• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PAPARAN PESTISIDA DAN LOGAM BER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH PAPARAN PESTISIDA DAN LOGAM BER"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PAPARAN PESTISIDA DAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) TERHADAP HISTOPATOLOGI ORGAN IKAN MAS (Cyprinus Carpio)

THE INFLUENCE OF EXPOSURE TO PESTICIDES AND HEAVY METAL LEAD (Pb) OF HISTOPATOLOGY AN ORGAN OF A FISH CARP (Cyprinus Carpio)

Abduyana Purwidyo, Indah Nurwulan, Muchamad Zais Syahri Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Jalan Raya Bandung-Sumedang KM 21, Jatinangor Email: Zaisyahri25@gmail.com

ABSTRAK

Lingkungan memiliki faktor penting terhadap kehidupan organisme yang ada di dalamnya seperti ikan. Lingkungan yang tercemar dapat mempengaruhi organ-organ yang sensitif dari ikan terhadap perubahan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran histopatologi organ insang, usus, hati, dan ginjal pada ikan mas terpapar bahan toksik dibandingkan dengan ikan mas yang tidak terpapar bahan toksik (kontrol). Preparat histopatologi ikan mas yang digunakan pada penelitian ini adalah preparat histopatologi ikan mas akibat pemaparan pestisida yang berasal dari Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran tahun 2009 dan preparat histopatologi ikan mas hasil penelitian akibat pemaparan logam berat Pb. Berdasarkan pengamatan histopatologi pada masing-masing jaringan ikan mas yang meliputi jaringan hati, ginjal, usus, dan insang ikan mas menunjukkan bahwa terjadi kerusakan dan perubahan jaringan untuk preparat histopatologi ikan mas patologis diantaranya terjadi necrosis, hyperplasia, hypertropi, atropi dan pada preparat histopatologi ikan mas kontrol jaringan ikan mas berada dalam keadaan normal dan utuh.

Kata kunci : Bahan Toksik, Hitopatologis,Ikan Mas, Lingkungan, Organ Ikan.

ABSTRACT

Environment having important factor on the lives of an organism that is in them like a fish. The tainted environment can affect the organs sensitive in respect of fish on changes in environment. Research aims to understand histopatologi organ gills picture, the intestines, hearts, and kidney in carp exposed to material toxic compared with carp which are not exposed to material toxic ( control of ). Preparat histopatologi carp used in this research is preparat histopatologi carp due to exposure pesticides derived by the biology the faculty math and science the university padjadjaran 2009 and preparat histopatologi carp the results of the study due to exposure to heavy metal pb. Based on observations histopatologi in each tissue carp which includes of heart tissue, the kidneys, the intestines, and gills carp shows that damage occurs and change a network for preparat histopatologi carp pathological of them happened necrosis, hyperplasia, hypertropi, atropi and on preparat histopatologi carp control tissue carp be in a state of normal and intact.

Keywords : A toxic substance, carp, environment, hitopatologis, organs of fish.

(2)

PENDAHULUAN

(3)

Kehidupan mahluk hidup tergantung dari apa yang terjadi di lingkunganya. Lingkungan yang bebas mudah dimasuki bahan-bahan yang tidak diketahui misalnya Limbah. Menurut Darmono (1995) wilayah perairan adalah zona bebas dimana banyak effluent yang masuk baik secara langsung melalui pipa-pipa pembuangan atau run off dari aliran bawah tanah. Banyak zat-zat kimia yang masuk ke sungai diantaranya adalah dari limbah-limbah industri yang banyak memakai bahan kimia, atau limbah dari kegiatan akuakultur yang biasanya menghasilkan limbah bahan-bahan organik. Zat-zat tersebut diatas dapat menimbulkan efek terhadap perairan tempat pembuangan limbah tersebut. Efek yang ada dapat mengakibatkan kualitas suatu perairan menurun atau efek terhadap organisme air yang terpapar langsung dengan zat racun yang terlarut di perairan. Efek keracunan yang terjadi dapat bersifat akut, sub-akut, khronis, delayed. Hal ini ditentukan oleh waktu, lokasi organ (lokal/sistemik). Kemampuan racun untuk menimbulkan kerusakan apabila masuk kedalam tubuh dan lokasi organ yang rentan disebut toksisitas.

Toksisitas adalah suatu keadaan yang menandakan adanya efek toksik/racun yang terdapat pada bahan sebagai sediaan single dose atau campuran. Jumlah kematian hewan uji dipakai sebagai

ukuran untuk efek racun suatu bahan (kimia) pada sekelompok hewan uji. Jika dalam hal ini hewan uji dipandang sebagai subjek, respon berupa kematian tersebut merupakan suatu respon diskretik. Ini berarti hanya ada dua macam respon yaitu ada atau tidak ada kematian (Deisy dkk 2010).

(4)

sifat fisik dan kimia bahan baik dari segi kuantitas maupun kuantitasnya. Masuknya limbah ini ke perairan telah menimbulkan pencemaran terhadap perairan, serta memberikan efek toksik pada biota perairan tersebut. Efek dari pencemaran yang berasal dari bahan toksik tersebut dapat berakibat kerusakan organ-organ pada makhluk hidup ataupun menyebabkan kematian. Hal ini sesuai menurut Dahuri dan Arumsyah (1998) menjelaskan masuknya bahan pencemar ke dalam perairan dapat mempengaruhi kualitas perairan, apabila bahan yang masuk ke perairan melebihi ambang batas, maka daya dukung lingkungan akan menurun.

Oleh karena itu dalam pencegahan dan pengobatan penyakit ikan akibat pemaparan limbah perairan selain dilakukan pengendalian terhadap lingkungan, juga perlu diketahui hal-hal yang berkaitan dengan timbulnya penyakit ikan. Menurut Geonarso (1988) dalam Cahaya (2003) untuk mengetahui efek toksik dari beberapa polutan kimia dalam suatu lingkungan dapat di uji dengan menggunakan spesies yang terdapat pada lingkungan tersebut, salah satunya adalah ikan. Ikan sebagai salah satu biota air dapat dijadikan sebagai salah satu indikator pencemaran yang terjadi di dalam perairan. Bahan pencemar masuk kedalam tubuh organisme dapat melalui rantai makanan sehingga menyebabkan terakumulasinya

bahan pencemar dalam jaringan terutama di organ-organ yang sensitif terhadap pencemaran lingkungan perairan.

Analisa histopatologi dapat digunakan sebagai biomarker histopatologi yang berguna dalam kegiatan monitoring lingkungan dengan mengamati organ-organ tersebut yang memiliki fungsi penting dalam metabolisme tubuh sehingga dapat digunakan sebagai diagnosis awal terjadinya gangguan kesehatan pada suatu organisme (Martinez and Marina 2007).

(5)

berfungsi untuk memperjelas obyek dan melindungi mikroskop, dan Atlas “Fish histopatology”. Sedangkan bahan yang digunakan pada saat penelitian yaitu preparat histopatologi ikan mas akibat pemaparan pestisida (Biologi FMIPA Unpad, 2009) dan preparat histopatologi ikan mas akibat pemaparan akibat pemaparan logam berat Pb.

Prosedur Penelitian

Pelaksanaan prosedur pertama-tama dilakukan pengamatan preparat histopatologi, yaitu mengamati preparat histologi organ insang (gill), ginjal (kidney), hati (hepar), dan usus (intestine) ikan uji yang normal dan yang telah diberi pemaparan bahan toksik. Perlakuan selanjutnya membandingkan perbedaan diantara keduanya berdasarkan parameter warna, ukuran, ada tidaknya neukrosis atau tanda, dan karakter khusus lainnya. Setelah itu, mendokumentasikan masing-masing preparat histologi organ hewan uji (kontrol dan patogen).

Pelaksanaan prosedur selanjutnya dilakukan pembuatan preparat histopatologi, yaitu pengambilan jaringan tertentu pada ikan lalu diamati dan dimasukan ke dalam larutan fiksasi.

Fiksasi itu sendiri yaitu tahap awal pengawetan organ dengan larutan “Fiksatif” contohnya yaitu Larutan bouin, Formal Salin, Helly, Zenker, Carnoy, Suska. Tahap keduanya yaitu dehidrasi untuk menghilangkan air dari jaringan/sel

menggunakan Alkohol seri (secara bertahap). Jaringan tersebut direndam dalam alkohol: 70% , 90%, 95% hingga 100% yang dimana fungsi Alkohol untuk menarik air.

Tahap ketiga clearing yaitu meng-ganti Alkohol dlm jaringan dengan xylene yang berguna untuk menarik alkohol. Tahap keempat yaitu Embedding dan Infiltrasi untuk memindahkan jaringan ke dalam parafin cair (dilakukan pada suhu 60ºC, xylene larut dlm parafin cair), Parafin mengisi rongga dlm sel sehingga tidak terjadi perubahan bentuk pada saat pemotongan dengan Microtome (alat utk memotong jaringan dlm ukuran µ).

Tahap kelima yaitu Sectioning dengan cara pertama pemotongan dengan microtome (alat untuk memotong jaringan dengan ketebalan 7 – 10 µm). Kedua pemotongan jangan sampai putus-putus, harus berurutan sehingga membentuk seperti pita (Sequence). Kemudian pilih bagian tertentu yang akan dijadikan sebagai preparat awetan dengan meletakkan pada objek glass.

(6)

Tahapan ketujuh yaitu melakukan Pengamatan dengan bantuan mikroskop. Analisis Data

Analisa histopatologi dapat digunakan sebagai biomarker untuk mengetahui kondisi kesehatan ikan melalui perubahan struktur yang terjadi pada organ-organ yang menjadi sasaran utama dari bahan pencemar seperti insang, hati, ginjal dan sebagainya (Dutta 1996). Kemudian histopatologi ini untuk mengetahui akibat dari terpaparnya bahan toksik di dalam jaringan ikan.

HASIL DAN DISKUSI

Hasil pengamatan preparat secara histopatologi pada berbagai organ yaitu organ ginjal (ren), hati (hepar), usus (intestinum), dan insang dari ikan mas yang diperiksa menunjukkan bahwa semua

organ terpapar bahan toksik memperlihatkan adanya perubahan histopatologi yang bervariasi mulai dari perubahan ringan sampai berat dan juga ditemukan adanya agen patogen baik bakterial maupun parasit akibat dari paparan bahan toksik. Namun untuk pengamatan pada berbagai organ yang tidak terpapar bahan toksik (kontrol), tidak mengalami perubahan histopatologi secara signifikan.

Adanya preparat yang terpapar bahan toksik dengan yang tidak (kontrol) dapat digunakan untuk perbandingan secara fungsional maupun secara sturukturalnya, sehingga dapat memudahkan dalam penelitian kali ini. Secara garis besar hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Histopatologi Pada Organ Ginjal (Ren), Hati (Hepar), Usus (Intestinum), dan Insang Dari Ikan Mas.

ORGAN PARAMETER KONTROL PATOLOGIS

Hati (Hepar) Ikan Mas

(Pos 5)

Warna Pucat Merah

Ukuran Normal Pembengkakan

Tanda hitam /

nekrosis Ada Ada

Karakter khusus Normal Hiperplasia

Ginjal (Ren) Ikan Mas

(Pos 1)

Warna Cerah Pucat

Ukuran Normal Mengembang

Tanda hitam /

nekrosis Tidak Ada Ada

(7)

Usus (Intestinum)

Karakter khusus Hiploplasia Hiperplasia

Insang Ikan Mas

Karakter khusus Normal Hiperplasia

Hati dan Insang Ikan Mas

(Pos 4)

Warna Ungu pekat Ungu Sangat gelap

Ukuran Lebih besar Agak besar

Tanda hitam /

nekrosis Terdapat banyaknekrosis Terdapat banyaknekrosis

Karakter khusus Rongga tidak terlalubanyak

Rongga akibat sel diamati kerusakan jaringannya, karena hati merupakan organ penting yang mensekresikan bahan untuk proses pencernaan. Hati merupakan organ yang sangat rentan terhadap pengaruh zat kimia dan menjadi organ sasaran utama dari efek racun zat kimia atau toksikan (Velmurugan et al 2007). Gambar di bawah ini menunjukan perbandingan gambaran histopatologi pada organ hati ikan mas

yang terpapar bahan toksik dengan yang tidak terpapar (kontrol).

(8)

pada preparat jaringan hati ikan mas yang kontrol dalam keadaan normal. Hal ini dapat ditandai bentuk histologi yang normal dengan penampakan vena sentralis,

hepatosit, inti sel dan sinusoid pada komposisi lobulus hati (Velmurugan et al 2007).

(a) (b)

Gambar 1. (a) Preparat Hati Patologis dan (b) Preparat Hati Normal/Kontrol.

Pada pengamatan terhadap preparat jaringan hati ikan mas yang patologis (Gambar 1-b) terdapat perbedaan berupa kerusakan dan perubahan sel hati dibandingkan dengan jaringan hati pada perlakuan kontrol. Hal ini ditunjukkan adanya kerusakan jaringan yang mengakibatkan adanya sel-sel mati (nekrosis) dan tidak ada penggantian sel sehingga terbentuknya rongga di dalam jaringan tersebut.

Terjadinya nekrosis dapat disebabkan karena sel membengkak sehingga sel kehilangan integritas membrannya. Pembengkakan sel atau degenerasi vakuola bersifat reversibel sehingga apabila paparan zat toksik tidak berlanjut maka sel dapat kembali normal. Namun jika pengaruh zat toksik berlangsung lama maka sel tidak dapat

mentolerir kerusakan yang diakibatkan oleh zat toksik tersebut. Hal tersebut juga didukung oleh Hinton dan Lauren, 1990 dalam penelitian Patung et al (2008) yang melaporkan bahwa dengan terpaparnya suatu jaringan maka menyebabkan terjadinya pembengkakan hepatosit sebagai akibat langsung dari zat toksik yang berpengaruh langsung pada mekanisme transpor ion. Pada sel hati patologis, terjadi hiperplansia yang mengakibatkan sinusoid menyempit sehingga aliran darah terganggu dan terdapat banyak nekrosis yang menyebabkan rongga pada jaringan hati tersebut.

(9)

mengakibatkan patologis hati seperti pembengkakan sel, rangkaian nekrosis atau bridging necrosis, degenarasi intralobular dan fokal nekrosis, fibrosis, dan cirrhosis.

Histopatologi Ginjal Ikan Mas

Ginjal merupakan salah satu organ yang dijadikan sebagai bahan penelitian. Menurut Stine dan Brown (1996) fungsi ginjal antara lain untuk zat-zat ekskresi yang tidak dibutuhkan tubuh seperti senyawa nitrogen, asam urat dan

bahan-bahan beracun yang terbawa dalam sistem sirkulasi, mengatur keseimbangan, air dan elektrolit dalam tubuh dan mempertahankan keseimbangan asam-basa menghasilkan hormon rennin. Pada hasil pengamatan histopatologi ginjal ikan mas memperlihatkan hasil yang berbeda antara preparat kontrol dengan preparat patologis. Gambaran histopatologi dari hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini.

(a) (b)

Gambar 2. (a) Preparat Ginjal Patologis dan (b) Preparat Ginjal Normal/Kontrol.

Berdasarkan pengamatan jaringan ginjal ikan mas kontrol (Gambar 2-b) menujukkan bahwa jaringan ginjal kontrol memiliki warna yang cerah dengan ukuran normal dan tidak menunjukkan adanya gejala nekrosis. Secara garis besar, preparat masih dalam keadaan normal atau tidak terkena paparan bahan toksik yang dapat merusak jaringan.

Pada pengamatan terhadap jaringan ginjal yang patologis (Gambar 2-a) adanya beberapa perubahan dan kerusakan,

(10)

karena adanya penambahan jumlah volume akibat adanya penyumbatan antar permukaan glomerulus. Selain itu terjadi iritasi ,warna berubah menjadi warna ungu tua.

Dalam hal ini dapat ditemukan perubahan histopatologis pada jaringan ginjal dapat disebabkan karena ginjal merupakan salah satu jaringan yang mudah terakumulasi bahan toksik yang masuk ke dalam tubuh ikan, sehingga apabila adanya bahan toksik terabsorbsi ke dalam tubuh ikan, maka akan terlihat perubahan atau kerusakan pada jaringan ginjal ikan. Kemudian menurut Palar (1994) akumulasi

tertinggi biasanya dalam organ detoksikasi (hati) dan organ ekskresi (ginjal).

Histopatologi Usus Ikan Mas

Organ selanjutnya yang dijadikan bahan penelitian yaitu usus. Usus merupakan salah satu organ yang sering terpapar oleh agea-agen penyakit. Pada kondisi perairan yang tercemar, menyebabkan biota air terpapar oleh bahan pencemar tersbut dan menyebabkan adanya perubahan pada pengamatan histopatologi usus Ikan Mas. Gambaran histopatologi usus Ikan Mas yang kontrol maupun yang terkena paparan toksik dapat dilihat pada Gambar 3 dibawah ini.

(a) (b)

Gambar 3. (a) Preparat Usus Patologis dan (b) Preparat Usus Normal/Kontrol.

Pada pengamatan preparat usus ikan mas dengan kontrol (Gambar 3-a), tidak didapatkan adanya kerusakan sejumlah jaringan. Pada gambar terlihat warna tampak cerah, ukuran usus normal dan padat sehingga memadati ruangan jaringan usus. Sel juga masih tersebar di seluruh permukaan dan tidak tampak terjadinya necrosis.

(11)

gambar tersebut. Terdapatnya tanda hitam pada jaringan organ tersebut sesuai dengan pernyataan Priosoetyanto (2010) yang menyatakan salah satu kerusakan pada histologi usus ikan mas menujukkan adanya tanda hitam, yaitu kematian sel pada jaringan usus ikan.

Pada gambar yang menunjukkan adanya perubahan dan kerusakan organ hati ikan yang diamati dapat disebabkan oleh bakteri pathogen atau adanya bahan toksik (logam berat atau pestisida) yang masuk ke dalam tubuh ikan, logam berat pada konsentrasi tertentu dapat merusak jaringan dalam organ-organ tubuh ikan misalnya pada organ insang, hati dan usus (Camargo dan Martinez 2007). Kerusakan sel di jaringan usus ikan terutama terjadi pada tunika mukosanya adalah di usus tengah dan usus belakang, sedangkan pada

di bagian usus depan sedikit mengalami kerusakan (Priosoetyanto 2010).

Histopatologi Insang Ikan Mas

Penelitian selanjutnya yaitu pengamatan terhadap histopatologi insang Ikan Mas. Insang ikan merupakan respirasi utama yang bekerja dengan mekanisme difusi permukaan dari gas-gas respirasi (oksigen dan karbondioksida) antara darah dan air, dengan demikian perubahan-perubahan lingkungan perairan akan secara langsung berdampak kepada struktur (Saputra 2013). Insang ikan rentan terhadap parasit, bakteri dan penyakit jamur serta sangat sensitif terhadap perubahan fisik dan kimiawi yang ada pada media air. Gambaran hasil penelitian histopatologi insang Ikan Mas yang didapatkan dapat dilihat pada Gambar 4 dibawah ini.

(a) (b)

Gambar 4. (a) Preparat Insang Patologis dan (b) Preparat Ginjal Normal/Kontrol.

Pada hasil pengamatan kontrol (Gambar 4-a) pada jaringan insang ikan mas belum terjadi perubahan. Susunan lamela teratur dan rapih, warna masih

(12)

toksik secara terus-menerus yang dapat menyebabkan kerusakan organ.

Pada pengamatan terhadap preparat insang patologis (Gambar 4-a) terjadi perbedaan yang signifikan. Pada hasil pengamatan terjadi sejumlah kerusakan jaringan pada lamela primer dan lamela sekunder ikan, dimana terjadi hiperplasia. Hiperplasia gill lamela adalah pertambahan ukuran (hiperplasia) lamela insang akibat peningkatan jumlah sel. Hiperplasia sel-sel lamela insang merupakan perubahan patologis yang paling umum terjadi pada insang. Hiperplasia terjadi pada tingkat iritasi yang lebih rendah dan biasanya disertai peningkatan jumlah sel-sel mukus di dasar lamela dan mengakibatkan fusi dari lamela. Hiperplasia juga mengakibatkan penebalan jaringan epitel di ujung filamen yang memperlihatkan bentuk seperti pemukul bisbol (clubbing distal) atau penebalan jaringan epitelium yang terletak di dekat dasar lamela (basal hiperplasia). Hiperplasia ini dapat terjadi akibat stimuli kimia dari polutan-polutan, infeksi parasit, bakteri, defisiensi asam pantotenat dan bentuk pencemaran lingkungan yang lain, misalnya pH yang rendah (Feist 2003, Olurin et al 2006).

Penyakit-penyakit insang yang disebabkan oleh paparan limbah berbahaya dapat menyebabkan kondisi-kondisi patologis khusus, misalnya pertumbuhan yang buruk, hemoragi, kematian yang

tinggi, anemia, hiperplasia dari sel-sel epitel insang, penebalan dan fusi lamela (Palar 2004).

Histopatologi Insang dan Hati Ikan Mas Akibat Terpapar Logam Berat

Logam berat merupakan senyawa toksik yang erat hubungannya dengan pencemaran dalam lingkungan akuatik. Hal ini sangat perlu diperhatikan karena kualitas air merupakan faktor vital bagi kondisi budidaya perairan. Keberadaan logam dalam perairan berasal dari limbah domestik, industri, kendaraan bermotor, presipitasi, terbawa oleh aliran air, dan berbagai peristiwa lainnya yang menyebabkan logam dapat berakumulasi di dalam perairan dan berakibat buruk terhadap organisme di dalamnya. Senyawa toksik timbal (Pb) merupakan logam berat bersifat toksik terhadap tumbuhan, hewan dan manusia (Pazra 2008) yang paling banyak menimbulkan dampak pencemaran. Gambaran histopatologi insang dan hati ikan mas hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.

(13)

ginjal lipofuschim akan berikatan dengan logam dengan cara logam diikat tidak kuat oleh grup asam di luar granula dan mempunyai kemampuan menjaga keseimbangan kation-kation dalam sitoplasma atau dengan cara logam diperangkap dalam bentuk tidak beracun dipusat perkembangan granula. Hal tersebut menyebabkan ginjal sering mengalami kerusakan oleh daya toksik

logam. Jaringan ginjal ikan lebih rapuh dan konsistensinya lebih lunak. Ginjal lebih sensitif terhadap limbah toksik karena ginjal mempunyai peran utama dalam ekskresi metabolisme, pencernaan dan tempat penyimpanan berbagai unsur. Menurut Natalia (2007) ginjal berfungsi untuk filtrasi dan mengekskresi bahan yang tidak dibutuhkan oleh tubuh, termasuk logam berat yang toksik.

(a) (b)

Gambar 5. (a) Preparat Ginjal Patologis dan (b) Preparat Insang Patologis.

Sedangkan pada pengamatan preparat insang (Gambar 5-b) terlihat bahwa adanya kerusakan pada organ tersebut. Hal ini diakibatkan pemaparan bahan toksik logam berat sehingga terjadi perubahan fisiologis dari seluruh organ tubuh diatas yang telah diamati. Kerusakan ini berupa hyperplasia yaitu pertambahan ukuran di mana karena adanya penyumbatan akibat pemberian bahan toksik, sebelumnya hyperplasia terjadi karena adanya penambahan jumlah volume akibat adanya penyumbatan antar permukaan glomerulus. Selain itu terjadi

iritasi, warna berubah menjadi warna ungu tua.

(14)

ikan, seperti terhadap ikan mas yang hidup pada habitat tersebut.

SIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, bahan pencemar yang masuk kedalam tubuh organisme dapat menyebabkan terakumulasinya bahan pencemar dalam jaringan terutama di organ-organ yang sensitif terhadap pencemaran lingkungan perairan. Penelitian terhadap organ-organ ikan mas yang meliputi jaringan hati, ginjal, usus, dan insang ikan mas menunjukkan bahwa pada pengamatan preparat kontrol berbeda dengan preparat yang terserang bahan toksik (patologis). Secara garis besar pada pengamatan preparat kontrol terlihat normal baik dari ukuran, warna, dan sebagainya. Sedangkan pengamatan pada preparat patologis jaringan terjadi kerusakan dan perubahan jaringan diantaranya terjadi necrosis, hyperplasia, hypertropi, dan atropi.

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan kali ini, praktikan mengucapkan terima kasih kepada Tim Dosen terutama Pak Mochamad Untung K. Agung, S.Kel. M.Si dan kepada Tim Asisten laboratorium, serta kepada rekan-rekan semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan jurnal penelitian mengenai pengamatan histopatologi pada

organ ginjal (ren), hati (hepar), usus (intestinum), dan insang dari ikan mas.

DAFTAR PUSTAKA

B. Velmurugan et al., 2007. Histopathology Of Lambda-Cyhalothrin On Tissues (Gill, Kidney, Liver And Intestine) Of Cirrhinus Mrigala. Environmental Toxicology and Pharmacology vol 24 (286–291), 7 july 2007.

Dahuri, R. 1998. Pengaruh Pencemaran Limbah Industri Terhadap Potensi Sumberdaya Laut. Makalah Pada Seminar Teknologi Pengolahan Limbah Industri Dan Pencemaran Laut. Agustus 1998. SPPT Jakarta

Darmono. 1995. Logam dalam Sidstem Biologi Makhluk Hidup. UI Press, Jakarta.

Deisy dkk. 2010. Uji Toksisitas Oli Bekas Terhadap Tanaman Kacang Hijau. Program studi pendidikan biologi Universitas Ahmad Dahlan.

Duffus, H. J. 1980. Environment Toxicologi. Department of brewing and Biological Science. Hariot-Watt. University Edinberg.

Feist S Thain J dan Forlin C. 2003. Molecular, or cellular Process and The Health of The Individual. p 147-152. In A. J Lawrence and K. L Hemingway (Eds.). Effects of Pollution on Fish. Blackwell Publishing. UK.

Geonarso, D. 1988. Perubahan faal ikan sebagai Indikator kehadiran insektisida dan Detergen dalam air. Disertasi. ITB. Bandung.

(15)

American Fisheries Society Symposium; 8: 51–66.

Marina M. P. Camargo and Cláudia B. R. Martinez. 2007. Histopathology of gills, kidney and liver of a Neotropical fish caged in an urban stream. Laboratory of Animal Ecophysiology. Department of Physiological Sciences State University of Londrina (UEL). Neotropical Ichthyology, 5(3):327-336.

Martinez, C.B.R, and Marina, M.P.C. 2007. Histopathology Of Gills, Kidney and Liver of A Neotropical Fish Caged In An Urban Stream. Neotropical Ichthyology, 5 (3): 327-336.

Natalia, M., 2007. Pengaruh Pb terhadap Struktur Insang Ikan Mas (Cyprinus carpio, L). Jurnal Perikanan dan Kelautan 12, 1 (2007): 42-47.

Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Bandung

Palar, H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi dan Logam Berat. Rineka Cipta Jakarta. 152 hlm.

Pazra, D. F., 2008. Gambaran

Priosoetyanto B.P, dkk. 2010. Gambaran Histopatologi Insang, Usus, dan Otot Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) yang Berasal dari Daerah Ciampea, Bogor. Indonesian Journal of Veterinary Science dan Medicine Vol II No.1, Desember 2010.

Saputra, H. M., Marusin N., dan Santoso P. 2013. Struktur Histologi Insang dan Kadar Hemoglobin Ikan Asang (Osteochilus hasseltii C.V) di Danau Singkarak dan Maninjau, Sumatera (Cromileptes altivelis). Maspari Journal 01 halaman 42-47.

(16)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Prosedur Penelitian Histopatologi Prosedur Pengamatan Histopatologi

Amati preparat histologi

Organ insang, ginjal, hati, dan usus (kontrol dan patologis)

Bandingkan perbedaan

Parameter warna, ukuran, tanda, dan karakter khusus lainnya

Dokumentasi preparat histologi

Kontrol dan patologis

Prosedur Pembuatan Preparat Histopatologi

Prosedur pembuatan preparat hispatologi

Pengambilan jaringan

Fiksasi

Clearing

Embedding dan Infiltrasi

Sectioning

(17)

Gambar

Tabel 1. Hasil Pengamatan Histopatologi Pada Organ Ginjal (Ren), Hati (Hepar), Usus
gambar di bawah ini yaitu pada jaringan
Gambar 1. (a) Preparat Hati Patologis dan (b) Preparat Hati Normal/Kontrol.
Gambar 2. (a) Preparat Ginjal Patologis dan (b) Preparat Ginjal Normal/Kontrol.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufiq, hidayah serta inayahNya, serta tidak lupa memanjatkan Sholawat dan Salam kepada Nabi

Suatu kegiatan penelitian, pastilah mempunyai tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis mempunyai tujuan sebagai berikut:.. Untuk

Data skor kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran dengan, dihitung menggunakan perhitungan rata-rata (X). Data hasil belajar siswa pada pelajaran IPS materi

Rata-rata hitung indikator kopi LUWAK WHITE KOFFIE harga jual yang tinggi sebesar 3,63 jika dibandingkan dengan 3 (cukup baik) maka nilai rata-rata skor kopi LUWAK

perundingan bipartit mencapai kata sepakat mengenai penyelesaiannya maka para pihak membuat perjanjian bersama yang kemudian didaftarkan pada Pengadilan Hubungan

Lampiran 2.4 Penampang vertikal seismik dengan interpretasi zona patahan Duri_Area10_Syn_3K; Duri_Area10_Anti_3L dan Duri_Area10_Anti_6K dengan horison berarah melintang Barat

Buka aplikasi Google Photos Pada bagian bawah, tap Photos Anda akan melihat foto yang baru diambil di bagian atas, coba untuk geser layar Anda ke bawah untuk melihat yang

mitigasi bencana letusan gunung berapi untuk siswa SMP kelas VII. Mengetahui tanggapan siswa terhadap multimedia pembelajaran IPS. pada materi mitigasi bencana letusan