• Tidak ada hasil yang ditemukan

PTG Kelompok 1 PENGEMBANGAN KEBIASAAN AF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PTG Kelompok 1 PENGEMBANGAN KEBIASAAN AF"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PENGEMBANGAN KEBIASAAN AFEKTIF DAN

KETERAMPILAN MENGATASI KONFLIK

Tugas ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Terintegrasi Dosen Pengampu: Mahilda Dea Komalasari, M.Pd.

Disusun Oleh:

Nurhayati 12144600084 Vita Ujianti 12144600090 Muhammad Rahmandani 12144600099 Verina Septiarni 12144600103

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat mengerjakan dan menyelesaikan makalah “PENGEMBANGAN KEBIASAAN AFEKTIF DAN KETERAMPILAN MENGATASI KONFLIK”.

Makalah ini kami susun untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Pendidikan Terintegrasi. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih atas partisipasi, dorongan, serta bimbingan yang telah berikan kepada kami dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga selesainya makalah ini.

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 2

C. Tujuan... 2

BAB II PENGEMBANGAN KEBIASAAN AFEKTIF DAN KETERAMPILAN MENGATASI KONFLIK A. Pengembangan Kebiasaan Afektif... 3

B. Pengembangan Keterampilan Mengatasi Konflik... 4

C. Metode Mediasi... 6

D. Penanganan Konflik Sosial... 8

(4)
(5)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Berangkat dari rasa keprihatinan atas kondisi bangsa kita dengan maraknya peristiwa-peristiwa yang mendera saat ini, antara lain tingginya tingkat kriminalitas, tingginya kasus korupsi, dan penegakan hukum yang sepertinya masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula berkembangnya acara-acara tayangan di media cetak maupun noncetak (jaringan maya, televisi, dll) yang memuat fenomena dan kasus perseteruan dalam berbagai kalangan misal: tawuran antar remaja, antar sekolah, antar warga, pornografi dan pornoaksi, dan lain-lain. Kejadian tersebut memberi kesan seakan-akan bangsa kita sedang mengalami krisis etika dan krisis kepercayaan diri yang berkepanjangan. Berdasarkan kenyataan tersebut, pendidikan nilai/moral memang sangat diperlukan atas dasar argumen adanya kebutuhan nyata dan mendesak, dan dapat dilaksanakan antara lain melalui pembelajaran terintegrasi sekolah.

Tantangan globalisasi dan proses demokrasi yang semakin kuat dan beragam disatu pihak, dan dunia persekolahan sepertinya lebih mementingkan penguasaan dimensi pengetahuan dan mengabaikan pendidikan nilai/moral saat ini, merupakan alasan yang kuat bagi Indonesia untuk membangkitkan komitmen dan melakukan pendidikan karakter. Pendidikan karakter bangsa diharapkan mampu menjadi alternatif solusi berbagai persoalan tersebut. Kondisi dan situasi saat ini tampaknya menuntut pendidikan karakter yang perlu ditransformasikan sejak dini, yakni sejak pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi secara holistik dan sinambung.

(6)

pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar penanaman nilai karakter dalam diri peserta didik lebih leluasa sehingga hasilnyapun diperoleh dengan maksimal. Penanaman nilai karakter ini membutuhkan waktu yang cukup lama karena membangun kebiasaan tidak dapat di lakukan secara singkat. Kemudian, bagaimana mengembangkan kebiasaan afektif bagi siswa? Dan apabila terjadi konflik, bagaimana mengembangkan ketrampilan mengatasi konflik tersebut?.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengembangan kebiasaan afektif?

2. Bagaimana pengembangan keterampilan mengatasi konflik? 3. Apa yang dimaksud metode mediasi?

4. Bagaimana penanganan konflik sosial ?

C. Tujuan

1. Menjelaskan cara pengembangan kebiasaan afektif.

2. Menjelaskan cara pengembangan keterampilan mengatasi konflik. 3. Menjelaskan metode mediasi.

(7)

D. meningkatkan mutu sesuatu. Kebiasaan adalah sesuatu yang terus menerus diulang tanpa adanya pemikiran terlebih dahulu, kebiasaan sudah tertanam dalam jiwa seseorang tersebut sehingga dapat dilakukannya tanpa harus dipikirkan terlebih dahulu. Afektif merupakan ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.

Dari beberapa pengertian diatas bisa digabungkan pengembangan kebiasaan afektif adalah proses atau usaha untuk meningkatkan mutu seseorang dengan menanamkan nilai-nilai serta sikap ke dalam pikiran seseorang tersebut. Tujuan dari pengembangan kebiasaan afektif ini adalah dapat mewujudkan insane yang memiliki nilai dan sikap yang baik atau terpuji dalam kehidupan sehari-harinya karena telah terbiasa.

(8)

tanggung jawab semua mata pelajaran. Mata pelajaran apapun yang diajarkan dengan metode afektif dapat membentuk sikap dan mental peserta didik.

Proses terbentuknya sikap atau karakter pada diri peserta didik tidaklah terjadi secara tiba-tiba, melainkan melewati proses berliku dalam rentang waktu yang cukup panjang. Diperlukan pola pembiasaan dalam pembentukan sikap atau karakter. Dalam proses pembelajaran di sekolah, guru dapat menanamkan sikap tertentu kepada peserta didik melalui proses pembiasaan. Contohnya, guru memberikan hadiah kepada siswanya yang berprestasi, lama-kelamaan siswa tersebut akan selalu mengharapkan sebuah kemenangan tanpa memikirkan ada tidaknya sebuah hadiah. Jadi hadiah tidak akan mempengaruhi motivasi siswa untuk meraih prestasi.

B. Pengembangan Keterampilan Mengatasi Konflik

Konflik adalah adanya pertentangan yang timbul di dalam seseorang maupun dengan orang lain yang ada di sekitarnya. Konflik dapat berupa perselisihan, adanya ketegangan, atau munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau lebih.

Konflik merupakan sebuah masalah dan masalah haruslah segera diselesaikan. Dalam menyelesaikan sebuah konflik tidaklah mudah, cepat – lamanya mengatasi sebuah konflik bergantung bagaimana besar-kecil konflik itu terjadi, seberapa banyak pihak yang terlibat konflik. Dan yang terpenting adalah ketersediaan pihak-pihak yang terlibat konflik untuk menyelesaikan sebuah konflik.

Konflik dalam lingkup pendidikan di sekolah adalah proses sosial dimana warga sekolah atau suatu kelompok dalam lingkup sekolah berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan. Konflik ini bisa terjadi pada siswa, guru, kepala sekolah, TU, dan lain-lain yang termasuk dalam warga sekolah.

(9)

dapat terselesaikan. Dalam penyelesaiannya siswa dituntut untuk mampu menggunakan berbagai cara untuk menyelesaikan masalah yang telah dihadapkan.

Dalam pembelajaran terintegrasi problem solving digunakan supaya siswa dapat memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan sehari-harinya nanti. Dengan adanya kegiatan problem solving siswa memiliki berbagai keterampilan menyelesaikan berbagai konflik.

Selain itu pengembangan ketrampilan mengatasi konflik juga bisa dengan model pembelajaran resolusi konflik. Implementasi Model Pengajaran Resolusi Konflik yang lebih bersifat personal dan afektif, yang diintegrasikan melalui mata pelajaran, dapat meningkatkan pengetahuan siswa tentang resolusi konflik. Pengetahuan yang memadai tentang konsep dan strategi resolusi konflik, menjadi dasar bagi siswa untuk mampu menyelesaikan konflik secara damai, demokratis, dan konstruktif.

Implementasi Model Pengajaran Resolusi Konflik juga dapat meningkatkan sikap siswa terhadap resolusi konflik ke arah yang lebih positif. Dengan sikap positif terhadap resolusi konflik ini, berarti siswa tidak cenderung memandang konflik sebagai sesuatu yang negatif. Mereka selanjutnya memiliki kecenderungan lebih positif untuk menyelesaikan sendiri konfliknya dan membantu menyelesaikan konflik orang lain dengan cara yang damai, demokratis dan konstruktif, bukan melalui kekerasan, menuju ke arah pemecahan masalah yang sama-sama menguntungkan (win-win problem solving).

Keterampilan lain untuk mengatasi konflik selain win-win approach dalam resolusi konflik yaitu cretive response emphaty, assertiveness, cooperative power, managing emotion, willingness to resolve, mapping the conflict, designing option, negotition mediation, broadening perspectives.

(10)

dapat berkontribusi bagi terciptanya suatu masyarakat yang mampu menyelesaikan konflik secara sehat, demokratis dan konstruktif.

C. Metode Mediasi

Mediasi adalah proses negosiasi pemecahan masalah, di mana para pihak yang tidak memihak bekerja sama dengan pihak yang bersengketa untuk mencari kesepakatan bersama. Pihak luar tersebut disebut dengan mediator, yang tidak berwenang untuk memutus sengketa, tetapi hanya membantu para pihak untuk menyelesaiakan persoalan-persoalan yang dihadapi pihak yang bersengketa.

Para ahli mengemukakan makna mediasi secara etimologi dan terminologi. Secara etimologi, istilah mediasi berasal dari bahasa latin “ mediare “ yang berarti berada di tengah. Makna ini menunjuk pada peran yang ditampilkan pihak ketiga sebagai mediator dalam menjalankan tugasnya menengahi dan menyelesaikan sengketa antara para pihak. “Berada di tengah” juga bermakna mediator harus berada pada posisi netral dan tidak memihak dalam menyelesaikan sengketa. Ia harus mampu menjaga kepentingan para pihak yang bersengketa secara adil dan sama, sehingga menumbuhkan kepercayaan (trust) dari para pihak yang bersengketa.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata mediasi memberikan arti sebagai proses pengikutsertaan pihak ketiga dalam penyelesaian suatu perselisihan sebagai penasihat. Pengertian tersebut mengandung tiga unsur penting, yaitu :

1. Mediasi merupakan proses penyelesaian perselisihan atau sengketa yang terjadi antar dua pihak atau lebih.

2. Pihak yang terlibat dalam penyelesaian sengketa adalah pihak-pihak yang berasal dari luar pihak bersengketa.

(11)

Penjelasan mediasi secara etimologi ini lebih menekankan keberadaan pihak ketiga atau pihak yang bertugas sebagai penengah antara kedua belah pihak yang bersengketa dan hanya menjelaskan sifat bagaimana mediasi itu, tanpa ada menjelaskan mediasi secara mendalam. Pihak ketiga atau mediator ini menjembatani para pihak untuk menyelesaikan sengketanya. Hal ini juga memberikan perbedaan antara mediasi dengan penyelesaian sengketa alternatif lainnya. Pihak ketiga ini mempunyai sifat yang netral di antara kedua belah pihak yang bersengketa dan memberikan atau menemukan kesepakatan yang dapat memuaskan para pihak.

Secara terminologi pengertian mediasi dapat dikatakan sebagai suatu proses, dimana seorang pihak ketiga netral, yang disebut dengan “mediator” mendengarkan sengketa di antara dua pihak atau lebih dan mencoba untuk membantu para pihak untuk menyelesaikan sengketa mereka tanpa memikirkan keuntungan dari adanya kasus itu.

Penyelesaian sengketa dengan metode mediasi merupakan terjemahan dari karakter budaya bangsa Indonesia yang selalu mengedapankan semangat koopratif. Semangat kooperatif sudah mengakar sehingga nuansa muyawarah selalu dihadirkan dalam upaya menyelesaiakan setiap persoalan kemasyarakatan termasuk juga soal penyelesaian konflik melalui upaya musyawarah atau mufakat. Oleh karena model penyelesaian konflik melalui jalur medisi mengandung dan mengutamakan prinsip-prinsip musyawarah untuk mencapai mufakat yang selaras budaya bangsa, maka sudah selayaknya mediasi ini dijalankan secara maksimal dalam setiap prosesnya.

Dalam lembaga pendidikan pun keberadaan konflik tidak dapat dipungkiri. Berbagai konflik muncul dari beragam pihak. Salah satunya adalah konflik diantara siswa. Karena itu perlu diajarkan kepada peserta didik untuk meningkatn kemampuan mengatasi konflik tersebut dengan mediasi.

(12)

dibekali dengan pengetahuan khusus sebagai mediator agar bisa mandiri dalam menyelesaikan masalah dan juga mampu membantu menyelesaikan konflik yang dihadapi temannya maupun yang dihadapi di kehidupan bermasyarakat. Pelatihan ini diperlukan sehingga proses mediasi dapat berjalan dengan baik sesuai dengan kehendak yang ingin di capai.

Contoh pendidikan dan pelatihan mediasi khusus bagi siswa, yaitu ketika dalam sebuah pembelajaran dilakukan sebuah praktik debat. Prkatik debat ini merupakan salah satu bentuk konflik, dimana ada kubu yang setuju dan tidak setuju terhadap tema yang diberikan. Dalam sebuah debat terdapat seorang mediator, tugas mediator dalam praktik debat tersebut adalah sebagai penengah. Mediator harus memiliki sikap-sikap sikap sebagai berikut:

a) Objektif membenarkan pandangan kedua belah pihak, meskipun anda menyutujui pendapat salah satu pihak

b) Mendukung gunakan bahasa yang menunjukkan perhatian.

c) Tidak menghakimi, tidak menghakimi siapa yang benar siapa yang salah

d) Arahkan proses bukan isi permasalahan, memberikan saran dan dorongan kepada dua belah pihak.

e) Sama-sama menang, berusahalah ke arah kemenangan bagi kedua belah pihak.

D. Penanganan Konflik Sosial

Pendekatan penanggulangan dan penanganan konflik dikategorikan dalam dua dimensi ialah kerjasama/tidak kerjasama dan tegas/tidak tegas. Dengan menggunakan kedua macam dimensi tersebut ada 5 macam pendekatan penyelesaian konflik ialah :

1. Kompetisi

(13)

2. Akomodasi

Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.

3. Sharing

Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lkain menerima sesuatu. Kedua kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.

4. Kolaborasi

Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini adalah pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach) yang memerlukan integrasi dari kedua pihak.

5. Penghindaran

Menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini menggambarkan penarikan kepentingan atau mengacuhkan kepentingan kelompok lain.

Menurut Surata dan Andrianto, cara menyelesaikan konflik sosial yang sering digunakan adalah:

1. Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih sehingga tercapai persetujuan berdamai. Dalam proses ini pihak yang berselisih dapat meminta bantuan pihak ke tiga. Pihak ketiga hanya bertugas memberikan pertimbangan yang diangggap baik oleh kedua belah pihak. Pihak ketiga dalam konsiliasi biasanya berasal dari pihak yang masih ada kaitan fungsi struktural dengan yang bersengketa. Misalnya panitia tetap penyelesaikan perburuhan yang dibentuk Departemen Tenaga Kerja. Bertugas menyelesaikan persoalan upah, jam kerja, kesejahteraan buruh, hari-hari libur, dan lain-lain. 2. Mediasi, yaitu penghentian pertikaian oleh pihak ketiga (mediator)

(14)

Mediator harus bersikap netral, tidak memihak pada salah satu kelompok yang sedang bertikai. Contoh : PBB membantu menyelesaikan perselisihan antara Indonesia dengan Belanda.

3. Abitrasi, yaitu suatu perselisihan yang langsung dihentikan oleh pihak ketiga (arbitor) yang berhak memberikan keputusan yang mengikat dan diterima serta ditaati oleh kedua belah pihak yang bersengketa. Kejadian seperti ini terlihat setiap hari dan berulangkali di mana saja dalam masyarakat, bersifat spontan dan informal. Jika pihak ketiga tidak bisa dipilih maka pemerintah biasanya menunjuk pengadilan. 4. Koersi merupakan cara menyelesaikan konflik dengan menggunakan

paksaan fisik atau psikis. Akibatnya, pihak yang merasa tidak puas dapat menyimpan dendam sehingga konflik dapat muncul kembali. 5. Detente berasal dari bahasa diplomasi, yang berarti mengurangi

ketegangan hubungan. Cara ini hanya merupakan persiapan untuk mencapai perdamaian.

Selain ke lima hal diatas, Penyelesaian konflik juga bisa dengan cara-cara berikut :

1. Gencatan senjata, yaitu penangguhan permusuhan untuk jangka waktu tertentu, guna melakukan suatu pekerjaan tertentu yang tidak boleh diganggu. Misalnya : untuk melakukan perawatan bagi yang luka-luka, mengubur yang tewas, atau mengadakan perundingan perdamaian, merayakan hari suci keagamaan, dan lain-lain.

2. Stalemate, yaitu keadaan ketika kedua belah pihak yang bertentangan memiliki kekuatan yang seimbang, lalu berhenti pada suatu titik tidak saling menyerang. Keadaan ini terjadi karena kedua belah pihak tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur. Sebagai contoh : adu senjata antara Amerika Serikat dan Uni Soviet pada masa Perang dingin.

(15)
(16)

BAB III KESIMPULAN

Kesimpulan

Pengembangan kebiasaan afektif dilakukan secara terus menerus. Pembelajaran yang dapat digunakan yaitu strategi pembelajaran afektif. Pengembanagn keterampilan mengatasi konflik dapat dilakukan dengan win-win approach cretive response emphaty, assertiveness, cooperative power, managing emotion, willingness to resolve, mapping the conflict, designing option, negotition mediation, broadening perspectives.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Referensi

Dokumen terkait

dihasilkan dari sudu-sudu roda pedal yang berputar dalam air. Jet air, gaya dorong dihasilkan karena adanya impuls akibat kecepatan air yang disemburkan keluar

algoritma genetika telah berhasil diterapkan pada berbagai permasalahan yang kompleks, maka dari itu penulis akan menggunakan algoritma genetika sebagai algoritma untuk

Dalam konsideran menimbang Inpres tersebut, disebutkan beberapa klausul materi hukum antara lain bahwa alim ulama Indonesia dalam lokakarya yang diadakan di

Sekali beberapa job telah ditugaskan (loading) pada pusat kerja tertentu, maka langkah berikutnya adalah menentukan urutan-urutan memprosesnya. Pemrosesan order merupakan hal

Dengan design interior yang baik dan menarik pada sebuah museum kontemporer, diharapkan akan semakin menaikkan minat para pengunjung dan kesadaran masyarakat akan

Pada contoh penggunaan sqlite ini saya akan membuat sebuah aplikasi android untuk menyimpan “Contact”, data yang saya simpan adalahNama dan Nomer Telepon.. Untuk langkah pertama

Pada linier yang telah dibicarakan, dimana pengertian toleransi pada ukuran panjang. Sebelum membicarakan masalah toleransi geometri lebih jauh, perlu sekali harus tahu