Stuktur divais dan cara kerja fisik
Struktur yang Disederhanakan dan Mode Operasi
Gambar 1. Struktur sederhana transistor npn
Mode EBJ CBJ
Cutoff Reverse Reverse
Active Forward Reverse
Reverse
Active Reverse Forward
Karakteristik Arus – Tegangan
Karakteristik Arus – Tegangan
T
Ringkasan hubungan arus – tegangan dari BJT pada mode aktif
Catatan: untuk transistor pnp, gantilah vBE dengan vEB
Contoh soal 1:
Gambar 6: Rangkaian untuk contoh soal 1
Transistor pada gambar (6.a) mempunyai β = 100 dan vBE = 0,7 V pada iC =1mA.
Tampilan Grafis dari Karakteristik Transistor
T BE V
v S C
I
e
i
Karakteristik iC – vBE identik dengan karakteristik i – v pada dioda.
Karakteristik iE – vBE dan iB – vBE juga exponensial dengan IS yang berbeda: IS/α untuk iE dan IS/β untuk iB.
Karena konstanta dari karakteristik ekponensial, 1/VT, cukup tinggi (≈ 40), kurva meningkat sangat tajam.
Untuk vBE < 0,5 V, arus sangat kecil dan dapat diabaikan. Untuk harga arus normal, vBE berkisar antara 0,6 V – 0,8 V. Untuk
perhitungan awal, vBE = 0,7 V.
Untuk transistor pnp, karakteristik iC- vBE tampak identik, hanya vBE
Karakteristik Common-Emitter
Penguatan arus common-emitter β.
β didefinisikan sebagai perbandingan antara total arus pada collector dan total arus pada base.
β mempunyai harga yang konstan untuk sebuah transistor, tidak tergantung dari kondisi kerja.
Pada gambar 9, sebuah transistor bekerja pada daerah aktif di titik
Q yang mempunyai arus collector ICQ, arus base IBQ dan tegangan collector – emitter VCEQ. Perbandingan arus collector dan arus base adalah β sinyal besar atau dc.
BQ CQ dc
I
I
Pada gambar 9 terlihat, dengan tegangan vCE tetap perubahan iB
BJT sebagai Penguat dan sebagai Saklar Pemakaian BJT:
– sebagai penguat:
• BJT bekerja pada mode aktif.
• BJT berperan sebagai sebuah sumber arus yang dikendalikan oleh tegangan (VCCS).
• Perubahan pada tegangan base-emitter,vBE, akan
menyebabkan perubahan pada arus collector, iC.
• BJT dipakai untuk membuat sebuah penguatan transkonduktansi.
• Penguatan tegangan dapat diperoleh dengan melalukan arus collector ke sebuah resistansi, RC.
• Agar penguat menjadi penguat linier, transistor harus diberi bias, dan sinyal akan ditumpangkan pada tegangan bias dan sinyal yang akan diperkuat harus dijaga tetap kecil
Cara kerja sinyal besar – Karakteristik Transfer
Rangkaian dasar penguat common-emitter terlihat pada gambar 10.
– Tegangan masukan total vI (bias + sinyal) dipasang di antara base dan emitter (ground)
– Tegangan keluaran total vO (bias + sinyal) diambil di antara collector dan
emitter (ground)
– Resistor RC mempunyai 2 fungsi:
• Untuk menentukan bias yang diinginkan pada collector
• Mengubah arus collector, iC, menjadi tegangan keluaran vOC atau vO
– Tegangan catu VCC diperlukan untuk memberi bias pada BJT dan untuk mencatu daya yang diperlukan untuk kerja penguat.
Karakteristik transfer tegangan dari rangkaian CE terlihat pada gambar 10(b).
vI = vBE < 0,5 V → transistor cutoff.
0 < vI < 0,5 V, iC kecil sekali, dan vO akan sama dengan tegangan
catu VCC (segmen XY pada kurva)
• vI > 0,5 V → transistor mulai aktif, iC naik, vO turun.
• Nilai awal vO tinggi, BJT bekerja pada mode aktif yang
menyebabkan penurunan yang tajam pada kurva karakteristik transfer tegangan (segmen YZ), Pada segmen ini:
Mode aktif berakhir ketika vO = vCE turun sampai 0,4 V di bawah tegangan base (vBE atau vI) → CBJ ‘on’ dan transistor memasuki mode jenuh (lihat titik Z pada kurva).
Pada daerah jenuh kenaikan vBE menyebabkan vCE turun sedikit saja.
vCE = VCEsat berkisar antara 0,1 – 0,2 V. ICsat juga konstan pada harga:
C
CEsat CC
Csat
R
V
V
I
Pada daerah jenuh, BJT menunjukkan resistansi yang rendah,
RCEsat antara collector dan emitter. Jadi ada jalur yang mempunyai resistansi rendah antara collector dan ground, sehingga dapat dianggap sebagai saklar tertutup.
Sedangkan ketika BJT dalam keadaan cut off, arus sangat kecil (idealnya nol), jadi beraksi seperti saklar terbuka, memutus
Penguatan Penguat.
Agar BJT bekerja sebagai penguat, maka harus diberi bias pada daerah aktif yang ditentukan oleh tegangan dc base – emitter VBE dan tegangan dc collector – emitter VCE. Arus collector IC pada keadaan ini:
C
Jika sinyal vi akan diperkuat, sinyal ini ditumpangkan pada VBE dan harus dijaga kecil (lihat gambar 10(b)) agar tetap pada segmen yang linier dari kurva transfer di sekitar titik bias Q.
Penguatan sinyal kecil Av:
• penguat CE: inverting, artinya sinyal keluaran berbeda 180° dengan sinyal masukan.
• peguatan tegangan dari penguat CE adalah perbandingan antara penurunan tegangan pada RC dengan tegangan termal VT.
• untuk memaksimumkan penguatan tegangan, penurunan
Contoh soal 2
Sebuah rangkaian CE menggunakan sebuah BJT yang mempunyai IS = 10-15 A, sebuah resistansi collector R
C = 6,8 kΩ dan catu daya
VCC = 10 V.
a. Tentukan harga tegangan bias VBE yang diperlukan untuk
mengoperasikan transistor pada VCE = 3,2 V. Berapakah harga IC
nya?
b. Carilah penguatan tegangan Av pada titik bias. Jika sebuah sinyal masukan sinusoida dengan amplitudo 5 mV
ditumpangkan pada VBE, carilah amplitudo sinyal keluaran sinusoida.
c. Carilah kenaikan positif vBE (di atas VBE) yang mendorong transistor ke daerah jenuh, dimana vCE= 0,3 V.
Analisis Grafis
Perhatikan gambar 11 yang mirip dengan rangkaian terdahulu hanya ada tambahan resitansi pada base, RB.
Analisis grafis dilakukan sebagai berikut:
1. Tentukan titik bias dc; set vi = 0 dan gunakan cara seperti pada gambar 12 untuk menentukan arus dc pada base IB.
2. Gunakan karakteristik iC–vCE seperti yang terlihat pada gambar 13. Titik kerja akan terletak pada kurva iC–vCE yang mempunyai arus base yang diperoleh (i = I )
Gambar 13. Konstruksi grafis untuk menentukan arus dc collector IC dan tegangan collector–emitter VCE pada rangkaian pada gambar 11
vCE = VCC – iCRC
CE C C
CC
C v
R R
V
i 1
Cara kerja sebagai saklar.
BJT bekerja sebagai saklar: gunakan mode cut off dan mode jenuh.
Harga masukan vI bervariasi.
vI < 0,5 V → iB = 0, iC = 0 dan vC = VCC → simpul C terputus dari ground → saklar dalam keadaan terbuka.
vI > 0,5 V → transistor ‘on’. Pada kenyataannya agar arus
mengalir, vBE harus sama dengan 0,7 V, dan vI harus lebih tinggi Arus base akan menjadi:
B BE I
B
R V v
i
Dan arus collector menjadi:
Persamaan ini hanya berlaku untuk daerah aktif artinya CBJ tidak forward bias atau vC > vB – 0,4 V.
vC = VCC – RCiC
Jika vInaik, iB akan naik, dan iC akan naik juga, Akibatnya vCE akan turun. Jika vCE turun sampai vB– 0,4V, transistor akan meninggalkan daerah aktif dan memasuki daerah jenuh. Titik ‘edge-of-saturation’ (EOS) ini didefinisikan:
Harga vI yang diperlukan untuk mendorong transistor ke EOS dapat ditentukan dengan persamaan:
VI(EOS) = IB(EOS)RB + VBE
Menaikkan vI > VI(EOS) → menaikkan arus base yang akan
mendorong transistor ke daerah jenuh yang semakin dalam. VCE
akan sedikit menurun.
Asumsikan untuk transistor dalam keadaan jenuh, VCEsat ≈ 0,2 V. Arus collector akan tetap konstan pada ICsat
C
CEsat CC
Csat
R
V
V
Memaksakan lebih banyak arus pada base mempunyai pengaruh yang kecil pada ICEsat dan VCEsat. Pada keadaan ini saklar tertutup dengan resistansi RCEsat yang rendah dan tegangan offset VCEsat
yang rendah.
Pada keadaan jenuh, transistor dapat dipaksa bekerja pada harga β
yang diinginkan.yang lebih rendah harga normal.
B CEsat forced
I
I
Contoh soal 3:
Gambar 17
Transistor pada gambar 17 mempunyai β berkisar antara 50 – 150. Carilah harga RB yang menyebabkan transistor pada keadaan
jenuh dengan faktor ‘overdrive’ lebih besar dari 10.
Jawab:
Transistor dalam keadaan jenuh, tegangan collector:
VC = VCEsat ≈ 0,2 V
Untuk membuat transistor jenuh dengan β yang paling rendah, diperlukan arus base paling sedikit:
mA
Untuk faktor ‘overdrive’ = 10, arus base harus:
IB = 10 x 0,196 = 1,96 mA Jadi RByangdiperlukan:
Contoh soal 4: