidang Etnomusikologi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS SASTRA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI
MEDAN
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
DESKRIPSI MUSIK CAMPUR SARI GRUP KRIDO LARAS
DALAM KONTEKS HIBURAN PADA MASYARAKAT JAWA
DI KOTA MEDAN
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
Drs. Fadlin Drs. Bebas Sembiring, M.Si
NIP : NIP :
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Seni dalam bidang Etnomusikologi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS SASTRA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI
MEDAN
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
PENGESAHAN
Diterima oleh :
Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Untuk Melengkapi Salah
Satu Syarat Ujian Sarjana Seni Bidang Etnomusikologi Pada Fakultas Sastra USU
Medan
Pada tanggal :
Hari :
Tanggal :
Fakultas Sastra USU
Dekan
Drs. Syaifuddin, M.A, Ph.D
NIP. 19650909 199403 1 004
Panitia Ujian
No. Nama Tanda Tangan
1.
2.
3.
4.
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
DISETUJUI OLEH :
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Medan, Desember 2009
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI
Ketua
Dra. Frida Deliana Harahap, M.Si
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR ...vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2 Pokok Permasalahan ... 7
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
1.3.1 Tujuan Penelitian... 7
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 8
1.4 Konsep dan Teori ... 9
1.4.1 Konsep ... 9
1.4.2 Teori ... 10
1.5 Metode Penelitian ... 12
1.5.1 Studi Perpustakaan ... 12
1.5.2 Penelitian di Lapangan ... 12
1.5.3 Kerja Laboratorium ... 13
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
BAB II DESKRIPSI GEOGRAFIS DAN BUDAYA MASYARAKAT JAWA DI
KOTA MEDAN ... 15
2.1 Sejarah Kota Medan ... 15
2.2 Letak Geografis ... 16
2.3 Pemerintahan ... 19
2.4 Suku Jawa di Kota Medan dan Tinjauan Historisnya ... 23
2.5 Sistem Kekerabatan Masyarakat Jawa ... 24
2.6. Agama dan Kepercayaan BAB III MUSIK CAMPURSARI ... 28
3.1 Sejarah Musik Campursari di Indonesia ... 28
3.2 Tokoh Campursari... 34
3.3 Alat-alat Musik Campursari ... 39
3.3.1 Gamelan ... 40
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
3.3.6 Drum Set
...
53
3.4 Lagu-lagu ... 54
3.5 Sejarah Musik Campursari di Medan ... 55
BAB IV DESKRIPSI MUSIK CAMPURSARI KRIDO LARAS ... 59
4.1 Pertunjukan Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan ... 59
4.2 Proses Pemesanan ... 62
4.3 Proses Latihan ... 63
4.4 Persiapan Pertunjukan ... 66
4.5 Acara Temu Manten ... 75
4.6. Pertunjukan Campursari ... 81
4.6.1 Persiapan di Panggung ... 81
4.6.2 Pertunjukan Musik ... 85
BAB V PENUTUP ... 100
5.1 Kesimpulan ... 100
5.2 Saran ... 101
DAFTAR PUSTAKA
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
Daftar Tabel dan Gambar
1. Gambar 1 (Peta Kota Medan) ……….hal 16
2. Tabel 1 ( Data Pemerintahan Kota Medan) ………... hal 19
3. Tabel 2 (Jumlah Penduduk Kota Medan) ………. hal 20
4. Tabel 3 (Perbandingan Etnis di Kota Medan) ………hal 22
5. Gambar 2 : Manthous ……… hal 35
6. Gambar 3 : Didi Kempot ………... hal 37
7. Gambar 4 ( Satu set gamelan) ………. hal 40
8. Gambar 5 ( Kendang Klasik dan Kendang Jaipong) ………. hal 43
9. Gambar 6 ( saron dan demung) ………. hal 44
10.Gambar 7 (gender)……….. hal 45
11.Gambar 8 (gong) ………. hal 46
12.Gambar 9 (rebab) ……….hal 47
13.Gambar 10 (siter dan celempung) ……….. hal 48
14.Gambar 11 (gitar elektrik) ………hal 49
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
16.Gambar 13 (rebana) ……….. hal 51
17.Gambar 14 (keyboard) ……….. hal 52
18.Gambar 15 (drum set) ………hal 53
19.Tabel 4 (daftar lagu-lagu) ……….. hal 54
20.Gambar 16 (keyboard) ………hal 67
21.Gambar 17 (gitar elektrik dan bass) ……….. hal 68
22.Gambar 18 (saron dan demung) ………. hal 69
23.Gambar 19 (drum set) ………. hal 70
24.Gambar 20 (kendang klasik dan kendang jaipong) ………. hal 71
25.Gambar 21 (rebana) ………..hal 72
26.Gambar 22 (kendang koplo) ……….hal 73
27.Gambar 23 (gong) ……… hal 74
28.Gambar 24 (acara tukar kembang mayang) ………..hal 78
29.Gambar 25 (acara pijak telur) ………hal 78
30.Gambar 26 (acara gendong manten) ………. hal 79
31.Gambar 27 (acara gendong manten) ………..hal 79
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
33.Gambar 29 (proses persiapan keyboard dan bass)……….. hal 81
34.Gambar 30 (persiapan pemain demung dan kendang) ……….. hal 82
35.Gambar 31 (persiapan pemain gitar elektrik)……….. hal 83
36.Gambar 32 (bapak Sunardi memberikan pengarahan) ……… hal 84
37.Gambar 33 (pembaw acara sekaligus penyanyi :Mas Anto) ………hal 86
38.Gambar 34 (penyanyi Netty) ………hal 88
39.Gambar 35 (memperbaiki kendang jaipong ketika pertunjukan ………. hal 89
40.Gambar 36 (penyanyi Ely Suprita)………hal 90
41.Gambar 37 (lagu permintaan oleh bapak Ramli)……… hal 92
42.Gambar 38 (undangan yang berdatangan)……….hal 95
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
KATA PENGANTAR
Pertama – tama penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus
yang telah memberikan kekuatan, kemampuan, dan berkat kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini berjudul DESKRIPSI MUSIK CAMPURSARI GRUP KRIDO
LARAS DALAM KONTEKS HIBURAN PADA MASYARAKAT JAWA DI
KOTA MEDAN yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Seni (S.Sn) pada Departemen Etnomusikologi Fakultas Sastra Universitas
Sumatera Utara Medan.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis secara khusus
mengucapkan terima kasih kepada orang tua penulis yang telah banyak memberikan
dukungan dan semangat yang tidak habis-habisnya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Syaifuddin, M.A,
Ph. D, selaku Dekan Fakultas Sastra USU, Ibu Dra. Frida Deliana Harahap, selaku
Ketua Departemen Etnomusikologi. Kepada bapak Drs. Fadlin sebagai pembimbing I
penulis. Begitu juga kepada Bapak Drs. Bebas Sembiring sebagai dosen pembimbing
II, yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, dosen – dosen lainnya yang menjadi staf pengajar di
Departemen Etnomusikologi yang juga telah membantu penulis dalam menyelesaikan
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh informan yang telah
membantu penulis selama masa penelitian.
Penulis menyadari Skripsi ini masih belum dapat dikatakan sempurna, oleh
sebab itu penulis mengharapkan sekali masukan-masukan dan saran-saran yang
sifatnya membangun dari pembaca sekalian, sehingga lebih mengharap kepada
kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu Etnomusikologi.
Harapan penulis semoga karya tulis ini dapat bermanfaat dan menjadi
masukan baru yang sangat bermanfaat bagi masyarakat Jawa khususnya dan bagi
masyarakat luas umumnya.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan meminta maaf kepada
pembaca apabila terdapat kesalahan dalam tulisan yang diluar kesenjangan penulis.
Medan, Desember 2009
Penulis
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Masyarakat Indonesia memiliki berbagai jenis kebudayaan, salah satu
diantaranya adalah seni tradisi. Seni tradisi berkembang sesuai dengan keadaan
lingkungan dan dinamika peradaban masyarakat yang berbeda-beda di wilayah
Indonesia. Gambaran tentang bentuk ungkapan seni itu bermacam-macam seperti seni
rupa, seni musik, seni sastra dan lainnya. Seni tradisi berbeda antara daerah yang satu
dengan daerah yang lainnya, disebabkan oleh latar belakang budaya yang berbeda.
Setiap kebudayaan akan mengalami perubahan atau perkembangan, karena
tidak ada kebudayaan yang statis hanya saja laju perkembangannya berbeda-beda,
ada yang cepat dan ada juga yang lambat. Ini membuktikan bahwa dunia pikiran
manusia berkembang dari zaman ke zaman.1
1
Rafael R. Maran : Manusia dan Kebudayaan Dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar. Rineka Cipta. Jakarta
Hal ini juga terjadi di dalam seni tradisi
yang ada di masyarakat Jawa, khususnya yang ada di Medan. Di mana pada awalnya
musik yang terdapat di masyarakat jawa adalah musik Gamelan. Seiring
perkembangan zaman terjadi perubahan. Di mana dewasa ini penyajian musik dalam
konteks hiburan sudah mengalami perkembangan dengan penambahan alat musik dari
dunia barat/modern. Dari perubahan yang terjadi ini menghasilkan berbagai bentuk
yang berbeda dan baru di kebudayaan masyarakat Jawa. Dimana salah satu bentuk
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
Musik Campursari adalah perpaduan antara alat musik gamelan dengan alat
musik dari luar kebudayaan Jawa. Alat musik ini antara lain adalah keyboard, drum,
bass, gitar, gendang. Perpaduan ini membuat sebuah musik yang berbeda. Karena ke
dua jenis musik antara gamelan dengan Campursari mempunyai gaya, teknik
permainan, karakteristik nada yang berbeda. Dalam permainannya kedua jenis musik
ini saling mengisi antara satu dengan yang lainnya Perpaduan antara alat musik
tradisi gamelan dengan alat musik modern menghasilkan nada-nada yang baru dan
indah.. Inilah yang dimaksud dengan Campursari.
Awal mula terbentuknya musik Campursari ketika Waljinah yang seorang
penyanyi keroncong menggabungkan antara musik keroncong dengan gamelan, hal
ini kemudian di kembangkan dan diperbaharui oleh Manthous seorang pemusik
tradisi2
Dalam perkembangannya musik Campursari ini menyebar ke berbagai daerah
di lingkungan masyarakat Jawa yang yang ada di Indonesia. Terutama daerah yang
ada terdapat masyarakat Jawa. Hal ini juga terlihat di kota Medan, di mana di daerah
kota Medan banyak terdapat masyarakat Jawa, baik yang datang secara merantau dari . Dimana Manthous menggabungkan antara alat musik gamelan dengan
alat-alat musik modern seperti keyboard, gitar, bass, drum dan alat-alat musik yang lain. Inilah
awal mulanya terbentuk musik Campursari, yang kemudian berkembang dengan
pesat, terutama di Yogyakarta sebagai pusatnya. Musik Campursari dipertunjukkan
dalam acara perkawinan, bersih desa, acara nasional bahkan acara hiburan. Sehingga
dapat dikatakan, bahwa musik Campursari dapat dipertunjukkan di semua kegiatan.
2
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
pulau Jawa ataupun yang lahir di kota Medan.
Musik Campursari berkembang di kota Medan berawal dari tahun 2000.
Ketika seorang pegawai Dinas Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) sekaligus
pemusik yang bernama Bapak Sunardi berkunjung ke pulau Jawa. Sepulang dari
Jawa, muncul ide ingin membuat musik Campursari di kota Medan. Keinginan ini
diwujudkan dengan membentuk grup musik yang bernama Krido Laras. Pada
awalnya, kegiatan grup musik Krido Laras hanya untuk tempat berkumpulnya
pemusik dan sebagai sarana latihan antara Bapak Sunardi dengan teman-temannya
yang aktif di paguyuban warga Jogyakarta. Seiring berjalannya waktu, Grup krido
Laras mulai tampil di acara Paguyuban Yogya yang ada di kota Medan. Musik yang
ditampilkan hanya untuk dikonsumsi oleh sesama mereka yang tergabung dalam
paguyupan.
Pada tahun 2002, Bapak Mudyono yang seorang mantan Ketua DPR
Prop.Sumatera Utara mengadakan acara perkawinan anaknya. Sebagai sesama
anggota paguyuban, Bapak Mudyono meminta agar Grup Musik Krido Laras yang
mengisi acara musik di pesta perkawinan anaknya. Grup Musik Krido Laras sukses
dalam pentas perdana di depan umum karna tanu-tamu yang hadir senang dan merasa
tertarik dengan pertunjukan musik gamelan, dimana alat seperangkat alat musik
gamelan yang di gabung dengan alat musik modern seperti bass, drum, gitar dan
gendang.. Sesudah selesai pertunjukan, maka Bapak Mudyono meminta kepada
Bapak Sunardi agar grup musik Campursari dikembangkan karna membuat suatu
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
musik Krido Laras dapat menghadang pengaruh buruk dari musik Mak Lampir yang
lagi populer pada tahun 2002.
Walaupun sukses pada penampilan perdananya, grup musik Krido Laras
belum di terima oleh masyarakat Jawa pada umumnya, banyak yang mencibir karena
menyamakan Krido Laras dengan grup musik dangdut yang lagi populer. Hal ini
dapat dimaklumi karena pada tahun 2002 image grup musik pada masyarakat bawah
identik dengan musik malam, minuman keras, wanita dan kekerasan. Tapi Bapak
Sunardi tidak mundur dan menyerah, beliu membuktikan dengan sikap dan perbuatan
dari anggota Krido Laras yang bersikap sopan , tidak minum minuman keras serta
berpakaian yang sopan. Dimana penyanyi wanita memakai kebaya serta pemusik
memakai pakaian adat Jawa. Hal ini sesuai dengan arti dari nama Krido Laras. Krido
artinya kerja. Sedangkan Laras adalah serasi. Sehingga Krido Laras adalah pekerjaan
yang serasi. Hal ini adalah falsafah dasar dari pembentukan Krido Laras, dimana
pekerjaan memainkan musik itu tidak bertentangan dengan jiwa dan tidak menggangu
kerja Bapak Sunardi sebagai pegawai negeri. Usaha Bapak Sunardi tidak sia-sia,
karena masyarakat Jawa melihat bahwa grup musik Krido Laras benar murni ingin
memainkan musik tidak hal yang lain. Lambat laun permintaan untuk tampil mengisi
acara di masyarakat Jawa,baik itu dalam konteks perkawinan, bersih desa, acara
pemerintahan bahkan acara hiburan yang diadakan.
Dalam pertunjukannya,musik yang ditampilkan grup musik Krido Laras tidak
berpatokan kepada nyanyian Jawa melainkan semua lagu-lagu dapat dimainkan. Baik
itu lagu pop, lagu tradisi suku lain, bahkan lagu dari bangsa lain seperti China,Barat
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
sehingga semua lagu bisa dimainkan oleh grup musik Krido Laras. Hal ini sesuai
dengan irama lagu yang ada di Campursari, di mana untuk tempo cepat di iringi
dengan irama jaipong. Irama jaipong dapat mengiringi semua jenis lagu yang
berirama cepat. Sedangkan untuk lagu yang berirama lambat dapat dimainkan dengan
irama langgam. Ketika diwawancarai, Bapak Sunardi mengatakan bahwa umumnya
setiap pertunjukannya, grup musik Krido Laras membawakan lima puluh persen lagu
jawa dan lima puluh persen lagu-lagu pop. Tapi hal ini bisa berubah tergantung
permintaan dari si empunya hajatan.
Grup musik Krido Laras beranggotakan 30 orang personil. Hal ini terdiri dari
3 orang penyanyi, pemusik dan pewayang. Namun pada umumnya, setiap tampil
beranggotakan 20 personil, dikarenakan tidak setiap saat grup Krido Laras
menampilkan musik dengan wayang. Hal ini sesuai dengan permintaan. Dalam
pertunjukannya grup Krido Laras tampil di acara pesta perkawinan, bersih desa,
maupun acara hiburan. Ketika tampil diacara perkawinan, grup musik Krido Laras
akan tampil sesudah selesai acara temu/adat .Biasanya tampil sekitar antara jam dua
siang sampai jam enam sore, yang kemudian dilanjutkan lagi mulai dari jam delapan
malam sampai dengan jam sepuluh malam, ataupun kalau mundur biasanya hanya
sampai jam dua belas malam. Pertunjukan tidak boleh lebih dari jam dua belas
dengan alasan untuk menjaga dampak negatif dari pertunjukan,seperti akan terjadi
kekacauan akibat semakin larut malam. Sedangkan untuk pertunjukan lainnya seperti
bersih desa dan hiburan, biasanya berlangsung mulai dari sekitar jam sebelas pagi
sampai malam hari, tapi tetap tidak boleh lebih dari jam dua belas
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
Sejak tahun 2000 sampai sekarang, Krido Laras sudah sering tampil dan ikut
mengisi acara seperti Ulang tahun Pujakesuma, mengiringi Koes Hendratomo dan
Edi Silitonga pada tahun 2002 di Tiara Convention Hotel, bahkan sudah tampil di
Universitas Malaysia dalam rangka pertukaran budaya pada tahun 2003. Seiring
berjalannya waktu, akhirnya banyak grup musik Campursari yang muncul di kota
Medan seperti di sekitar Marelan ada grup Campursari seperti Langen Budoyo,
Centong Raos, Santi Laras. Sedangkan di daerah sekitar gedung Johor ada grup
Campursari yang bernama darma Budaya.(Wawancara dengan bpk.Sunardi, Oktober
2009)
Melihat hal ini, penulis ingin melihat lebih jauh lagi dengan mengadakan
penelitian tentang grup musik Krido Laras dengan beberapa pertimbangan,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Bahwa grup musik Krido Laras adalah yang pertama sekali di kota Medan,
dapat dikatakan sebagai perintis memperkenalkan musik Campursari.
2. Bahwa setiap tampil, grup musik Krido Laras memainkan alat musik yang
lengkap (gamelan ditambah drum, bass, gitar, keyboard dan kendang).
Terlihat lain dengan pertunjukan beberapa grup Campursari lainnya. Hanya
memakai keyboard ditambah dengan alat musik gamelan. Sehingga sederhana
dan jauh dari kesan musik Campursari, yang artinya menggabungkan
beberapa alat musik dengan gamelan.
3. Bahwa musik yang ditampilkan semua bersifat hiburan, dan kalaupun tampil
di acara perkawinan adat Jawa ataupun acara resmi sifatnya adalah untuk
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
Dengan melihat ke tiga hal di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melihat
lebih jauh dengan mengangkatnya ke dalam suatu penelitian ilmiah dengan judul
“DESKRIPSI MUSIK CAMPURSARI GRUP KRIDO LARAS DALAM
KONTEKS HIBURAN PADA MASYARAKAT JAWA DI KOTA MEDAN”
1.2.Pokok Permasalahan
Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana proses masuknya musik Campursari ke masyarakat Jawa kota
Medan.
2. Sejauh mana pemakaian alat musik oleh grup Krido Laras dalam konteks
hiburan pada masyarakat Jawa yang ada di kota Medan.
3. Melihat sampai sejauh mana perubahan pemakaian alat-alat musik.
1.3.Tujuan dan Manfaat
1.3.1. Tujuan
Setiap penelitian yang dilakukan mempunyai tujuan dan manfaat yang harus
dicapai pada akhirnya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Mantle
Hood tentang Etnomusikologi dalam Willi Apel dalam Rahayu Supanggah yang
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
mempelajari apapun, tidak hanya dari segi musiknya tetapi juga melihat hubungan
dengan konteks budaya nya.
Berdasarkan teori diatas, maka penulis membuat tujuan penelitian ini adalah:
1. Bagaimana proses masuknya musik Campursari ke masyarakat Jawa yang ada
di kota Medan.
2. Untuk mengetahui peranan grup musik Krido Laras dalam konteks hiburan
pada masyarakat Jawa di kota Medan.
3. Untuk mengetahui sejauh mana perubahan penggunaan alat musik dan lagu di
musik Campursari khususnya dalam grup musik Krido Laras.
4. Untuk memenuhi syarat ujian sarjana seni di Program Studi Etnomusikologi,
Fakultas Sastra USU.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Dari tujuan diatas, maka tulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
masyarakat Jawa secara umum, serta bagi Program studi Etnomusikologi dan
masyarakat seni Indonesia. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai sumber pemikiran bagi peneliti lainnya yang akan mengkaji lebih
dalam tentang keberadaan musik Campursari.
2. Untuk mengaplikasikan ilmu yang penulis peroleh selama menempuh
pendidikan di program studi Etnomusikologi di Fakultas Sastra USU.
3. Sebagai bahan dokumentasi tentang musik Campursari di lingkungan
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
1.4.Konsep dan Teori
1.4.1. Konsep
Konsep atau pengertian adalah gambaran abstrak terhadap sesuatu hal yang
akan di lihat.
Deskripsi merupakan unsur serapan dari bahasa inggris description. Menurut
Echols dan Shadily pengertiannya adalah menggambarkan atau melukiskan3
Musik adalah ekspresi budaya dari seseorang atau masyarakat di mana
satu-satunya ikatan antara musik dan kehidupan adalah emosi; musik tidak terpakai jika
tidak ada emosi. Musik ini disampaikan melalui medium bunyi,baik itu berupa suara
manusia,alat musik maupun ganbungan dari keduanya.4 Sedangkan menurut kamus
besar bahasa Indonesia, musik adalah nada-nada yang disusun sedemikian rupa
sehingga mengandung irama,lagu dan keharmonisan (1990). M.Soeharto mengatakan
bahwa musik adalah seni pengungkapan gagasan melalui bunyi yang mempunyai
unsur berupa melodi,irama,harmoni dengan dasar pendukung berupa gagasan,sifat
dan warna bunyi (1978:102)5
Konsep diatas merupakan konsep musik secara universal,sedangkan dalam
tulisan iniyang dibicarakan adalah musik Campursari. Menurut informan,bahwa
musik Campursari adalah penggabungan alat musik yang memakai alat musik
tradisional Jawa yaitu gamelan dengan alat musik diluar kebudayaan Jawa seperti
bass, gitar, drum, keyboard dan kendang. Sehingga penulis menyimpulkan bahwa .
3
M.Echols dan H.Shadily : Kamus Indonesia – Inggris. Gramedia 2000
4
T.Luckman Sinar: Pengantar Etnomusikologi dan Tarian Melayu
5
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
musik Campursari adalah penggabungan antara dua jenis alat musik atau lebih dari
dua kebudayaan yang berbeda yang menghasilkan nada yang baru.
Krido Laras adalah nama grup musik Campursari yang dipimpin oleh Bapak
Sunardi. Sedangkan kota Medan adalah nama lokasi tempat penelitian yang dilakukan
oleh penulis. Kota Medan adalah ibukota dari Provinsi Sumatera Utara.
Masyarakat adalah kesatuan hidup yang berinteraksi menurut suatu sistem
adat istiadat tertentu yang bersifat kontiniu, dan terikat oleh suatu rasa identitas
bersama. Selanjutnya masyarakat Jawa yang dimaksud adalah orang dari suku Jawa
yang ada do kota Medan yang mempergunakan kebudayaan Jawa.
1.4.2. Teori
Teori adalah pendapat yang akan diterapkan untuk melihat dan memecahkan
suatu masalah. Berbicara tentang musik Campursari pada masyarakat Jawa, tidak
terlepas dari gejala pergeseran budaya. Untuk membahas masalah tersebut penulis
mengacu pada teori yang dibawakan oleh ahli antropologi yang mengatakan bahwa
gejala-gejala yang sedang berlangsung dan bergeser disebut dengan dinamika sosial6
Penulis juga mengutip teori Soedarsono yang mengatakan bahwa secara garis
besar fungsi seni pertunjukan dalam kehidupan manusia dikelompokkan menjadi 3
yaitu, (1) seni sebagai sarana ritual, penikmatnya adalah kekuatan-kekuatan yang
tidak kasat mata, (2) seni sebagai sarana hiburan pribadi, penikmatnya adalah
pribadi-pribadi yang melibatkan diri dalam pertunjukan, dan (3) seni sebagai presentasi
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
Dari penggunaan teori yang disampaikan oleh R.M.Soedarsono (1999:170), penulis
melihat sebagai presentasi estetis, yang pertunjukannya harus dipresentasikan atau
disajikan kepada penonton.
Untuk menotasikan musik, penulis akan berpedoman pada tulisan Seeger
(1971) yang mengemukakan bahwa ada dua jenis notasi, yang dibedakan menurut
tujuan notasi tersebut. Pertama adalah notasi perskriptif yaitu notasi yang bertujuan
untuk seorang penyaji (bagaimana ia harus menyajikan sebuah komposisi dari
musik), selanjutnya disebutkan bahwa notasi ini merupakan suatu alat untuk
membantu mengingat. Kedua adalah notasi deskriptif yakni, notasi yang bertujuan
untuk menyampaikan kepada pembaca ciri-ciri dan detail-detail dari komposisi musik
yang memang belum diketahui oleh pembaca.
Menurut penulis teori-teori dengan pendekatan para ahli tersebut di atas
sangat relevan dengan topic permasalahan dalam tulisan ini, oleh karena itu penulis
akan menggunakannya sebagai landasan kerangka berfikir untuk pembahasan
selanjutnya.
6
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
1.5.Metode Penelitian
Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif Penelitian
yang bersifat deskriptif, bertujuan menggambarkan secara tepat sifat–sifat suatu
individu, keadaan, gejala, kelompok tertentu, untuk menentukan sifat–sifat suatu
individu, keadaan, gejala, kelompok tertentu, untuk menentukan frekuensi
penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala
dan gejala lain dalam masyarakat. Dalam hal ini tergantung dari sedikit banyaknya
pengetahuan tentang masalah yang bersangkutan
1.5.1. Studi Perpustakaan
Untuk mencari tulisan-tulisan pendukung, sebagai kerangka landasan berfikir
dalam tulisan ini, adapun yang dilakukan adalah studi kepustakaan. Kegiatan ini
dilakukan untuk menemukan literatur atau sumber bacaan, guna melengkapi data
yang dibutuhkan dalam penulisan dan penyesuaian data dari hasil penelitian
lapangan. Sumber bacaan atau literatur itu dapat berasal dari penelitian yang sudah
pernah dilakukan sebelumnya dalam bentuk skripsi.
1.5.2. Penelitian di Lapangan
Dalam penelitian di lapangan penulis melakukan pengamatan,wawancara dan
perekaman/pencatatan data. Selain itu penulis juga melaksanakan interaksi dengan
para informan dan penonton untuk mendukung mudahnya pelaksanaan penelitian.
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
langsung pada objek penelitian. Namun tetap menjaga etika sebagai seorang peneliti,
tetap bertindak sebagai outsider terhadap objek penelitian.
Penulis mengadakan penelitian di kota Medan. Penulis memilih kota Medan
sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Grup musik Krido Laras sering mengadakan pertunjukan di kota Medan.
2. Tempat tinggal para pemusik dan juga pimpinan dari grup musik Krido Laras
bertempat tinggal di Medan. Hal ini memungkinkan setiap saat penulis dapat
menjumpai mereka jika ada data yang masih kurang dan perlu wawancara dengan
para pemusik.
3. Lokasi penelitian dekat agar peneliti dengan mudah dapat melihat kegiatan
pertunjukan dari grup musik Krido Laras
1.5.3. Kerja Laboratorium
Semua data yang telah diperoleh dari penelitian dilapangan dan studi
kepustakaan ankan dianalisis agar sesuai dengan pembahasan sehingga menghasilkan
suatu tulisan yang baik dalam melakukan penelitian. Ketika penulis masih
kekurangan data, maka untuk mengatasi hal tersebut penulis mengadakan evaluasi
ulang dan terkadang penulis juga melakukan wawancara dengan pengamatan ulang
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
1.5.4. Kesimpulan dan Saran
Sesudah selesai dianalisis barulah penulis membuat ke dalam satu bentuk
laporan penelitian. Di mana dalam laporan penelitian ini penulis membuat
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik C Jawa Di Kota Medan, 2010.
BAB II
DESKRIPSI GEOGRAFIS DAN BUDAYA MASYARAKAT JAWA
DI KOTA MEDAN
2.1. Sejarah
Medan didirikan ole
John Anderson, orang Eropa pertama yang mengunjungi Deli pada tahun 1833
menemukan sebuah kampung yang bernama Medan. Kampung ini berpenduduk 200
orang dan dinyatakan sebagai tempat kediaman
telah menjadi kota yang penting di luar Jawa, terutama setelah pemerintah kolonial
membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran.
Terdapat dua gelombang migrasi besar ke Medan. Gelombang pertama berupa
kedatangan oran
tah
sebagian besar dari mereka lari meninggalkan kebun dan sering melakukan
kerusuhan. Perusahaan kemudian sepenuhnya mendatangkan orang Jawa sebagai kuli
perkebunan. Orang-orang Tionghoa bekas buruh perkebunan kemudian didorong
untuk mengembangkan sektor perdagangan. Gelombang kedua ialah kedatangan
ora
bekerja sebagai buruh perkebunan, tetapi untuk berdagang, menjadi
Sejak tahu
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
penyerahan kedaulatan, kota Medan telah bertambah luas hampir delapan belas kali
lipat. Sehingga hingga saat ini wilayah kota Medan mencapai 265,10 km².
2.2. Letak Geografis
Kota Medan adalah
merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat. Kota Medan memiliki luas
26.510 Hektar (265,10 Km 2 ) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara.
Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas
wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara
geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44'
Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada
pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter diatas permukaan laut.
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
Dengan wilayah Kota Medan dibagi menjadi
1. Medan Tuntungan 12. Medan Sunggal
2. Medan Selayang 13. Medan Helvetia
3. Medan Johor 14. Medan Barat
4. Medan Amplas 15. Medan Petisah
5. Medan Denai 16. Medan Timur
6. Medan Tembung 17. Medan Perjuangan
7. Medan Kota 18. Medan Deli
8. Medan Area 19. Medan Labuhan
9. Medan Baru 20. Medan Marelan
10.Medan Polonia 21. Medan Belawan
11.Medan Maimun
Secara administratif, wilayah Medan berbatasan dengan :
1. Sebelah Barat berbatasan dengan
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
4. Sedangkan di sebelah utara berbatasan denga
salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia.
Sehingga dapat dikatakan bahwa kota Medan secara keseluruhan berbatasan
dengan Kabupaten Deli serdang, yang merupakan salah satu daerah yang kaya
dengan sumber daya alam (SDA), khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan.
Demikian juga seluruh hasil pertanian diperdagangkan di kota Medan. Seperti dari
daerah lain yaitu dari daerah Tanah Karo, Simalungun, Sidikalang, Binjai dll. Kondisi
ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai
kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat
dengan daerah-daerah sekitarnya.
Di samping itu sebagai daerah pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Medan
memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang
dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Dimana
dengan Belawan sebagai pelabuhan laut dan di bandara Polonia sebagai bandara
udara. Posisi geografis Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam dua
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
2.3. Pemerintahan
Kota Medan dipimpin oleh seoran
H. Rahudman Harahap, MM (penjabat walikota Medan). Dengan perincian sebagai
berikut:
Tabel 1 ( Data Pemerintahan Kota Medan)
Berdasarkan data kependudukan tahun 2006, penduduk Medan saat ini
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
2.407.664 jiwa. Dengan luas wilayah sekitar 265,10 kilometer persegi, maka tingkat
kepadatan penduduk di kota Medan tahun 2008 adalah 9.085 jiwa per kilometre
persegi. Kota Medan merupakan wilayah dengan tingkat kepadatan paling tinggi
diantara kota dan kabupaten yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara. Di kota
Medan, jumlah wanita lebih besar dari pria, (1.010.174 jiwa > 995.968 jiwa). Jumlah
penduduk tersebut diketahui merupakan penduduk tetap, sedangkan penduduk tidak
tetap diperkirakan mencapai lebih dari 500.000 jiwa, yang merupakan penduduk
komuter. Dengan demikian Medan merupakan salah satu kota dengan jumlah
penduduk yang besar.
Di siang hari, jumlah ini bisa meningkat hingga sekitar 2,5 juta jiwa dengan
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
kelompok umur 0-19 dan 20-39 tahun (masing-masing 41% dan 37,8% dari total
penduduk).
Dilihat dari struktur umur penduduk, Medan dihuni lebih kurang 1.377.751
jiwa berusia produktif, (15-59 tahun). Selanjutnya dilihat dari tingkat pendidikan,
rata-rata tingkat pendidikan telah mencapai sekolah menengah atas (SMU). Dengan
demikian, secara relatif tersedia tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja pada
berbagai jenis perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri manufaktur.
Laju pertumbuhan penduduk Medan periode tahun 2000-2004 cenderung
mengalami peningkatan, dimana tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun 2000
adalah 0,09% dan menjadi 0,63% pada tahun 2004. Sedangkan tingkat kapadatan
penduduk mengalami peningkatan dari 7.183 jiwa per km² pada tahun 2004. Jumlah
penduduk paling banyak ada di Kecamatan Medan Deli, disusul Medan Helvetia dan
Medan Tembung. Jumlah penduduk yang paling sedikit, terdapat di Kecamatan
Medan Baru, Medan Maimun, dan Medan Polonia. Tingkat kepadatan Penduduk
tertinggi ada di kecamatan Medan Perjuangan, Medan Area, dan Medan Timur. Pada
tahun
wanita adalah 71 tahun.
Mayoritas penduduk kota Medan sekarang iala
Toba, Mandailing, Pakpak Dairi, Simalungun, Karo, Melayu, Angkola dan Nias. Di
Medan banyak terdapat masyarakat keturunan
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
Keanekaragaman agama di Medan terlihat dari jumlah
Tionghoa yang banyak tersebar di seluruh kota.
Perbandingan Etnis di Kota Medan pada Tahun 1930 dan 1980
Etnis Tahun 1930 Tahun 1980
24,9% 29,41%
10,7% 14,11%
35,63% 12,8%
6,43% 11,91%
7,3% 10,93%
7,06% 8,57%
0,19% 3,99%
-- 2,19%
1,58% 1,90%
Lain-lain 16,62% 4,13%
Sumber
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
2.4. Suku Jawa di Kota Medan dan Tinjauan Historisnya
Suku bangsa Jawa, adalah suku bangsa terbesar di
Jawa sebagian besar menggunakan
sebuah survei yang diadaka
12% orang Jawa yang menggunaka
hari, sekitar 18% menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia secara campur, dan
selebihnya yaitu 70 % hanya menggunakan bahasa Jawa saja.
Dalam perkembangannya, suku Jawa menyebar ke seluruh pelosok wilayah
yang ada di Indonesia, baik itu secara sukarela dengan cara mengikuti transmigrasi
yang dicanangkan oleh pemerintah pusat, agar mengurangi jumlah penduduk yang
sangat padat di pulau jawa ataupun dengan melalui kerja paksa atau buruh tani dan
kebun. Hal ini dimulai sejak zaman penjajahan Belanda. Pemerintah Belanda
membuka perkebunan di seluruh nusantara. Untuk menjadi tenaga buruh, maka
penduduk Jawa diangkut ke semua daerah perkebunan yang ada di Nusantara.
Demikian halnya terjadi di kota Medan. Sejak tahun 1880 pemerintah Belanda
terus mendatangkan pekerja dari pulau Jawa, yang akan ditempatkan di perkebunan
yang ada di Sumatera Utara. Para pekerja dari daerah Jawa ini semakin lama semakin
bertambah banyak di Medan. hal ini terjadi karena, penjajah Belanda tidak mau para
pekerja ini balik kembali ke pulau Jawa. Jadi dibuat berbagai cara untuk menahan
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
buruh kebun ini menerima gaji. Ketika kalah berjudi, mereka terpaksa mengutang
untuk biaya hidup, dengan konsekuensi semakin lama berada di Sumatera Utara.
Seiring bertambahnya waktu, para buruh kebun ini berkeluarga dan menetap.
Hal ini terus berlangsung selama puluhan tahun hingga saat ini. Saat ini, mayoritas
penduduk di kota Medan adalah suku Jawa.Mereka berdiam di hampir seluruh
kecamatan yang ada di kota Medan.
2.5. Sistem Kekerabatan Masyarakat Jawa
Orang Jawa memiliki
Tetapi mereka juga terkenal sebagai sukubangsa yang tertutup dan tidak mau terus
terang. Sifat ini konon berdasarkan watak orang Jawa yang ingin menjaga
atau keserasian dan menghindari konflik, karena itulah mereka cenderung untuk diam
dan tidak membantah apabila terjadi perbedaan pendapat. Tapi secara keseluruhan,
masyarakat Jawa yang ada di kota Medan sudah seperti masyarakat atau suku lainnya,
yaitu berterus terang dan terbuka. (Wawancara dengan bpk.Idrus. 15 November 2009)
Bahasa Jawa memiliki aturan perbedaan kosa kata dan intonasi berdasarkan
hubungan antara pembicara dan lawan bicara, yang dikenal dengan unggah-ungguh.
Aspek kebahasaan ini memiliki pengaruh sosial yang kuat dalam budaya Jawa, dan
membuat orang Jawa biasanya sangat sadar akan status sosialnya di masyarakat.
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
pertama adalah yang paling halus yaitu Bahasa Kraton, kedua bahasa abangan dan
bahasa Jawa Ngoko yang kasar.
2.6. Agama dan Kepercayaan
Orang Jawa sebagian besar menganut agam
agama
ditemukan pula di antara masyarakat Jawa. Ada pula agama kepercayaan suku Jawa
yang disebut sebagai agam
kepercayaan
2.7. Mata Pencaharian
Mata pencaharian masyarakat Jawa yang ada di kota Medan adalah terdiri dari
beberapa macam. Ada yang sebagai buruh bangunan dan buruh pabrik. Hal ini dapat
dilihat dari semua pekerja bangunan dan pekerja pabrik yang ada didominasi oleh
suku Jawa. hal ini dapat dimaklumi karena tidak ada lagi perkebunan yang ada di
Medan. Para pekerja bangunan ini biasanya menerima gaji secara mingguan, yang
biasanya dibagikan pada hari sabtu sore sehabis bekerja, sedangkan yang pekerja
pabrik ada yang menerima gaji secara mingguan dan juga secara bulanan.
Tetapi ada juga yang bekerja sebagai wiraswasta seperti membuka toko baik
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
ini termasuk ke dalam masyarakat yang mempunyai modal dibanding para buruh
bangunan. Ada juga sebagai supir angkutan umum. Bahkan sebagian kaum
perempuan ada yang bekerja sebagai buruh pabrik, di industri yang ada di daerah
kawasan Industri Medan (KIM) yang berlokasi di daerah Belawan, jl.Binjai dan
daerah sekitar Tanjung Morawa dan juga sebagai tenaga pembantu di rumah orang.
Dan golongan pekerja yang terakhir dan yang paling prestise adalah sebagai
Pegawai Negeri Sipil (PNS). Hal ini dapat dilihat dari beberapa tokoh yang mengisi
jabatan di pemerintahan kota Medan dan pernah menduduk i jabatan dipemerintahan.
Seperti wakil gubernur Sumatera Utara yaitu Gatot Pujo Kusuma, ST. ada juga yang
menjadi walikota, asisten sekretaris daerah Sumatera Utara yaitu bapak Kasim Siyo.
Yang pernah menduduki jabatan di bidang pendidikan seperti bapak
Prof.Dr.Darmono yang sekarang menjabat sebagai Rektor UNIMED. Serta banyak
lagi dari masyarakat Jawa yang bekerja di pemerintahan. Mereka ini adalah golongan
yang mempunyai pendidikan yang cukup sehingga dapat menduduki tampuk
pemerintahan.
2.8. Kesenian
. Orang Jawa terkenal dengan budaya seninya yang terutama dipengaruhi oleh
agama Hindu-Buddha, yaitu pementasa
wayang purwa. Repertoar cerita wayang at
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
pula. Hal ini berlaku juga dengan masyarakat Jawa yang ada di kota Medan, ini dapat
ditelusuri dari sejak masuknya para buruh kebun ke Sumatera Utara.. Sehingga ketika
malam hari, sehabis bekerja mereka berkumpul. Pada saat ini jika ada yang
mempunyai keahlian dalam bidang seni seperti memainkan seruling ataupun sebagai
dalang akan sangat menghibur mereka. Bahkan ketika musim gajian tiba, mereka
secara bergotong-royong mengumpulkan uang untuk memanggil pemusik ataupun
seniman langsung dari pulau Jawa.
Pada saat ini kesenian di masyarakat Jawa yang ada dikota Medan
berkembang dengan pesat, hal ini dapat dilihat dari banyaknya grup musik yang
berkembang. Banyaknya panggilan untuk mengisi acara ketika ada hajatan
perkawinan, bersih desa mapun acara hiburan lainnya mendorong semakin banyak
grup musik. Ada yang masih setia di jalur musik dan budaya tradisi seperti grup
pementasan wayang, dan gamelan. Ada juga yang membawakan lagu-lagu popular
dengan membawakan lagu-lagu yang sedang hits pada saat ini. Saat ini muncul dan
sedang hangat dibicarakan di masyarakat Jawa yaitu kesenian Campursari.
Campursari adalah kesenian yang menggabungkan antara budaya tradisional jawa
dengan budaya luar sehingga menghasilkan satu kesenian yang baru. Hal inilah yang
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
BAB III
MUSIK CAMPURSARI
3.1. Sejarah Musik Campursari di Indonesia
Secara harfiah Campursari artinya campur aduk, campur baur atau gabungan
dari beraneka macam dan ragam. Dalam dunia musik Indonesia Campursari dapat
diartikan sebagai perpaduan antara alat musik tradisional (gamelan jawa) dengan alat
musik modern. Dimana segala jenis alat musik baik itu alat musik barat ataupun alat
musik dari luar kebudayaan Jawa dapat dipergunakan untuk musik Campursari.
. Pada awalnya diperkirakan aliran Campursari sudah ada muncul sejak tahun
60-an, di mana awal atau munculnya musik Campursari berasal dari daerah Jawa
bagian tengah sampai ke bagian timur. Musik Campursari di wilayah Jawa bagian
tengah hingga timur khususnya terkait dengan modifikasi alat-alat musik gamelan
sehingga dapat dikombinasi dengan instrumen musik barat, atau sebaliknya. Tapi
dalam kenyataannya, instrumen-instrumen 'asing' ini 'tunduk' pada pakem musik yang
disukai masyarakat setempat: langgam Jawa dan gending.
Musik Campursari dimulai oleh dalang kondang dari kota semarang yaitu Ki
Narto Sabdo, akan tetapi Campursari yang waktu itu musiknya belum menggunakan
banyak instrument alat musik. Penggunaan alat musik dari luar jawa tidak ada hanya
masih menggunakan gamelan jawa. Tetapi lagu-lagu yang dibawakan oleh penyanyi
yang diiringi dengan permainan gamelan oleh Ki Narto Sabdo sudah dicampur
dengan irama atau gending yang nadanya dibikin dangdut. Sehingga ada perubahan
dari lagu yang dinyanyikan pada awalnya berirama tembang menjadi irama lain yaitu
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
yang terkenal pada saat itu, dimana pada masa kejayaannya penyanyi langgam jawa
terkenal yaitu Waldjinah
Namun yang dianggap sebagai pendobrak tradisi dan membuat musik
Campursari menjadi terkenal karena seorang pemusik yang bernama Manthous.
Dimana sejak tahun 60 an sampai tahun 80 an perjalanan musik Campursari biasa
saja karena tidak ada variasi yang membuat menjadi cepat dikenal oleh masyarakat
Jawa. Semenjak di buat gebrakan oleh Manthous, sampai sekarang musik
Campursari berkembang dengan pesat.
Campursari pertama kalinya dipopulerkan oleh Manthous pada tahun 1980
dengan memasukkan unsur Keyboard dalam orkestrasi gamelan melalui grupnya
yang dikenal dengan nama Maju Lancar. Dimana dalam setiap pertunjukannya alat
musik yang dipergunakan oleh Manthous adalah menggabungkan sebagian dari
gamelan Jawa dan alat musik keyboard. Biasanya perangkat gamelan yang dipakai
antara lain
1. Slenthem
2. Peking
3. Kendhang
4. Gong
5. Bonang (tidak semua bagian)
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
Perjuangan Manthous tidak berhenti sampai disini saja, dimana selanjutnya
yang kemudian dikembang tumbuhkan menjadi seperti langgam jawa (kroncong) dan
meningkat ke dangdut. Sehingga sampai pada dekade tahun 2000-an muncullah
bentuk Campursari yang merupakan Campursari gamelan dan kroncong (seperti
lagunya Nurhana dengan judul Kena Goda), serta campuran kroncong dan dangdut
(congdut) dari Didi Kempot.
Seniman Didi Kempot termasuk salah satu tokoh musik Campursari yang
terkenal. Dimana seniman Didi Kempot mempopulerkan musik Campursari ini
hingga sampai ke Negara Suriname. Hal ini dapat dimaklumi karena sebagian
penduduk Surinamae adalah orang Jawa yang diangkut sebagai orang buangan pada
masa penjajahan Belanda dahulu. Dengan mendengar musik Campursari yang
dibawakan oleh Didi kempot yang sudah dimodifikasi membuat penduduk Suriname
menjadi teringat dengan tanah leluhur mereka yanitu pulau Jawa.
Dewasa ini dalam musik Campursari, selain alat musik gamelan sebagai alat
musik utama, alat musik moderen yang paling sering dipakai adalah organ tunggal.
Biasanya organ tunggal dipakai disegala sisi, karena iramanya dianggap kuat
sehingga tidak dibutuhkan banyak alat musik. Bahkan kadang dalam pementasan di
kampung-kampung, hanya dengan satu organ tunggal sudah cukup untuk
menampilkan Campursari Jawa ini. Nah, jenis musik satu ini merupakan salah satu
bentuk popularisasi dari musik tradisional Jawa yang bersifat sekuler, karena lebih
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
digabungkan dengan musik dangdut. Bahkan dewasa ini musik pengiring pengantin
seperti kebo giro sekalipun telah dimodifikasi dengan organ tunggal.
Dimana-mana, baik di angkutan umum, hajatan (sunat maupun kawinan), atau
dalam situasi santai sehari-haripun musik Campursari selalu terdengar, dijual
dimana-mana, baik dalam bentuk kaset, cakram padat atau MP3. Karaoke Campursari pun
selalu laris manis, sampai-sampai para pelantun Campursari ini pun mempunyai
penggemar masing-masing. Lagu-lagunya pun bervariasi mulai bercerita soal
kehidupan sampai tentunya soal cinta. Bahkan dengan tema lagu yang kadang aneh
atau nyentrik yaitu sri minggat yang sangat populer sampai dibuat sambungannya
yakni sri bali (sri kembali) yang kesemuanya adalah karya Soni Jozs. Selain itu
lagu-lagu seperti lingsir wengi, ojo dipleroki, prau layar, gambang suling, ayo ngguyu,
nyidam sari, gethuk, stasiun balapan, sewu kutho dan seterusnya merupakan sebagian
dari banyak lagu-lagu Campursari yang digandrungi masyarakat khususnya
masyarakat Jawa saat ini, bahkan gaungnyapun sampai ke masyarakat Jawa Suriname
(entah Jawa Malaysia) dimana nama Didi Kempot dan Waldjinah menjadi pukulinan
digemari.
Namun sayangnya, Campursari ini masih dianggap sebagai musik kelas
bawah, dimana masyarakat kelas menengah kebawahlah yang menjadi pendukung
jenis kesenian satu ini. Dengan asumsi bahwa musik Campursari adalah musik yang
hanya di buat untuk masyarakat yang tidak intelek atau dianggap serupa dengan
musik dangdut. Ini adalah anggapan yang keliru, karena musik Campursari adalah
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
sampai ke mancanegara bahkan menjadi mata kuliah tentang alat musik tradisional
dunia yang wajib diambil di beberapa universitas di luar negeri seperti di Amerika
serikat. Mahasiwa musik diwajibkan belajar tentang alat musik gamelan karena
gamelan dianggap salah satu alat musik yang sempurna dengan menghasilkan bunyi
suara yang indah. Melihat ini penulis merasa heran, mengapa sampai timbul
anggapan di masyarakat bahwa musik Campursari dianggap khusus hanya untuk
masyarakat kalangan menengah ke bawah, sedangkan di luar negeri dihargai dan
dianggap sebagai salah satu musik yang sangat bernilai seni tinggi.
Namun demikian anggapan miring tersebut tidak menghalangi atau membuat
musik Campursari menjadi surut ataupun hilang, bahkan semakin berkembang
dewasa ini. Hal ini di dukung oleh fakta bahwa penikmat musik Campursari adalah
masyarakat menengah ke bawah yang lebih banyak dari segelintir orang yang tidak
suka. Dengan demikian, musik Campursari dapat berkembang dengan pesat, hal ini
terlihat dengan minat masyarakat yang masih sangat tinggi, buktinya dengan
maraknya lagu-lagu Campursari dimana-mana, ada lomba Campursari yang sampai
merambah ke dunia industri musik bahkan sampai ke televisi-televisi swasta yang ada
di Indonesia.
Dengan demikian penulis melihat bahwa musik Campursari dapat menembus
ketatnya persaingan di dunia industri musik Indonesia bahkan dapat menjadi satu
pendobrak gaya musik yang baru di masyarakat. Kendati muncul pro dan kontra
terhadap kemurnian aliran musik ini, namun semua pihak sepakat dan memahami
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
secara umum. Namun tidak tertutup kemungkinan percampuran antar alat musik
tradisional daerah lain dengan alat musik tardisional Jawa sehingga menghasilkan
musik Campursari yang lebih bervariasi lagi daripada yang sekarang. Seperti yang
terlihat pada contoh yang akan penulis kemukakan.
Campursari Janger7
Kendhang Kempul maksudnya adalah kendang dan gong kecil. Ini juga salah
satu jenis Campursari yang populer di Banyuwangi, bahkan sampai dikawasan tapal
kuda Jawa Timur. Kendang dan kempul ini digabungkan dengan electone alias organ
tunggal. Namun kendang kempul dalam perkembangannya makin mendekati genre
dangdut. Penyanyi kendang kempul Banyuwangi yang populer diwilayahnya antara
lain Niken Arisandi, Sumiyati, Adistya Mayasari, Yuli Astuti, Dian Ratih dan
sebagainya.
Ada satu lagi varian Campursari yang subur di Banyuwangi, ujung timur
pulau Jawa, yakni apa yang disebut sebagai Campursari Janger. Pengaruh Bali
sangat terasa pada permainan musiknya. Alat pengiringnya biasanya terdiri atas organ
tunggal, suling, bonang bali (di Bali disebut reyong), kethuk, serta kendhang dan
biasanya dimainkan dengan nada Bali-Balian yang agak rancak meski konsepnya
tetap dalam bentuk Campursari. Ya, campur-campur. Aliran ini sangat populer
khususnya di Banyuwangi dan sekitarnya. Lagu-lagunya dinyanyikan dalam dialek
Osing yang kental.
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
Campursari Janger maupun Kendang Kempul Banyuwangi ini ternyata juga
banyak digandrungi anak-anak muda, khususnya anak muda Banyuwangi yang masih
menghargai kesenian lokalnya. Ternyata tak kalah enak dengan Campursari ala Jowo.
Kesimpulan yang bisa ditarik disini adalah Campursari merupakan salah satu
kesenian rakyat yang menggabungkan antara unsur tradisional terbukti dengan
adanya sebagian perangkat gamelan didalamnya, dan sebagian musik moderen yang
kadang menggabungkan sentuhan dangdut juga didalamnya. Campursari
sebenarnyapun merupakan penyesuaian atas makin berkembangnya pukulan dengan
budaya populernya dan tinggal masyarakat sendiri yang menyikapinya ditengah arus
modernisasi yang sebenarnya semakin mengarah pada Amerikanisasi saat ini.
3.2. Tokoh Campursari
Berbicara tentang musik Campursari, tentu tidak terlepas dari para tokoh yang
mempopulerkan sehingga dapat berkembang dan diterima oleh masyarakat pada saat
ini. Pada pembahasan kali ini, penulis lebih memfokuskan kepada ke dua orang tokoh
yang berjasa besar dalam mempopulerkan musik Campursari di Indonesia bahkan
sampai ke mancanegara. Memang banyak pemusik yang dapat disebut sebagi
pemusik, komposer, penyanyi dan pencipta lagu-lagu untuk musik Campursari, tetapi
yang penulis angkat adalah pelopor musik Campursari di Indonesia yaitu Manthous
serta Didi Kempot yang membawa dan mempopulerkan musik Campursari hingga ke
mancanegara seperti ke Suriname, Belanda, Hongkong, Malaysia dan negara lainnya.
7
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
Negara yang disebutkan diatas umumnya dihuni oleh masyarakat Jawa yang
merantau, bekerja sebagai tenaga kerja ataupun sebagai penduduk yang sudah lama
menetap di Negara tersebut.
1. Manthous
Gambar 2 : Manthous
Manthous lahir di Desa Playen, Gunung Kidul pada tahun 1950. Ketika
berusia 16 tahun, Manthous memberanikan diri pergi ke Jakarta. Pilihan utamanya
adalah hidup ngamen, yang ia anggap mewakili bakatnya. Namun, pada tahun 1969
dia bergabung dengan orkes keroncong Bintang Jakarta pimpinan Budiman BJ.
Kemudian, pada tahun tahun 1976, Manthous yang juga piawai bermain bas
mendirikan grup band Bieb Blues berciri funky rock bersama dengan Bieb anak
Benyamin S. Bieb Blues bertahan hingga tahun 1980. Kemudian, Manthous
bergabung dengan Idris Sardi, dalam grup Gambang Kromong Benyamin S. Selain
itu, sebelumnya ia pernah juga menjadi pengiring Bing Slamet ketika tampil melawak
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
Kelihatannya semua pengalaman inilah yang membuat Manthous menguasai
aliran musik apa pun. Dalam khazanah dangdut, bahkan, dia juga menjadi panutan
karena mampu mencipta trik-trik permainan bas, yang kemudian ditiru oleh para
pemain bas dangdut sekarang.
Pada tahun 1993, Manthous mendirikan Grup Musik Campursari Maju Lancar
Gunung Kidul. Garapannya menampilkan kekhasan Campursari dengan
langgam-langgam Jawa yang sudah ada. Ada warna rock, reggae, gambang kromong, dan
lainnya. Ada juga tembang Jawa murni seperti Kutut Manggung, atau Bowo
Asmorondono, dengan gamelan yang diwarnai Keyboard dan gitar bas. Bersama grup
musik yang berdiri tahun 1993 dan beranggotakan saudara atau rekan sedaerah di
Playen, Gunungkidul, Yogyakarta itu, Manthous menyelesaikan sejumlah volume
rekaman di Semarang. Omzet penjualan mencapai 50.000 kaset setiap volume,
tertinggi dibanding kaset langgam atau keroncong umumnya pada tahun-tahun
pertengahan 1990-an.Di samping menyanyi sendiri dalam kegiatan rekaman itu
Manthuos juga menampilkan suara penyanyi Sulasmi dari Sragen, Minul dari
Gunungkidul, dan Sunyahni dari Karanganyar. Beberapa lagunya yang populer di
antaranya Anting-anting, Nyidamsari, Gandrung, dan Kutut Manggung. Namun,
karya besarnya yang banyak dikenal oleh orang Indonesia adala
kali dipopulerkan oleh
stroke, Manthous bersama Grup Campursari Maju Lancar Gunungkidul menjadi
kiblat bagi para pencinta lagu-lagu langgam Jawa dan Campursari.
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
Gambar 3 ( Didi Kempot. Sumber : Wikipedia. 2009)
Didi Prasetyo, atau lebih dikenal dengan Didi Kempot, adalah tokoh
Campursari pasca-Manthous. Didi Kempot yang lahir di Solo, 31 Desember 1966, itu
hanya jebolan kelas II SMA. Awalnya anak dari Ranto Eddy Gudel, pelawak terkenal
dari Solo itu adalah seorang pengamen. Dari dunia "jalanan" itulah, lahir
lagu-lagunya yang kemudian menjadi hit, seperti Stasiun Balapan, Terminal Tirtonadi,
Tulung, Cucak Rowo, Wen-Cen-Yu, Yang Penting Hepi, dan Moblong Moblong.
Khusus untuk Cucak Rowo, sebenarnya lagu ini merupakan remake atau pembuatan
ulang dari lagu lama di Indonesia.
Saat ini, nama Didi Kempot sangat terkenal dan selalu dikaitkan dengan
langgam Jawa dan Campursari. Didi tidak hanya terkenal di Indonesia, tetapi juga
Suriname dan Belanda. Di kalangan masyarakat Jawa atau keturunan Jawa, dia
dianggap sebagai superstar. Bahkan, ketikaPresiden Suriname, Weyden Bosch datang
berkunjung ke Indonesia pada tahun 1998, beliau mengundang Didi secara pribadi.
Berkat dedikasinya kepada musik dan lagu berwarna langgam Jawa, oleh warga Jawa
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
Album pertama Didi muncul pada tahun 1999. Di dalamnya terdapat lagu
Cidro dan Stasiun Balapan. Semula tidak ada seorang pun pedagang kaset yang
melirik karyanya. Mungkin karena warna musiknya yang lain, dan gayanya yang
edan, dibandingkan lagu Manthous dan Anjar Any yang sedang populer di tahun
1990-an. Namun, kemudian, album pertamanya ternyata meledak di pasaran. Sejak
saat itu, Didi mulai merasa yakin untuk menekuni tembang-tembang Jawa. Adik dari
pelawak Mamiek Prakosa ini kemudian menjadi salah satu ikon dari Campursari.
Tawaran untuk membuat album pun datang dengan deras, bahkan dia pernah
membuat 12 album sekaligus dalam satu tahun.
Disamping itu tentunya ada banyak penyanyi musik Campursari yang terkenal
diantaranya adalah sebagai berikut: Nurhana, Anik Sunyahni, Sulasmi, Koko Thole,
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
3.3. Alat - Alat Musik Campursari
Dalam setiap pertunjukannnya, musik Campursari menggunakan alat musik
gamelan sebagai alat musik yang utama. Hal ini sesuai dengan sejarah terjadinya
musik Campursari, dimana terjadinya penambahan beberapa alat musik dari tradisi
luar.Untuk itu penulis akan mendeskripsikan alat-alat musik apa saja yang dimainkan
ketika musik Campursari dipertunjukkan. Alat musik gamelan umumnya selalu
dimainkan dan berdampingan dengan alat musik yang lainnya. tetapi adakalanya,
gamelan tidak dimainkan.
Hal ini dapat diketahui, ketika ada pertunjukan musik Campursari yang hanya
menggunakan sebuah alat musik organ tunggal saja. Dengan alasan, bahwa organ
tunggal sudah dapat mengakomodir semua suara dan nada-nada yang dihasilkan oleh
gamelan dan alat musik yang lainnya, serta alasan yang lainnya bahwa hanya dengan
organ tunggal sudah dapat menghemat dana seperti penyewaan alat musik yang
mahal dan juga masalah pembayaran honor kepada para pemain. Serta dana yang
terbatas dari penggagas kegiatan tetapi penggunaan organ tunggal ini tidak serta
merta disebut dengan alat musik Campursari, karena yang disebut dengan alat musik
Campursari adalah perpaduan antara gamelan dengan alat musik yang lain sehingga
menghasilkan warna bunyi musik yang berbeda dan semakin kaya dengan nada-nada.
Adapun yang disebut dengan alat-alat musik Campursari beberapa diantaranya adalah
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
3.3.1.gamelan
Gambar 4 ( Satu set gamelan)
Gamelan adalah
gambang, gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya / alatnya,
yang mana merupakan satu kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan bersama.
Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa gamel yang berarti memukul /
menabuh, diikuti akhiran an yang menjadikannya kata benda. Orkes gamelan
kebanyakan terdapat di pulau
berbagai jenis ukuran dan bentuk ensembel. Di Bali dan Lombok saat ini, dan di Jawa
lewat abad ke-18, istilahgamelan.
Pandangan hidup Jawa yang diungkapkan dalam musik gamelannya adalah
keselarasan kehidupan jasmani dan rohani, keselarasan dalam berbicara dan bertindak
sehingga tidak memunculkan ekspresi yang meledak-ledak serta mewujudkan
toleransi antar sesama. Wujud nyata dalam musiknya adalah tarikan tali rebab yang
sedang, paduan seimbang bunyi kenong, saron kendang dan gambang serta suara
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
Kemunculan gamelan didahului dengan buday
mendominas
asli Indonesia. Instrumennya dikembangkan hingga bentuknya sampai seperti
sekarang ini pada zaman Kerajaan
India, satu-satunya dampak ke-India-an dalam musik gamelan adalah bagaimana cara
menyanyikannya. Dalam mitologi Jawa, gamelan dicipatakan oleh Sang Hyang Guru
pada Era Saka, dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana di gunung
Mahendra di Medangkamulan (sekara
tama menciptakan gong untuk memanggil para dewa. Untuk pesan yang lebih
spesifik kemudian menciptakan dua gong, lalu akhirnya terbentuk set gamelan.
Tidak ada kejelasan tentang sejarah munculnya gamelan. Perkembangan
musik gamelan diperkirakan sejak kemunculan kentongan, rebab, tepukan ke mulut,
gesekan pada tali atau bambu tipis hingga dikenalnya alat musik dari logam.
Perkembangan selanjutnya setelah dinamai gamelan, musik ini dipakai untuk
mengiringi pagelaran wayang, dan tarian. Barulah pada beberapa waktu sesudahnya
berdiri sebagai musik sendiri dan dilengkapi dengan suara para sinden.
Gambaran tentang alat musik ensembel pertama ditemukan di
semisal suling bambu, lonceng, kendhang dalam berbagai ukuran, kecapi, alat musik
berdawai yang digesek dan dipetik, ditemukan dala
ditemukan elemen alat musik logamnya. Bagaimanapun, relief tentang alat musik
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
Penalaan dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses yang kompleks.
Gamelan menggunakan empat
daerah Sunda, at
seperti
Seperangkat gamelan terdiri dari beberapa alat musik, diantaranya satu set alat
musik serupa drum yang disebut kendang, rebab dan celempung, gambang, gong dan
seruling bambu. Komponen utama yang menyusun alat-alat musik gamelan adalah
bambu, logam, dan kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam
pagelaran musik gamelan, misalnya gong berperan menutup sebuah irama musik
yang panjang dan memberi keseimbangan setelah sebelumnya musik dihiasi oleh
irama gending.
Gamelan Jawa adalah musik dengan nada pentatonis. Satu permainan gamelan
komplit terdiri dari dua putaran, yaitu slendro dan pelog. Slendro memiliki 5 nada per
oktaf, yaitu 1 2 3 5 6 [C- D E+ G A] dengan perbedaan interval kecil. Pelog memiliki
7 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 4 5 6 7 [C+ D E- F# G# A B] dengan perbedaan interval
yang besar. Komposisi musik gamelan diciptakan dengan beberapa aturan, yaitu
terdiri dari beberapa putaran dan pathet, dibatasi oleh satu gongan serta melodinya
diciptakan dalam unit yang terdiri dari 4 nada.
Seperangkat Gamelan Jawa terdiri atas instrumen berikut
Manrihot M. Sinaga : Deskripsi Musik Campur Sari Grup Krido Laras Dalam Konteks Hiburan Pada Masyarakat Jawa Di Kota Medan, 2010.
Gambar 5 ( kendang Klasik dan kendang Jaipong)
Terdapat dua jenis kendang yaitu kendang klasik dan kendang jaipong.
Kendang klasik mempunyai cirri tali yang lurus sedangkan kendang jaipong
mempunyai cirri tali yang bersilang. Kendang klasik hanya sebuah, sedangkan
kendang jaipong mempunya dua buah anak kendang. Kedua jenis kendang ini
mempunyai peranan membawa ritem dalam permainan musik Campursari