• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PESANTREN DALAM PENGEMBANGAN PEREK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN PESANTREN DALAM PENGEMBANGAN PEREK"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

P

PEERRAANNPPEESSAANNTTRREENNDDAALLAAMM

P

PEENNGGEEMMBBAANNGGAANNPPEERREEKKOONNOOMMIIAANNRRAAKKYYAATT♣♣

Oleh: achmad room fitrianto√

Sekarang ini sering muncul anggapan bahwa agama dan ekonomi dua hal yang berbeda,

jika kita berbicara tentang ekonomi maka tidak bisa kita gabungkan dengan

membicarakan dengan agama, karena yang satu menuntut keihlasan yang biasanya

diartikan sebagai bentuk ketidak berharapan terhadap “keuntungan” sedangkan yang satu

selalu di hubungkan dengan masalah keuangan, keuntungan dan pamrih (baca: ketidak

ihlasan). Sehingga jika kita berbicara pesantren seolah olah tidak ada hubungannya

dengan masalah ekonomi, lebih lebih jika kita membahasa masalah keagamaan yang

lebih mendalam. Padahal dua masalah ini adalah dua mata uang yang tidak bisa

dipisahkan, ibaratnya hadist rosulullah yang menyatakan “Hampir-hampir karena

kemiskinan itu menjadikan seseorang kufur”

Masalah kemiskinan (baca: ekonomi) bukan hanyalah masalah keduniawian

saja akan tetapi juga masalah yang terkait dengan kebahagian lahir dan batin, seperti

yang tersirat dalam surah al Dhuha, yang mempunyai arti ”Bukankah Allah telah

mendapatimu miskin, kemudian Dia menganugerahkan kepadamu kecukupan?” (Qs, 93:

8) bahkan di surat jumat di siratkan untuk segera bertebaran dimuka bumi untuk mencari

penghidupan sebagai mana isi dari surah al Jum’ah, yang mempunyai arti ”Apabila telah

selesai shalat (jum’at) maka bertebaranlah di bumi dan carilah fadhl (kelebihan) dari

Allah” (Qs, 62: 10)

Bahkan orientalis barat pun masih mengakui tentang peran agama dalam

perekonomian, menurut Wallace, agama akan mempunyai fungsi berupa “obat” yang

dapat mengurangi kegelisahan, memantapkan kepercayaan akan eksistensi diri serta

memberikan oreintasi hidup lebih panjang. Dengan demikian, ada beberapa “kawasan”

Disampaikan Pada acara diskusi panel Penguatan Ekonomi Pesantren dan Tantangan Perubahan oleh Center For Islam And Democracy Studies, Bangkalan; 26 september 2005

(2)

kehidupan manusia yang membutuhkan peran agama. Kawasan tersebut adalah: Pertama,

kawasan yang memandang bahwa kebutuhan manusia akan dapat dipenuhi dengan

kekuatan manusia sendiri. Manusia tidak perlu lari kepada kekuatan adi kodrati. Kedua,

meliputi wilayah yang manusia merasa aman secara moral. Tingkah laku dan tata

pergaulan manusia diatur lewat norma-norma rasional yang dibenarkan agama, seperti

norma sopan santun, norma hukum serta aturan-aturan dalam masyarakat. Ketiga,

merupakan wilayah yang manusia secara total mengalami ketidakmampuannya. Usaha

manusia di daerah ini mengalami suatu titik putus yang tidak dapat dilalui. Hal ini

mendorong manusia mencari kekuatan lain di luar dirinya, yaitu kekuatan adikodrati.

Maka terciptalah beberapa upara ritual untuk berkomuniasi dengan kekuatan itu. Dengan

itu, manusia meyakinkan dirinya, bahwa dia sanggup mengatasi problem yang paling

mendasar berupa ketidakpastian, ketidakmampuan dan kelangkaan sehingga manusia

merasa menemukan kepastian, keamanan dan jaminan (Hendropuspito, 1983: 39).

Keterkaitan antara agama dan struktur sosial, terutama yang bersentuhan dengan

kepentingan sosial ekonomi, bagi weber, adalah keniscayaan. Religion is really

economics, politics is really religion and economics is really politics 1. Dari penjelasan

ini, ternyata keterkaitan agama dengan ekonomi dan sosial adalah merupakan implikasi

dari keterkaitan agama dengan pola pikir, prilaku dan tindakan manusia.

Beikut ini kami paparkan peranan penting perekonomian pesantren dari sisi prespektif

geoekonomi politik:

KONDISI EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

Dengan jumlah penduduk Jawa Timur pada akhir tahun 2004 sekitar 35.709.9972

jiwa dengan konsentrasi penduduk beragama Islam sekitar 85%, menjadikan pesantren

dan komunitas yang terkait dengannya menjadi satu kekuatan yang cukup di

perhitungkan, ini di buktikan dengan menangnya Partai Kebangkitan Bangsa yang

berbasis NU dalam pemilihan umum tahun 2005 di Jawa Timur.

1

Max Weber, (1930), The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism, London, 7

(3)

Perkembangan PDRB atas dasar harga konstan di jawa timur pada tahun 2001 sebesar

3.33% meningkat hingga tahun 2002 menjadi 3.41%. Pada tahun 2004 mencapai angka

lebih dari 5%3 dan Tahun 2005 diprediksi perkembangan mencapai kurang 4% . Hal ini

di picu oleh kenaikan Harga BBM. Perkembangan PDRB atas dasar harga konstan

tersebut menunjukkan adanya peningkatan pendapatan (kesejahteraan ) masyarakat Jawa

Timur secara riil dibanding dengan tahun sebelumnya.

Sedangkan PDRB perkapita atas dasar harga yang berlaku tahun 2004 telah

mencapai Rp.7.87 juta, dari tahun ke tahun nilainya naik secara signifikan ,kenaikan per

tahun sebesar 13.95%4.Angka tersebut menunjukkan bahwa pembangunan di jawa timur

berjalan dengan baik dan beberapa sektor pembangunan telah menghasilkan output yang

dapat diandalkan.

Kondisi perekonomian Jawa Timur yang secara rata rata diatas pertumbuhan

nasional ini diakui oleh Dick (1993)5, Jawa Timur pada tahun 1980-an merupakan propinsi di Indonesia yang paling mendekati bentuk ideal pembangunan berimbang

(balanced development). Disisi lain juga Jawa timur berhasil melakukan penyebaran

diantara sektor industri yang ada, namun demikian masih terdapat sentra sentra

perkembangan industri manufaktur diantaranya Surabaya, yang merupakan tempat

konsentrasi industri yang terbesar, yang pada meluber ke Kabupaten Sidoarjo dan

Kabupaten Gresik. Konsentrasi pertumbuhan industri manucfaktur ini berkembang ke

Pasuruan, Malang dan Kediri, maka dapat dikatakan bahwa pada tahun 1986 industri

manufaktur besar dan menengah secara spasial terkonsentrasi di koridor

Surabaya-Malang di tambah Kota Kediri6.

Dari titik titik pertumbuhan yang ada di jawa timur inilah yang akan memicu

pertumbuhan disekitarnya, dalam hal ini peranan pesantren akan kami eksplorasi sejauh

mana tingkat eksistensinya. Jumlah pesantren di jawa timur yang mendekati jumlah

1000-an dengan jumlah santri 946.945 orang dengan sebaran yang hampir merata di

3http://www.jatim.go.id/sekilas_jatim.php?id=010125&t=184704&link2=Produk+Domestik+Regional+Bru

to+(PDRB)

4 ibid

5 sebagaimana dikutip oleh Mudrajad kuncoro 1999 dalam tulisannya Konsetelasi spasial dan dinamikan

pertumbuhan industri manufactur di jawa timur 6

Zainal Arifin dan Mudrajad Kuncoro, Konsentrasi Spasial Dan Dinamika Pertumbuhan Industri

(4)

setiap kabupaten menjadikan pesantren sebagai instrumen yang tidak bisa diabaikan

dalam pertumbuhan ekonomi. Meskipun pada era Orde Baru telah usaha pengembangan

pesantren namun usaha ini merupakan salah satu pemasung kreatifitas pesantren dalam

pengembangan kelembagaan. Hal ini di karenanakan program bantuan yang diberikan

oleh pemerintah Orde baru cenderung digunakan agar pesantren tidak “berulah” dan

menjauhi hal hal yang berbau pemberdayaan dan berbau “politik”.

Berbagai Hambatan Keagamaan dalam Pengembangan Ekonomi Pesantren

Pesantren yang memiliki multi fungsi sosial khususnya fungsi sebagai agen perubahan

seharusnya bisa merefleksikan kenyataan sosial dan menjadi konstruktor ideologi

perubahan, ternyata justeru menjadi pelestari ideologi patriarki. Banyak Pesantren yang

masih melestarikan konsep feminitas tradisional model Patriarki Birokrasi yang sangat

Kolot, yang menjadikan perkembangan pesantren menjadi tergantung kepada satu inovasi

sesorang yang memiliki peranan sentral ( baca : Kyai). Hambatan ini diperparah dengan

keterbatasan sarana dan prasarana yang dimiliki, diantaranya adanya keterbatasan lahan

untuk pengembangan pertanian atau adanya paham para santri “dilarang” berhubungan

dengan segal sesuatu yang berbau Teknologi Informasi seperti Internet, televisi, radio dan

sebagainya, yang menjadikan kurang lancarnya informasi yang terjaring oleh pesantren.

Kondisi ini tercermin dari tulisannya Abdurrahman Wahid dalam Menggerakkan Tradisi:

Esai-Esai Pesantren, (2001:171) menyebutkan “pondok pesantren mirip dengan

akademi militer atau biara (monestory, convent) dalam arti bahwa mereka yang berada di

sana mengalami suatu kondisi totalitas.”

Sehingga Birokratisasi dan senioritas akan sangat kental dengan kehidupan

Pesantren , lebih lanjut Abdurramahman wahid menyebutkan (2001: 98) “para santri akan

menerima semua yang diajarkan tanpa ada kebutuhan untuk mempertanyakan

kebenarannya, karena sikap menerima dengan rela apa yang diberikan kyai atau guru

adalah sebagian dari sikap beribadat pula, seperti juga halnya kepercayaan akan

kebenaran semua yang diuraikan itu secara mutlak.”

Namun demikian dengan masa keterbukaan seperti saat ini peranan pesantren

menjadi sangat penting baik dari sisi ekonomi, sosial, budaya lebih lebih dari sisi politik,

(5)

PERANAN PESANTREN DALAM PEREKONOMIAN

Sebagai Lembaga Produksi

Pesantren sebagai lembaga produksi yang di tunjukkan dengan adanya

penguasaan terhadap sejumlah bidang tanah, memiliki tenaga kerja untuk

memanfaatkan dan memiliki teknologi untuk mengelolah (memprodusi-red)

menunjukan pesantren sebagai salah satu produsen, jika sebuah pesantren bergerak

dalam bidang pertanian , maka pesantren ini merupakan produsen dalam bidang

pertanian, jika pesantren bergerak dalam bidang indsutri (kerajinan, kecil) maka

pesantren sebagai produsen dalam bidang industri.

 Pesantren sebagai lembaga produksi agar bisa melanjutkan eksistensi dalam dunia usaha maka pesantren harus berinovasi dalam pengembangan produknya, jika

hanya mengandalkan pasar tradisional yang dimiliki maka perkembangannya

akan cenderung stagnan. Langkah awal yang dilakukan adalah dengan

mengefisienkan factor produksi yang dimiliki yang kemudian mengembangkan

diversifikasi produk dan tenaga kerja. Dengan demikian akan memunculkan

efisiensi ekonomis. Sedangkan efisiensi ekonomis mengacu pada nilai output

terhadap input, atau nilai sumberdaya (faktor produksi) yang dipakai

menghasilkan output tersebut. Pengukuran efisiensi ekonomis mensyaratkan

nilai-nilai ditempatkan pada komoditi. Dalam analisis kesejahteraan, nilai-nilai yang

ditempatkan (sebagai satuan hitung atau pengukur) pada komoditi itu adalah

nilai-nilai yang diberikan oleh pasar sempurna. Ekonomi Italia, Dilfredo Pareto, telah

menspesifikasikan suatu kondisi atau syarat terciptanya alokasi sumberdaya

secara efisien atau optimal, yang kemudian terkenal dengan istilah syarat atau

kondisi pareto (pareto condition). Definisi kondisi pareto adalah suatu alokasi

barang sedemikian rupa, sehingga bila dibandingkan dengan alokasi lainnya,

alokasi tersebut tidak akan merugikan pihak manapun dan salah satu pihak pasti

diuntungkan. Atas kondisi pareto juga bisa didefinisikan sebagai suatu situasi

dimana sebagian atau semua pihak/individu takkan mungkin lagi diuntungkan

(6)

lebih lanjut kami mengestimasi peranan pesantren dalam menyediakan out put

barang produksi.

Di Indonesia, usaha mikro dan usaha kecil telah memberikan kontribusi

yang signifikan kepada perekonomian nasional.Sebagai gambaran, pada tahun

2000 tenaga kerja yang diserap industri rumah tangga (salah satu bagian dari

usaha mikro sektor perindustrian) dan industri kecil mencapai 65,38% dari tenaga

kerja yang diserap sektor perindustrian nasional.

Pada tahun yang sama sumbangan usaha kecil terhadap total PDB

mencapai 39,93% Dari industri kecil dan rumah tangga ini 60% digerakkan oleh

pesantren dan para alumninya

Contoh Pesantren yang bisa mengembangkan ekonomi local

• Pesantren Masturiyah Jawa Barat Pimpinan K.H.E. Fachrudin Masturo • Pesantren Alquran Babussalam di kawasan Bandung Utara tepatnya di Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan. Pesantren ini didirikan oleh KH

Drs Muchtar Adam pada 18 Januari 1981. • Pesantren Darussalam Gontor, Ponorogo

Sebagai Lembaga Konsumsi

Pesanten sebagai lembaga lembaga konsumsi di tunjukkan dari jumlah barang

produksi yang di serap oleh pesantren baik oleh santri sebagai peserta didik

maupun pesantren sebagai lembaga pendidikan, jika ditambahkan bila pesantren

memiliki usaha produksi, maka bahan baku usaha produksi ini juga akan

menyerap barang produksi yang tidak sedikit.

 Jika di jawa timur terdapat 280.397 santri mukim putra dan 237.669 santri mukim Putri 213.647 Kalong Putra dan 215.232 kalong Putri dengan total

946.945 santri dan masing masing santri setiap harinya mengkonsumsi secara

rata rata Rp 5000 maka dalam 1 bulan mereka mengkonsumsi sebesar Rp

150.000, ini artinya total konsumsi para santri setiap bulannya adalah Rp

142.041.750.000 belum lagi untuk biaya operasional pesantren yang bisa 2-25

(7)

pesantren sebagai lembaga pendidikan berkisar antara 284.083.500.000-

3.551.043.750.000, ini berati merupakan serapan yang cukup besar terhadap

total produksi yang di keluarkan oleh Industri.

Sebagai Lembaga Penyeimbang

Pesantren sebagai lembaga penyeimbang dalam tulisan ini kami menyoroti dalam

4 paradigma, yaitu ; Pesantren sebagai kekuatan social, pesantren sebagai

lembaga Tinkthank, pesantren sebagai lembaga politik dan Pesantren sebagai

Agen perubahan.

Pesantren sebagai kekuatan social

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang

diperkenalkan di Jawa sekitar 500 tahun yang lalu. Sejak saat itu, lembaga

pesantren tersebut telah mengalami banyak perubahan dan memainkan

berbagai macam peran dalam masyarakat Indonesia7.

Asumsi yang kita pergunakan adalah jumlah santri yang sebesar

946.945 dan masing masing santri bisa menjadi contoh dan tauladan

dalam keluarganya, maka jika dalam 1 keluarga ada 3 orang yang bisa

dipengaruhi maka total individu yang berpotensi memiliki pemahaman

yang sama adalah 426.125.250.000 orang. Atau sama dengan 2,13 %8 dari

jumlah penduduk secara nasional. Dan ini merupak satu kekuatan yang

cukup signifikan untuk melakukan perubahan sosial di masyarakat.

Pesantren sebagai wadah para ekspert (lembaga Thinkthank)

Pada zaman walisongo, pondok pesantren memainkan peran penting

dalam penyebaran agama Islam di pulau Jawa. Juga pada zaman

penjajahan Belanda, hampir semua peperangan melawan pemerintah

kolonial Belanda bersumber atau paling tidak dapat dukungan sepenuhnya

7

Mayra Walsh, Pondok Pesantren Dan Ajaran Golongan Islam Ekstrim, 2002; ACICIS Program Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik, Universitas Muhammadiyah Malang, h 4

8

(8)

dari pesantren9 Pondok pesantren membentuk banyak karakteristik dan

jenis jenis. Perbedaan jenis-jenis pondok pesantren di Jawa dapat dilihat

dari segi ilmu yang diajarkan, jumlah santri, pola kepemimpinan atau

perkembangan ilmu teknologi. Lebih lanjut Azyumardi Azra menyatakan

pondok pesantren berperan dalam era kebangkitan Islam di Indonesia dan

ini terlihat dalam dua dekade terakhir ini.

Namun di balik itu semua, jika kita merujuk pemikir negeri ini dari

almarhum Nurkholis Majid, sampai ketua MPR Hidayat Nur Wahid

adalah alumni alumni pesantren yang mampu mewarnai kehidupan politik

Indonesia. Belum lagi bila kita melihat dengan kaca mata lokal, maka

tidak lepas dari tokoh pesantren yang memiliki pemikiran yang cukup

brilian dan di segani di daerahnya, seperti KH Ali Masruri dari Sidoarjo

dan masih banyak lagi.

Pesantren sebagai lembaga politik

Menangnya Partai Kebangkitan Bangsa di Jawa Timur tidak lepas dari

fungsi politik pesantren, dengan dukungan basis NU yang cukup kental,

pesantren pesantren di jawa timur mampu menggerakkan warga di

sekitarnya untuk memiliki salah satu partai politik dalam pemilihan

umum. Satu kasus yang menarik terjadi di Bondowoso, Kyai Fawaid tidak

mendukung partai Kebangkitan Bangsa dan mendukung PPP dan suara

PPP dikabupaten ini cukup siqnifikan jika di bandingkan dengan daerah

daerah lain, hal ini juga karena peranan pesantren dan kyai sebagai satu

lembaga politik.

Sebagai Agen Perubahan

Fungsi terpenting pesantren adalah sebagai mesin penggerak

perubahan di masyarakat. Sejak awal masuknya Islam ke Indonesia,

pendidikan Islam merupakan kepentingan tinggi bagi kaum muslimin.

Pada masa penjajahan pesantren sebagai agen perubahan sangat terasa,

9

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia:Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan

(9)

pesantren sebagai ujung tombak perjuangan bangsa yang menyediakan

syuhada’ syuhada’ mudah untuk merebut dan mempertahankan

kemerdekaan, namun saat ini terasa fungsi ini agak mengendur,

Namun demikian pesantren sebagai penggerak perubahan

masyarakat lambat laun tidak bisa di pungkiri, terutama setelah era 90 an

dengan semakin di akomodirnya tokoh Islam oleh penguasa Orde baru

saat itu. Pesantren sekarang ini dapat dibedakan kepada dua macam, yaitu

pesantren tradisional dan pesantren modern. Sistem pendidikan pesantren

tradisional sering disebut sistem salafi. Yaitu sistem yang tetap

mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik sebagai inti

pendidikan di pesantren. Pondok pesantren modern merupakan sistem

pendidikan yang berusaha mengintegrasikan secara penuh sistem

tradisional dan sistem sekolah formal (seperti madrasah).

Dengan dua pola pendidikan di pesantren seperti inilah yang

memberikan balansing di masyarakat dari pemahaman terhadap nilai dan

kaidah kaidah Islam kontemporer dan penyesuaiannya dengan

perkembangan zaman, saat ini pesantren mulai akrab dengan metodologi

ilmiah modern, lebih terbuka atas perkembangan di luar dirinya,

diversifikasi program dan kegiatan di pesantren makin terbuka dan luas,

dan sudah dapat berfungsi sebagai pusat pengembangan masyarakat10.

Lebih lanjut Imam Tholkhah menyebutkan , pesantren seharusnya

mampu menghidupkan fungsi-fungsi sebagai berikut, 1) pesantren sebagai

lembaga pendidikan yang melakukan transfer ilmu-ilmu agama (tafaqquh

fi al-din) dan nilai-nilai Islam (Islamic vaues); 2) pesantren sebagai

lembaga keagamaan yang melakukan kontrol sosial; dan 3) pesantren

sebagai lembaga keagamaan yang melakukan rekayasa sosial (social

engineering) atau perkembangan masyarakat (community development).

Semua itu, menurutnya hanya bisa dilakukan jika pesantren mampu

melakukan proses perawatan tradisi-tradisi yang baik dan sekaligus

10

(10)

mengadaptasi perkembangan keilmuan baru yang lebih baik, sehingga

mampu memainkan peranan sebagai agent of change.

Penutup

Dalam kondisi masyarakat yang masih cenderung feodal, di mana ketertindasan dan

ketidakadilan masih menimpa sebagian besar masyarakat seperti yang diuraikan pada

awal makalah ini, peran pesantren yang lebih jelas untuk ikut serta melakukan

perubahan-perubahan keadaan merupakan hal yang urgen untuk diwujudkan. Terkecuali

jika pesantren memang memiliki prinsip untuk menutup mata terhadap

kesadaran-kesadaran palsu yang berkembang, dan atau memilih menjadi pengawet tradisi-tradisi

yang dianggap given yang memang telah diterima secara naif oleh masyarakat pada

umumnya.

Untuk itu agar pesantren memiliki peranan yang siqnifikan terhadap perkembangan

masyarakat, khususnya perannnya terhadap pengembangan perekonomian rakyat maka

kami merekomendasikan pesantren untuk:

1. Pesantren Harus memiliki RENSTRA

Artinya pesantren harus memiliki rencana pengembangan kedepan, baik itu dalam

jangka pendek dan jangka menengah dan jangka panjang yang terukur dan

terdokumentasi, yang sesuai dengan perkembangan dan tuntutan masyarakat.

2. Pesantren Harus menjalin Komunikasi dengan lembaga pendidikan

“sekuler”

Pesantren saatnya mengembangkan dengan membangun jaringan dengan lembaga

lain guna membandingkan, mengkopilasi sistem pendidikan dan membangun

kompetisi yang sehat, guna membangun melahirkan pemikir pemikir handal yang

bisa bersaing di segala bidang.

3. Pesantren Harus Akomodatif dengan segala kepentingan masyarakat

Satu fungsi mutlak yang harus di penuhi pesantren adalah mengakomodasi

kepentingan masyarakat, jika tidak maka pelan tapi pasti akan di tinggalkan oleh

masyarakat. Namun demikian jangan sampai kepentingan masyarakat (khususnya

yang kurang ideal bagi pesantren) menunggai pesantren, untuk tujuan tujuan

(11)

4. Pesantren harus memiliki standart

Pesantren telah lama menjadi lembaga yang memiliki kontribusi yang penting

dalam ikut serta mencerdaskan bangsa. Banyaknya jumlah pesantren di Indonesia,

serta besarnya jumlah siswa pada tiap pesantren menjadikan pesantren lembaga

yang layak diperhitungkan dalam kaitannya dengan pembangunan bangsa di

bidang pendidikan dan moral. Perbaikan-perbaikan yang secara terus menerus

dilakukan terhadap pesantren, baik dari segi manajemen, akademik (kurikulum)

maupun fasilitas menjadikan pesantren keluar dari kesan tradisional dan kolot

yang selama ini disandangnya. Beberapa pesantren bahkan telah menjadi model

dari lembaga pendidikan yang leading. Salah satu yang menyebabkan pesantren

menjadi penting untuk dibicarakan dan diperhitungkan dalam dunia pendidikan

adalah karena jangkauannya yang tidak sekadar merambah ranah pesekolahan

yang umumnya dijangkau oleh sekolah-sekolah. Pesantren memiliki jangkauan

(12)

Referensi

Biro Pusat Statistik

O'Neil, William.. Ideologi-Ideologi Pendidikan. 2002;Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Imam Tholkhah dkk.. Membuka Jendela Pendidikan. 2004;Jakarta: Raja

Grafindo Persada

Max Weber, The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism, (1930),London

Zamakhsyari Dhofier, 1985, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai,

LP3ES, Jakarta.

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia:Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan

Perkembangan, 1999; PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, (hl 24-27, 138-161)

Zuhairini, dll., Sejarah Pendidikan Islam, 1997; Bumi Aksara, Jakarta.

Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru,

2001; Penerbit Kalimah, Jakarta.

Mayra Walsh, Pondok Pesantren Dan Ajaran Golongan Islam Ekstrim, 2002; ACICIS

Program Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik, Universitas Muhammadiyah Malang

Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi: Esai-Esai Pesantren, 2001; LkiS,

Yogyakarta..

Farid Hasyim, Visi Pondok Pesantren Dalam Pengembangan SDM: Studi Kasus di

Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Hikam, 1998; UMM, Program Pasca Sarjana,

Tesis.

Zainal Arifin dan Mudrajad Kuncoro, Konsentrasi Spasial Dan Dinamika Pertumbuhan

Referensi

Dokumen terkait

Ditemukan adanya kekhasan vibrasi dari spektra infra merah pada bilangan gelombang 1680-1695 cm -1 dan 1075-1090 cm -1 pada sampel protein daging babi berbeda

Hasil observasi di lapangan juga ditemukan fakta bahwa pada saat proses pembelajaran, siswa kurang aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang ditunjukkan

Lebih dari separuh isolat bakteri endofit dapat meningkatkan tinggi tanaman tomat pada perlakuan perendaman benih selama 30 menit dibandingkan dengan kontrol dan hanya 1 isolat

Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pelajar di Kota Bandung sebanyak 59% tidak pernah menggunakan bus sekolah adapun faktor yang

Tugas akhir ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam pembuatan lambung floating platform dalam mendesain struktur yang kuat untuk kontruksi lambung bagian

Yang menjadi dasar utama pemilihan lokasi adalah dekat dengan bahan baku, yang mana bahan baku dalam pembuatan air mineral ini adalah dekat dengan perusahaan dan menurut hasil

Dari sisi pendidikan musik notasi merupakan bagian terpenting dalam musik termasuk cara memainkan musik itu sendiri, sedangkan dari sisi kebutuhan software notasi angka adalah

Keluarga yang tidak mempunyai kebiasaan membaca, fasilitas membaca yang kurang memadai, koleksi perpustakaan yang kurang, tingkatan ekonomi yang rendah, kurangnya