• Tidak ada hasil yang ditemukan

Integrasi Pendidikan Wawasan Kebangsaan doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Integrasi Pendidikan Wawasan Kebangsaan doc"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Integrasi Pendidikan Wawasan Kebangsaan ke dalam Perangkat Pembelajaran IPS Kelas VIII di SMP PGRI 9 Sidoarjo

Syamsuddin Chalim

(S2 Pendidikan Ips, Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya)

Abstrak

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan yakni untuk menghasilkan sebuah perangkat pembelajaran yang mengadaptasi teori Borg and Gall yang dimodifikasi oleh Sukmadinata. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi silabus, RPP, Buku Ajar Siswa, Lembar Kegiatan Siswa, dan Tes Hasil Belajar. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan mengarah pada tumbuhnya perilaku siswa yang berorientasi pada pendidikan wawasan kebangsaan. Data dari hasil uji coba I dan II menunjukkan keterlaksanaan perangkat pembelajaran mencapai 94%, dari hasil observasi pelaksanaan dengan pendidikan wawasan kebangsaan dalam pembelajaran. Perilaku siswa yang sesuai dengan pendidikan wawasan kebangsaan dapat diamati dari aktifitas siswa pada saat proses pembelajaran yang mencapai 94%, hasil belajar siswa dengan menggunakan perangkat ini mencapai 100%.

Abstrak

This research is the development of research to produce a learning device which adapts Borg’s and Gall’s theory which modified by Sukmadinata. The steps of this research begins with designing social teaching device then validated by experts and practitioners social learning in Junior High School. Developed teaching device includes Syllabus, lesson plan, students textbook, students activity sheets and achievement test. The developed teaching device leads the students’ behaviour on Educational Nationality Insight.Teaching device was developed after getting validation then it was tested in the classroom. Data from the test result I and II show the feasibility of teaching device is 94%, from the observation of the implementation of the educational nationality insight into social learning. Students’ behaviour in accordance with educational nationality insight can be observed from students’ activitiesduring teaching learning process which reaches 94%, the results of students learning using thesedevices reach 100%.

(2)

PENDAHULUAN

Gerakan

reformasi telah berjalan lebih dari satu dasawarsa telah membawa pengaruh ke berbagai dimensi sebebas-bebasnya tanpa mengindahkan aturan-aturan yang ada sehingga muncul perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada di masyarakat, pertentangan yang didasari perbedaan suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA), dan lain sebagainya.

Momen

reformasi dimaknai sebagai kesempatan emas oleh berbagai pihak. Reformasi digunakan sebagai gerbang menuju “kebebasan” setelah lebih dari 32 tahun dalam rezim orde baru yang otoriter. Selama 32 tahun orde baru tidak memberikan ruang sedikitpun kepada masyarakat untuk mengekspresikan

demokrasi.

Terbukanya kran reformasi dianggap dan dinyatakan sebagai sarana yang tepat untuk mengekspresikan

demokrasi. Akan tetapi, ekspresi demokrasi warga bangsa ini telah keluar dari maknanya. Demokrasi diterjemahkan kebebasan tanpa batas termasuk tidak mempermasalahkan jika

kebebasan itu menimbulkan konflik yang bernuansa SARA, atau jika kebebasan itu mengancam integrasi bangsa. Hal inilah kemudian menyebabkan juga krisis moral dan budaya yang terjadi pada masyarakat Indonesia (Daulay, 2002:16).

Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai komunitas etnik, agama, budaya, bahasa daerah, dan adat istiadat. Keragaman komunitas ini merupakan anugerah yang beradab dan bangsa yang bermartabat. Sehubungan dengan hal itu maka setiap warga bangsa dituntut untuk saling mengenal, menerima, menghargai, dan saling membantu dalam rangka memelihara dan memperkokoh yang ada pada bangsa ini semakin dipermasalahkan sehingga mengancam kerukunan warga bangsa. Setengah abad lebih warga bangsa ini telah mengikat diri menjadi satu dalam wadah Indonesia. Kini rasa persatuan dan kesatuan bangsa mengalami gejala disintegrasi yang cukup memprihatinkan.

Munculnya fenomena separatisme di

berbagai daerah, konflik yang bernuansa etnis maupun agama seolah menjadi tren belakangan ini. Segala sesuatu permasalahan yang terjadi seakan harus diselesaikan dengan kekerasan dan pertikaian yang jauh dari identitas bangsa Indonesia sebagai bangsa yang beradab dan bermartabat.

Gejala

disintegrasi diperparah dengan pemahaman yang

tidak tepat

(misunderstanding) pada sebagian masyarakat tentang hakikat reformasi, kebijakan otonomi daerah, dan semangat demokrasi. Reformasi cenderung diartikan sebagai gerakan massa untuk mengubah keadaan secara cepat atau menjatuhkan kedudukan seseorang dalam suatu unit organisasi. Kebijakan otonomi daerah cenderung diartikan sebagai penguasaan atas jabatan dan aset-aset di daerah kehendak sekelompok orang. Sebagai salah satu akibatnya, maka tumbuhlah gejala primordialisme dan separatisme (Depdiknas, 2009).

Sisi lain yang menjadi indikasi belum tercapainya cita-cita reformasi adalah terjadi degradasi moral dan penyimpangan perilaku remaja. Hampir setiap hari tayangan televisi bangsa ini menyajikan berita-berita yang berkaitan dengan penyimpangan perilaku remaja. Perkelahian antar pelajar,

fenomena gank motor, penggunaan narkoba dan seks bebas merupakan indikasi lunturnya nilai-nilai wawasan kebangsaan.

Permasalahan ini harus segera dicarikan solusi. Disadari atau tidak founding fathers jika tidak kepada tunas-tunas bangsa hari ini.

Kondisi seperti ini tentu saja sangat memprihatinkan bagi semua warga bangsa. Ditengah kondisi bangsa yang sedang terpuruk secara ekonomi, moralitas generasi muda kita juga terpuruk. Keterpurukan moralitas generasi muda tentu saja sangat pemimpin-pemimpin saat ini, merekalah yang akan menjadi pemimpin bangsa dimasa mendatang. tidak bermoral, mungkin negara ini akan semakin kacau.

(3)

kepada warga bangsa. Langkah strategis untuk menumbuhkan kembali wawasan kebangsaan kepada warga bangsa adalah melalui jalur pendidikan. Pendidikan merupakan sarana efektif penanaman nilai-nilai kepada generasi penerus bangsa. Socrates menegaskan bahwa pendidikan merupakan proses pengembangan manusia kearah kearifan (wisdom), pengetahuan berani melakukan pilihan yang dilematis antara pendidikan atau ekonomi. Selayaknya saat ini adalah pilihan utama adalah jalur pendidikan.

Pendidikan wawasan kebangsaan diharapkan mampu untuk mengembalikan eksistensi dan image bangsa Indonesia sebagai bangsa yang beradab, bangsa menekan degradasi moral dan perilaku menyimpang generasi penerus bangsa karena pada dasarnya pendidikan wawasan kebangsaan mengandung dua aspek yakni aspek kebangsaan bukan berarti mengesampingkan pendidikan

kewarganegaraan yang

diharapkan mampu mengatasi permasalahan moral dan karakter bangsa selama ini. Berbagai pihak menuding adanya penyimpangan dimasa orde baru karena kegagalan pendidikan pendidikan

kewarganegaraan.

Pembelajaran pendidikan moral di sekolah umumnya lebih menekankan pengetahuan tentang sikap yang terkesan normatif, kaku dan kurang menarik. Pengajar sering menempatkan diri sebagai pendakwah dengan memberi petunjuk, perintah, dan aturan yang membuat siswa jenuh dan bosan. Hal ini menyebabkan apa yang disampaikan guru kurang bermakna (Parji, 2002:103). Pendidikan wawasan kebangsaan diharapkan dapat memperkuat posisi dan misi pendidikan kewarganegaraan ataupun pendidikan karakter yang sekarang banyak didengungkan oleh berbagai pihak.

Pendidikan wawasan kebangsaan merupakan bagian dari karakter bangsa. Montesquie seorang filosof berkebangsaan Prancis yang dikutip oleh Zamroni (2010) mengemukakan bahwa karakter bangsa sebagai “semangat kebangsaan”, yang terdiri dari karakteristik moral dan cara berpikir serta perilaku warga bangsa yang merupakan hasil dari kombinasi khas yang dimiliki bangsa tersebut, seperti: iklim, agama, hukum, pemerintahan, sejarah dan etika. Apa masing-masing bangsa, pola interaksi dan saling ketergantungan diantara faktor-faktor tersebut, dan sifat-sifat karakter yang dihasilkannya. Lebih pemerintahan yang ada.

Pendidikan wawasan kebangsaan yang dimaksudkan penulis adalah pendidikan wawasan kebangsaan berbasis karakter bangsa yang diintegrasikan ke (SMP). Sebagaimana dijelaskan dalam Model Silabus KTSP, Ilmu pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, disebutkan bahwa tujuan mata pelajaran IPS Terpadu di SMP diantaranya, ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik

yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat (Depdiknas, 2006).

Sedangkan menurut Sapriya (2009) IPS memiliki karakteristik dibandingkan dengan dengan mata pelajaran lain sebagai disiplin ilmu, yakni kajian yang bersifat terpadu (integrated), interdisipliner, multi dimensional bahkan cross disipliner. Kurikulum pembelajaran IPS dapat menjadi wahana bagi siswa untuk belajar

mengkaji dan

menganalisis tentang isu-isu kemasyarakatan dan akibat-akibat dari kemajuan dan teknologi.

Dengan ikut menganalisis isu-isu kemasyarakatan akan dapat meningkatkan kepekaan sosial siswa yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan keterampilan siswa untuk ikut serta dalam memecahkan problem-problem sosial. Menurunnya wawasan kebangsaan terutama pada generasi muda adalah termasuk salah satu isu sosial saat ini. Siswa dapat menganalisis dan mencarikan solusi atas problem menurunnya wawasan kebangsaan saat ini. Dengan demikian akan dapat meningkatkan civic competence yang menjadi salah satu agenda dalam pembelajaran IPS.

Selain dapat meningkatkan awareness peserta didik terhadap wawasan kebangsaan.

(4)

Sehingga pembelajaran IPS tidak terkesan parsial tetapi terpadu dengan menyentuh ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga dimensi ini yang seringkali dilupakan oleh guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran IPS sehingga pengajaran cenderung dan konvensional kurang bermakna. Mata pelajaran IPS memiliki tujuan agar siswa memiliki perubahan pada aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Namun banyaknya materi bahasan yang dibebankan oleh kurikulum dengan keterbatasan waktu yang tersedia merupakan kendala bagi guru untuk dapat mengoptimalkan penanaman nilai-nilai, termasuk nilai yang berkaitan dengan wawasan kebangsaan kepada siswa. Untuk mengejar target kurikulum, guru dalam pembelajaran cenderung lebih menekankan penguasaan materi ajar dan hanya menyentuh pada ranah kognitif.

Pembelajaran di era moderen ini menuntut kreatifitas guru dalam kegiatan belajar mengajar dan tidak hanya menyentuh ranah afektif tetapi juga ranah kognitif dan psikomotor. Integrasi Pendidikan wawasan kebangsaan ke dalam perangkat pembelajaran IPS diharapkan dapat membuat pembelajaran IPS lebih berkualitas dengan menyentuh sisi afektif dan sisi psikomotor. Selain itu integrasi pendidikan wawasan kebangsaan diharapkan dapat mengembangkan perilaku siswa yang berorientasi

pada pendidikan wawasan kebangsaan dan membuat pembelajaran menjadi bermakna yang akan bermanfaat bagi kehidupan siswa dalam kesehariannya. Untuk mencapai hal tersebut, guru harus berusaha semaksimal mungkin agar siswa benar-benar terlibat aktif secara fisik, mental, intelektual, dan emosional, aktivitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar (Zahera, 2000).

Konsep wawasan kebangsaan mengacu kepada tiga aspek, yaitu paham kebangsaan, rasa kebangsaan, dan semangat kebangsaan.

Masing-masing aspek

mengandung berbagai dimensi nilai. Dimensi nilai yang ada didalam masing-masing aspek akan diintegrasikan ke dalam perangkat pembelajaran IPS disesuaikan dengan karakteristik yang dimiliki oleh standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada dalam mata pelajaran IPS.

Keberhasilan sebuah pendidikan tidak hanya dilihat dari output pendidikan yang berupa nilai yang diperoleh siswa ketika telah menempuh proses pembelajaran. Akan tetapi, keberhasilan pendidikan hendaknya juga diukur bagaimana peserta didik mampu untuk memahami dan mengimplementasikan proses pembelajaran yang telah dilalui. Dalam jangka panjang hasil dari pendidikan akan bermanfaat bagi kehidupan peserta didik maupun masyarakat di masa mendatang terutama

dalam hal meningkatnya wawasan kebangsaan warga bangsa baik dari sisi moral maupun intelektual.

METODE

Penelitian ini termasuk dalam penelitian pengembangan karena berusaha mengembangkan

perangkat pembelajaran yang berupa Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku ajar siswa, Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan tes hasil belajar (lembar penilaian) untuk menumbuhkan perilaku siswa yang berorientasi pada pendidikan wawasan kebangsaan.

Penelitian dan pengembangan menurut Borg & Gall (1983) adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Penelitian ini mengikuti suatu langkah-langkah secara siklus. Langkah-langkah

penelitian atau proses pengembangan ini terdiri atas kajian tentang temuan penelitian produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan-lapangan. Penelitian ini juga merupakan jenis penelitian deskriptif.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP PGRI 9 Sidoarjo yang mengikuti pembelajaran IPS dengan

standar kompetensi memahami pranata dan penyimpangan sosial, kompetensi dasar mendeskripsikan bentuk-bentuk hubungan sosial. Perangkat pembelajaran yang diuji cobakan meliputi Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku ajar siswa, Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan Lembar Penilaian (LP), untuk mengetahui perilaku siswa yang berorientasi pada pendidikan wawasan kebangsaan.

Penelitian ini menggunakan metode yang dikembangkan oleh Borg and Gall (1983) terdiri dari sepuluh tahap yakni: penelitian dan pengumpulan data (research and information collection), Perencanaan (planning),

pengembangan produk awal (Develop prelminary form of product), Uji coba produk awal (preliminary field testing), penyempurnaan produk awal (main product revision), uji coba lapangan lebih luas (main field testing), penyempurnaan produk hasil uji lapangan lebih luas (operational product revision),Uji coba produk akhir (operational field testing), revisi atau penyempurnaan produk akhir (final product revision), disseminasi dan implementasi

(dissemination and implementation).

(5)

pengembangan yang dimodifikasi oleh Sukmadinata ada tiga tahap yaitu: (1) pendahuluan, (2) pengembangan, (3) pengujian, dan (4) draf final. Dalam penelitian ini dilakukan disseminasi hanya pada kelas implementasi saja karena keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya. Tahapan penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan berikut.

Gambar 1. Rancangan pengembangan perangkat pembelajaran penelitian model Borg and Gall (1983) yang

dimodifikasi oleh

Sukmadinata (2012)

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Lembar penilaian perangkat

pembelajaran

2. Lembar pengamatan keterlaksanaan RPP 3. Lembar pengamatan

aktivitas siswa 4. Tes hasil belajar 5. Angket respon siswa

Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif. 1. Analisis data hasil

validasi perangkat pembelajaran

Data hasil penilaian para ahli untuk masing-masing perangkat dianalisis secara deskriptif, dengan

mempertimbangkan masukan berupa saran dan kritik dari validator. Hasil analisis ini digunakan untuk merevisi perangkat

pembelajaran sebelum uji coba lapangan 2. Analisis data aktivitas

siswa

Untuk menganalisis hasil pengamatan aktivitas siswa digunakan analisis persentase, yakni banyaknya frekuensi tiap aktifitas dibagi dengan seluruh aktivitas dikali 100%, sesuai dengan rumus berikut.

Keterangan

P = persentase aktivitas siswa

∑A = jumlah

frekuensi

∑N = jumlah

keseluruhan frekuensi 3. Analisis

keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Data tentang kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran IPS yang terintegrasi pendidikan wawasan kebangsaan dengan model pembelajaran berdasarkan masalah diamati oleh dua orang pengamat, dianalisis berdasarkan rata-rata penilaian dari dua pengamat untuk tiap aspek yang diamati akan ditentukan kategorinya sebagai berikut. (4) terlaksana baik, (3) terlaksana cukup baik, (2) terlaksana kurang baik, (1) terlaksana tidak baik

4. Analisis respon siswa Respon siswa digunakan untuk menjaring pendapat siswa dan juga sebagai refleksi bagi peneliti terhadap perangkat pembelajaran dan kegiatan pembelajaran IPS menggunakan perangkat

pembelajaran yang terintegrasi dengan pendidikan wawasan kebangsaan. respon yang diberikan siswa adalah sebagai berikut. (1) jika siswa menyatakan senang, baru, berminat, baik, atau menarik, (0) jika siswa menyatakan tidak senang, tidak baru, tidak baik, atau tidak menarik. 5. Analisis tes hasil

belajar

Tes hasil belajar ini disusun berpedoman pada rumusan indikator pencapaian hasil belajar, karena itu tes ini tergolong tes beracuan patokan (PAP). Kualitas butir soal dan tes hasil belajar siswa ditentukan oleh analisis butir soal. Analisis tes hasil belajar yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dilakukan dengan melihat validitas, reliabilitas, dan sensitivitas butir tes.

a. Validitas tes Pengujian validitas dari semua butir

soal yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan software anates versi 4.0.

b. Reliabilitas tes Reliabilitas dalam instrumen

penelitian ini diuji terlebih dahulu dengan

menggunakan software anates versi 4.0.

c. Tingkat kesukaran dan daya pembeda Dalam penelitian ini perlu dilakukan pengujian terhadap tingkat kesukaran dan daya pembeda. Hal ini sangat penting untuk melihat keterpakaian. Soal yang baik tentu dapat membedakan siswa kelompok atas dan siswa kelompok bawah.

(6)

6. Tes Hasil Belajar Untuk mengetahui persentase ketuntasan belajar siswa, dilakukan analisis nilai hasil postes untuk menentukan

ketuntasan hasil belajar siswa. Dalam hal ini digunakan analisis statistik deskriptif atau persentase (%), yakni banyak skor yang diperoleh setiap siswa pada postes, dibagi

dengan skor

maksimum dikali

100%, dapat

digambarkan dalam rumus berikut.

Siswa dikatakan tuntas belajar jika dapat mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Di SMP PGRI 9 Sidoarjo KKM yang ditetapkan untuk mata pelajaran IPS kelas VIII adalah 75, sehingga siswa dikatakan tuntas belajar jika mencapai skor ≥ 75. Fungsi pengolahan data hasil penilaian adalah dengan

membandingkan hasil pretes dan postes. Bila hasil postes lebih baik daripada pretes, maka perangkat

pembelajaran dinyatakan efektif. Sedangkan ketuntasan siswa secara klasikal digunakan rumus sebagai berikut.

HASIL DAN

PEMBAHASAN

. Hasil validasi silabus mendapatkan nilai rata-rata 3,79 dengan kategori “baik” dan dapat digunakan dalam pembelajaran. hal ini menunjukkan bahwa silabus dapat dipergunakan dengan sedikit revisi. Saran dan perbaikan dari validator pada silabus adalah adanya pembatas pada tiap komponen di silabus dan menuliskan contoh instrumen penilaian. Sedangkan hasil validasi RPP mendapatkan kategori “baik” dengan nilai rata-rata 3,68 dan dapat digunakan dengan revisi ringan. Catatan saran dari validator adalah indikator afektif hendaknya diarahkan pada proses pembelajaran di kelas sehingga mudah untuk diamati. Untuk RPP validator juga menyarankan agar dipertegas indikator yang dinilai pada pertemuan pertama dan indikator yang dinilai pada pertemuan kedua.

Hasil validasi buku ajar siswa mendapatkan kategori “baik” dengan nilai rata-rata 3,78 dan dapat digunakan dengan sedikit revisi. Validasi LKS yang dikembangkan oleh peneliti mendapatkan nilai rata-rata 3,83 dengan kategori baik. Sedangkan untuk validasi tes hasil belajar (lembar penilaian) mendapatkan kategori “baik” dengan nilai rata-rata 3,76. Saran dari validator untuk lembar penilaian ini adalah mengganti beberapa soal dengan soal dengan soal yang bersifat analisis.

Validasi

perangkat pembelajaran yang dilakukan oleh para validator telah memberikan penilaian dan saran perbaikan yang sangat berharga untuk meningkatkan validitas dan kualitas perangkat pembelajaran. Dengan melakukan berbagai revisi dan perbaikan perangkat pembelajaran sesuai saran dari para validator perangkat pembelajaran IPS yang terintegrasi dengan pendidikan wawasan kebangsaan bisa diimplementasikan di kelas untuk mengetahui efektifitas perangkat perangkat pembelajaran.

Berdasarkan hasil implementasi perangkat uji coba 1dan 2 menunjukkan bahwa integrasi perangkat pembelajaran yang dirancang mampu membelajarkan siswa dan menumbuhkan perilaku yang berorientasi pada pendidikan wawasan kebangsaan yang tercermin dalam aktifitas siswa pada saat pembelajaran di kelas. Dari analisis data hasil implementasi yang dilakukan, keterlaksanaan RPP yang berorientasi menumbuhkan perilaku wawasan kebangsaan mencapai 94% sudah sesuai dengan perencanaan. Peranan guru model dan pengamat (observer) sangat membantu dalam pelaksanaan penelitian, dan menjadi penelitian lebih obyektif. Saran dan temuan lapangan yang dilakukan guru model dan pengamat memberikan kelengkapan data bahwa kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan dapat menjadikan siswa

aktif, kreatif dan dapat menumbuhkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai pendidikan wawasan kebangsaan yang tercermin dari aktifitas siswa pada saat pembelajaran di kelas.

Pemilihan model yang ada di dalam RPP didesain dan diupayakan dapat menumbuhkan kreatifitas dan menumbuhkan perilaku yang sesuai dengan pendidikan wawasan kebangsaan dan bertujuan agar siswa cerdas dan terampil dalam memecahkan masalah. Hasil dari instrumen pengamatan aktifitas siswa yang berorientasi pada pendidikan wawasan kebangsaan dapat dideskripsikan bahwa

94% kegiatan

pembelajaran dan penugasan pada siswa dapat menumbuhkan perilaku yang berorientasi pada pendidikan wawasan kebangsaan. hal ini didukung juga dari data hasil penilaian proses pembelajaran (aktifitas siswa). Dari hasil analisis data pelaksanaan diskusi kelompok, dapat dideskripsikan bahwa masing-masing kelompok mendapatkan skor yang relatif baik. Pada pertemuan pertama rata-rata nilai yang di dapat adalah 84 dan pada pertemuan kedua rata-rata nilai adalah 88.

(7)

masalah, dan tanggap kepada permasalahan-permasalah sosial yang ada di sekitarnya dan juga mampu menumbuhkan perilaku yang berlandaskan nilai-nilai wawasan kebangsaan yakni, pengendalian diri, kerjasama, cinta kasih, toleransi,

kewarganegaraan aktif, dan kebebasan yang bertanggung jawab.

Tes hasil belajar siswa yang dilakukan dalam bentuk pretes dan postes menunjukkan bahwa pembelajaran yang dikembangkan berhasil dengan baik dan efektif. Hasil dari pretes menunjukkan rata-rata nilai siswa adalah 81, dengan persentase ketuntasan belajar mencapai 87%. Sedangkan postes rata-rata nilai siswa adalah 86 dengan persentase ketuntasan belajar mencapai 100%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan sangat efektif.

Dalam penelitian ini di dapat juga data respon siswa terhadap pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Respon siswa diharapkan menjadi umpan balik dan dijadikan catatan bagi peneliti sejauh mana perangkat pembelajaran yang dikembangkan efektif. Hasil dari respon siswa dapat dideskripsikan bahwa 88% siswa senang dengan materi, LKS, cara belajar dan cara guru mengajar. Sedangkan 86 % siswa memberikan respon terhadap materi pelajaran, LKS, cara belajar, cara guru mengajar merupakan

sesuatu yang baru. Mengenai pembelajaran IPS yang terintegrasi dengan pendidikan wawasan kebangsaan 93% siswa merespon bahwa pembelajaran yang dilakukan merupakan sesuatu yang baru dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya, dan siswa berminat jika pembelajaran berikutnya menggunakan model yang sama seperti yang dikembangkan peneliti dengan memberikan respon 83%. Gambaran tentang respon siswa dapat digambarkan dalam grafik berikut.

Gambar 2. Grafik respon siswa

Pembahasan

Berdasarkan data dari efektifitas pembelajaran, dapat diambil kesimpulan bahwa hasil implementasi perangkat ini mendukung asumsi penelitian integrasi pendidikan wawasan kebangsaan ke dalam pembelajaran IPS dapat menumbuhkan perilaku siswa yang berorientasi pada pendidikan wawasan

kebangsaan yang tercermin pada aktifitas siswa di kelas.

Pendidikan wawasan kebangsaan perlu ditanamkan kepada anak sejak dini. Sarana penanaman nilai-nilai pendidikan wawasan kebangsaan yang efektif adalah melalui jalur pendidikan. Pendidikan wawasan kebangsaan akan dapat membentuk perilaku siswa yang sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan, bagaimana menjadi cara menjadi warga negara yang baik sesuai dengan misi pendidikan IPS. Nilai-nilai wawasan kebangsaan yang ada dalam penelitian ini merupakan nilai-nilai sederhana yang dapat diterapkan siswa dan dapat diamati guru dalam kegiatan pembelajaran.

Untuk

menumbuhkan perilaku siswa yang berorientasi dengan pendidikan wawasan kebangsaan diperlukan kreatifitas guru dalam mendesain perangkat pembelajaran dan membuat agar pembelajaran bermakna bagi siswa sehingga dapat membentuk perilaku siswa. Dengan melatihkan perilaku sesuai pendidikan wawasan kebangsaan di kelas diharapkan siswa akan terbiasa berperilaku sesuai nilai-nilai wawasan kebangsaan minimal sesuai dengan nilai-nilai yang diambil dalam penelitian ini yakni kerjasama, pengendalian diri, cinta kasih, toleransi, kewarganegaraan aktif, dan kebebasan yang bertanggung jawab. Selain itu, melalui model pembelajaran, penugasan nantinya diharapkan siswa

akan terlatih dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial yang seringkali terjadi.

PENUTUP Simpulan

Dari hasil penelitian Integrasi Pendidikan Wawasan Kebangsaan ke dalam Pembelajaran IPS Kelas

VIII di SMP PGRI 9 Sidoarjo, dapat disimpulkan sebagai

berikut.

1. Integrasi pendidikan wawasan kebangsaan ke dalam pembelajaran

IPS yang

menghasilkan produk perangkat

pembelajaran IPS. Pengintegrasian nilai-nilai wawasan kebangsaan dilakukan dengan memasukkan nilai-nilai pendidikan wawasan kebangsaan ke dalam kompetensi dasar yang ada pada IPS sesuai dengan karakteristik

kompetensi dasar dan kebutuhan serta target yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Pengintegrasian nilai-nilai wawasan kebangsaan dalam kompetensi dasar kemudian

diaplikasikan dalam proses pembelajaran IPS di kelas. Nilai-nilai pendidikan wawasan kebangsaan yang dipakai adalah mengacu pada panduan pelaksanaan pendidikan

berwawasan

kebangsaan dari Direktorat Jenderal Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. Dengan

(8)

pengembangan perangkat

pembelajaran IPS yang terintegrasi dengan pendidikan wawasan kebangsaan

akan dapat

mempercepat misi pembelajaran IPS

yakni untuk

membentuk warga negara yang baik. 2. Proses pembelajaran

dengan menggunakan perangkat

pembelajaran yang terintegrasi dengan pendidikan wawasan kebangsaan sangat efektif dilihat dari keterlaksaanaan RPP, tumbuhnya perilaku yang berorientasi pada pendidikan wawasan kebangsaan, dan juga respon siswa setelah pelaksanaan

pembelajaran.

Keterlaksanaan RPP

pada proses pendidikan wawasan kebangsaan mencapai 94%. Sedang respon siswa setelah proses pembelajaran

menunjukkan 88% memberikan respon positif terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. 3. Perangkat

pembelajaran yang dikembangkan berupa silabus, RPP, buku ajar siswa, lembar kegiatan siswa, dan tes hasil belajar. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan

didesain untuk menumbuhkan perilaku siswa yang berorientasi pada pendidikan wawasan kebangsaan. Perilaku

yang berorientasi pada pendidikan wawasan kebangsaan pada penelitian ini tercermin pada aktifitas siswa ketika pembelajaran di kelas. 4. Hasil implementasi

perangkat

pembelajaran yang terintegrasi dengan pendidikan wawasan kebangsaan dapat disimpulkan sangat efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa dengan perangkat

pembelajaran yang dikembangkan

memperoleh nilai rata-rata 86 dan ketuntasan belajar siswa mencapai 100%.

Saran

1. Seorang guru dalam pembelajaran

hendaknya tidak hanya menekankan pada sisi kognitif saja tetapi juga dari sisi afektif dan psikomotor. Untuk itu diperlukan kreatifitas seorang guru dalam mendesain pembelajaran.

Perangkat

pembelajaran yang terintegrasi dengan pendidikan wawasan kebangsaan menjadi salah satu alternatif untuk

mengembangkan kemampuan siswa tidak hanya dari sisi kognitif saja, tetapi juga sisi afektif dan psikomotor. Dengan menggunakan

perangkat

pembelajaran yang terintegrasi dengan pendidikan wawasan kebangsaan akan dapat ditumbuhkan perilaku

siswa yang

berorientasi pada pendidikan wawasan kebangsaan.

2. Perilaku siswa yang berorientasi pada pendidikan wawasan kebangsaan hendaknya ditanamkan sejak dini dan dimulai dari lingkungan terkecil misalnya di kelas. Dengan pendidikan wawasan kebangsaan siswa akan mampu berperilaku sesuai nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan wawasan kebangsaan dan juga siswa akan memiliki keterampilan dalam menyelesaikan penelitian dilakukan perubahan kurikulum masih pada masa transisi dari kurikulum KTSP ke kurikulum 2013. Untuk penelitian lebih lanjut peneliti menyarankan untuk menggunakan

kurikulum 2013 dengan menggunakan pendekatan saintifik (pendekatan ilmiah) dengan langkah-langkah pembelajaran: mengamati

(observing), menanya (questioning), menalar (associating),

mencoba (experimenting), membentuk jejaring (networking). Dengan menggunakan

pendekatan saintifik menurut peneliti akan mencapai hasil pembelajaran yang lebih optimal.

(9)

Universitas Pendidikan Indonesia. Volume 11, No. 1. April 2010. http://jurnal. upi.edu/pen elitian-pendidikan/ find, diakses 10 Oktober 2013.

Daulay, Anwar Saleh. 2002. Pendidikan Humaniora untuk Mengemba ngkan Wawasan Kemanusia an dan Kebangsaa n. Jurnal Ilmu Pendidikan. LPTK (Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidik an) dan ISPI (Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia). Universitas Negeri Malang. Jilid 9. Pebruari 2002.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006a. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006b. Panduan Pengemban gan Silabus Mata Pelajaran Ilmu Pengetahua n Sosial. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Panduan Pendidikan Wawasan Kebangsaa

n di

Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Depdiknas.

Djamarah S.B. dan Zain, A. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:

Rineka Cipta.

Elmubarok, Zaim. 2007. Membumik an

Pendidikan Nilai Mengumpul kan yang Terserak, Menyambu ng yang Terputus dan Menyatuka n yang Tercerai. Bandung: Alfabeta.

Nasution. 2011. Kajian Pembelajar an IPS di Sekolah. Surabaya: UNESA University Press.

National Council for The social studies (NCSS), 1994. Curriculum standards for Social Studies. Washingtin, DC: National Council for The Social Studies.

Parji, 2002. Strategi Pembelajar an

Pendidikan Moral pada Era

Teknologi Informasi. Jurnal Ilmu Pendidikan.

LPTK (Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidik an) dan ISPI (Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia). Universitas Negeri Malang. Jilid 9. Mei 2002.

Sapriya. 2009. Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sudjana. 2001. Metode Statistika. Bandung: Gramedia Pustaka Utama.

Sukaryono. 2002. Pendidikan sebagai Prioritas untuk Mengatasi Krisis Bangsa. Jurnal Pendidikan Dasar dan Menengah. Surabaya: Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Provinsi Jawa Timur.

Wahyuni, Indah. 2011. Pengemban gan Perangkat Pembelajar an Tematik

(10)

Berwawasa n

Pendidikan Karakter Bangsa di Kelas I Sekolah Dasar. Tesis Magister Pendidikan. Universitas Negeri Surabaya.

Widodo, Rohmad. 2004. Mencari Alternatif Penanaman Nilai-nilai Kewargane garaan dalam Kondisi Pergeseran Nilai Masyarakat Dewasa Ini. Alternatif Jurnal Pemikiran Pendidikan. Pusat Publikasi dan Penerbitan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammad iyah Malang (P3UMM). Volume 4. Maret 2004.

Winarni, Endang Widi. 2009. Pengemban gan Model Pembelajar an Inkuiri Terbimbing dan Masyarakat Belajar

untuk Meningkatk an

Pemahama n Konsep dan Life Skills Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar Volume 10, 1 Maret 2009. Surabaya: UNESA.

Gambar

Gambar  1.  Rancangan

Referensi

Dokumen terkait

nidus telah berjaya ditunjukkan dalam kajian ini dengan beberapa pencilan mempunyai aktiviti antibakteria yang lemah.. Kata kunci: Asplenium nidus, endofit,

Tableau 4.20 Opinions des Étudiants sur l’Utilisation du Modèle Inquiry dans l’Apprentissage de la Grammaire Basé sur Internet

PENGGUNAAN STRATEGI POWER PLAY DALAM PERTANDINGAN FUTSAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Daerah

Hasil penelitian evaluasi dan analisis laporan keuangan KUD Sumber Karya tahun 2018 dalam menyajikan dan mengungkapkan informasi akuntansi berdasarkan SAK ETAP menunjukkan

bawah dari bollinger dan terlihat pola morning star candlestick pattern yang mengindikasikan adanya potensi stimulus

Dari uraian di atas, perihal pembelajaran musikalisasi puisi, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan, di antaranya: (1) pembelajaran musikalisasi puisi adalah bentuk ekspresi

kafe. Memuaskan keinginan pelanggan sendiri merupakan hal yang sulit, mengingat pelanggan yang merasa puas diharapkan akan berkunjung kembali, bahkan memberitahukan