• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH INDIVIDU PENTINGNYA ETIKA POLITI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH INDIVIDU PENTINGNYA ETIKA POLITI"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH FILSAFAT ILMU

“PENTINGNYA ETIKA POLITIK DALAM PELAKSANAAN SISTEM POLITIK DI

INDONESIA”

OLEH :

DEWI RIZKY RACHMAWATI (071211133032)

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

(2)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini ,

Nama : Dewi Rizky Rachmawat

NIM : 071211133032

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politk

Mata Kuliah : Filsafat Ilmu

Dengan ini menyatakan bahwa makalah yang saya buat ini tdak ada unsur plagiat.

Surabaya, 18 Mei 2013

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt saya panjatkan karena atas berkat rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pentngnya Etka Politk dalam Pelaksanaan Sistem Politk di Indonesia ini guna melengkapi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu yang merupakan salah satu mata kuliah wajib bagi para mahasiswa dan mahasiswi khususnya pada program studi S1 Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politk Universitas Airlangga.

Ucapan terima kasih saya sampaikan pula kepada Yth. Bapak H. Mohammad Adib selaku dosen mata kuliah Filsafat Ilmu, kepada teman-teman program studi Ilmu Administrasi Negara, kepada kedua orang tua saya, serta kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pengerjaan makalah ini.

Saya menyadari bahwa makalah yang saya susun sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritk dan saran sangat penulis harapkan demi langkah penulis lebih lanjut. Atau penyempurnaan pada karya selanjutnya. Tak lupa kata maaf terucap dari saya apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan kata dalam makalah ini.

Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam proses belajar mengajar di Universitas Airlangga. Akhir kata saya sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak. Sekian dan terima kasih.

Surabaya, 18 Mei 2013

(4)

DAFTAR ISI

Surat Penyataan ………. 1

Kata Pengantar ……… 2

Daftar Isi ……….. 3

Abstrak ………. 4

Bab I Pendahuluan ……… 5

1. Latar Belakang ……….. 5

2. Rumusan Masalah ……….. 6

3. Tujuan ………. 6

Bab II Pembahasan ………. 7

1. Pengertan Filsafat ……… 7

2. Pengertan Etka ………. 9

3. Relevansi antara Filsafat dengan Etka ……….. 10

4. Pengertan Sistem Politk ..……….. 11

5. Pengertan Etka Politk ………. 12

6. Manfaat Etka Politk bagi pejabat dalam pelaksanaan Sistem Politk Indonesia …. 12 7. Dampak dari terjadinya kemerosotan Etka Politk dalam pelaksanaan Sistem Politk Indonesia ……… 15

Bab III Penutup ……… 18

1. Kesimpulan ……….. 18

2. Saran ……… 18

Lampiran ……… 20

Daftar Pustaka ……… 23

Kata-kata Sulit ……… 24

Pertanyaan dan Jawaban ……….. 24

(5)

Di era reformasi ini banyak terjadi kemerosotan etka termasuk etka politk dalam pelaksanaan sistem politk di Indonesia. Kemunduran etka politk ini salah satunya ditandai dengan menonjolnya sikap pragmatsme dalam perilaku politk yang hanya mementngkan kelompoknya saja. Maka dari itu, perlunya etka politk ini sangat pentng. Ada beberapa manfaat etka politk bagi para pejabat. Pertama, etka diperlukan dalam hubungannya dengan relasi antara politk dan kekuasaan. Kedua, etka politk bertujuan untuk memberdayakan mekanisme kontrol masyarakat terhadap pengambilan kebijakan para pejabat agar tdak menyalahi etka.Ketga, para pejabat dapat bertanggung jawab atas berbagai keputusan yang dibuatnya baik selama ia menduduki posisi tertentu maupun setelah meninggalkan jabatannya. Akibat dari keterpurukan etka yang sudah menyatu dengan pentas perpolitkan, sehingga masyarakat terkadang menilai politk itu kotor, politk itu memanipulasi kekuasaan, politk itu rekayasa kebaikan, politk itu praktek pembodohan. Anggapan sepert ini sering keluar dari mulut masyarakat yang sudah muak melihat atmosfir politk.

BAB I

(6)

1. LATAR BELAKANG

Filosof Immanuel Kant pernah menyindir, ada dua watak binatang terselip di setap insan politk: merpat dan ular. Politsi memiliki watak merpat yang lembut dan penuh kemuliaan dalam memperjuangkan idealisme. Tetapi, ia juga punya watak ular yang licik dan jahat, serta selalu berupaya untuk memangsa merpat. Celakanya, yang sering menonjol adalah “sisi ular” ketmbang watak “merpat”-nya. Metafora sang filosof yang normatf dan simbolik itu sudah menjadi pengetahuan umum, ketka berbicara soal etka politk. Bahkan ekstmitas watak poltsi pun diasosiasikan dengan “watak binatang”. Etka, atau filsafat moral (Telchman, 1998) mempunyai tujuan menerangkan kebaikan dan kejahatan. Etka politk dengan demikian, memiliki tujuan menjelaskan mana tngkah laku politk yang baik dan sebaliknya.

Ketdakjelasan secara ets berbagai tndakan politk di negeri ini membuat keadaban publik saat ini mengalami kehancuran. Fungsi pelindung rakyat tdak berjalan sesuai komitmen. Keadaban publik yang hancur inilah yang seringkali merusak wajah hukum, budaya, pendidikan, dan agama. Rusaknya sendi-sendi ini membuat wajah masa depan bangsa ini kabur. Sebuah kekaburan yang disebabkan kerena etka tdak dijadikan acuan dalam kehidupan politk.

Publik hanya disuguhi hal yang menyenangkan dan bersifat indrawi belaka. Artnya hanya diberi harapan tanpa realisasi. Inilah yang membuat publik terajari agar menerapkan orientasi hidup untuk mencari gampangnya saja. Keadaban kita sungguh-sungguh kehilangan daya untuk memperbarui dirinya. Etka politk yang berpijak pada Pancasila hancur karena politk identk dengan uang. Uang menjadi penentu segala-galanya dalam ruang publik.

Di masa reformasi yang serba boleh ini, kemunduran etka politk para elite dalam setap jejak perjalanannya membuat kita menjadi “miris”. Kemunduran etka politk para elite ini salah satunya ditandai dengan menonjolnya sikap pragmatsme dalam perilaku politk yang hanya mementngkan kelompoknya saja. Kepentngan bangsa, menurut mereka bisa dibangun hanya melalui kelompoknya.

(7)

yang dijauhi. Sebagai masyarakat yang modern, untuk mengetahui pentngnya etka dalam pelaksanaan sistem politk di Indonesia adalah perlu.

2. RUMUSAN MASALAH

 Apa yang dimaksud dengan pengertan Filsafat?

 Apa yang dimaksud dengan pengertan Etka?  Apa relevansi Filsafat dengan Etka?

 Apa yang dimaksud dengan pengertan Sistem Politk?

 Apa yang dimaksud Etka Politk?

 Apa saja manfaat Etka Politk bagi pejabat dalam pelaksanaan Sistem Politk Indonesia?

 Apa saja dampak dari terjadinya kemerosotan Etka Politk dalam pelaksanaan Sistem Politk Indonesia?

3. TUJUAN

 Untuk mengetahui pengertan dari Filsafat

 Untuk mengetahui pengertan dari Etka

 Untuk mengetahui relevansi antara Filsafat dengan Etka

 Untuk mengetahui pengertan dari Sistem Politk

 Untuk mengetahui pengertan dari Etka Politk

 Untuk mengetahui manfaat Etka Politk bagi pejabat dalam pelaksanaan Sistem Politk Indonesia

 Untuk mengetahui dampak dari terjadinya kemerosotan Etka Politk dalam pelaksanaan Sistem Politk Indonesia

BAB II PEMBAHASAN

(8)

Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani dan berart “cinta akan hikmat” atau “cinta akan pengetahuan”. Seorang filsuf adalah seorang pecinta, pencari (philos) hikmat atau pengetahuan (sophia). Kata philosophos diciptakan untuk menekankan sesuatu. Pemikir-pemikir Yunani sepert Pythagoras (582-496 SM) dan Plato (428-348 SM) mengejek para sofis (sophists) yang berpendapat bahwa mereka tahu jawaban untuk semua pertanyaan. Kata Pythagoras, “hanya Tuhan mempunyai hikmat yang sungguh-sungguh. Manusia harus puas dengan tugasnya di dunia ini, yaitu ‘mencari hikmat’, ‘mencintai pengetahuan’ ”.

Filsafat secara etmologi, yang dalam bahasa Arab dikenal dengan istlah falsafah dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istlah Philosophy adalah berasal dari bahasa Yunani yakni philosophia. Kata philosophia terdiri dari kata philein yang berart cinta (love) dan Sophia yang berart kebijaksanaan (wisdom). Sehingga pengertan etmologis dari istlah filsafat berart cinta kebijaksanaan atau love of wisdom dalam art sedalam-dalamnya.

Pengertan terminologis merupakan uraian yang menjelaskan berdasarkan batasan-batasan definisi yang disusun oleh sejumlah filsuf dan ahli filsafat. pengertan terminologis tentang filsafat adalah (i) upaya spekulatf untuk menyajikan suatu pandangan sistematk dan lengkap tentang seluruh realitas; (ii) upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar secara nyata; (iii) upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuannya: sumbernya, hakikatnya, keabsahannya, dan nilainya; (iv) penyelidikan krits atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh berbagai bidang ilmu pengetahuan; (v) disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu kita melihat apa yang kita katakana dan untuk mengatakan apa yang kita lihat.

(9)

pengetahuan yang di dalamnya tercakup masalah epistemology (filsafat pengetahuan) yang menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui.

Menurut Harold H. Titus, mengemukakan pengertan filsafat dalam art sempit dan dalam art luas. Dalam art sempit, filsafat diartkan sebagai ilmu yang berhubungan dengan metode logis atau analisi logika bahasa dan makna-makna. Filsafat diartkan sebagai “science of science”, dengan tugas utamanya memberikan analisi krits terhadap asumsi-asumsi dan konsep-konsep ilmu, dan mensistematsasikan pengetahuan. Dalam art luas, filsafat mencoba mengintegrasikan pengetahuan manusia dari berbagai pengalaman manusia yang berbeda-beda dan menjadikan suatu pandangan yang komprehensif tentang alam semesta, hidup dan makna hidup.

Ibnu Sina berpendapat bahwa filsafat adalah pengetahuan otonom yang perlu ditmba oleh manusia sebab ia dikaruniai akal oleh Allah. Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang mengenai segala sesuatu dengan memandang sebab-sebab terdalam, tercapai dengan budi murni.

Kegunaan filsafat dibagi dua yakni secara umum dan secara khusus. Kegunaan secara umum dimaksudkan manfaat yang dapat diambil oleh orang yang belajar filsafat dengan mendalam sehingga mampu memecahkan masalah-masalah secara krits tentang segala sesuatu. Kegunaan secara khusus dimaksudkan untuk memecahkan suatu objek di Indonesia. Jadi, khusus diartkan terikat oleh ruang dan waktu, umum dimaksudkan tdak terikat oleh ruang dan waktu.

Cabang-cabang ilmu filsafat antara lain epistemologi, metafisika, logika, etka dan estetka.

2. PENGERTIAN ETIKA

(10)

akhlak, watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bentuk jamak (ta etha) artnya adalah adat kebiasaan. Dan art terakhir inilah yang menjadi latar belakang bagi terbentuknya istlah “etka” yang oleh filsuf Yunani besar Aristoteles (384-322 SM) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, jika kita membatasi diri pada asal-usul kata ini, maka “etka” berert ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.

Dalam bahasa Yunani, etka berart ethikos mengandung art penggunaan, karakter, kebiasaan, kecenderungan dan sikap yang mengandung analisis konsep-konsep sepert harus, mest, benar-salah, mengandung pencarian ke dalam watak moralitas atau tndakan-tndakan moral, serta mengandung pencarian kehidupan yang baik secara moral.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang lama (Poerwadarminta, 1953) “etka” dijelaskan sebagai ilmua pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Jika kita melihat Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan Kebudayaan, 1988) etka dijelaskan dengan membedakan tga art : 1) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk tentang hak dan kewajiban moral (akhlak); 2) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; 3) nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Dalam bahasa Inggris, etka disebut ethic (singular) yang berart a system of moral principles or rules of behaviour , atau suatu sistem, prinsip moral, aturan atau cara berperilaku. Jika Ethics yang dimaksud singular berart suatu cabang filsafat yang memberikan batasan prinsip-prinsip moral. Jika ethics yang dimaksud plural (jamak) berart prinsip-prinsip moral yang dipengaruhi oleh perilaku pribadi.

3. RELEVANSI FILSAFAT DENGAN ETIKA

(11)

bertndak. Etka menolong manusia untuk mengambil sikap terhadap semua norma dari luar dan dari dalam, supaya mannusia mencapai kesadaran moral yang otonom.

Sepanjang sejarah filsafat diberikan petunjuk-petunjuk ets, pedoman-pedoman untuk hidup lebih berbahagia. Plato dan Aristoteles sudah menyusun suatu etka. Etka menyelidiki dasar semua norma moral.

Dalam etka biasanya dibedakan antara etka deskriptf dan etka normatf. Etka deskriptf member gambaran dari gejala kesadaran moral (suara batn), dari norma-norma dan konsep-konsep ets. Etka normatf tdak berbicara lagi tentang gejala-gejala, melainkan tentang apa yang sebenarnya harus merupakan tndakan kita. Dalam etka normatf, norma-norma dinilai dan sikap manusia ditentukan.

Etka sebagai salah satu cabang filsafat. Etka adalah refleksi ilmiah tentang tngkah laku manusia dari sudut norma-norma atau dari sudut baik dan buruk. Dalam konteks filsafat Yunani kuno, etka sudah terbentuk dengan kematangan yang mengagumkan. Etka sebagai filsafat ia merupakan suatu ilmu empiris. Sedangkan yang disebut ilmu empiris artnya ilmu yang didasarkan pada fakta dan dalam pembicaraannya tdak pernah meninggalkan fakta.

Filsafat dipraktekkan cara berpikir yang berbeda-beda, namun selalu berlaku bahwa pemikirannya dijalankan dengan cara non-empiris artnya dengan tdak membatasi diri pada pengalaman inderawi. Cirri khas filsafat itu dengan jelas tampak juga pada etka. Etka pun tdak berhent pada yang konkret, pada yang secara factual dilakukan, tapi ia bertanya tentang yang harus dilakukan atau tdak boleh dilakukan, tentang yang baik atau yang buruk untuk dilakukan. Mengenai masalah korupsi misalnya, dapat kita Tanya bagaimana fungsinya dalam masyarakat: apakah banyak dilakukan, golongan mana yang terutama terlibat, alasan mengapa korupsi dipraktekkan, sebab mengapa korupsi begitu sulit diberantas, dan sebagainya. Etka menyibukkan diri dengan segi normatf atau evaluatf, yakni apakah korupsi dapat dibenarkan atau tdak, bagaimana argumentasi dari mereka yang mendukung dan mereka yang menolak korupsi, apakah argumen mereka bias dipertahankan. Tentu saja sebelumnya etka harus menyelidiki terlebih dahulu apa yang persisnya dimaksudkan dengan korupsi.

(12)

Sistem adalah suatu kesatuan yang terbentuk dari beberapa unsur (elemen). Unsur, Komponen, Atau bagian yang banyak ini satu sama lain berada dalam keterkaitan yang saling kait mengait dan fungsional. Sistem dapat diartkan pula sebagai suatu yang lebih tnggi dari pada sekedar merupakan cara, tata, rencana, skema, prosedur atau metode.

Politk berasal dari kata “polis” (negara kota), yang kemudian berkembang menjadi kata dan pengertan dalam barbagai bahasa. Aristoteles dalam Politcs mengatakan bahwa “pengamatan pertama – tama menunjukan kepada kita bahwa setap polis atau negara tdak lain adalah semacam asosiasi.

Istlah politk dalam ketatanegaraan berkaitan dengan tata cara pemerintahan, dasar dasar pemerintahan, ataupun dalam hal kekuasaan Negara. Politk pada dasarnya menyangkut tujuan-tujuan masyarakat, bukan tujuan pribadi. Politk biasanya menyangkut kegiatan partai politk, tentara dan organisasi kemasyarakatan.

Dapat disimpulkan bahwa politk adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka proses pembuatan kebijakan dan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang tnggal dalam suatu wilayah tertentu.

Sistem Politk adalah berbagai macam kegiatan dan proses dari struktur dan fungsi yang bekerja dalam suatu unit atau kesatuan (masyarakat/negara).

Menurut David Easton, sistem politk adalah interaksi yang abstraksi dari seluruh tngkah laku sosial sehingga nilai-nilai tersebut diabadikan secara otoritas kepada masyarakat.

Menurut Drs. Sukarno, sistem politk adalah sekumpulan pendapat, prinsip, yang membentuk satu kesatuan yang berhubungan satu sama lain untuk mengatur pemerintahan serta melaksanakan dan mempertahankan kekuasaan dengan cara mengatur individu atau kelompok individu satu sama lain atau dengan Negara dan hubungan Negara dengan Negara.

Menurut Rusadi Kartaprawira adalah Mekanisme atau cara kerja seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politk yang berhubungan satu sama lain dan menunjukkan suatu proses yang langgeng.

Menurut Almond, Sistem Politk adalah interaksi yang terjadi dalam masyarakat yang merdeka yang menjalankan fungsi integrasi dan adaptasi.

(13)

Dapat disimpulkan bahwa sistem politk adalah mekanisme seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politk dalam hubungan satu sama lain yanh menunjukan suatu proses yang langsung memandang dimensi waktu (melampaui masa kini dan masa yang akan datang).

5. PENGERTIAN ETIKA POLITIK

Etka Politk terdiri dari dua kata yaitu Etka dan Politk. Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berart "tmbul dari kebiasaan") adalah sebuah sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Sedangkan Politk adalah proses pembagian kekuasaan yang melibatkan interaksi antara pemerintah dan/atau masyarakat dalam rangka proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat untuk kebaikan bersama masyarakat yang tnggal dalam suatu wilayah tertentu. Jadi etka politk adalah nilai-nilai azas moral yang disepakat bersama baik pemerintah dan/atau masyarakat untuk dijalankan dalam proses pembagian kekuasaan dan pelaksanaan keputusan yamg mengikat untuk kebaikan bersama.

6. MANFAAT ETIKA POLITIK BAGI PEJABAT DALAM PELAKSANAAN SISTEM POLITIK INDONESIA

Sebagai salah satu cabang etka, khususnya etka politk termasuk dalam lingkungan filsafat. Filsafat yang langsung mempertanyakan praksis manusia adalah etka. Etka mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia. Ada bebagai bidang etka khusus, sepert etka individu, etka sosial, etka keluarga, etka profesi, dan etka pendidikan.dalam hal ini termasuk setka politk yang berkenaan dengan dimensi polits kehidupan manusia.

Etka berkaitan dengan norma moral, yaitu norma untuk mengukur betulsalahnya tndakan manusia sebagai manusia. Dengan demikian, etka politk mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia sebagai manusia dan bukan hanya sebagai warga Negara terhadap Negara, hukum yang berlaku dan lain sebagainya.

(14)

bertanggung jawab. Jadi, tdak berdasarkan emosi, prasangka dan apriori, melainkan secara rasional objektf dan argumentatve. Etka politk tdak langsung mencampuri politk prakts. Tugas etka politk membantu agar pembahasan masalah-masalah idiologis dapat dijalankan secara obyektf.

Hukum dan kekuasaan Negara merupakan pembahasan utama etka politk. Hukum sebagai lembaga penata masyarakat yang normatf, kekuasaan Negara sebagai lembaga penata masyarakat yang efektf sesuai dengan struktur ganda kemampuan manusia (makhluk individu dan sosial). Jadi etka politk membahas hokum dan kekuasaan. Prinsip-prinsip etka politk yang menjadi ttk acuan orientasi moral bagi suatu Negara adalah adanya cita-cita The Rule Of Law, partsipasi demokrats masyarakat, jaminan ham menurut kekhasan paham kemanusiaan dan sturktur kebudayaan masyarakat masing-masing dan keadaan sosial.

Ada beberapa manfaat etka politk bagi para pejabat. Pertama, etka diperlukan dalam hubungannya dengan relasi antara politk dan kekuasaan. Karena kekuasaan cenderung disalahgunakan maka etka sebagai prinsip normatf/etka normatf (bukan metaetka) sangat diperlukan. Etka di sini ada sebagai sebuah keharusan ontologis. Dengan memahami etka politk, para pejabat tdak akan menyalahgunakan kekuasaannya. Dengan demikian kebijakan pembabatan kopi sepert yang pernah terjadi di kabupaten Manggarai tdak akan terjadi. Hal ini menunjukkan pemerintah tdak menyadari bahwa mereka adalah representan rayat, karenanya mereka mest melayani dan memperhatkan kesejahteraan rakyat, bukan membunuh rakyat dengan mencaplok dan mengambil lapangan pekerjaan utama sebagai sumber hidup mereka.

Kedua, etka politk bertujuan untuk memberdayakan mekanisme kontrol masyarakat terhadap pengambilan kebijakan para pejabat agar tdak menyalahi etka. Masyarakat sebagai yang memiliki negara tdak bisa melepaskan diri dalam mengurus negara. Masyarakat mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan para pejabat, namun dalam tataran tertentu keduanya berbeda.

(15)

menghentkan pengambilan keputusan yang dapat merugikan warga walaupun keputusan tersebut dianggap benar oleh para pejabat.

Mekanisme kontrol tersebut sangat pentng agar para pejabat tdak mengambil kebijakan yang merugikan masyarakat. Masih hangat dalam ingatan kita tentang rencana tambang emas di Lembata. Masyarakat yang terancam akan teralienasi dari berbagai aspek kehidupannya memrotes dan menolak rencana tersebut. Tindakan masyarakat tersebut dilihat sebagai cara masyarakat mengontrol kebijakan yang diambil pemerintah.

Ketga, para pejabat dapat bertanggung jawab atas berbagai keputusan yang dibuatnya baik selama ia menduduki posisi tertentu maupun setelah meninggalkan jabatannya. Para pejabat bekerja dalam lingkup organisasional, oleh karena itu segala kebijakan yang diambil mest berdasarkan kesepakatan bersama. Namun, mereka tdak dapat melarikan diri dari tanggung jawabnya sebagai seorang pribadi atas sebuah keputusan. Tanggung jawab pribadi tdak hanya berlaku saat ia memegang jabatan publik tertentu, tetapi juga terus berlanjut ketka ia berada pada free positon.

Tanggung jawab pribadi juga dapat mendukung akuntabilitas bagi keputusan yang kurang dapat dianggap berasal dari pejabat-pejabat yang baru. Karena tanggung jawab pribadi melekat pada pribadi dan bukan pada kolektvitas, maka tanggung jawab tersebut selalu melekat dan mengikut pejabat ke mana pun ia pergi. Kita dapat menelusurinya setap waktu juga pada saat ia tdak sedang memegang suatu jabatan publik tertentu.

Etka politk menolak segala kecenderungan yang terus berkembang terutama yang menyangkal tanggung jawab pribadi dan kecenderungan komplementer yang mempertalikannya dengan berbagai jenis kolektvitas.

7. DAMPAK DARI TERJADINYA KEMEROSOTAN ETIKA POLITIK DALAM PELAKSANAAN SISTEM POLITIK INDONESIA

(16)

Setap manusia memiliki hat nurani yang menjadi penyaring sebelum melakukan tndakan. Naluri inilah yang menjadi pengontrol untuk melakukan perbuatan yang baik. Tindakan pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua yakni baik atau buruk. Dalam pengelompokkan tersebut memberikan batasan bagi setap manusia agar tdak melakukan apa yang ingin dilakukan melainkan tndakan itu harus disesuaikan dengan norma-norma yang berlaku.

Persoalan etka merupakan hal yang sangat vital dalam interaksi sosial karena setap perbuatan manusia menimbulkan dampak sesuai dengan apa yang dilakukan. Perbuatan yang baik menghasilkan dampak yang baik, begitupun sebaliknya. Meskipun dalam kenyataan dilapangan, khususnya ranah politk, terkadang perbuatan yang baik berdampak buruk dan perbuatan yang buruk berdampak baik. Hal ini terjadi karena pemahaman ‘menghalalkan segala cara’ menghiasi pentas perpolitkan di Indonesia.

Dinamika politk kebangsaan baik politk lokal maupun politk nasional hampir melupakan nilai-nilai fundamental masyarakat Indonesia. Padahal Indonesia merupakan negara hukum, negara religius, dan negara yang memiliki keanekaragaman adat dan budaya.

Keterkaitan etka dan politk sangat erat karena politk tanpa etka tentunya akan melahirkan dampak negatve yang tersistemats. Perlu kita cermat fakta yang terjadi dilapangan bahwa beberapa kasus politk disebabkan oleh hilangnya ruh etka pada diri seorang politsi. Keterpurukan etka inilah menyebabkan maraknya kercurangan sepert politk uang, kampanye negatF, pembohongan masyarakat, janji kepalsuan dan perang kata-kata.

(17)

Merosotnya etka para aktor politk membuat masyarakat Indonesia gelisah dalam menggapai kemakmuran dan kesejahteraan sesuai dengan apa yang dicita-citakan oleh para pendiri republik. Pelaku politk cenderung hanya berbicara kepentngan prakts. Padahal dalam setap ruang dan waktu terdapat batasan perilaku manusia yang dirumuskan dalam sebuah tata nilai berkehidupan.

Penanaman etkalah yang perlu diindahkan oleh semua pelaku politk tanpa terkecuali. Biar bagaimanapun juga, praktek politk tdak akan pernah mencapai posisi ideal jika melupakan prinsip-prinsip etka. Etkalah yang akan mengarahkan kearah yang lebih baik karena etka akan berperan sebagai pengendali setap gerak langkah.

Sebenarnya etka dalam politk tdak susah untuk diaplikasikan. Penulispun meyakini bahwa sebenarnya para pelaku politk sadar bahwa praktek kecurangan yang dilakukan itu tdak dibenarkan. Hanya saja karena hal ideal ini diperhadapkan dengan kesenangan pragmats yang justru menghancurkan rumusan nilai yang sudah dibangun puluhan tahun yang lalu.

Akibat dari keterpurukan etka yang sudah menyatu dengan pentas perpolitkan, sehingga masyarakat terkadang menilai politk itu kotor, politk itu memanipulasi kekuasaan, politk itu rekayasa kebaikan, politk itu praktek pembodohan. Anggapan sepert ini sering keluar dari mulut masyarakat yang sudah muak melihat atmosfir politk.

Penafsiran politk itu baik atau buruk sangat tergantung pada aktor (pelaku) politk itu sendiri. Akan mengarah ke hal yang positf jika pelakunya memiliki kesadaran akan sebuah prinsip moral dan mengarah ke hal negatve jika mengabaikan prinsip tersebut. Pada dasarnya politsilah yang memiliki peran pentng dalam mengendalikan praktek politk itu sendiri.

(18)

dilakukan oleh politsi. Dengan demkian, perlu ada kontrol sosial agar keterpurukan tdak semakin merajalela.

BAB III

PENUTUP

(19)

Ada beberapa manfaat etka politk bagi para pejabat. Pertama, etka diperlukan dalam hubungannya dengan relasi antara politk dan kekuasaan. Kedua, etka politk bertujuan untuk memberdayakan mekanisme kontrol masyarakat terhadap pengambilan kebijakan para pejabat agar tdak menyalahi etka.Ketga, para pejabat dapat bertanggung jawab atas berbagai keputusan yang dibuatnya baik selama ia menduduki posisi tertentu maupun setelah meninggalkan jabatannya.

Akibat dari keterpurukan etka yang sudah menyatu dengan pentas perpolitkan, sehingga masyarakat terkadang menilai politk itu kotor, politk itu memanipulasi kekuasaan, politk itu rekayasa kebaikan, politk itu praktek pembodohan. Anggapan sepert ini sering keluar dari mulut masyarakat yang sudah muak melihat atmosfir politk.

Etka politk bagi para pejabat mest menghasilkan makna moral dari tugasnya dalam memegang jabatan publik tertentu, dan mest dapat merubah cara berpikir dan bertndak para pejabat. Dengan demikian esensi etka politk bagi para pejabat dapat benar-benar eviden, evidensi ini muncul dalam tataran praktk bukan dalam tataran konsep.

2. SARAN

(20)

tanggungjawab sosial yang bertabat. Perlahan tapi past mengahantarkan pada pintu gerbang kebangkitan ke arah yang

LAMPIRAN

(21)

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengacara senior yang juga mantan anggota Dewan Pertmbangan Presiden Adnan Buyung Nasuton menilai, rangkap jabatan yang dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah melanggar etka politk. Sepert diketahui, hasil Kongres Luar Biasa Demokrat, pekan lalu, memilih SBY secara aklamasi sebagai Ketua Umum DPP Demokrat menggantkan Anas Urbaningrum. Sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, menurut Adnan, seharusnya SBY mendahulukan kepentngan negara daripada kepentngan partai.

"Meski tdak ada undang-undang yang melarang Presiden untuk rangkap jabatan, andai kata benar, masih ada etka politk yang harus dipegang oleh Presiden, tetapi dilanggar SBY," kata Adnan, dalam konferensi pers "Rangkap Jabatan SBY dan Fatsun Demokrasi" di Jakarta, Rabu (3/4/2013). Menurutnya, pilihan SBY menerima mandat menjadi Ketua Umum partai merupakan kemunduran dalam berpolitk. Selain itu, kata Adnan, SBY telah menodai pidatonya sendiri yang pernah melarang menterinya menjabat ketua umum partai untuk tdak mementngkan kepentngan partai. Namun, ia sendiri justru melakukan rangkap jabatan.

(22)

SBY juga akan menunjuk dua orang lagi sebagai wakil ketua umum. Namun, siapa yang ditunjuk, masih dirahasiakan.

Sumber :

http://nasional.kompas.com/read/2013/04/03/12520733/Adnan.Buyung.Jadi.Ketum.Demok rat.SBY.Langgar.Etka.Politk

Mengusung Mantan Narapidana Jadi Caleg Menabrak Etika Politik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai politk yang mencalonkan mantan narapidana sebagai anggota legislatf di Pemilu 2014, dinnilai pengamat politk Universitas Indonesia, Bonni Hargens, menabrak etka berdemokrasi. Ini menunjukan partai tdak selektf memilah calon legislatf yang akan mereka usung. "Meski dibolehkan namun menabrak etka berdemokrasi," kata Bonni kepada wartawan di Jakarta, Kamis (25/4).

Bonni mengatakan, kebanyakan partai hanya mengedepankan sisi finansial dan elektabilitas caleg. Parpol tdak mempedulikan rekam jejak dan moralitas para caleg. Jika begitu, ia khawatr kualitas anggota DPR mendatang tdak lebih baik dari yang sekarang.

(23)

Bonni mengusulkan peraturan menjadi caleg lebih diperketat. Menurutnya, caleg yang terbukt secara hukum pernah melakukan tndak pidana mest dicabut haknya untuk mencalonkan diri. "Ada delik hukum dia terlibat, maka tdak berhak,” katanya mengakhiri.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

 Hamersma, Harry. 2008. PintuMasukkeDuniaFilsafat. Yogyakarta: Kanisius.

 Adib, Mohammad. 2010. FilsafatIlmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, danLogikaIlmuPengetahuan. Yogyakarta: PustakaPelajar.

 Keraf, Sony. 2000. IlmuPengetahuan, SebuahTinjauanKefilsafatan. ?.  Bertens, K. 2007. Etika. Jakarta: PT GramediaPustakaUtama.

 Magnis –Suseno, Franz. 1987. EtikaDasar: Masalah-masalahPokokFilsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius.

 Subakt, Ramlan. 1992. MemahamiIlmuPolitik. Jakarta: PT Grasindo.

 http://estuputri.wordpress.com/2010/05/26/ pengertian-sistem-politik / diakses

tanggal 7 Mei 2013

 http://catat-kan.blogspot.com/2012/10/ manfaat-etika-politik .html diakses tanggal 7 Mei 2013

 http://politk.kompasiana.com/2012/07/23/ etika-politik -473407.html diakses tanggal 7 Mei 2013

 http://nasional.kompas.com/read/2013/04/03/12520733/Adnan.Buyung.Jadi.Ketum

(25)

KATA-KATA SULIT

2. Apa saja manfaat Etka Politk bagi pejabat dalam pelaksanaan Sistem Politk Indonesia?

3. Apa saja dampak dari terjadinya kemerosotan Etka Politk dalam pelaksanaan Sistem Politk Indonesia?

Jawaban :

1. Etka politk adalah nilai-nilai azas moral yang disepakat bersama baik pemerintah dan/atau masyarakat untuk dijalankan dalam proses pembagian kekuasaan dan pelaksanaan keputusan yamg mengikat untuk kebaikan bersama.

2. Ada beberapa manfaat etka politk bagi para pejabat. Pertama, etka diperlukan dalam hubungannya dengan relasi antara politk dan kekuasaan. Kedua, etka politk bertujuan untuk memberdayakan mekanisme kontrol masyarakat terhadap pengambilan kebijakan para pejabat agar tdak menyalahi etka.Ketga, para pejabat dapat bertanggung jawab atas berbagai keputusan yang dibuatnya baik selama ia menduduki posisi tertentu maupun setelah meninggalkan jabatannya.

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan dalam pembelajaran fiqih pada kelas unggulan dan reguler.. Penggunaan media dalam pembelajaran fiqih pada kelas unggulan

Dari uraian di atas tampak analisis ulang pada jenis kecelakaan station blackout yang terjadi bersamaan dengan kegagalan sistem proteksi reaktor terhadap laju alir minimum dan

514 l jumat, 25 september 2015 l taHuN Ke-2 1 perkotaan MENATA KOTA, JAKARTA TIRU BEIJING Bangun MRT Banyak Dukungan DKI Diminta Perbanyak Trotoar 3 Halaman Halaman 4

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul "Pengaruh model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan media kartu pintar terhadap

Pada Tugas Akhir ini, telah dikembangkan sebuah plug-in dari suatu perangkat lunak yang dapat membuat laporan distribusi fosil moluska.. Plug-in ini merupakan bagian dari sebuah

Denah yang baik untuk bangunan rumah di daerah gempa adalah sebagai berikut: (Sumber: (Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Gedung Tahan.. Gempa,

Berdasarkan analisa sistem berjalan dari sistem informasi pada bagian sistem pengarsipan berkas dan pencarian berkas pada kpp pratama Pekanbaru maka pemecahan masalah

Terjadinya risiko ini disebabkan oleh publikasi yang negatif atau presepsi negatif dari nasabah terhadap kegiatan usaha suatu lembaga keuangan (Lesmana, 2007). Dalam