Perbaikan Sistem Kerja Industri Kecil Dan Menengah (IKM)
Minyak Atsiri Untuk Peningkatan Produktivitas Berorientasi
Ekspor (Studi Kasus: UD. Anugerah, Wonosalam, Jombang)
Dina Aulia Pritawardhani, Dr. Ir. Srigunani Partiwi, M.T
Jurusan Teknik Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111
Email:
dina.pritawardhani@gmail.com ; srigunani@ie.its.ac.id
Abstrak—IKM Minyak Atsiri di Indonesia masih belum mampu melakukan ekspor adalah tingkat produktivitas yang masih fluktuatif. Hal ini juga terkait dengan kuantitas minimal ekspor yang masih belum dapat dipenuhi oleh pelaku IKM. Kendala yang terjadi pada keseluruhan IKM adalah tingkat produktivitas IKM yang masih tidak stabil sehingga menyebabkan kapasitas produksi yang dihasilkan masih belum mencapai jumlah minimal ekspor yang diminta oleh importir. Penelitian ini diselesaikan menggunakan metode pengukuran produktivitas VALSAT dan OMAX, perancangan sistem kerja, perencanaan fasilitas, dan perhitungan Benefit Cost Ratio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari proses penyulingan minyak atsiri sebagian besar aktivitasnya yaitu sebesar 99.06% digunakan untuk non-value adding activity yaitu jenis aktivitas storage. Dan untuk nilai produktivitas IKM Minyak Atsiri (UD. Anugerah) memiliki nilai yang tidak stabil. Berturut-turut nilai pencapaian indikator IKM Minyak Atsiri (UD. Anugerah) mulai bulan Juli hingga Desember 2012 adalah 435.75, 475.26, 323.01, 547.78, 382.49, dan 305.57. Sedangkan untuk nilai indeks produktivitas IKM Minyak Atsiri (UD. Anugerah) berturut-turut mulai bulan Juli hingga Desember 2012 adalah 45.25, 9.07, -32.04, 69.59, -30.18, dan -20.11.Rekomendasi perbaikan yang diusulkan adalah dengan melakukan efisiensi pada proses penyulingan (improvement proses penyulingan dengan menggunakan peningkatan tekanan bertahap saat penyulingan). Dengan adanya penambahan mesin ini, produktivitas IKM Minyak Atsiri dapat meningkat yang terlihat dari output produksi sebesar 59.668 kg minyak atsiri selama 6 bulan produksi.
Kata kunci—Industri Kecil dan Menengah, minyak atsiri, produktivitas, Value Stream Analysis Tools, Objective Matrix.
I. PENDAHULUAN
NDUSTRI Kecil dan Menengah (IKM) di Indonesia telah mendukung tingkat kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia sendiri. Hambatan bagi industri kecil dan menengah ini sendiri sangat banyak agar tetap eksis di dunia persaingan usaha. Maka dari itu, industri-industri kecil dan menengah tersebut hendaknya lebih bisa menjaga eksistensi mereka dalam persaingan usaha agar lebih banyak menyejahterakan masyarakat dengan mengurangi tingkat pengangguran yang ada.
Diketahui bahwa jumlah IKM kini telah mencapai 3,8 juta unit usaha dan telah menyumbangkan nilai ekspor senilai 12 juta US dollar. Hal ini tentunya akan membantu meningkatkan perekonomian negara. Berikut data mengenai perkembangan potensi IKM mulai tahun 2005 hingga tahun 2009. Selain itu diketahui pula bahwa kontribusi IKM pada PDB Industri Nasional adalah sebesar 32% [1]. Hal ini tentu membantu mendorong perekonomian
negara di saat dunia sedang mengalami krisis seperti sekarang.
Banyak IKM yang masih mengalami kendala untuk dapat melakukan ekspor ke luar negeri. Kendala yang terjadi pada keseluruhan IKM adalah tingkat produktivitas IKM yang masih tidak stabil sehingga menyebabkan kapasitas produksi yang dihasilkan masih belum mencapai jumlah minimal ekspor yang diminta oleh importir.
Penelitian ini difokuskan pada IKM minyak atsiri. Hal ini dikarenakan Indonesia yang dikenal dunia sebagai negara agrikultur dengan beragamnya tanaman yang dimiliki, berpotensi untuk menjadi negara agroindustri yang maju [2]. Salah satu komoditas yang dapat menjadi komoditas utama Indonesia dalam perdagangan ekspor agroindustri dan mendapatkan devisa tinggi adalah minyak atsiri. Minyak atsiri ini dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang yang dapat dihasilkan dari bagian-bagian tanaman. Indonesia merupakan penghasil minyak atsiri atau essential oil terbesar di dunia.
Kendala yang dialami untuk mengembangkan potensi minyak atsiri adalah produktivitas yang masih rendah, ketersediaan bahan baku yang minim, dan harga jual yang tidak stabil. Selain itu terdapat pula masalah perancangan sistem kerja IKM atsiri yang belum terstandarisasi secara nasional. Beberapa hal yang masih belum distandarisasi adalah mengenai perancangan proses kerja penyulingan minyak atsiri serta standar waktu kerja dalam proses penyulingan yang sangat berpengaruh terhadap jumlah atau kuantitas minyak atsiri yang dihasilkan. Dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut, dapat digunakan metode yang sesuai yaitu perancangan sistem kerja dan perencanaan produktivitas serta prinsip ergonomi untuk memberikan perbaikan pada sistem kerja IKM guna meningkatkan produktivitas dari produksi minyak atsiri Indonesia.
II. METODE PENELITIAN
Metodologi penelitian ini terdiri dari lima tahapan yaitu tahap pendahuluan, studi pendahuluan, tahap pengumpulan dan pengolahan data, tahap analisa data dan tahap kesimpulan dan saran.
mencakup studi terhadap beberapa jurnal dan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan minyak atsiri, produktivitas, perancangan sistem kerja, perencanaan fasilitas, dan benefit cost ratio. Dari studi lapangan ini, dapat dilakukan evaluasi mengenai hal-hal yang menjadi faktor penyebab terjadinya permasalahan sehingga dapat dilakukan suatu tindakan untuk menyelesaikan kendala tersebut.
Pada tahap pengumpulan data ini dikumpulkan data primer dan sekunder. Pada tahap pengolahan data, dilakukan pengolahan value stream analysis tools (VALSAT), pengukuran produktivitas dengan objective matrix (OMAX), perancangan alternatif perbaikan, pengukuran hasil penerapan alternatif perbaikan, pemilihan alternatif perbaikan, dan pengukuran dampak penerapan alternatif perbaikan terpilih.
A. TAHAP PENGOLAHAN VALSAT
Pada tahapan ini dilakukan pengolahan value stream analysis tools (VALSAT) untuk identifikasi waste yang terdapat pada lantai produksi.
B. TAHAP PENGUKURAN PRODUKTIVITAS (OMAX) Pada tahapan pengukuran produktivitas dengan metode objective matrix dilakukan perhitungan nilai indikator pencapaian performansi dan indeks produktivitas untuk mengetahui nilai produktivitas dan melakukan perbaikan dengan memperhatikan kriteria produktivitas yang telah diukur.
C. TAHAP PERANCANGAN ALTERNATIF
PERBAIKAN
Pada tahapan ini diusulkan dan dirancang alternatif-alternatif perbaikan yang dapat memperbaiki produktivitas IKM sehingga IKM dapat memenuhi permintaan ekspor dari pasar global minyak atsiri.
D. TAHAP PENGUKURAN HASIL PENERAPAN ALTERNATIF PERBAIKAN
Pada tahapan ini dilakukan pengukuran hasil penerapan alternatif perbaikan agar dapat diketahui apakah alternatif perbaikan dapat meningkatkan produktivitas IKM sehingga layak untuk diterapkan.
E. TAHAP PEMILIHAN ALTERNATIF PERBAIKAN Pada tahapan ini dilakukan pemilihan alternatif perbaikan yang akan diterapkan dengan menggunakan metode benefit cost ratio untuk melihat nilai kebermanfaatan dari alternatif perbaikan yang dirancang. F. TAHAP PERHITUNGAN DAMPAK PENERAPAN
ALTERNATIF TERPILIH
Pada tahapan ini dilakukan perhitungan peranan IKM jika menerapkan alternatif perbaikan terpilih pada industri minyak atsiri Indonesia.
III. HASIL DAN DISKUSI
Pengolahan Value Stream Analysis Tool (VALSAT) Digunakan untuk memilih pemetaan yang tepat dalam value stream dengan menggunakan VALSAT (Value
Stream Analysis Tools). Cara perhitungannya adalah hasil dari rata-rata resiko biaya waste dikalikan dengan besar pemborosan yang terdapat pada matrik VALSAT [3]. Dan diperoleh hasil perhitungan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Bobot Detail Mapping Tools VALSAT
Dari tabel 3.1 didapat tiga matriks yang skornya tertinggi adalah Process Activity Mapping, Supply Chain Response matrix, dan Demand amplification mapping. Detail mapping disini dilakukan dengan menggunakan tools process activity mapping.
Tabel 3.2 Process Activity Mapping IKM
Pengukuran Produktivitas dengan Objective Matrix Hasil pengukuran produktivitas dengan OMAX menghasilkan matriks OMAX [4]. Dari matriks OMAX yang dihasilkan, didapatkan nilai indeks prdouktivitas yang tidak stabil atau fluktuatif. Berturut-turut nilai pencapaian indikator IKM Minyak Atsiri (UD. Anugerah) mulai bulan Juli hingga Desember 2012 adalah 435.75, 475.26, 323.01, 547.78, 382.49, dan 305.57. Sedangkan untuk nilai indeks produktivitas IKM Minyak Atsiri (UD. Anugerah) berturut-turut mulai bulan Juli hingga Desember 2012 adalah 45.25, 9.07, -32.04, 69.59, -30.18, dan -20.11.
Untuk nilai indikator pencapaian dan indeks produktivitas IKM Minyak Atsiri pada periode Juli hingga Desember dapat dilihat Gambar 3.1 dan Gambar 3.2.
0.00 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 600.00
Indikator Pencapaian
Indikator Pencapaian
-40.00
Berdasar kedua grafik diatas, diketahui bahwa nilai indikator pencapaian dan indeks produktivitas IKM Minyak Atsiri (UD. Anugerah) ini memiliki nilai yang fluktuatif atau tidak stabil. Hal ini dapat terjadi dikarenakan adanya faktor eksternal yang tidak dapat dikontrol oleh pihak IKM seperti ketersediaan bahan baku, harga beli bahan baku, serta harga jual minyak atsiri yang berhak ditentukan oleh pembeli. Selain faktor eksternal yang tidak dapat dikendalika, terdapat faktor internal yang masih dapat dikendalikan untuk memperbaiki tingkat produktivitas IKM yaitu sistem kerja yang digunakan. Faktor ini masih dapat dikendalikan dengan melakukan perbaikan sistem kerja sehingga nilai produktivitas IKM dapat meningkat sesuai target yang diharapkan.
Perancangan Alternatif Perbaikan Sistem Kerja Perbaikan sistem kerja yang dapat diusulkan antara lain meliputi bagaimana IKM dapat meningkatkan output produksi dalam waktu yang lebih singkat sehingga nilai produktivitas dan efisiensi IKM pun meningkat sesuai target. Berikut merupakan alternatif perbaikan yang dapat diusulkan.
a. Efisiensi Proses Penyulingan Minyak Atsiri
Alternatif perbaikan sistem kerja 1 disini merupakan perbaikan yang lebih fokus pada peningkatan efisiensi pada IKM. Efisiensi disini dilakukan dengan melakukan improvement pada proses penyulingan yaitu dengan menggunakan tekanan pada penyulingan yang meningkat bertahap. Diketahui dari penelitian yang dilakukan Widiahtuti [5], dengan dilakukan peningkatan tekanan dari 0,5 bar menjadi 1 bar akan menambah perolehan minyak sebanyak 305,6 gram. Peningkatan tekanan dari 1 bar menjadi 1,5 bar akan menambah perolehan minyak sebanyak 524,8 gram. Sehingga didapatkan total penambahan hasil produksi minyak atsiri yaitu sebesar 0.8304 kg setiap penyulingan. Pada Tabel 3.3 dapat dilihat peningkatan yang didapatkan dengan melakukan efisiensi atau penerapan alternatif 1. Dari hasil perhitungan dampak penerapan alternatif 1 ini, didapatkan bahwa kenaikan output produksi adalah sebesar 56%. Hal ini dikarenakan, berkurangnya waktu proses produksi dimana hanya dibutuhkan waktu 6 jam sehingga hal ini dapat membuat IKM dapat melakukan penyulingan sebanyak 3 kali dalam sehari.
b. Penambahan Jumlah Mesin dan Operator yang Dibutuhkan
Perhitungan jumlah mesin dan operator yang dibutuhkan diawali dengan penetapan waktu standar proses
kerja yang kemudian dilanjutkan dengan perhitungan kapasitas dan jumlah mesin [6]. Waktu standar diperoleh dari pengumpulan data waktu proses kerja sebanyak 30 data. Dan perhitungan untuk jumlah mesin yang dibutuhkan adalah:
Dari perhitungan jumlah mesin, didapatkan bahwa untuk peningkatan produktivitas, IKM sebaiknya menambahkan jumlah mesin sebanyak 2 buah.
Tabel 3.3 Perubahan Hasil Output Produksi
c. Perencanaan Tata Letak IKM
Alternatif perbaikan ini diusulkan untuk dapat mengurangi waste yang terjadi seperti transport. Perbaikan layout dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode prosedural Systematic Layout Planning (SLP) [7]. Diawali dengan membuat diagram ARC, kemudian dilanjutkan dengan pembuatan diagram ARD dan visualisasi SRD [8], tata letak IKM perbaikan adalah sebagai berikut.
Gambar 3.3 Tata Letak IKM Perbaikan
Pengukuran Hasil Penerapan Alternatif Perbaikan Setelah terdapat beberapa alternatif perbaikan sistem kerja yang dapat diusulkan untuk memperbaiki tingkat produktivitas pada IKM, langkah selanjutnya adalah perhitungan jika alternatif perbaikan sistem kerja tersebut diterapkan pada IKM.
a. Perhitungan Hasil Penerapan Alternatif Perbaikan Sistem Kerja 1
produksi yang dapat dicapai apabila alternatif perbaikan sistem kerja 1 diterapkan.
Gambar 3.4 Perbandingan Output Produksi Eksisting dan Perbaikan
b. Perhitungan Hasil Penerapan Alternatif Perbaikan Sistem Kerja 2
Alternatif perbaikan sistem kerja 1 yaitu penambahan jumlah mesin sebanyak 2 buah memberikan peningkatan performansi setiap kriteria produktivitas, serta peningkatan nilai indikator pencapaian dan indeks produktivitas.
Tabel 3.4 Performansi Kriteria Produktivitas Setelah Perbaikan
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Juli 1.72 1.85 11.25 11.25 9.37 9.37 2069.08 2069.08 Agustus 1.14 1.36 11.70 11.70 9.75 9.75 2284.165 2284.165 September 1.08 1.61 11.05 11.89 9.20 11.57 2155.984 2711.113 Oktober 2.48 3.04 10.79 11.89 8.99 11.57 1984.44 2555.558 Nopember 2.23 2.49 10.16 11.89 8.47 11.57 1463.52 2000 Desember 2.28 2.55 8.87 11.89 7.39 11.57 1276.8 2000
Biaya Listrik Material
Bulan Mesin Jam Kerja
Tabel 3.5 Performansi Kriteria Produktivitas Setelah Perbaikan
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1 Juli 435.74 435.74 45.25 45.25
2 Agustus 475.26 475.26 9.07 9.07
3 September 323.01 621.71 -32.04 30.81
4 Oktober 547.78 866.98 69.59 39.45
5 Nopember 382.49 820.51 -30.18 -5.36
6 Desember 305.57 836.67 -20.11 1.97
No Periode Indikator Pencapaian Indeks
c. Perhitungan Hasil Penerapan Alternatif Perbaikan Sistem Kerja 3
Alternatif perbaikan sistem kerja 2 disini merupakan alternatif perencanaan tata letak atau layout IKM yang bertujuam untuk dapat mengurangi tingkat waste dari sisi transport sehingga tingkat produktivitas IKM pun juga meningkat. Jika alternatif 2 ini diterapkan maka terdapat perbaikan yaitu pada value stream mapping IKM. Selain itu, dengan diterapkannya alternatif 2 ini terjadi perubahan pada prosentase jenis aktivitas yang ada pada IKM.
Tabel 3.6 Prosentase Jenis Aktivitas
Operasi Transportasi Inspeksi Storage Delay
Total Waktu (jam) 9.5 0.833 1 1200 0
Prosentase 0.78% 0.069% 0.08% 99.06% 0.00%
Pemilihan Alternatif Perbaikan
Pada pemilihan alternatif perbaikan sistem kerja ini, kedua alternatif diukur nilai manfaat yang diberikan kepada IKM apabila diterapkan. Untuk mengetahui nilai manfaat dari kedua alternatif ini makan digunakan metode perhitungan Benefit Cost Ratio (B/C Ratio atau BCR).
BCR adalah analisis yang digunakan untuk mengevaluasi proyek-proyek sebagai cara praktis untuk menaksir manfaat dari dilaksanakannya suatu proyek.
a. Perhitungan Benefit Cost Ratio Alternatif 1
Berikut merupakan penjabaran masing-masing komponen beserta nilainya dalam rupiah yang ditunjukkan pada Tabel 3.7 hingga Tabel 3.8.
Tabel 3.7 Asumsi yang Digunakan Alternatif 1
MARR / th 6.50%
Output Produksi / th (kg) 59,668 Harga Jual Produk / kg Rp100,000 I (Investasi Awal) : Rp0
Asumsi
Tabel 3.8 Perhitungan B/C Ratio Alternatif 1
Didapatkan nilai BCR dengan penerapan alternatif perbaikan sistem kerja 1 adalah sebesar 17.82. Dikarenakan nilai BCR > 1, maka solusi yg ditawarkan tergolong baik dan arti dari nilai BCR = 17.82 adalah setiap Rp 1 biaya yg dikeluarkan, akan mendapat keuntungan sebesar 17.82 b. Perhitungan Benefit Cost Ratio Alternatif 2
Berikut merupakan penjabaran masing-masing komponen beserta nilainya dalam rupiah yang ditunjukkan pada Tabel 3.9 hingga Tabel 3.10.
Tabel 3.9 Asumsi yang Digunakan Alternatif 2
MARR / th 6.50%
Output Produksi / th (kg) 47,101 Harga Jual Produk / kg Rp100,000 I (Investasi Awal) : 2 mesin penyuling Rp100,000,000
Asumsi
Tabel 3.10 Perhitungan B/C Ratio Alternatif 2
c. Perhitungan Benefit Cost Ratio Alternatif 3
Berikut merupakan penjabaran masing-masing komponen beserta nilainya dalam rupiah yang ditunjukkan pada Tabel 3.11 hingga Tabel 3.12.
Tabel 3.11 Asumsi yang Digunakan Alternatif 3
MARR / th 6.50%
Output Produksi / th (kg) 38,284 Harga Jual Produk / kg Rp100,000 I (Investasi Awal) : layout baru Rp50,000,000
Asumsi
Tabel 3.12 Perhitungan B/C Ratio Alternatif 3
Nilai BCR yang didapat dengan penerapan alternatif perbaikan sistem kerja 3 adalah sebesar 4.95. Dikarenakan nilai BCR > 1, maka solusi yg ditawarkan tergolong baik dan arti dari nilai BCR = 4.95 adalah setiap Rp 1 biaya yg dikeluarkan, akan mendapat keuntungan sebesar 4.95.
Setelah nilai BCR ketiga alternatif diperoleh, langkah selanjutnya adalah pemilihan alternatif terbaik untuk diterapkan pada IKM Minyak Atsiri (UD. Anugerah). Dari perhitungan BCR, didapatkan nilai BCR pada alternatif 1 sebesar 17.82, alternatif 2 sebesar 12.86 dan pada alternatif 3 sebesar 4.95. Dengan demikian, diketahui bahwa alternatif perbaikan sistem kerja 1 memberikan nilai manfaat paling besar pada IKM dimana produktivitas dan output produksi dapat meningkat. Alternatif 1 dapat memberikan nilai manfaat yang lebih besar dikarenakan dengan melakukan efisiensi yaitu improvement pada proses produksi (penggunaan tekanan yang meningkat bertahap), produktivitas IKM pun ikut meningkat diiringi dengan meningkatnya hasil atau output produksi. Oleh karena itu, maka alternatif perbaikan sistem kerja yang terpilih untuk diterapkan adalah alternatif perbaikan sistem kerja 1 yaitu efisiensi proses penyulingan
Dampak Penerapan Alternatif Perbaikan Terpilih Sebelum melihat dampak penerapan alternatif perbaikan sistem kerja pada beberapa IKM Minyak Atsiri di Wonosalam, Jombang, maka perlu ditinjau terlebih dahulu kondisi eksisting nilai produksi IKM jika IKM melakukan ekspor.
Tabel 3.13 Peranan IKM Minyak Atsiri Eksisting terhadap Ekspor Indonesia
Dengan adanya penerapan alternatif perbaikan sistem kerja terpilih yaitu melakukan efisiensi pada proses penyulingan, maka produktivitas IKM akan meningkat yang diiringi dengan meningkatnya output produksi.
Nilai Ekspor
IKM Eksisting
1%
Nilai Ekspor Minyak Atsiri
Seluruh Indonesia
100%
Peranan IKM Minyak Atsiri Wonosalam Eksisting
Gambar 3.5 Prosentase Peranan IKM Eksisting terhadap Ekspor Indonesia
Berdasarkan perhitungan dengan efisiensi proses penyulingan yang dapat meningkatkan output produksi sebesar 56%, IKM akan menghasilkan minyak atsiri cengkeh sebanyak 59.668 kg selama 6 bulan produksi. Apabila ini dapat diterapkan pada IKM amatan, maka IKM Minyak Atsiri ini dapat melakukan ekspor ke luar negeri. Pada Tabel 5.10 dan Gambar 5.6 dapat dilihat nilai peranan IKM Minyak Atsiri setelah diperbaiki dengan menggunakan alternatif perbaikan sistem kerja 1.
Tabel 3.14 Peranan IKM Minyak Atsiri Setelah Perbaikan terhadap Ekspor Indonesia
Dapat dilihat pada Gambar 5.6, bahwa IKM Minyak Atsiri yang berada di Wonosalam, Jombang memiliki peranan dalam mendukung nilai ekspor minyak atsiri Indonesia sebesar 2%. Hal ini tentu saja harus diperhatikan lebih lanjut oleh pihak-pihak yang terkait agar ke depannya Indonesia tidak kehilangan kesempatan untuk melakukan ekspor dalam jumlah yang besar. Selain itu, potensi sebesar 2% tersebut dirasa masih dapat dikembangkan lagi apabila pemerintah dan pihak-pihak yang concern terhadap dunia minyak atsiri mau bekerja lebih keras untuk meningkatkan produktivitas di skal Industri Kecil dan Menengah.
Nilai Ekspor Peranan
IKM 2%
Nilai Ekspor Minyak
Atsiri Seluruh Indonesia
100% Peranan IKM Minyak Atsiri Setelah
Perbaikan
IV. KESIMPULAN/RINGKASAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini antara lain yaitu:
1. Waste yang terdapat pada IKM Minyak Atsiri (UD. Anugerah) yaitu waiting, transportation, motion, dan unnecessary inventory. Dari evaluasi dengan tools VALSAT, ditemukan bahwa proses penyulingan minyak atsiri sebagian besar aktivitasnya yaitu sebesar 99.41% digunakan untuk non-value adding activity yaitu jenis aktivitas storage. Jenis aktivitas ini tidak dapat dihilangkan begitu saja dari proses produksi. Oleh karena itu, perbaikan untuk mengurangi waste difokuskan pada jenis waste transportation sehingga dapat mengurangi waktu proses kerja.
2. Produktivitas pada IKM Minyak Atsiri (UD. Anugerah) dihitung berdasarkan kriteria produktivitas antara lain yaitu meliputi kriteria penggunaan bahan baku, penggunaan mesin, penggunaan jam kerja operator, dan penggunaan listrik. Nilai produktivitas pada IKM Minyak Atsiri (UD. Anugerah) memiliki nilai yang tidak stabil dikarenakan oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi ketidakstabilan produktivitas IKM antara lain seperti ketersediaan bahan baku, harga jual minyak atsiri, dan harga beli daun cengkeh. Faktor internal yang dapat mempengaruhi produktivitas IKM adalah sistem kerja pada IKM itu sendiri. Nilai produktivitas yang tidak stabil ini dapat diatasi dengan memperbaiki faktor internal yaitu sistem kerja.
3. Dari hasil perhitungan produktivitas dengan metode OMAX, berturut-turut nilai pencapaian indikator IKM Minyak Atsiri (UD. Anugerah) mulai bulan Juli hingga Desember 2012 adalah 435.75, 475.26, 323.01, 547.78, 382.49, dan 305.57. Sedangkan untuk nilai indeks produktivitas IKM Minyak Atsiri (UD. Anugerah) berturut-turut mulai bulan Juli hingga Desember 2012 adalah 45.25, 9.07, -32.04, 69.59, -30.18, dan -20.11. 4. Dengan memperbaiki sistem kerja, nilai produktivitas
IKM Minyak Atsiri (UD. Anugerah) dapat meningkat. Peningkatan untuk indikator pencapaian mulai bulan Juli hingga Desember 2012 jika IKM Minyak Atsiri (UD. Anugerah) menerapkan alternatif perbaikan sistem kerja 2 adalah 325.74, 475.26, 621.71, 866.98, 820.51, dan 836.67. Untuk nilai indeks produktivitas setelah perbaikan sistem kerja mulai bulan Juli hingga Desember 2012 adalah 45.25, 9.07, 30.81, 39.45, -5.36, dan 1.97. Dengan penerapan alternatif perbaikan sistem kerja, didapatkan bahwa nilai produktivitas IKM Minyak Atsiri (UD. Anugerah) dapat meningkat dan menjadi lebih stabil.
5. Rekomendasi perbaikan yang dapat diberikan pada IKM Minyak Atsiri (UD. Anugerah) adalah melakukan efisiensi pada proses penyulingan (improvement proses penyulingan dengan menggunakan peningkatan tekanan bertahap saat penyulingan). Dengan adanya penerapan alternatif ini, nilai output produksi IKM Minyak Atsiri (UD. Anugerah) dapat mencapai 59.668 kg minyak atsiri selama 6 bulan produksi. Hal ini juga dapat digambarkan bahwa terjadi peningkatan output produksi sebesar 56% dari kondisi semula. Selain itu,
dengan penerapan alternatif perbaikan sistem kerja ini, IKM akan mendapat nilai manfaat sebesar 17.82. Dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan alternatif perbaikan sistem kerja ini, nilai output produksi IKM dapat meningkat begitu pula dengan tingkat produktivitas IKM yang meningkat dan memiliki nilai konstan atau stabil. Dengan demikian, IKM Minyak Atsiri (UD. Anugerah) dapat melakukan ekspor ke luar negeri tanpa terkendala minimal kuantitas ekspor dan dapat meningkatkan profit usaha yang dijalankan
.
V. DAFTAR PUSTAKA
[1] Ditjen-Ikm. (2012). Program Kerja Ditjen Industri Kecil Dan Menengah Tahun 2012 [Online]. Available:
Http://Www.Google.Co.Id/Url?Sa=T&Rct=J&Q= &Esrc=S&Source=Web&Cd=1&Ved=0cbwqfjaa &Url=Http%3a%2f%2fwww.Kemenperin.Go.Id% 2fdownload%2f415%2fprogram-Kerja-Ditjen-
Ikm-Tahun-2012&Ei=Kfogukyad4rtrqerlyggag&Usg=Afqjcne
xzm-Ukkfohxpy7-Msq5qdtg346g&Sig2=Uqduxa5pzn2xoq8jz-Msug
[Accessed 14 November 2012].
[2] Economywatch. (2010). Indonesia Economic Structure
[Online]. Available:
Http://Www.Economywatch.Com/World_Econom y/Indonesia/Structure-Of-Economy.Html
[Accessed 28 Oktober 2012].
[3] Hines, P. & Rich, N. (1997). The Seven Value Stream Mapping Tools. International Journal of Operations & Production Management, Vol. 17 Iss: 1, pp.46 – 64
[4] Summanth, D.J. (1985). Productivity Engineering and Management. New York: McGraw-Hill.
[5] Widiahtuti, I. (2008). Efisiensi Energi dan Uji Kinerja Prototipe Alat Penyulingan Minyak Nilam. Institut Pertanian Bogor. [Online]. Available:
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/12345 6789/13419/F08iwi.pdf?sequence=2 [Accesed 25 Januari 2013].
[6] Wignjosoebroto, S. (2000). Ergonomi Studi Gerak Dan Waktu: Teknik Analisis Untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Jakarta: PT Guna Widya. [7] Heragu, S. (2006). Facilities Design (Second Edition),
New York : iUniverse, Inc.