• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eko Hidrologi dalam Pengelolaan Sumberda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Eko Hidrologi dalam Pengelolaan Sumberda"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

EKOHIDROLOGI DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM

Oleh: Elok Budiningsih* Erwin Kusumah Nanjaya*

Adnan Hakim* Abdul Samad* Sarif Robo**

*Departemen Manajemen Hutan, Ilmu Pengelolaan Hutan IPB **Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Pengelolaan DAS IPB

ABSTRAK

Untuk dapat memahami Sumberdaya Alam (SDA) sebagai sebuah ekosistem terlebih dahulu kita menilik bahwa SDA alam ini terdiri dari banyak hal yang mana ada yang disebut sebagai sumberdaya alam yang dapat pulih dan tidak dapat pulih, selain itu juga ada yang dapat diperbaharui dan ada yang tidak dapat diperbaharui, sehingga dalam memahami SDA alam maka kita akan memahami jenis dari SDA tersebut. Dalam SDA kita pasti tahu ada yang di sebut sebagai ekosistem yang mana ekosistem merupakan kumpulan dari beberapa populasi yang berinteraksi dengan alam. Sumberdaya alam sendiri terdiri dari banyak hal, Air adalah salah satu sumberdaya alam

Ekohidrologi sebagai suatu disiplin ilmu interdisiplin maka perlu ada keterkaitan antara satu bidang ilmu dengan ilmu lainnya, dimana keterkaitan itu adalah bagaimana kita dapat mengaitkan siklus hidrologi dengan ekosistem teresterial. Pada ekosistem teresterial kita akan melihat bagaimana pengaruhnya dengan vegetasi hutan.

PENDAHULUAN

Akhir-akhir ini kondisi air makin memprihatinkan karena dampak pada penurunan ekosistem global. Ini ditandai hilangnya keanekaragaman hayati secara signifikan. Kondisi ini menunjukkan pendekatan konvensional pengelolaan sumber daya air yang bertujuan mencari solusi tidak eksklusif memfokuskan pada persoalan teknis, melainkan penyelesaian permasalahan secara luas melalui kebijakan sumber daya air yang berkelanjutan. Ekohidrologi merupakan ilmu integratif dengan paradigma baru yang berupaya mencari solusi permasalahan seputar air, manusia dan lingkungan sekitarnya, konsep dasar ekohidrologi adalah pendekatan pengelolaan sumber daya air dan biodiversitas dalam satu kesatuan. Sumber daya air seperti danau dan sungai sebagian besar telah rusak dan tercemar. Eksploitasi manusia, limbah rumah tangga dan keberadaan industri menjadi penyebabnya. Ekohidrologi merupakan solusi pemecahan persoalan krisis sumber daya air yang menghantui negeri ini.

Ekohidrologi melihat ekosistem sekitarnya secara menyeluruh untuk penyediaan air. Ilmu ini tergolong dalam ekoteknologi, yakni penggabungan antara pengetahuan lingkungan dan teknologi.

(2)

sepanjang aliran waduk. Hasilnya tingkat kebersihan air meningkat dan biaya pembersihan lebih murah. Solusi permasalahan air dengan pendekatan ekohidrologi harus terus ditingkatkan.

Ekohidrologi adalah suatu konsep baru di dalam pemecahan masalah lingkungan yang didasarkan usulan bahwa pengembangan sumberdaya air yang berdaya dukung bergantung pada kemampuan untuk memelihara secara evolusioner proses sirkulasi air dan energi serta aliran energi yang sudah mapan dalam lingkup basin. Hal ini tergantung pada suatu pemahaman yang mendalam atas proses-proses yang terjadi secara keseluruhan, yang mempunyai sifat dua dimensi.

Dimensi yang pertama bersifat sementara: memutar bingkai waktu masa lalu, kondisi paleohidrologis saat ini dengan mempertimbangkan masa mendatang, skenario perubahan global. Dimensi yang kedua adalah keruangan: pemahaman peran dinamis biota perairan dan daratan dalam skala molekuler hingga skala basin. Kedua dimensi tersebut bertindak sebagai suatu sistem acuan untuk peningkatan kemampuan sangga ekosistem terhadap pengaruh manusia dengan penggunaan kekayaan ekosistem sebagai piranti mana-jemen. Pada gilirannya nanti, tergantung pada pengembangan, penyebaran, dan pelaksanaan prinsip dan pengetahuan yang interdisipliner; berdasar pada kemajuan ilmu lingkungan terkini (Zalewski et al. 2000).

Konsep ekohidrologi didasarkan pada tiga prinsip, yaitu:

1. Pengintegrasian kerangka pemikiran daerah tangkapan dan biotanya ke dalam organisme super (superorganism) Platonian secara utuh. Hal ini mencakup beberapa aspek: (i) skala – siklus peredaran air pada skala meso di dalam suatu basin (perpaduan ekosistem daratan/perairan) menyediakan suatu wadah bagi kuantifikasi proses ekologis; (ii) dinamika – air dan temperatur telah menjadi daya penggerak untuk ekosistem daratan dan air tawar; dan (iii) hirarki faktor – selagi proses abiotik dominan (misalnya proses hidrologis), interaksi faktor biotik bolehjadi menjelma kembali pada saat kondisi dalam keadaan stabil dan dapat diprediksi.

2. Target untuk memahami perubahan evolusioner yang tidak bisa dipungkiri oleh organisme super yang resisten terhadap tekanan. Aspek ekohidrologi ini menyatakan pendekatan proaktif secara rasional terhadap manajemen sumberdaya air tawar yang berkelanjutan. Ini berasumsi bahwa tidaklah cukup melindungi ekosistem secara sederhana, tetapi dalam menghadapi peningkatan perubahan global yang diwujudkan dalam peningkatan populasi, konsumsi energi dan materi, serta aspirasi manusia; dibutuhkan usaha untuk meningkatkan kapasitas ekosistem dalam menyerap dampak yang diakibatkan oleh manusia.

3. Metodologi; Pemanfaatan kekayaan ekosistem sebagai piranti manajemen dengan penggunaan biota untuk mengontrol proses hidrologis dan sebaliknya dengan penggunaan ilmu hidrologi untuk mengatur biota. Potensi besar dari pengetahuan yang dihasilkan oleh rancangbangun ekologis yang berkembang secara dinamis, secara serius akan mempercepat implementasi konsep di atas.

PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM BERBASIS EKOSISTEM

(3)

seperti diperkenalkan oleh La Mont C. Cole , biosfer itu disebut ekosfer. Biosfer dan ekosfer adalah dua sebutan untuk benda yang sama, yang tidak lain adalah bagian bumi yang menjadi tempat hidup mahluk, baik itu lapisan udara (atmosfer), maupun lapisan air (hidrosfer), dan lapisan batuan (lihosfer). Dalam ekosfer ini terjadi jalinan semua komponen, baik komponen mahluk hidup (organisme) ataupun komponen tak hidup (komponen non-organik, non-biotic) dalam jalinan siklus materi serta alur energi sebagai satu kesatuan hidup.

Menyesuaikan diri dengan lingkungan merupakan salah sau sifat mahluk hidup untuk mempertahankan eksistensinya, sedangkan keberhasilanya ditentukan oleh kemampuan yang dimiliki oleh mahluk hidup. Beberapa populasi organisme yang hidup dalam satu komunitas yang saling berinteraksi akan membentuk komunitas yang dinamakan komunitas biotik. Interaksi yang terjadi antara populasi organisme (faktor biotik) dengan lingkungannya (faktor abiotik) membentuk ekosistem.

Ekosistem dapat diartikan sebagai sistem ekolOgi disuatu tempat tertentu yang merupakan jalinan hidup diantara komponen-komponennya (hidup, tak hidup, lingkungan) dalam kesatuan yang dipadukan oleh adanya arus materi dan energi. Beberapa definisi ekosistem antara lain :

 Sebagai satuan fungsional dan struktural dari lingkungan

 Tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi

Unit struktural dasar dari organisme dan lingkungannya yang berinteraksi satu sama lain dan juga komponen lain

(4)

yang terpisah dengan kesatuan-kesatuan ekosistem lain yang terdapat di dalam kesatuan pengelolaan bentang alam ekologisnya. Untuk dapat menerapkan prinsip pengelolaan hutan berbasis ekosistem dalam pengelolaan suatu kestauan ekosistem hutan, maka pengelolaan hutan harus dilaksanakan dengan berlandaskan pada 12 prinsip yang harus dianut dalam pengelolaan sumberdaya hutan dan bentang alam ekologis untuk pembangunan berkelanjutan.

KONSEP EKOHIDROLOGI

Ekohidrologi adalah bidang kajian interdisipliner yang mempelajari interaksi antara air dan ekosistemnya. Interaksi ini dapat berlangsung di dalam badan air, seperti sungai dan danau, atau di daratan, di hutan, gurun, dan ekosistem darat lainnya. Bidang penelitian ekohidrologi melingkupi transpirasi dan penggunaan air tanaman, adaptasi organisme terhadap lingkungan air, pengaruh vegetasi terhadap aliran sungai dan fungsi sungai, dan proses-proses ekologi dan siklus hidrologi. Konsep-konsep kunci

Siklus hidrologi menggambarkan gerakan air yang kontinu pada, di atas, dan di bawah permukaan bumi. Siklus air ini diubah oleh ekosistem di berbagai titik. Transpirasi dari tanaman menyediakan jalan bagi aliran air ke atmosfer. Air yang mengalir di atas permukaan tanah dipengaruhi oleh tutupan vegetasi, sedangkan aliran air sungai juga dapat dibentuk oleh vegetasi.

Ecohydrologists mempelajari system-sistem terestrial dan perairan. Dalam ekosistem darat (seperti hutan, padang pasir, dan sabana), interaksi antara vegetasi, permukaan tanah, zona Vadose, dan air tanah merupakan fokus utama. Dalam ekosistem perairan (seperti sungai, danau, dan lahan basah), penekanan ditempatkan pada bagaimana kimia air, geomorfologi, dan hidrologi mempengaruhi struktur dan fungsi sungai.

Prinsip-prinsip Ekohidrologi

Prinsip-prinsip Ecohydrology disajikan dalam tiga komponen:

1. Hidrologi: Kuantifikasi siklus hidrologi, harus menjadi template untuk integrasi fungsional dari proses-proses hidrologi dan biologi.

2. Ekologi: proses yang terintegrasi pada skala DAS dapat dikemudikan sedemikian rupa untuk meningkatkan daya dukung DAS dan jasa-jasa ekosistemnya.

3. Rekayasa ekologi: Pengaturan proses hidrologi dan ekologi, berdasarkan pendekatan sistem integratif, dengan demikian menjadi alat baru untuk pengelolaan sungai secara terpadu.

Pengelolaan Air Basin.

Ekspresi sebagai hipotesis yang diuji ( Zalewski et al. 1997) dapat dilihat sebagai: H1: Proses-proses Hidrologi proses umumnya mengatur kehidupan biota

H2: Biota dapat digunakan sebagai alat untuk mengatur proses hidrologi

H3: Kedua jenis pengaturan (H1 & H2) dapat diintegrasikan dengan infrastruktur hidro-teknis untuk mencapai hasil air dan jasa-jasa ekosistem yang berkelanjutan.

Vegetasi dan cekaman air

(5)

dapat diserap oleh tanaman dari dalam tanah . Kalau ketersediaan air tanah tidak mencukupi, akan terjadi kondisi cekaman air. Tanaman yang mengalami cekaman air, laju transpirasi dan fotosintesisnya akan menurun, dan akan menutup stomatanya. Penurunan fluks air dari kanopi tanaman dan fluks karbon dioksida dapat berdampak pada kondisi dan cuaca di sekitarnya .

Dinamika kelembaban tanah

Kelembaban tanah adalah istilah umum yang menggambarkan jumlah air yang ada di dalam zona Vadose , atau lapisan tidak jenuh air di bawah permukaan tanah. Tanaman tergantung pada air-tanah ini untuk melaksanakan proses biologis yang penting, sehingga kelembaban tanah merupakan bagian integral dari studi ekohidrologi. Kelembaban tanah ( theta ) umumnya digambarkan sebagai kadar air , atau jenuh-air saturasi (S). Istilah ini terkait dengan porositas ( n ) , melalui persamaan theta = ns . Perubahan kelembaban tanah dari waktu ke waktu dikenal sebagai dinamika kelembaban tanah .

Pertimbangan temporal dan spasial

Teori Ecohydrological juga menempatkan pentingnya pertimbangan temporal (waktu) dan spasial (ruang). Hidrologi , khususnya waktu curah hujan , dapat menjadi faktor penting dalam perkembangan ekosistem dari waktu ke waktu . Misalnya , lanskap Mediterania mengalami musim panas yang kering dan musim dingin yang basah. Jika vegetasi memiliki musim tanam pada musim panas , sering mengalami stres-air , meskipun total curah hujan sepanjang tahun mungkin moderat . Ekosistem di wilayah ini biasanya telah berkembang untuk mendukung kebutuhan air vegetasi rumput di musim dingin (ketika ketersediaan air cukup), dan pohon-pohon yang beradaptasi dengan kondisi kekeringan di musim panas (ketika ketersediaan air tidak mencukupi).

Ekohidrologi juga mengkaji faktor-faktor hidrologi di balik distribusi spasial tanaman. Jarak optimal dan organisasi spasial tanaman juga ditentukan oleh ketersediaan air tanah. Dalam ekosistem dengan kelembaban tanah yang rendah , pohon-pohon biasanya terdistribusi jarang-jarang, dibandingkan dnegan daerah yang air-tanahnya cukup.

Persamaan dasar dan model

Persamaan dasar dalam ekohidrologi adalah neraca air pada suatu titik di dalam lanskap. Neraca air menyatakan jumlah air yang masuk ke tanah harus sama dengan jumlah air yang meninggalkan tanah, ditambah perubahan jumlah air yang tersimpan di dalam tanah. Neraca air memiliki empat komponen utama: infiltrasi curah hujan ke dalam tanah, evapotranspirasi, kebocoran air ke bagian yang lebih dalam dari tanah dan tidak dapat diakses oleh tanaman, dan limpasan air permukaan (runoff). Hal ini dijelaskan oleh persamaan berikut:

(6)

dalam) semuanya sangat tergantung pada kejenuhan tanah pada waktu-waktu tertentu.

Untuk menyelesaikan persamaan, laju evapotranspirasi sebagai fungsi dari kelembaban tanah harus diketahui. Model umum yang digunakan untuk menggambarkan hal itu menyatakan bahwa pada kejenuhan tertentu, penguapan hanya akan tergantung pada faktor-faktor iklim, seperti radiasi matahari. Setelah di bawah titik ini, kelembaban tanah akan mengendalikan evapotranspirasi, dan menurun sampai tanah mencapai titik di mana vegetasi tidak bisa lagi mengambil air. Tingkat tanah ini umumnya disebut sebagai "titik layu permanen". Istilah ini membingungkan karena banyak spesies tanaman tidak benar-benar "layu".

Teknologi ekohidrologi sebagai solusi berbiaya rendah yang tepat untuk mengatasi krisis air bersih, terutama di perkotaan. Tempat penampungan air ini berfungsi untuk mengatur kuantitas air sehingga warga kota tidak perlu mengalami kebanjiran saat musim hujan atau kelangkaan air saat musim kemarau. Tempat penampungan air ini juga dapat menjaga kualitas air yang tercemar polusi. Hal ini karena tempat penampungan air tersebut menerapkan sistem ekohidrologi, yaitu sistem pengolahan air hujan atau limbah menjadi air bersih secara alami (Arif 2010).

Idenya adalah menyediakan ruang bagi air hujan di perkotaan. Jadi, air hujan dapat mengalir ke dataran rendah dan membentuk danau buatan. Tidak hanya itu, saat musim kemarau, danau buatan ini dapat menjadi sumber air dan menjaga level air tanah. Seperti di Belanda, pemerintah membeli lahan dari petani dan membuka bendungan sehingga air sungai dapat mengalir dan dengan metode ekohidrologi dapat mengolah air tersebut menjadi air bersih secara alami (Arif 2010).

Ecohydrology Programme (EHP) perlu mendapat perhatian serius karena program ini berfokus pada pengetahuan yang lebih baik tentang hubungan timbal balik antara siklus hidrologi dan ekosistem yang bisa memberikan kontribusi terhadap pengelolaan biaya yang efektif dan ramah lingkungan. Tujuan EHP adalah untuk mengurai kesenjangan pengetahuan dalam penanganan masalah yang berkaitan dengan sistem air kritis (Arif 2010).

LIPI membuat unit pengolahan air bersih dan layak minum dengan sistem water purification (pemurnian air) sehingga dapat menghasilkan air sesuai dengan kualitas yang memenuhi standar Per-menkes N0.907 /2OO2 . Proses pemurnian dilanjutkan dengan ul-trafiltrasi (UFI serta proses filtrasi reverse os-mosis (RO) guna menjamin tingkat kemurnian air yang lebih baik lagi (Arif 2010).

SUMBERDAYA ALAM (SDA)

(7)

a. Selektif, yaitu memilih, menggunakan, dan mengusahakan sumber daya alam dengan sungguh-sungguh untuk kepentingan kehidupan.

b. Menjaga kelestarian. Untuk menggali dan mengolah sumber daya alam perlu menggunakan teknologi maju sehingga memungkinkan terpeliharanya kelestarian.

c. Menghemat. Perlu dihindarkan pemborosan dalam mengolah sumber daya alam.

d. Memperbarui. Perlu adanya upaya untuk memperbarui sumber daya alam antara lain dengan cara sebagai berikut.

1) Reboisasi dan penghijauan lahan yang gundul.

2) Mengembangbiakkan hewan dan tumbuhan secara modern melalui tindakan pelestarian.

3) Penanaman ladang secara bergilir.

4) Pengolahan tanah pertanian dengan pancausaha pertanian.

(8)

akan terjadi dan bagaimana cara menanggulanginya supaya tidak merusak pada lingkungan.

KONSEKUENSI PEMANFAATAN (PENGELOLAAN) SDA

Konsekusensi pemanfaatan sumberdaya alam sudah harus diperhatikan oleh para pengambil kebijakan sejak dini, sebelum sumberdaya alam tersebut akan dimanfaatkan. Akibat adanya pertumbuhan penduduk yang cepat disertai dengan pemanfaatan sumber daya alam secara tidak bertanggung jawab, maka banyak timbul masalah. Beberapa masalah kekayaan alam adalah sebagai berikut:

1. Kehutanan

 hutan karena perluasan areal pertanian (perladangan), tempat tinggal, dan peternakan.

 terjadinya kebakaran hutan.

 meningkatnya kebutuhan kayu untuk perumahan dan industri.  penebangan liar.

2. Pertambangan

Berkurangnya jumlah barang tambang tanpa memikirkan kebutuhan masa depan, baik untuk kehidupan sehari-hari maupun untuk keperluan individu. 3. Perairan

Adanya pembuangan sampah, limbah, atau bahan beracun berbahaya yang dilakukan dengan sengaja.

4. Iklim

Terjadinya perubahan iklim sehingga menyebabkan kemarau panjang, musim hujan yang terus menerus, atau musim dingin yang terlalu lama. Beberapa permasalahan mengenai pemanfaatan kekayaan alam adalah sebagai berikut.

a) Terjadinya kemerosotan kemampuan sumber daya alam dan perusakan lingkungan fisik.

1. peningkatan erosi 2. pendangkalan sungai 3. meluasnya kerusakan hutan 4. meningkatnya jumlah lahan kritis b) Pencemaran lingkungan fisik

Peningkatan kegiatan produksi memiliki dampak positif maupun negatif. Perkembangan teknologi selain mampu menciptakan produk yang semakin baik, juga menghadirkan banyak zat kimia baru yang bersifat racun, akibatnya terjadi pencemaran lingkungan seperti:

1. pencemaran tanah 2. pencemaran air 3. pencemaran suara 4. pencemaran udara

(9)

hutan, perikanan dan lain-lain). Dan sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui, seperti, minyak bumi, batubara, timah, gas alam dan hasil tambang lainnya. Dalam tulisan ini akan kita kaji sumber daya alam berupa hasil tambang dan itu tidak dapat diperbaharui.

Pemanfaatan Sumber Daya Alam

Sumber daya alam merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Sebagai modal dasar, sumber daya alam harus dimanfaatkan sepenuh-penuhnya tetapi dengan cara yang tidak merusak. Oleh karena itu, cara-cara yang dipergunakan harus dipilih yang dapat memelihara dan mengembangkan agar modal dasar tersebut makin besar manfaatnya untuk pembangunan dimasa datang.

Tenaga ahli memanfaatkan sumber daya alam dengan teknologi yang canggih. Tenaga ahli yang bermutu akan menghasilkan bibit yang bermutu dan menghasilkan tanaman yang berkualitas dan menghasilkan industri yang berkualitas.

Teknologi yang digunakan beserta alat-alatnya yang berkembang dengan pesat dapat mempercepat dan mempermudah produktivitas alat-alat yang digunakan tenaga ahli Indonesia masih kurang canggih seperti di negara-negara maju tetapi tenaga ahli Indonesia masih bisa menghasilkan sumber daya alam yang memuaskan.

Pencemaran

Terjadi karena ulah manusia sendiri yang menyebabkan berubahnya keadaan alam karena adanya unsur-unsur baru atau meningkatnya sejumlah unsur baru sehingga menyebabkan berbagai jenis pencemaran seperti :

1. Pencemaran udara : hasil limbah industri, limbah pertambangan, asap rokok, asap kendaraan bermotor karena mengeluarkan karbon monoksida, karbon dioksida, belerang dioksida yang menyebabkan udara tercemar dan susah bernafas.

2. Pencemaran suara-suara dapat ditimbulkan dari bisingnya suara mobil, kereta api, pesawat udara dan jet.

3. Pencemaran air dari pembuangan sisa-sisa industri secara sembarangan bisa mencemarkan sungai dan laut.

4. Pencemaran tanah.

Pencemaran dapat dicegah dengan tidak membuang limbah sembarangan seperti pabrik-pabrik yang selalu membuang limbah, mengurangi kendaraan berasap dan mengurangi kebisingan yang ada dan banyak lagi yang lain.

Mengatasi pencemaran

a. Dengan mengadakan penghijauan dan reboisasi, usaha penghijauan dan reboisasi hutan dapat mencegah rusaknya lingkungan yang berhubungan dengan air, tanah dan udara.

b. Dengan membuat sengkedan pada lahan yang miring untuk mencegah erosi dan menjaga kesuburan tanah yang berbukit-bukit dan miring.

c. Pengembangan daerah aliran sungai merupakan daerah peta terhadap kerusakan dan pencemaran karena sering terjadi pengikisan lapisan tanah oleh aliran sungai.

(10)

e. Penertiban pembuangan sampah dengan cara sebagai berikut : 1. Dibakar

2. untuk makan ternak 3. untuk biogas 4. untuk bahan pupuk

5. Dengan mengadakan daur ulang terhadap bahan-bahan bekas dan sampah organik.

Kebijaksanaan

Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan dan pencemaran serta pemulihan kualitas lingkungan telah menuntut dikembangkannya berbagai perangkat kebijakan dan program serta kegiatan yang didukung oleh sistem pendukung pengelolaan lingkungan lainnya. Sistem tersebut mencakup kemantapan kelembagaan, sumberdaya manusia dan kemitraan lingkungan, disamping perangkat hukum dan perundangan, informasi serta pendanaan. Keterkaitan dan keseluruhan aspek lingkungan telah memberi konsekuensi bahwa pengelolaan lingkungan, termasuk sistem pendukungnya tidak dapat berdiri sendiri, akan tetapi berintegrasi dengan seluruh pelaksanaan pembangunan.

Pembangunan nasional yang dilaksanakan memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tujuan tersebut membuat pembangunan memiliki beberapa kelemahan, yang sangat menonjol antara lain adalah tidak diimbangi ketaatan aturan oleh pelaku pembangunan atau sering mengabaikan landasan aturan yang semestinya dalam mengelola usaha dan atau kegiatan yang mereka lakukan, khususnya menyangkut bidang sosial dan lingkungan hidup, sehingga menimbulkan permasalahan lingkungan. Oleh karena itu, sesuai dengan rencana Tindak Pembangunan Berkelanjutan dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dilakukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan melalui upaya pengembangan dan penegakan sistem hukum serta upaya rehabilitasi lingkungan. Menurut Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup (1997), kebijakan daerah dalam mengatasi permasalahan lingkungan hidup khususnya permasalahan kebijakan dan penegakan hukum yang merupakan salah satu permasalahan lingkungan hidup di daerah dapat meliputi :

Regulasi Perda tentang Lingkungan.

Kondisi lingkungan hidup dari waktu ke waktu mengalami penurunan kualitas yang disebabkan oleh tingkat pengambilan keputusan, kepentingan pelestarian sering diabaikan sehingga menimbulkan adanya pencemaran dan kerusakan lingkungan. Pencemaran dan kerusakan lingkungan yang terjadi juga menimbulkan konflik sosial maupun konflik lingkungan.

Permasalahan yang terjadi tersebut memerlukan perangkat hukum perlindungan terhadap lingkungan hidup yang secara umum telah diatur dengan Undang-undang No.4 Tahun 1982.

Namun berdasarkan pengalaman dalam pelaksanaannya berbagai ketentuan tentang penegakan hukum sebagaimana tercantum dalam Undang-undang

(11)

Lingkungan Hidup dan kemudian diatur lebih lanjut dalam peraturan pelaksanaanya. Undang-undang ini merupakan salah satu alat yang kuat dalam melindungi lingkungan hidup dan ditunjang dengan peraturan perundang-undangan sektoral. Hal ini mengingat Pengelolaan Lingkungan hidup memerlukan koordinasi secara sektoral dilakukan oleh departemen dan lembaga pemerintah non-departemen sesuai dengan bidang tugas dan tanggungjawab masing-masing, seperti Undang-undang No. 22 Th 2001 tentang Gas dan Bumi, UU No. 41 Th 1999 tentang kehutanan, UU No. 24 Th 1992 tentang Penataan Ruang dan diikuti pengaturan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, Peraturan Daerah maupun Keputusan Gubernur

ECOSYSTEM, LANDSCAPE BASE RESOURCES BASE MANAGEMENT. PENDEKATAN, BIO-REGION, ECOREGION, DAN WATERSHED RESOURCE BASE MANAGEMENT

Ekoregion, bioregion, dan DAS pada dasarnya merupakan ekositem dalam

pengertian ekosistem sebagai “sistem alam yang terdiri dari komunitas mahluk

hidup dan benda mati tempat hidup komunitas, yang satu dengan lainnya saling berinteraksi secara terus menerus, di dalamnya terjadi rantai makanan (food chains), siklus unsur hara, siklus, aliran air, energi. Ekoregion dan Bioregion memiliki pengertian yang berbeda, namun dalam banyak tulisan pengertiannya sering dipertukarkan. Ekoregion, Bioregion dan DAS merupakan bentuk klasifikasi lahan yang berdasarkan pada sifat ekosistem. Secara konsep terdapat perbedaan antara ketiganya. Menurut Bailey (2002), Ekoregion merupakan ekosistem regional terbesar yang diklasifikasikan berdasarkan pada dua perilaku mahluk hidup (biotik) dan sifat non-mahluk hidup (abiotik), sedangkan bioregion yang identik dengan pengertian physiographic regions, biotic areas, biotic provinces lebih menekankan pada faktor biotik. Berdasarkan pada biogeography,

IUCN membagi ekosistem dunia menjadi 8 “realm” sebagai taxa tertinggi, dan merupakan gabungan beberapa bioma, 14 bioma, dan 193 biogeographic provinces (Udvardy, 1975). Wlayah Indonesia termasuk kedalam Realm Indomalayan, dan Oceanian, Bioma Tropical Humid/Evergreen Forest, dan 5 biogeographic province. Unit biogeographic province umumnya adalah pulau besar, seperti Jawa, Borneo dan lainnya. Wikramanayake dkk (2002) menempatkan Ekoregion sebagai bagian dari Bioma, dan Bioma merupakan bagian dari Bioregion. Wilayah Indonesia diklasifikasikan menjadi 3 Bioregion,

yaitu “Sunda Shelf dan Philippines” (Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan),

Walacea (NTB, NTT, Sulawesi, dan maluku, dan “New Guinea dan Melanesia”

(Papua). Namun dalam hal Bioma, klasifikasi bioma melintas batas Bioegion, sehingga Bioma tidak sesuai sebagai hierarki dari Bioegion. Berdasarkan klasifikasi Wikramanayake et al. (2002), wilayah Indonesia diklasifikasikan

(12)

Tanaman dan Binatang (seperti Hagmeier 1966), Peta-peta Biotic province Dunia (Dasmann 1973, 1974 ,Udvardy 1975), dan Peta Global Type Vegetasi (seperti UNESCO 1969, de Laubenfels 1975, Schmidthüsen 1976). Peta-peta tersebut digunakan untuk mengevaluasi Realm dan Bioma, sebagai dua tingkat yang pertama dalam hirarki klasifikasi. Batas-batas Ekoregion kemudian dibuat dengan mempertimbangkan Sistem Kalsisfikasi Regional. Klasifikasi WWF menghasilkan 8 Realm, 14 Bioma, dan 867 Ekoregion dunia (Olson dkk 2001). Dari uraian pemaknaan Ekoregion dan implementasi dalam bentuk pembuatan peta, WWF (Olson dkk 2001) maupun Wikramanayake dkk (2002) mendasarkan pada konsep Bioregion (Udvardy 1975). Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai terjemahan dari watershed, dan dalam banyak kasus juga identik dengan wilayah sungai (river basin), didefinisikan sebagai bentang lahan yang dibatasi oleh topografi pemisah aliran (topographic divide), yaitu punggungpunggung bukit/gunung yang menangkap curah hujan kemudian menyimpan dan mengalirkannya melalui saluran-saluran pengaliran ke satu titik patusan (outlet) berupa muara sungai di laut, kadang-kadang di danau. DAS dalam pengertian tersebut terdiri dari beberapa Sub DAS. Hubungan antara Sub DAS dengan Sub DAS lainnya dalam suatu DAS adalah melalui sungai yang menghubungkan titik-titik patusan dari Sub DAS yang menjadi sungai utama yang bermuara di laut. Sub DAS dengan Sub DAS lainnya di dalam suatu DAS, dan bahkan DAS satu dengan DAS lainnya yang berdampingan dimungkinkan saling berhubungan melalui sistem air tanah (ground water system). Batas sistem air pemukaan yang menjadi dasar dalam penentuan batas DAS umumnya tidak bersesuaian dengan batas sistem air tanah. Batas sistem air tanah tidak berdasarkan pada morfologi permukaan lahan, namun ditentukan oleh jenis dan struktur batuan yang menyusun tanah-lahan. Walaupun jenis dan struktur batuan yang berinteraksi dengan iklim mempengaruhi morofologi lahan. DAS memiliki ukuran yang sangat bervariasi, dari mulai sangat kecil (beberapa hektar), sampai ukuran sangat luas (beberapa puluh ribu km2), demikian juga sangat bervariasi dalam hal karakteristik iklim, hidrogeologi, geomorfologi, tanah, vegetasi, dan sociobudaya-ekonomi, sehingga perilaku respon hidrologi DAS berbeda-beda. Ukuran DAS yang sangat bervariasi, dimungkin terjadinya kesamaan batas ekologi, antara DAS dengan bioregion atau ekoregion, namun nampaknya akan lebih banyak yang tidak bersesuaian, sama halnya dengan batas kewenangan pengelolaan sumberdaya alam. Ekoregion, dan Bioregion lebih didorong oleh isu-isu konservasi keanekaragaman hayati, sedangkan DAS lebih didorong oleh isu-isu sumberdaya air, namun kedua isu itu secara regional belum dapat disatukan secara utuh untuk mendapatkan batas regional ekosistem sumberdaya hayati dan air sebagai dasar pengelolaan sumberdaya alam regional yang berkelanjutan

(13)

Menyesuaikan diri dengan lingkungan merupakan salah sau sifat mahluk hidup untuk mempertahankan eksistensinya, sedangkan keberhasilanya ditentukan oleh kemampuan yang dimiliki oleh mahluk hidup. Beberapa populasi organisme yang hidup dalam satu komunitas yang saling berinteraksi akan membentuk komunitas yang dinamakan komunitas biotik. Interaksi yang terjadi antara populasi organisme (faktor biotik) dengan lingkungannya (faktor abiotik) membentuk ekosistem.

Ekosistem dapat diartikan sebagai sistem ekolgi disuatu tempat tertentu yang merupakan jalinan hidup diantara komponen-komponennya (hidup, tak hidup, lingkungan) dalam kesatuan yang dipadukan oleh adanya arus materi dan energi. Beberapa definisi ekosistem antara lain :

 Sebagai satuan fungsional dan struktural dari lingkungan

 Tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi

 Unit struktural dasar dari organisme dan lingkungannya yang berinteraksi satu sama lain dan juga komponen lain

DAFTAR PUSTAKA

Zalewski M (2000). Ecohydrology - the scientific background to use ecosystems properties as management tool toward sustainability of freshwater resources. Guest editorial Ecological Engineering. 16:1-8.

Bailey RG. 2002. Ecoregion-Based Design for Sustainability. Springer-Verlag New York, Inc.

Arif AA. 2010. Ekohidrologi Perkotaan (rural ecohydrology) dalam mengatasi penyediaan air bersih di Perkotaan. Limnologi Perkotaan. Pustaka Jaya: Surabaya

[KEMENLH] Kementerian Lingkungan Hidup. 1997. Kebijakan Daerah Dalam Mengatasi Permasalahan Lingkungan Hidup.

Hutson SS, Koroa CM dan Murphree CM. 2009. Estimated Use of Water in the Tennessee River Watershed in 2000 and Projections of Water Use to 2030. http://pubs.usgs.gov/wri/wri034302/PDF/ Tuesday, July 28 2009

Olson DM,E. Dinerstein, Wikramanayake ED, Burgess ND, Powell GVN, Underwood EC, D’amico J, Itoua I, Strand H, Morrison JC, Loucks CJ, Allnutt TF, Ricketts TH, Kokura Y, Lamoreux JF, Wettengel WW, Hedao P, dan Kassem KR. 2001. Terrestrial Ecoregions of The world: a New Map of Life on Earth.

Raadgever GT. (2005), Transboundary river basin management regimes: the Rhine basin case study, Background report to Deliverable 1.3.1 of the NeWater project, RBA Centre, Delft University of Technology, Delft Taylor B. 2000. Bioregionalism: An Ethics of Loyalty to Place”. Landscape

Journal. 19(1), 50-72.

Udvardy MDF. 1975. A Classification of theBiogeographical Provonces of The World. IUCN Occasional Paper No.18. Morges, Switzerlnd.

Referensi

Dokumen terkait

Panitera/Sekretaris Pengadilan Negeri Kisaran, yang menerangkan bahwa Penggugat/Pembanding /Terbanding melalui Kuasa Hukumnya telah mengajukan permohonan banding terhadap

competitive strategic formulation of real estate company operated in Indonesia, whcih is in Bali Province.In order to harmonize company with its environment through three dimensions

Dalam proses pemohonan pembiayaan, para pihak Baitul Qiradh Amanah memberikan pelayanan yang baik kepada setiap nasabah dan modal yang diberikan untuk usaha

Jika kita mendengar beberapa keterangan dari masyarakat yang sudah pernah bertemu langsung dengan Harimau saat berada didalam hutan maka dapat kita ketahui bahwa

Berdasarkan nilai estimate, dapat dikatakan bahwa motivasi memiliki pengaruh positif pada perilaku pengelolaan keuangan keluarga namun tidak signifikan, artinya semakin

perancangan dan pembuatan sistem ini akan dapat sangat membantu pegawai yang dalam mengelola data perusahaan.. 1.2

Dari data-data yang telah dikumpulkan peneliti, baik melalui hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang peneliti lakukan dapat ditemukan bahwa perencanaan

Yazar girişte insan hakları içinde yer alan, birinci ve ikinci kuşak insan haklarından bahsetmiş, birey merkezli olmadığı için üçüncü kuşak insan haklarının