• Tidak ada hasil yang ditemukan

FILOLOGI DAN FILSAFAT ILMU docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FILOLOGI DAN FILSAFAT ILMU docx"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari untuk menyampaikan pikirannya. Bahasa menjadi satu hal yang tidak bisa dipisahkan dari manusia, melekat dan menjadi milik manusia. Bahasa yang melekat pada manusia selalu hadir dalam kegiatan manusia sepanjang hidup manusia tersebut. Manusia mampu mengungkapkan segala sesuatu yang mereka pikirkan tentang dunia ini melalui bahasa yang dimilikinya.

Dalam kehidupan bermasyarakat bahasa menjadi satu identitas bagi masyarakat penuturnya. Masyarakat yang satu berbeda dengan masyarakat lainnya dalam menggunakan suatu bahasa. Bahasa juga merupakan aspek yang terkandung dalam filologi selain kesusastraan dan kebudayaan. Filologi merupakan subdisiplin linguistik yang mengkaji naskah-naskah lama dalam rangka untuk mengetahui latar belakang kebudayaan masyarakat pemakainya (Soeparno, 2013: 29). Filologi secara luas merupakan ilmu yang mempelajari perkembangan kebudayaan suatu bangsa yang meliputi bahasa, sastra dan seni.

Karya masa lalu termasuk naskah-naskah kuno merupakan peninggalan yang mampu memberikan informasi mengenai berbagai segi kehidupan yang pernah ada yang mengandung nilai-nilai berharga yang masih dapat diterapkan dimasa kini. Kita juga dapat memperoleh informasi dari masa lalu atau dari tempat yang sangat jauh melalui karya masa lalu, meliputi pengetahuan dan kebudayaan nenek moyang serta kebudayaan-kebudayaan yang lain. Oleh karena itu, menjadi penting bagi setiap generasi untuk menjaga peninggalan-peninggalan karya masa lalu.

Filsafat merupakan sekumpulan pengetahuan manusia yang diperoleh melalui proses berpikir yang sangat logis dan sistematis. Zainal Abidin (2011: 26-27) mengatakan pada dasarnya filsafat merupakan suatu pendekatan (approach) dalam memandang, mendeskripsikan, dan menginterpretasikan objek-objek kajiannya yakni sesuatu yang menjadi kenyataan (ontologi), pengetahuan (epistemologi) dan nilai (aksiologi).

(2)

yang diselidiki sedangkan objek formal yaitu sudut pandang dari mana objek material tersebut disorot. Objek formal tidak hanya memberi keutuhan suatu ilmu, tetapi pada saat yang sama juga membedakannya dari bidang lain. (Surajiyo, 2015: 9).

Ilmu merupakan pengetahuan yang memiliki aspek ontologi, epistemologi dan aksiologi yang jauh lebih berkembang dibanding pengetahuan-pengetahuan lain. Menurut Jujun S. Suriasumantri (2009: 33), semua pengetahuan baik seni, ilmu, atau pengetahuan apa saja memiliki ketiga landasan ini dan untuk membedakan jenis pengetahuan maka dapat dilihat dari: Apa yang dikaji oleh pengetahuan itu (ontologi)? Bagaimana cara mendapatkan pengetahuan tersebut (epistemologi) serta untuk apa pengetahuan tersebut dipergunakan (aksiologi)?.

Filologi sebagai subdisiplin ilmu linguistik juga memiliki objek kajian atau landasan yang terdapat dalam filsafat ilmu. Kajian atau landasan tersebut antara lain ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apa hakekat atau objek kajian filologi dalam filsafat ilmu?

2. Bagaimana cara, prosedur ilmiah atau sistematika pemerolehan ilmu melalui studi filologi?

3. Apa saja nilai-nilai dan kebermanfaatan yang terkandung dalam studi filologi?

C. Tujuan

Tujuan dalam penulisan makalah ini antara laim:

1. Untuk mengetahui hakekat atau objek kajian filologi dalam filsafat ilmu.

2. Untuk mengetahui cara, prosedur ilmiah atau sistematika pemerolehan ilmu melalui studi filologi.

3. Untuk mengetahui nilai-nilai serta kebermanfaatan yang terkandung dalam studi filologi.

D. Manfaat

(3)

BAB II PEMBAHASAN

Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang merupakan gabungan dua kata: Philo yang berarti cinta (love) dan shopia yang berarti kebijaksanaan (yang mencakup pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan intelegensi), sehingga secara etimologi filsafat berarti cinta akan kebijaksanaan (Surajiyo: 2007: 1). Sikap bijaksana dalam pengambilan keputusan dalam upaya menjalani kehidupan dari dulu hingga sekarang masih sangat diperlukan. Filsafat menelaah segala permasalahan yang dapat dipikirkan oleh manusia. Cabang filsafat yang membahas masalah ilmu adalah filsafat ilmu. Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat epistemologi yang mengkaji secara spesifik mengenai hakikat suatu ilmu. Menurut Jujun S. Suriasumantri (2009: 45), filsafat ilmu merupakan penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara untuk memperolehnya.

A. Objek Kajian Filologi

Landasan ontologis suatu ilmu berbeda dengan ilmu lainnya karena apa yang menjadi objek kajian ilmu tersebut juga berbeda. Ontologi berasal dari bahasa Yunani: On yang berarti being dan Logos yang berarti ilmu. Menurut istilah, ontologi ialah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak. (Amsal Bakhtiar, 2012: 134).

Menurut Kattsof (2004: 76), ontologi membicarakan azas-azas rasional dari yang ada, berusaha untuk mengetahui eksistensi terdalam dari yang ada. Senada dengan hal ini, Hakim dan Saebandi (2008: 22) juga mengemukakan bahwa ontologi adalah teori hakikat yang mempertanyakan setiap eksistensi.

Ontologi menjadi pembahasan utama dalam filsafat ilmu karena ontologi membahas tentang hakikat atau realitas. Hakikat merupakan kenyataan atau keadaan yang sebenarnya bukan keadaan yang sementara atau keadaan yang menipu. (Ahmad Tafsir, 2013: 28).

(4)

sini, ide yang dimaksud oleh Plato adalah wujud konsep yang merupakan sebuah hakikat yang menjadi dasar suatu ilmu.

Filologi adalah ilmu yang mengkaji naskah-naskah dan teks-teks lama untuk mengungkapan isi teks dari pelbagai tradisi tulis yang telah dilakukan pada masa lampau. Filologi berusaha mengungkapkan hasil budaya suatu bangsa melalui kajian bahasa pada peninggalan dalam bentuk tulisan. Informasi tentang hasil budaya yang diungkapkan oleh teks klasik dapat dibaca di dalam peninggalan-peninggalan yang berupa tulisan atau yang biasanya disebut naskah. Dari situasi inilah kemudian filologi dipandang sebagai ilmu tentang bahasa.

Peranan bahasa dalam mengkaji teks sangatlah penting sehingga kajian utama filologi adalah bahasa teks-teks lama. Bidang bahasa yang ditelaah oleh filologi adalah bidang yang beraspek masa lampau, misalnya salah satu segi dari bahasa bandingan, perkembangan bahasa bandingan, dan hubungan kekerabatan antara beberapa bahasa. Seperti telah dijelaskan di atas, setiap ilmu memiliki wujud hakikat atau realitas yang menjadi objek kajian dalam ilmu tersebut. dalam studi filologi, suatu karya tulisan merupakan wujud hakikat yang ada dan ini menjadi hal wajib yang dikaji oleh filologi sehingga naskah dan teks lama tersebut merupakan objek kajian atau wujud hakikat dalam studi filologi.

B. Filologi dan Metode Ilmiah

Dalam filsafat ilmu, terdapat cabang yang membahas mengenai bagaimana sebuah pengetahuan didapatkan. Cabang tersebut disebut epistemologi. Istilah Epistemology pertama kali dipakai oleh J.F. Feriere yang maksudnya untuk membedakan antara dua cabang filsafat, yaitu episemologi dan ontologi (metafisika umum). Epistemologi berasal dari kata Yunani, episteme dan logos. Episteme biasa diartikan pengetahuan atau kebenaran dan logos diartikan pikiran, kata, atau teori. Secara etimologi epistemologi dapat diartikan teori pengetahuan yang benar dan lazimnya hanya disebut teori pengetahuan yang dalam bahasa Inggris menjadi Theory of Knowledge. Pertanyaan dasar dalam epistemologi adalah Apakah yang dapat saya ketahui?. (Surajiyo, 2015: 53).

(5)

mengetahui itu? Apakah yang merupakan asal mula pengetahuan? Bagaimana cara memperoleh pengetahuan? Dan lain sebagainya.

Landaan epistemologi suatu ilmu menjelaskan proses dan prosedur yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan berupa ilmu serta hal-hal yang harus diperhatikan agar diperoleh suatu pengetahuan ilmiah, menjelaskan kebenaran serta kriterianya, dan cara yang membantu mendapatkan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang telah memenuhi unsur-unsur epistemologis yang dinyatakan secara sistematis dan logis. (Hakim-Saebani, 2008: 22).

Prosedur atau tata cara untuk mendapatkan suatu pengetahuan dapat dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, tata langkah, dan cara teknis untuk memperoleh pengetahuan baru atau memperkembangkan pengetahuan yang ada. (Gie, 2012: 110).

Pada mulanya, istilah ”filologi (philologia)” lahir dan berkembang di kawasan kerajaan Yunani. Kegiatan filologi dimulai sejak abad ke-3 M oleh sekelompok ahli dari Alexandria yang mengkaji teks-teks lama yang berasal dari Yunani. Pada saat itu filologi diartikan sebagai suatu keahlian yang diperlukan untuk mengkaji peninggalan berupa tulisan yang berasal dari kurun waktu beratus-ratus tahun sebelumnya. (Baroroh, 1985: 1). Studi filologi sebagai ilmu menerapkan metode ilmiah dalam mengkaji objek kajian yang menjadi pembahasannya.

Epistemologi mengawali pemerolehan suatu ilmu dengan menggunakan metode ilmiah. Pengetahuan diterima sebagai suatu ilmu bila dalam penemuannya menggunakan prosedur ilmiah atau metode ilmiah. Dalam epistemologi tidak hanya mengandalkan pengetahuan indrawi akan tetapi juga pengetahuan rasio. Hal ini dilakukan karena pengetahuan indrawi memiliki kelemahan-kelemahan yang dapat menipu manusia. Menurut Saebani (2009: 63), sistematika filsafat ilmu bermula dari logika yang menghubungkan pengetahuan rasio dan pengetahuan indrawi. Urutan-urutan berpikir logis dapat dilakukan secara deduktif, induktif, atau dialektis.

(6)

Selanjutnya fakta-fakta yang telah ditemukan dan dibuktikan oleh data empirik disebut teori. Teori digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena yang terjadi di alam. Penjelasan fenomena diperoleh melalui abstraksi antara konsep dan fenomena yang terjadi sehingga terdapat hubungan kausalitas yang berlaku secara umum.

Ilmu merupakan pengetahuan ilmiah yang diperoleh dengan cara berpikir yang sistematis. Cara berpikir dalam penemuan suatu ilmu terdiri dari: induktif dan deduktif. Berpikir induktif merupakan cara berpikir dengan melihat fenomena-fenomen yang terjadi kemudian dari fenomena tersebut digeneralisasi sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan. Berpikir deduktif merupakan cara berpikir yang menggunakan teori-teori untuk menjelaskan fenomena yang terjadi. Berpikir deduktif selalu menggunakan silogisme.

Langkah-langkah yang digunakan dalam metode ilmiah untuk mencari kebenaran suatu ilmu menurut Burhanuddin Salam (1997: 106-108) adalah sebagai berikut: 1) Penemuan masalah, 2) Perumusan kerangka masalah, 3) Pengajuan hipotesis, 4) Deduksi dari hipotesis, 5) Pembuktian hipotesis, dan 6) Penerimaan hipotesis menjadi teori ilmiah. Menurutnya, dalam pengajuan hipotesis, pada hakikatnya merupakan hasil penalaran induktif-deduktif yang dilanjutkan dengan pengujian hipotesis dengan identifikasi fakta-fakta yang dapat dilihat dalam dunia fisik yang nyata. Sehingga, ketika fakta-fakta tersebut dapat dibuktikan secara empiris maka hipotesis dapat diterima kebenarannya dan dapat menjadi teori ilmiah.

Hipotesis merupakan asumsi atau dugaan sementara yang kebenarannya perlu pengujian lebih lanjut. Begitu pula dalam setiap penelitian yang dilakukan untuk membuktikan hipotesis tersebut dapat diterima atau tidak maka hipotesis tersebut perlu diuji. Kebenaran sebuah hipotesis memiliki ukuran tersendiri diantaranya dapat dikatakan benar apabila benar secara korespondensi, koherensi, dan juga memiliki kebenaran pragmatis. Kebenaran korespondensi merupakan teori kebenaran antara pernyataan dan pengetahuan rasio manusia, suatu pernyataan dikatakan benar jika pernyataan tersebut berkorespondensi atau berhubungan dengan fakta, kebenaran koherensi merupakan teori kebenaran di mana suatu pernyataan dikatakan benar bila pernyataan tersebut konsisten dengan pernyataan-pernyatan sebelumnya yang dinyatakan benar, sedangkan berdasarkan teori kebenaran pragmatis, suatu pernyataan dikatakan benar bila pernyataan tersebut memiliki fungsi atau kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.

(7)

digunakan untuk menguji hipotesis diketahui melalui operasional variabel yang terkandung dalam hipotesis. Selanjutnya, dalam menentukan indikator variabel-variabel operasional maka persoalan validitas dan reliabilitas memegang peranan penting.

Filologi dilihat dalam tinjauan epistemologi filsafat ilmu memiliki langkah-langkah kerja filologi yang dilakukan dengan pelbagai tahap, yaitu: 1) Inventirisasi naskah-naskah kuno, 2) Deskripsi naskah dan teks, 3) Alih tulis teks ke dalam bahasa latin, 4) Menerjemahkan teks, mengungkapkan serta menganalisa isi teks untuk kepentingan pemahaman perkembangan kebudayaan dan bahasa. (Hesti Mulyani, 2011: 312).

Dari rangkaian kegiatan dalam studi filologi di atas, inventarisasi naskah-naskah kuno merupakan langkah awal setelah menentukan naskah yang akan diteliti dengan menerapkan metode induktif di mana dalam inventarisasi naskah terdapat dua metode yaitu metode studi pustaka (studi katalog) dan metode studi lapangan (meninjau secara langsung lokasi naskah-naskah kuno). Melalui hasil pengamatan maka peneliti dapat mengetahui kondisi naskah-naskah yang relevan dengan naskah yang menjadi objek kajian penelitian. Naskah-naskah yang telah diinventarisir merupakan sumber data penelitian. Langkah kedua setelah inventarisasi naskah adalah deskripsi naskah, yaitu menggambarkan kondisi naskah baik dari segi kertas maupun hal lain yang terkait dengan naskah tersebut. Tahap ketiga adalah alih tulis teks di mana karya tulisan masa lampau biasanya tertulis dengan menggunakan bahasa daerah sehingga perlu untuk menuliskannya kembali menggunakan bahasa latin yang dapat dimengerti oleh masyarakat. Terjemahan adalah penggantian bahasa dari bahasa yang satu ke dalam bahasa lain atau pemindahan makna dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Terjemahan dilakukan sedekat-dekatnya dengan makna masing-masing kata pada bahasa sumber dan konteks kalimatnya. Secara teknis, dalam terjemahan dimungkinkan mengubah susunan atau kalimat. Untuk menyelaraskan kalimat, maka bila diperlukan dapat dilakukan dengan menghilangkan atau menambah awalan atau akhiran pada kata atau kalimat tersebut.

(8)

mengejar kebenaran lewat ditemukannya sumber terpercaya sehingga hal yang esensial dapat ditemukan.

Dalam setiap penelitian, hal yang penting diperhatikan adalah cara agar segala kegiatan yang dilakukan oleh peneliti valid dan reliable, sehingga ilmu sebagai hasil penelitian memiliki tingkat kebenaran yang tidak diragukan. Dalam studi filologi salah satu pokok perhatian adalah sumber data yang diperoleh, sumber data berupa naskah-naskah atau teks-teks lama harus memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang dapat dipercaya sehingga hasil penelitian yang berdasarkan pada sumber data juga dapat dipercaya. Saifuddin Azwar (2012: 2) mengatakan bahwa sifat valid dan reliabel diperlihatkan oleh tingginya akurasi dan kecermatan hasil pengukuran. Sebuah instrument dikatakan tidak valid bila tidak mampu menghasilkan informasi yang akurat mengenai atribut atau variabel yang diukurnya atau dengan kata lain tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya.

Menurut Heri Retnawati (2016: 16), validitas menunjukkan dukungan fakta empiris dan alasan teoritis terhadap interpretasi skor suatu pengukuran, dan terkait dengan kecermatan pengukuran. Menurut Saifuddin (2012: 8), Validitas memiliki arti sejauhmana suatu tes atau skala dalam menjalankan fungsi pengukurannya. Validitas sendiri dikelompokkan menjadi tiga tipe, yaitu: validitas kriteria, validitas isi, dan validitas konstruk. (Allen & Yen, Fernandes via Heri Retnawati, 2016: 16). Menurut Suharsimi (2013: 80-83), secara garis besar terdapat dua macam validitas, yaitu validitas logis dan validitas empiris. Validitas logis berasal dari kata logika yang berarti penalaran. Sehingga dalam pelaksanaannya validitas logis mengandung proses penalaran yang sudah ada. Validitas logis terdiri dari dua, yaitu validitas isi dan validitas konstruk. Sejalan dengan hal ini, Sutrisno Hadi (2015: 151) mengatakan konsep validitas logis bertolak dari konstruksi teoritis tentang faktor-faktir yang hendak diukur oleh suatu pengukur. Dari konstruksi teoritis dilahirkan definisi-definisi yang digunakan peneliti sebagi ukuran valid tidaknya alat ukur yang dia buat. Oleh karena itu, validitas logis terkadang juga disebut validitas konstruk atau validitas dari definisi.

(9)

dan dapat dikonfirmasi keberadaannya maka data tersebut dapat dipercaya dan dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu realitas yang pernah ada.

Metodologi ilmu merupakan penelaahan terhadap metode yang khusus dipergunakan dalam suatu ilmu. Kokohnya metode menentukan validitas dan reliabilitas dari hasil imu. Struktur logis dari suatu ilmu dalam penyimpulannya tunduk pada kaidah-kaidah logika dengan standar ketelitian logis yang tinggi. (Gie, 2012: 84).

Ilmu merupakan pengetahuan yang memiliki dasar pembenaran yang menuntut pengaturan kerja ilmiah yang diarahkan pada perolehan derajat kepastian. Pernyataan harus didasarkan atas pemahaman a priori dan juga harus berdasarkan hasil kajian empirik. Ilmu juga bersifat sistemik dan sistematik yakni menunjuk pada pengetahuan yang didasarkan pada riset ilmiah, serta sifat intersubjektifitas ilmu yang tidak didasarkan pada intuisi tetapi harus mengalami verifikasi oleh subjek-subjek lain. (Semiawan et. al, 2010: 137-139)

Sehingga pengungkapan naskah-naskah kuno melalui studi filologi akan dapat diketahui bentuk keaslian dan kondisi naskah yang dapat memberikan kesadaran bagi masyarakat untuk menjaga naskah atau bahkan menyalin ulang naskah tersebut demi menjaga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

C. Nilai Etis, Estetika dan Nilai Guna Studi Filologi

Ilmu merupakan sesuatu yang dapat membantu manusia dalam kehidupannya. Dengan menggunakan ilmu, manusia dapat dengan cepat dan mudah memenuhi kebutuhan hidupnya. Ilmu yang ada dapat dirasakan manusia adalah seperti munculnya berbagai macam obat untuk menyembuhkan penyakit, dengan ilmu pula manusia dapat menciptakan transportasi untuk memudahkan manusia. Dengan majunya ilmu manusia dapat menciptakan berbagai macam teknologi untuk membantu meringankan beban manusia namun kemudian dipergunakan untuk hal-hal yang bersifat negatif yang dapat merugikan manusia. Dua sisi inilah yang menggambarkan hubungan ilmu pengetahuan dengan moral, nilai-nilai atau etika. Oleh karena itu, suatu ilmu harus memiliki keberpihakan terhadap nilai-nilai kebaikan dan kemanusian.

(10)

sejalan dengan Suriasumantri (2009: 33) yang menyatakan bahwa aksiologi merupakan telaah ilmu yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh, keterkaitan antara penggunaan ilmu dengan kaidah-kaidah moral dan penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral.

Sarwan (1984: 22) menyatakan bahwa aksiologi adalah studi tentang hakikat tertinggi, realitas, dan arti dari nilai-nilai (kebaikan, keindahan, dan kebenaran). Dengan filsafat orang mungkin dapat menjadi lebih bijaksana dalam menjalani kehidupan. Kegunaan filsafat dapat dijelaskan dalam tiga hal: pertama, filsafat sebagai kumpulan teori yang digunakan untuk memahami dan mereaksi-dunia pemikiran, filsafat sebagai pandangan hidup hampir sama dengan agama di mana menjadi sebuah pedoman untuk dijadikan acuan dalam menjalani kehidupan dan filsafat sebagai pemecahan masalah di mana penyelesaian masalah dilakukan secara universal dan mendalam. (Ahmad Tafsir, 2013: 42-44). Kehadiran ilmu yang berlandaskan pada filsafat diras mampu untuk membantu manusia dalam mencapat tujuan hidup.

Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa aksiologi adalah bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk (nilai etika atau moral), indah dan tidak indah (nilai estetika), serta manfaat atau nilai guna. Dengan adanya aksiologi sebagai salah satu landasan pengembangan studi filologi, maka studi filologi semestinya tertaut nilai (value bounded) yang disesuaikan dengan nilai budaya yang ada dalam masyarakat serta moral masyarakat, sehingga ilmu yang dikembangkan memberikan manfaat kepada masyarakat.

Menurut Baried-Baroroh (1985:5), tujuan filologi dapat dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

a. Tujuan umum filologi

a) Memahami kebudayaan suatu bangsa melalui hasil sastranya, baik lisan maupun tertulis.

b) Memahami makna dan fungsi teks bagi masyarakat penciptanya.

c) Mengungkapkan nilai-nilai budaya lama sebagai alternatif pengembangan kebudayaan.

b. Tujuan khusus filologi

a) Menyunting sebuah teks yang dipandang paling dekat dengan teks aslinya. b) Mengungkap sejarah terjadinya teks dan sejarah perkembangannya.

(11)

Selain tujuan, terkait dengan filologi sebagai suatu ilmu maka nilai-nilai dan kebermanfaatannya dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Filologi hadir sebagai ilmu bantu bagi ilmu lain. Filologi merupakan ilmu yang mempelajari bahasa dalam manuskrip atau teks kuno untuk mengetahui kebudayaan, pranata, dan sejarah suatu bangsa. Perbandingan bahasa merupakan cara kerja yang paling berkembang pada permulaan abad XIX sehingga memunculkan istilah filologi bandingan atau filologi komparatif. Filologi menjadi cikal bakal, benih-benih utama, dan akar tumbuhnya linguistik bandingan, dalam hal ini linguistik bandingan historis. (Djoko Saryono, 2011: 91).

2. Hubungan linguistik bandingan historis dan filologi dimanfaatkan untuk membaca kembali teks-teks Melayu, seperti Sejarah Melayu, Hikayat Bayan, Hikayat Budiman, dan Hikayat Hang Tuah, menyunting serta merekonstruksi teks induk menjadi berbagai teks turunan atau teks-teks sambutan.

3. Filologi mendeskripsikan kedudukan dan fungsi naskah dan teks yang diteliti agar dapat diketahui karya sastra yang diteliti itu berada dalam kelompok atau jenis sastra yang mana dan apa manfaat serta guna karya sastra tersebut. Sastra mentrasformasikan suatu kejadian ke dalam bentuk teks, dari bahasa formal ke dalam bahasa sastra. Teks tersebut merupakan aspek dokumenter yang dapat menembus ruang dan waktu sehingga pengetahuan masa lampau dapat disebarluaskan dari satu masyarakat ke masyarakat lain. Karya sastra memiliki tujuan estetis di mana karya sastra disajikan menggunakan imajinasi dengan tujuan agar peristiwa yang sesungguhnya dapat dipahami secara lebih bermakna, lebih meluas serta mendalam. (Nyoman Khuta Ratna, 2007: 14)

4. Filologi secara luas adalah pengetahuan tentang sastra. Jangkauan studi filologi meliputi aspek kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan. Karya sastra yang memiliki nilai moral dari suatu masyarakat serta juga menampilkan imajinasi serta nilai seni dari masa lampau dengan gaya bahasa yang unik untuk melukiskan berbagai konflik, dilema dan situasi lain pada masa itu. (Salleh, 2013: 8)

(12)

BAB III PENUTUP Kesimpulan

Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat epistemologi yang mengkaji secara spesifik mengenai hakikat suatu ilmu. Dalam filsafat ilmu terdapat tiga bidang kajian yakni ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi dalam filsafat ilmu berbicara mengenai hakikat atau bidang telaah suatu ilmu. Epistemologi dalam filsafat ilmu merupakan cara atau prosedur bagaimana sebuah ilmu didapatkan. Bidang kajian terakhir dalam filsafat ilmu adalah aksiologi yang dipahami sebagai ilmu tentang nilai.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Tafsir. (2013). Filsafat Umum: akal dan hati sejak Thales sampai Capra. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Amsal Bakhtiar. (2006). Filsafat ilmu. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Arikunto, Suharsimi. (2013). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Atang Abdul Hakim & Beni Ahmad Saebani. (2008). Filsafat umum. Bandung: Pustaka Setia

Baried, Siti Baroroh. (1985). Pengantar teori filologi, Jakarta Timur: Pusat Pembinaan Pendidikan dan Pengembangan Bahasa departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Djoko Saryono. (2011). Hakikat linguistik bandingan. Yogyakarta: Aditya Media Publishing.

Endang Komara. (2011). Filsafat ilmu dan metodologi penelitian. Bandung: Refika Aditama.

Gie, Liang. (2010). Pengantar filsafat ilmu. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta

Heni Retnawati. (2016). Validitas, reliabilitas, dan karakteristik butir. Yogyakarta: Parama Publishing

Hesti Mulyani. (2011). Studi filologi salah satu alternatif pelestarian bahasa daerah. Prosiding kongres antarbangsa bahasa dan budaya. Brunei Darussalam, 312-326.

Jujun S. Suriasumantri. (2009). Filsafat ilmu: sebuah pengantar popular. Jakarta: Sinar Harapan

Kattsof, L.O. (2004). Pengantar filsafat. (Terjemahan Soejono Soemargono). Yogyakarta: Tiara Wacana. (Buku asli diterbitkan tahun 1986)

Muhammad Adib. (2010). Filsafat ilmu ontologi, epistemologi, aksiologi, dan logika ilmu pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Noeng Muhadjir. (2007). Metodologi keilmuan paradigma kualitatif, kuantitatif, dan mixed. (5th

Rev. ed). Yogyakarta: Rake Sarasin

Saifuddin Azwar. (2012). Reliabilitas dan validitas. (4th ed). Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Salleh. (2013). Hikayat hang tuah. Jakarta: Phoenix

(14)

Semiawan, C. R, et. al. (2010). Sprit inovasi dalam filsafat ilmu. Jakarta : PT. Indeks

Soeparno. (2013). Dasar-dasar linguistik umum. Yogyakarta: Tiara Wacana

Surajiyo. (2015). Filsfat ilmu dan perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara

_______ . (2007). Ilmu filsafat suatu pengantar. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Sutrisno Hadi. (2015). Metodologi riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Nyoman Khata Ratna. (2007). Sastra dan cultural studies. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah data dalam DIPA dapat digunakan sebagai input untuk mengelompokkan satker berdasarkan tingkat penyerapan anggarannya dengan

Teorema pythagoras adalah suatu aturan matematika yang dapat digunakan untuk menentukan panjang salah satu sisi dari sebuah segitiga siku-siku.. Perlu diingat bahwa teorema ini

Perilaku merupakan faktor kedua yang memengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat

Tujuan dari apa yang akan saya sampaikan adalah suatu pembuktian ilmiyah bahwa Al Habib Salim memiliki posisi yang sangat penting di negeri Hadramaut dan di hati para

Sukirman (2008) asserted that in lesson study, teachers may also investigate how to improve (1) communication skills; (2) self-directed learning skills; (3) ability to

Kelompok Kerja Badan Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Cianjur (Pokja BLP) akan Melaksanakan Seleksi Sederhana dengan pascakualifikasi secara elektronik, Tahun

Two important facts about quadratic forms over local fields are these: any non-degenerate quadratic space of dimension five or more is isotropic, and there is, up to isometry, a

Salah satu pertanyaan yang sering dikemukakan dalam berbagai kesempatan presentasi hasil penelitian arkeologi situs Liangan adalah tentang korban manusia dalam ini