• Tidak ada hasil yang ditemukan

ELASTISITAS HUKUM ISLAM DALAM MERESPONS (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ELASTISITAS HUKUM ISLAM DALAM MERESPONS (1)"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

ELASTISITAS HUKUM ISLAM

DALAM MERESPONS PERUBAHAN SOSIAL

Junaidi Lbs

Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum UIN Sultan Syarif Kasim Pekan Baru Jl. Subrantas Km.5 Panam Pekan Baru

E-mail: bangjun1967@yahoo.com

Abstract: The Elasticity of Islamic Law in Responding Social Change. The present paper will describe elasticity of Islamic law in responding global and social change. The Islamic law is not only a law given by the will of Lord to all human being, but it has been also a dynamic and flexible law which came gradually in accordance with development of muslim societies throughijtihadwhich interpreteds the sacred text,na, compares analogically a new case that there is no legal recommended with a legal recommended case based on the mean of Islamic law. Historically, through considering public interest and social change logic, the government has a capable of declaring a decision that has relation to thena argument by political power if needed. it was followed, for instance, that a male muslim who was allowed to marry a christian woman was forbidden in Umar bin Khatab era. Keywords: elasticity, Islamic law, social change, ijtihad.

Abstrak: Elastisitas Hukum Islam dalam Merespons Perubahan Sosial. Tulisan ini memaparkan elastisistas hukum Islam dalam merespons perubahan zaman dan situasi sosial. Hukum Islam bukanlah hukum instan yang diberikan Tuhan menurut keinginan-Nya, tetapi hukum yang berkembang tahap demi tahap seiring dengan perkembangan masyarakat muslim pada masanya melalui ijtihad, yaitu melakukan pemahaman terhadap nas, mengkiyaskan kasus baru kepada kasus yang sudah ada hukumnya, dan mengeluarkan hukum baru yang sejalan dengan tujuan syariah. Dalam sejarah, melalui pertimbangan maslahat dan logika perubahan sosial, kepala negara dapat membatalkan ketentuan yang jelas dari nas lewat kekuasaan politik. Misalnya ketentuan tentang kebolehan laki-laki muslim menikahi wanita kitabiyah, lalu di masa Umar bin Khattab kebolehan ini tidak berlaku lagi dan hukumnya berubah menjadi haram.

Kata kunci: elastisitas, hukum Islam, perubahan zaman, ijtihad

Pendahuluan

Perubahan masyarakat adalah sebuah fenomena alamiah seiring dengan perputaran waktu. Tidak ada masyarakat yang berada dalam kondisi tetap pada waktu yang berbeda, semua bergerak, mengalir, menuju sebuah peradaban yang kian sempurna. Pemahaman terhadap perubahan masyarakat menjadi bagian penting dari usaha pembaruan, yang mengandung arti fikiran, aliran, gerakan, dan usaha untuk merubah faham-faham, adat istiadat, institusi-institusi lama dan sebagainya, untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.1

Hukum Islam adalah hukum yang berkaitan

erat dengan perubahan ini. Selain peranannya untuk mengubah masyarakat dari keburukan menjadi kebaikan, hukum ini juga merupakan produk dari perubahan, hasil ijtihad kontekstual dari sarjana-sarjana dan praktisi hukum sejak masa rasul sampai saat ini.2 Jika dalam persoalan

agama rasul mendapat wahyu, dalam persoalan duniawi beliau bermusyawarah. Di masa sahabat, nas menjadi acuan, tetapi yang menjadi kebijakan dan keputusan adalah hasil musyawarah. Demikian pula di masa sekarang, hukum Islam itu sudah jauh lebih berkembang dari inspirasi awalnya yang tetap dilestarikan dalam Alquran dan Sunnah. Dengan demikian, hukum Islam bukanlah hukum instan yang diberikan Tuhan menurut

1 Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam, Sejarah,

Pemikiran, dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h. 11.

2Muhammad Salîm al-Awwa,Fiqh Islâmî fî Tharîq

al-Tajdîd, (Beirût: al-Maktab al-Islâmî, 1419/1998), h. 4

(2)

keinginan-Nya, tetapi hukum yang berkembang tahap demi tahap seiring dengan perkembangan masyarakat muslim pada masanya melalui ijtihad, yaitu melakukan pemahaman terhadap nas, mengkiyaskan kasus baru kepada kasus yang sudah ada hukumnya, dan mengeluarkan hukum baru yang sejalan dengan tujuan syariah.3

Dengan demikian, hukum Islam adalah hukum yang dinamis yang dibuat umat Islam4

atas dasar pemahaman mereka terhadap wahyu. Pemahaman dan penafsiran terhadap wahyu dan penyesuaian terhadap konteks waktu disebut dengan fikih, dan fikih inilah yang disebut dengan hukum Islam.5 Ada dua faktor yang menjamin

elastisitas hukum Islam ini yang paling dominan, yaitu keberadaannya dalam wilayah kekuasaan politik dan keterbukaannya menerima hasil pemikiran manusia.

Hukum Islam Sebagai Kombinasi Akidah,

Syariah, dan Akhlak

Sebenarnya dalam keilmuan Islam, istilah

syariah ditujukan untuk menyebut segala yang diajarkan Alquran, hanya saja karena lahirnya cabang-cabang dan munculnya spesialisasi keilmuan, maka persoalan-persoalan keyakinan, seperti tentang ketuhanan, malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, dan hari akhirat dengan segenap rentetannya dikumpulkan untuk dibahas secara khusus dalam sebuah ilmu yang disebut ilmu akidah.6 Sedangkan ilmu yang berkaitan dengan

tata aturan dan hukum dibahas dalam satu ilmu

3 Muhammad Salam Madkur, Al-Ijtihâd fi Tasyrî`

al-Islâmî, (Mesir: Dâr al-Nahdhah al-`Arabiyah, 1983), h. 58-62. 4Abd al-Rahman ibn Khaldun,Muqaddimah, (Mesir: Dâr al-Fikr, t.th.), h. 445.

5Istilah Hukum Islam muncul untuk membedakannya dengan hukum yang lain. Dalam kitab-kitab Ushûl al-Fiqh klasik, kata ini tidak populer, hanya ditemukan sekali dalam

yang disebut Ilmu Fiqh, dan yang berkaitan dengan etika dan tingkah laku dibahas dalam Ilmu Akhlak. 7

Cara memahami Alquran dan ajaran agama Islam haruslah secara utuh dalam berbagai aspeknya. Jika memahaminya secara parsial maka akan menghasilkan keilmuan yang timpang dan akhirnya terlihat seakan-akan Islam itu sempit, tidak bisa dijadikan jalan hidup bagi masyarakat maju, modern, berperadaban, dan berilmu pengetahuan. Anggapan seperti ini selalu terjadi dan menggejala disebabkan kurang telitinya dalam memperhatikan ajaran agama. Padahal agama memberikan jawaban yang mantap akan segala persoalan tentang manusia, baik tentang siapa dirinya, dari mana asalnya, apa tugasnya di dunia ini, akan kemana esok hari, semua tersaji dalam tema akidah, syariah dan akhlak. Untuk itu makalah kecil ini akan memberikan kontribusi dalam menjembatani kekeliruan penafsiran dari kalangan intelektual dan akademisi dengan memfokuskan bahasan secara induktif pada ayat-ayat Alquran, menyimpulkannya, kemudian membandingkannya dengan pendapat-pendapat para pemikir lain dalam bidang yang sama.

Manusia Perspektif Akidah

Dahulu para filosof mengatakan hakikat manusia hanyalah sebuah materi, yang terdiri dari unsur tanah, air, api, dan angin. Filosof kedua mengatakan bahwa manusia sebagai perpaduan materi dan immateri. Plato yakin bahwa segala hakikat berasal dari ruh, sedangkan Descartes melihat hakikat manusia adalah materi dan ruhani. Menurut filosof muslim seperti al-Ghazali manusia adalah komposisi yang totalitas,8

sedangkan Ibn Khaldun berpendapat manusia itu adalah puncak dari evolusi alam.9 Menurut Ibn

kitabal-Nubdzat al-Kâfiyah karya Ibn Hazm al-Zhâhirî pada juz I halaman 59, dalamal-Furûqkarya As`ad ibn Muhammad ibn al-Husain disebutkan tiga kali, pada kitabMantsûr fi

al-Qawâ`idkarya Muhammad ibn Bahâdur al-Zarkasyî disebutkan

sekali.

6Ilmu ini kemudian pecah lagi menjadi Ilmu Kalam dengan bahasan tentang Alquran apakah kalam Allah yang qadim atau baharu, dan ilmu Sifat Dua Puluh yang banyak berkembang di Indonesia dalam tulisan Arab Melayu, yang membicarakan tentang sifat-sifat yang wajib bagi Allah, sifat yang mustahil, dan sifat yang jaiz. Kedua ilmu ini bertumpu pada penggunaan akal sebagai dasarnya untuk memahami keberadaan Tuhan sehingga membuahkan keyakinan yang teguh.

7 Ilmu akhlaq ini kemudian berkembang lagi menjadi Ilmu Tasawuf. Istilah syariah akhirnya lebih dipahami sebagai keilmuan di bidang hukum.

8M. Yasir Nasution,Manusia Menurut Al-Ghazali, (Jakarta:

Rajawali, 1988), h. 64-65; Harun Nasution, Islam Rasional, (Bandung: Mizan, 1995), h. 37.

9 Pendapatnya ini mempengaruhi teori evolusi Charles

(3)

Junaidi Lbs:Elastisitas Hukum Islam dalam Merespons Perubahan Sosial

Qayyim, manusia merupakan paduan ruh, akal dan badan, demikian juga Harun Nasution yang mengatakan manusia adalah materi dan immateri, unsur materinya adalah fisik yang mempunyai daya mendengar,melihat, dan gerak, sementara unsur immaterinya mempunyai daya fikir dan daya rasa.10

Menurut Alquran, manusia adalah jasmani dan rohani, ia adalah tubuh dan ruh, ia juga fisik dan nafs, yang dalam istilah lokal dikenal dengan nyawa dan jiwa. Alquran menyebut manusia dengan istilah-istilah basyar, insan, dan

bani Adam. Basyar digunakan untuk menunjukkan posisi manusia sebagai makhluk jasmani, sekelas dengan wuhsyah (binatang).11 Semua hewan

diciptakan Allah dari air (Q.S.21:30) baik yang berjalan dengan perutnya, yang berjalan dengan dua kaki, maupun yang berjalan dengan empat kaki (Q.S.24:45). Jenis manusia tidak mempunyai spesies lagi, sebagaimana Tuhan tidak mempunyai jenis juga tidak mempunyai spesies. Tidak ada asalnya dan tidak pula turunannya (Q.S. Al-Ikhlâs [112]: 3).

Insan menunjukkan manusia dalam arti jasmaniah dan ruhaniah,12 makhluk yang mampu

mengemban amanah taklif, yang menjadi alasan seluruh alam diciptakan, dan yang mendapat ruh langsung dari Allah sendiri (Q.S.17:85, 78:38, 32:9, 38:72).13 Sedangkan Bani Adam mengisyaratkan

kata qird tersebut dengan qudrah, tetapi konteksnya tidak pas. Zainab al-Khaduri,Filsafat Sejarah Ibnu Khaldun, (Bandung: Penerbit Pustaka, 1995), h. 78.

10 Harun Nasution, Islam Rasional, (Bandung: Mizan,

1995), h. 37.

11Jenis hewan ada dua macam, hewan berpikir dan hewan tidak berpikir. Manusia adalah hewan yang berpikir. Kata hewan adalah jenis, yang berpikir adalah diffrentia, sifat khusus yang membedakan manusia dari species hewan lainnya. Tetapi ada juga yang mendefenisikan manusia dengan defenisi yang lain, seperti hewan yang tersenyum, hewan yang menikah, dan sebagainya.

12Insan jamaknya nas, kata ini paling banyak dipakai Alquran

untuk menyebut manusia, jumlahnya 241 kali, disebutkan dalam 51 surat dalam Alquran, 99 kali di ayat-ayat Makkiyah dan 142 kali disebutkan oleh ayat-ayat Madaniyah. Menurut Ibnu Manzhûr,

manusia yang sekarang adalah keturunan Adam, gen yang kekal sampai hari kiamat. Gen ini menurut Alquran diciptakan dari saripati air yang hina (Q.S.25:54, 32:8, 77:20). Hina karena air tersebut keluar melalui saluran air seni (Q.S.86:6), namun tidak najis, karena air itulah asal tubuh manusia, dan tubuh manusia bukan najis.14 Pada

awalnya manusia diciptakan dari tanah (Q.S.6:2, 32:7, 38:71), yaitu tanah liat (Q.S.37:11). Kejadian berikutnya dibuat dari saripati tanah (Q.S. Al-Mu`minun [23]: 12), yaitu semua yang dimakan manusia dari tanah.

Sebelum Adam diciptakan telah ada terlebih dahulu makhluk dari api dan cahaya, yaitu jin dan malaikat. Bangsa jin dahulu adalah sebagai penghuni bumi, raja mereka bernama Azazil, berkedudukan di langit dunia yang kekuasaannya sampai ke bumi. Penghuni bumi pada waktu itu adalah jin, suka berbuat kerusakan dan menumpahkan darah maka Allah menitahkan agar Azazil menghancurkannya dengan membawa pasukan para Malaikat, sehingga hancurlah jin di muka bumi dan sisanya terlempar ke tepi air dan tepi hutan. Azazil kemudian diangkat menjadi bendahara surga, pada saat itulah Tuhan menciptakan Adam. Setelah Adam disempurnakan dan ditiupkan ruh Allah kepadanya maka bangsa api dan bangsa cahaya diperintahkan untuk sujud padanya. Azazil yang ingin agar dirinya yang menjadi khalifah kembali di muka bumi menolak untuk sujud (Q.S. Al-A`râf [7]: 12), dan menyatakan api lebih baik dari tanah, padahal ia disuruh sujud pada Adam setelah Adam diberi ruh. Azazil menginginkan kedudukan khalifah ini, karena ia suka dengan fasilitasnya, sehingga malaikat pun berada di bawah komandonya. Allah Swt. berfirman:

katainsandiambil dari katanusartinya bergerak, atau diambil dari kataans, artinya mengerti, atau dari katanisyanartinya lupa, atau dari katauns, artinya rindu. Semua makna ini sesuai dengan karakter manusia.Ibnu Manzhûr,Lisân al-Arab.

13 Kata ruh dalam Alquran dipakai untuk menyebut

malaikat Jibril, yaitu ruh al-kudus, ruh al-amin, dan ruh Kami (2:87, 5:110, 16:102, 26:193, 70:4, 97:4, 19:17, 40:15, 70: 4, 2:87, 253, 97:4, 26:193, 19:17), demikian juga ruh Allah untuk menyebut Nabi Isa as. (21:91, 66:12, 4:171). Tetapi pada 16:102,

42:52 yang dimaksud ruh adalah Alquran dan pertolongan. 14Dalam hukum fikih, sperma tidak najis seperti cairan

lain yang keluar dari zakar, sehingga jika ia keluar tidak membatalkan wudhu tetapi jadi berhadas besar dan wajib mandi. Untuk membedakan air mani ini, ulama menetapkan karakteristik seperti di surah al-Thâriq ayat enam ini, selain karakter alamiah lainnya, yaitu terpancar, rasanya lezat, dan diawali dari keinginan birahi.

(4)

Dan (ingatlah), tatkala Kami berfirman kepada para Malaikat: Sujudlah kamu semua kepada Adam , lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata: Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah? (Q.S. Al-Isrâ [17]:61)

Inilah landasan akidah tentang manusia yang telah tercapai ilmu dan filsafat sehingga tetap menjadi kebenaran agama yang mutlak, sebagai satu dasar keimanan.15

Kaitan Syariah dengan Akhlak

Alquran adalah mu`jizat nabi Muhammad saw, dan syariat adalah mu`jizat yang terbesar baginya.16 Mu`jizat artinya melemahkan. Nabi-nabi

yang mendakwakan dirinya sebagai utusan Tuhan tidak akan diterima ummat begitu saja sampai ia bisa membuktikan kebenarannya sebagai rasul. Untuk membuktikan kerasulan tersebut nabi-nabi selalu dibekali Allah dengan mu`jizat sehingga manusia lemah dan tak berdaya akalnya untuk membantah. 17

Menurut Ibn al-Arabi Syariah itu adalah jalan Allah, syariat itu hukum Allah, bukan hukum akal. Siapa yang menempuh jalan ini, maka ia akan sampai kepada hakikat, dan tidak ada jalan untuk sampai kepada Allah kecuali melalui jalan ini.18 Sumber syariah adalah Alquran, lalu syariah

15 Kebenaran adalah persoalan yang ingin diketahui

manusia. Jika kebenaran ini tidak diketahuinya maka jiwanya tidak tenang. Kebenaran yang diperoleh melalui penelusuran akal disebut filsafat, sifat kebenarannya spekulatif, yaitu cuma ada dalam pemikiran. Spekulasi filsafat pada ranah yang empiris dapat dipastikan manusia lewat penelitian, percobaan dan kausalitas, maka kebenaran ini disebut kebenaran ilmu, dan sifat kebenarannya relatif, boleh jadi penelitian berikutnya menghasilkan kesimpulan yang berbeda. Apabila perenungan akal, atau yang tak terpikirkannya sama sekali, dijawab oleh wahyu maka kebenarannya adalah mutlak, disebut sebagai agama.

16 Alquran mengandung mu`jizat yang bisa melemahkan orang untuk mendustakan Muhammad sebagai rasul Allah, baik dari keindahan bahasanya, informasinya tentang masa lalu, masa selama risalah, dan masa yang akan datang. Kandungannya yang berisi berbagai macam ilmu pengetahuan melahirkan teknologi ketika manusia ingin menguji kebenarannya.

17 Mukjizat nabi Musa adalah tongkatnya yang dapat

menjadi ular besar, membelah laut merah, memukul batu hingga mengeluarkan air pada saat bani Israil kehausan, mu`jizat nabi Isa yang bisa menyembuhkan penyakit kusta dan sopak, bisa mengobati orang buta, bahkan menghidupkan orang yang mati, dan sebagainya.

18Muhyiddin Ibnu al-Arabi, al-Fiqh. www.al-mostafa.com,

h. 39.

itu adalah sunnah Rasulullah saw. Syariah juga adalah segala sikap dan perbuatan baik yang dilakukan kaum muslimin, sehingga apabila mereka melakukan suatu perbuatan baik maka mereka akan menerima pahalanya dan pahala orang yang ikut mencontohnya.19

Syariah adalah adab ilahi. Hidup dengan syariat adalah hidup dengan adab ilahi. Rasulullah saw telah dibentuk adabnya oleh Allah untuk menjadi suri teladan bagi ummatnya. Umat yang mempedomani adab rasulnya sama dengan umat yang beradab dengan adab ilahi. Adab inilah yang menciptakan keluhuran akhlak, dan nabi saw. adalah orang yang berada dalam akhlak yang mulia (Q.S. Al-Qalam[68]: 4). Orang yang berakhlak mulia adalah kekasih Allah sebagaimana Ibrahim adalah khalilullah, dan Muhammad adalah habibullah, itulah insan kamil, manusia yang sempurna.

Hidup dengan menentang syariah adalah orang yang terjebak dalam makar ilahi. Mereka diberi syariah tetapi tidak diberi rezeki untuk mengikutinya, mereka menjalankan syariah tetapi tidak diberi rezeki keikhlasan. Melihat yang benar tetapi tidak mampu mengikutinya, melihat yang salah tetapi tidak sanggup menjauhinya. Kemauan dan kemampuan untuk berpedoman kepada syariat adalah bahagian dari nikmat Allah yang amat besar artinya. Perbuatan yang menyimpang dari syariah adalah perbuatan yang mengingkari ayat-ayat Allah. Allah Swt. berfirman:

Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui. 183. dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku Amat teguh.(Q.S. Al-A`râf [7]: 182-183).

Syariah adalah bagaikan makanan yang bermanfaat bagi manusia. Apa yang diperintahkan syariat menjadi landasan kekuatan fisik dan psikis manusia. Apa yang dilarang syariat jika dikerjakan maka akan menjadi racun yang mematikan

19Muhyiddin Ibnu al-Arabi, al-Fiqh. www.al-mostafa.com,

h. 40.

Dan (ingatlah), tatkala Kami berfirman kepada para Malaikat: Sujudlah kamu semua kepada Adam , lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata: Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah? (Q.S. Al-Isrâ [17]:61)

Inilah landasan akidah tentang manusia yang telah tercapai ilmu dan filsafat sehingga tetap menjadi kebenaran agama yang mutlak, sebagai satu dasar keimanan.15

Kaitan Syariah dengan Akhlak

Alquran adalah mu`jizat nabi Muhammad saw, dan syariat adalah mu`jizat yang terbesar baginya.16 Mu`jizat artinya melemahkan. Nabi-nabi

yang mendakwakan dirinya sebagai utusan Tuhan tidak akan diterima ummat begitu saja sampai ia bisa membuktikan kebenarannya sebagai rasul. Untuk membuktikan kerasulan tersebut nabi-nabi selalu dibekali Allah dengan mu`jizat sehingga manusia lemah dan tak berdaya akalnya untuk membantah. 17

Menurut Ibn al-Arabi Syariah itu adalah jalan Allah, syariat itu hukum Allah, bukan hukum akal. Siapa yang menempuh jalan ini, maka ia akan sampai kepada hakikat, dan tidak ada jalan untuk sampai kepada Allah kecuali melalui jalan ini.18Sumber syariah adalah Alquran, lalu syariah

15 Kebenaran adalah persoalan yang ingin diketahui

manusia. Jika kebenaran ini tidak diketahuinya maka jiwanya tidak tenang. Kebenaran yang diperoleh melalui penelusuran akal disebut filsafat, sifat kebenarannya spekulatif, yaitu cuma ada dalam pemikiran. Spekulasi filsafat pada ranah yang empiris dapat dipastikan manusia lewat penelitian, percobaan dan kausalitas, maka kebenaran ini disebut kebenaran ilmu, dan sifat kebenarannya relatif, boleh jadi penelitian berikutnya menghasilkan kesimpulan yang berbeda. Apabila perenungan akal, atau yang tak terpikirkannya sama sekali, dijawab oleh wahyu maka kebenarannya adalah mutlak, disebut sebagai agama.

16 Alquran mengandung mu`jizat yang bisa melemahkan orang untuk mendustakan Muhammad sebagai rasul Allah, baik dari keindahan bahasanya, informasinya tentang masa lalu, masa selama risalah, dan masa yang akan datang. Kandungannya yang berisi berbagai macam ilmu pengetahuan melahirkan teknologi ketika manusia ingin menguji kebenarannya.

17 Mukjizat nabi Musa adalah tongkatnya yang dapat

menjadi ular besar, membelah laut merah, memukul batu hingga mengeluarkan air pada saat bani Israil kehausan, mu`jizat nabi Isa yang bisa menyembuhkan penyakit kusta dan sopak, bisa mengobati orang buta, bahkan menghidupkan orang yang mati, dan sebagainya.

18Muhyiddin Ibnu al-Arabi, al-Fiqh. www.al-mostafa.com,

h. 39.

itu adalah sunnah Rasulullah saw. Syariah juga adalah segala sikap dan perbuatan baik yang dilakukan kaum muslimin, sehingga apabila mereka melakukan suatu perbuatan baik maka mereka akan menerima pahalanya dan pahala orang yang ikut mencontohnya.19

Syariah adalah adab ilahi. Hidup dengan syariat adalah hidup dengan adab ilahi. Rasulullah saw telah dibentuk adabnya oleh Allah untuk menjadi suri teladan bagi ummatnya. Umat yang mempedomani adab rasulnya sama dengan umat yang beradab dengan adab ilahi. Adab inilah yang menciptakan keluhuran akhlak, dan nabi saw. adalah orang yang berada dalam akhlak yang mulia (Q.S. Al-Qalam[68]: 4). Orang yang berakhlak mulia adalah kekasih Allah sebagaimana Ibrahim adalah khalilullah, dan Muhammad adalah habibullah, itulah insan kamil, manusia yang sempurna.

Hidup dengan menentang syariah adalah orang yang terjebak dalam makar ilahi. Mereka diberi syariah tetapi tidak diberi rezeki untuk mengikutinya, mereka menjalankan syariah tetapi tidak diberi rezeki keikhlasan. Melihat yang benar tetapi tidak mampu mengikutinya, melihat yang salah tetapi tidak sanggup menjauhinya. Kemauan dan kemampuan untuk berpedoman kepada syariat adalah bahagian dari nikmat Allah yang amat besar artinya. Perbuatan yang menyimpang dari syariah adalah perbuatan yang mengingkari ayat-ayat Allah. Allah Swt. berfirman:

Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui. 183. dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku Amat teguh.(Q.S. Al-A`râf [7]: 182-183).

Syariah adalah bagaikan makanan yang bermanfaat bagi manusia. Apa yang diperintahkan syariat menjadi landasan kekuatan fisik dan psikis manusia. Apa yang dilarang syariat jika dikerjakan maka akan menjadi racun yang mematikan

19Muhyiddin Ibnu al-Arabi, al-Fiqh. www.al-mostafa.com,

h. 40.

Dan (ingatlah), tatkala Kami berfirman kepada para Malaikat: Sujudlah kamu semua kepada Adam , lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata: Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah? (Q.S. Al-Isrâ [17]:61)

Inilah landasan akidah tentang manusia yang telah tercapai ilmu dan filsafat sehingga tetap menjadi kebenaran agama yang mutlak, sebagai satu dasar keimanan.15

Kaitan Syariah dengan Akhlak

Alquran adalah mu`jizat nabi Muhammad saw, dan syariat adalah mu`jizat yang terbesar baginya.16 Mu`jizat artinya melemahkan. Nabi-nabi

yang mendakwakan dirinya sebagai utusan Tuhan tidak akan diterima ummat begitu saja sampai ia bisa membuktikan kebenarannya sebagai rasul. Untuk membuktikan kerasulan tersebut nabi-nabi selalu dibekali Allah dengan mu`jizat sehingga manusia lemah dan tak berdaya akalnya untuk membantah. 17

Menurut Ibn al-Arabi Syariah itu adalah jalan Allah, syariat itu hukum Allah, bukan hukum akal. Siapa yang menempuh jalan ini, maka ia akan sampai kepada hakikat, dan tidak ada jalan untuk sampai kepada Allah kecuali melalui jalan ini.18 Sumber syariah adalah Alquran, lalu syariah

15 Kebenaran adalah persoalan yang ingin diketahui

manusia. Jika kebenaran ini tidak diketahuinya maka jiwanya tidak tenang. Kebenaran yang diperoleh melalui penelusuran akal disebut filsafat, sifat kebenarannya spekulatif, yaitu cuma ada dalam pemikiran. Spekulasi filsafat pada ranah yang empiris dapat dipastikan manusia lewat penelitian, percobaan dan kausalitas, maka kebenaran ini disebut kebenaran ilmu, dan sifat kebenarannya relatif, boleh jadi penelitian berikutnya menghasilkan kesimpulan yang berbeda. Apabila perenungan akal, atau yang tak terpikirkannya sama sekali, dijawab oleh wahyu maka kebenarannya adalah mutlak, disebut sebagai agama.

16 Alquran mengandung mu`jizat yang bisa melemahkan orang untuk mendustakan Muhammad sebagai rasul Allah, baik dari keindahan bahasanya, informasinya tentang masa lalu, masa selama risalah, dan masa yang akan datang. Kandungannya yang berisi berbagai macam ilmu pengetahuan melahirkan teknologi ketika manusia ingin menguji kebenarannya.

17 Mukjizat nabi Musa adalah tongkatnya yang dapat

menjadi ular besar, membelah laut merah, memukul batu hingga mengeluarkan air pada saat bani Israil kehausan, mu`jizat nabi Isa yang bisa menyembuhkan penyakit kusta dan sopak, bisa mengobati orang buta, bahkan menghidupkan orang yang mati, dan sebagainya.

18Muhyiddin Ibnu al-Arabi, al-Fiqh. www.al-mostafa.com,

h. 39.

itu adalah sunnah Rasulullah saw. Syariah juga adalah segala sikap dan perbuatan baik yang dilakukan kaum muslimin, sehingga apabila mereka melakukan suatu perbuatan baik maka mereka akan menerima pahalanya dan pahala orang yang ikut mencontohnya.19

Syariah adalah adab ilahi. Hidup dengan syariat adalah hidup dengan adab ilahi. Rasulullah saw telah dibentuk adabnya oleh Allah untuk menjadi suri teladan bagi ummatnya. Umat yang mempedomani adab rasulnya sama dengan umat yang beradab dengan adab ilahi. Adab inilah yang menciptakan keluhuran akhlak, dan nabi saw. adalah orang yang berada dalam akhlak yang mulia (Q.S. Al-Qalam[68]: 4). Orang yang berakhlak mulia adalah kekasih Allah sebagaimana Ibrahim adalah khalilullah, dan Muhammad adalah habibullah, itulah insan kamil, manusia yang sempurna.

Hidup dengan menentang syariah adalah orang yang terjebak dalam makar ilahi. Mereka diberi syariah tetapi tidak diberi rezeki untuk mengikutinya, mereka menjalankan syariah tetapi tidak diberi rezeki keikhlasan. Melihat yang benar tetapi tidak mampu mengikutinya, melihat yang salah tetapi tidak sanggup menjauhinya. Kemauan dan kemampuan untuk berpedoman kepada syariat adalah bahagian dari nikmat Allah yang amat besar artinya. Perbuatan yang menyimpang dari syariah adalah perbuatan yang mengingkari ayat-ayat Allah. Allah Swt. berfirman:

Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui. 183. dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku Amat teguh.(Q.S. Al-A`râf [7]: 182-183).

Syariah adalah bagaikan makanan yang bermanfaat bagi manusia. Apa yang diperintahkan syariat menjadi landasan kekuatan fisik dan psikis manusia. Apa yang dilarang syariat jika dikerjakan maka akan menjadi racun yang mematikan

19Muhyiddin Ibnu al-Arabi, al-Fiqh. www.al-mostafa.com,

(5)

Junaidi Lbs:Elastisitas Hukum Islam dalam Merespons Perubahan Sosial

manusia. Makanan halal lagi baik adalah nutrisi yang menguatkan tubuh dan jiwa manusia (7: 23), sebaliknya makanan yang busuk dan haram adalah racun yang bisa membinasakan tubuh dan jiwa manusia. Semua ajaran syariat mengandung tujuan yang bermanfaat untuk manusia yang disebut dengan maslahat. Apabila syariat dilanggar akan menimbulkan kerusakan yang disebut dengan mafsadat. Karena itu manusia harus masuk dalam tuntutan syariah secara menyeluruh (2: 208) dengan niat yang berlandaskan kepatuhan. Sebab, perbuatan manusia diukur dari niat, dan tiap orang akan mendapatkan apa yang menjadi niatnya. Inilah kaedah moralitas yang tinggi, yang kekuatannya diambil dari norma-norma agama, norma-norma sosial, norma-norma ekonomi, dan norma-norma kemanusiaan. Ini adalah salah satu fondasi yang disebut maslahat mursalat.

Karakter Hukum Syariah

Ketentuan syariah diletakkan dari dasar akidah yang teguh. Menurut agama, manusia adalah bagian dari alam semesta. Keberadaan manusia diperlukan untuk kelanggengan alam sampai waktu yang ditentukan. Manusia dapat mengekalkan dan menghancurkan bumi ini dengan kekuatannya, seangkan Allah menginginkan alam ini tetap kekal sampai tiba masanya berakhir.20

Rasulullah menyatakan bahwa dirinya dan agama yang dibawanya sebagai pembawa perdamaian bagi segenap alam (al-Anbiyâ`[21]: 107) Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam . Menurut Hasan Turabi, kelestarian alam berkaitan dengan keberadaan manusia, mengekalkan alam adalah dengan cara mengekalkan species manusia.21

Pengekalanspecies manusia ditempuh dengan cara menetapkan mereka hidup berpasangan antara laki-laki dengan perempuan untuk berketurunan

(tawallud)dan berkembang biak(tanâsul),karena

Islam mengajarkan norma-norma dasar yang universal bahwa tiap orang adalah bagian dari yang lain, bagian dari makhluk alam, dan bagian dari kemanusiaan yang universal. Karena itu manusia tidak bisa melepaskan diri dari yang lainnya, hidup berkelompok untuk mempertahankan diri, berkembang biak, dan kepentingan yang lebih luas.23 Masyarakat terkecil adalah keluarga, lalu

lingkungan, kemudian membentuk masyarakat besar berupa negara. Tiap orang berbeda status-nya berdasarkan fungsistatus-nya dalam kehidupan, inilah yang menyebabkan mereka saling me-lengkapi, yang lemah terlindungi, yang kaya dapat mengambil manfaat dari yang miskin. Manusia adalah makhluk yang lemah (Q.S.Al-Nisâ [4]:28), tidak dapat mengadakan kebutuhannya sendiri, harus saling melengkapi dengan sesamanya, di samping ketergantungannya kepada makhluk lain di alam ini.24

Agama juga mengajarkan bahwa manusia itu bersaudara, karena berasal dari satu diri, yaitu Adam (Q.S. Al-Nisâ [4]:1), dari Adam diciptakan Hawa, dari dua orang inilah asal muasal manusia. Rasulullah Saw. di Arafah bersabda Wahai se-kalian manusia, ketahuilah bahwa Tuhan kamu adalah satu, nenek moyang kamu adalah satu, ketahuilah tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas orang Ajam, demikian pula orang Ajam atas orang Arab, tidak ada kelebihan orang berkulit merah atas orang berkulit gelap, demikian pula orang berkulit gelap atas orang berkulit merah kecuali dengan takwa kepada Allah 25

Pernyataan ini merupakan kaedah yang penting untuk melihat manusia dalam persamaan, sederajat, dan seimbang. Perbedaan suku bangsa, bahasa, dan warna kulit karena perbedaan iklim dan geografis hanyalah sebagai tanda untuk mempermudah mengenali, dan mudah memberikan pertolongan (Q.S. Al-Hujurât[49]:

itu jiwa manusia harus dipimpin dengan aturan

23 Makhluk hidup terdiri dari dua species, hidup dan yang tepat dan efektif, sebab jiwa manusia yang

rusak akan menimbulkan kerusakan di muka bumi.22

20Jam`iyah Majallah,Majallat al-Ahkâm al-`Adliyyah,(T.tp:

Karkhanah Tijarat Kutub, t.th) h. 15.

21Hasan al-Turabi,Tajdîd al-Fikr al-Islâmi,(Mesir: Dâr

al-Kutub, 1975), h. 75.

22Jam`iyah Majallah,Majallat al-Ahkâm al-`Adliyyah ,h. 15.

berkembang tetapi pasif disebut dengan tumbuh-tumbuhan (nabatat). Yang hidup dan berkembang aktif disebut dengan

hayawanat(hewan). Kedua peristilahan ini diambil dari istilah Arab yang telah umum dipakai dalam kosa kata Indonesia. Istilah lain dikenal juga dengan nabati dan hewani.Manusia adalah hewan yang berpikir.

24Thabarî,al-Jâmi , Juz IV, h. 32.

25 Ahmad ibn Hanbal, Musnad, (Kairo: Muassasah al-Qurthubah, t.th), Juz V, h. 551.

(6)

13) Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Laki-laki dan perempuan berbeda dalam kesatuan. Prestasi tiap individu dinilai lewat ketakwaan mereka dan kemampuannya megimplementasikan manfaat yang besar untuk sesamanya. Tiap orang memiliki status yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab, berbagi tugas agar hidup yang dijalankan indah dan berkarakter. Rasulullah saw. bersabda Ketahuilah oleh kamu, setiap kamu itu adalah pemimpin dan setiap kamu bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang amir dalam masyarakatnya adalah pemimpin dan ia akan ditanya tentang kepemimpinannya, seorang suami adalah pemimpin terhadap keluarganya dan ia akan ditanya tentang mereka, seorang isteri adalah pemimpin terhadap rumah tangga suaminya dan anak-anaknya, dan ia akan ditanya tentang mereka, seorang hamba adalah pemimpin terhadap harta tuannya dan ia akan ditanya tentang itu. Sadarilah bahwa setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan diminta pertanggung-jawabannya tentang kepemimpinannya .26

Konsep Perubahan dalam Islam

Menurut Islam manusia adalah bagian dari alam semesta yang tersusun dan terorganisir dalam satu kesatuan sistem dan struktur. Jika alam senantiasa berubah, begitu juga manusia. Semua mengalir, bergerak pada garis edarnya,

wa kullun fî falakin yasbahûn.Heraklitus (540-480 sm) mengatakan ketika kita mandi di sebuah sungai untuk yang kedua kalinya, sungai telah berbeda.27

Kehidupan manusia disebut berubah karena adanya perubahan pada saat adanya perbedaan waktu. Perubahan terjadi pada individu dan kumpulannya.28 Menurut Ian Robertson perubahan

sosial terjadi dari bermacam-macam faktor seperti lingkungan, populasi, ide, peristiwa, inovasi kultur, aktifitas manusia, dan teknologi.29 Perubahan itu

26Abi Abd Allâh Muhammad ibn Ismail al-Bukhâri,al-Jâmi`

al-Shahîh, (Beirut: Dâr al-Fikr), Juz III, h. 1459.

27 Ahmad Amin, al-Akhlâq, (Mesir: Dar Kutub

al-Ilmiyyah, 1975), h. 92.

28Ian Robertson,Sociology,(New York: Worth Publisher,

Inc. 2ndEdition, 1981), h. 79.

29Ian Robertson,Sociology, h, 594.

juga yang menjadi sejarah.30

Perubahan itu bagian dari sifat alamiah yang terjadi dengan takdir Allah. Allah Swt. berfirman:

Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu dia dalam kesibukan .

Ketika Rasulullah saw membaca ayat ini, sahabat bertanya ya Rasulullah, apa yang dimaksud dengan sya n dalam ayat ini? ia

menjawab mengampuni dosa, melepaskan

kesulitan, dan mengangkat derjat suatu kaum dan merendahkan kaum yang lain .31

Ampunan adalah hasil perubahan dari maksiat menjadi taat, begitu juga kemudahan dan kemuliaan adalah hasil perubahan. Di belakang yang berubah itu ada wujud tunggal yang tidak berubah, Dia-lah asal segala sesuatu, kekal, senantiasa mengatur segala perubahan.32

Islam mengajarkan agar perubahan dilakukan dari diri sendiri menuju ke arah yang lebih baik, sebab Allah tidak akan merubahnya sampai individu itu merubah dirinya sendiri,33 Allah Swt.

berfirman:

Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri . (Q.S. Al-Ra`d [13]: 11).

Alquran juga mewajibkan adanya agen pe-rubahan yang diambil dari sebahagian komunitas kaum muslimin untuk menjaga stabilitas perubahan ke arah yang lebih baik. Perkembangan yang tidak terencana bisa mengarah kepada kerusakan dan negatif. Dalam Alquran Allah swt. berfirman:

30Abd al-Rahmân ibn Khaldun,Târîkh Ibn Khaldun, (Beirut:

Muassasah Jammal li al-Thabâ`ah wa al-Nasyr, 1979). 31Al-Thabarî,Tafsîr,Juz XI, h. 591.

32Muhammad Syarif Ahmad,Tajdîd al-Mawqif al-Islâmî fi

al-Fiqh wa al-Fikr wa al-Siyâsah, (Damaskus: Dâr al-Fikr, 2004). 33 Penafsiran ini didasarkan kepada bahwa perubahan

jasmani malah sebaliknya, yaitu manusia tidak bisa menahan perubahan yang terjadi pada dirinya dan alam lingkungannya, dari keadaan fisik yang kecil, lalu menjadi besar, kuat, lalu berubah menjadi lemah, tua, dan akhirnya mati.

13) Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Laki-laki dan perempuan berbeda dalam kesatuan. Prestasi tiap individu dinilai lewat ketakwaan mereka dan kemampuannya megimplementasikan manfaat yang besar untuk sesamanya. Tiap orang memiliki status yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab, berbagi tugas agar hidup yang dijalankan indah dan berkarakter. Rasulullah saw. bersabda Ketahuilah oleh kamu, setiap kamu itu adalah pemimpin dan setiap kamu bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang amir dalam masyarakatnya adalah pemimpin dan ia akan ditanya tentang kepemimpinannya, seorang suami adalah pemimpin terhadap keluarganya dan ia akan ditanya tentang mereka, seorang isteri adalah pemimpin terhadap rumah tangga suaminya dan anak-anaknya, dan ia akan ditanya tentang mereka, seorang hamba adalah pemimpin terhadap harta tuannya dan ia akan ditanya tentang itu. Sadarilah bahwa setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan diminta pertanggung-jawabannya tentang kepemimpinannya .26

Konsep Perubahan dalam Islam

Menurut Islam manusia adalah bagian dari alam semesta yang tersusun dan terorganisir dalam satu kesatuan sistem dan struktur. Jika alam senantiasa berubah, begitu juga manusia. Semua mengalir, bergerak pada garis edarnya,

wa kullun fî falakin yasbahûn.Heraklitus (540-480 sm) mengatakan ketika kita mandi di sebuah sungai untuk yang kedua kalinya, sungai telah berbeda.27

Kehidupan manusia disebut berubah karena adanya perubahan pada saat adanya perbedaan waktu. Perubahan terjadi pada individu dan kumpulannya.28 Menurut Ian Robertson perubahan

sosial terjadi dari bermacam-macam faktor seperti lingkungan, populasi, ide, peristiwa, inovasi kultur, aktifitas manusia, dan teknologi.29 Perubahan itu

26Abi Abd Allâh Muhammad ibn Ismail al-Bukhâri,al-Jâmi`

al-Shahîh, (Beirut: Dâr al-Fikr), Juz III, h. 1459.

27 Ahmad Amin, al-Akhlâq, (Mesir: Dar Kutub

al-Ilmiyyah, 1975), h. 92.

28Ian Robertson,Sociology,(New York: Worth Publisher,

Inc. 2ndEdition, 1981), h. 79.

29Ian Robertson,Sociology, h, 594.

juga yang menjadi sejarah.30

Perubahan itu bagian dari sifat alamiah yang terjadi dengan takdir Allah. Allah Swt. berfirman:

Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu dia dalam kesibukan .

Ketika Rasulullah saw membaca ayat ini, sahabat bertanya ya Rasulullah, apa yang dimaksud dengan sya n dalam ayat ini? ia

menjawab mengampuni dosa, melepaskan

kesulitan, dan mengangkat derjat suatu kaum dan merendahkan kaum yang lain .31

Ampunan adalah hasil perubahan dari maksiat menjadi taat, begitu juga kemudahan dan kemuliaan adalah hasil perubahan. Di belakang yang berubah itu ada wujud tunggal yang tidak berubah, Dia-lah asal segala sesuatu, kekal, senantiasa mengatur segala perubahan.32

Islam mengajarkan agar perubahan dilakukan dari diri sendiri menuju ke arah yang lebih baik, sebab Allah tidak akan merubahnya sampai individu itu merubah dirinya sendiri,33 Allah Swt.

berfirman:

Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri . (Q.S. Al-Ra`d [13]: 11).

Alquran juga mewajibkan adanya agen pe-rubahan yang diambil dari sebahagian komunitas kaum muslimin untuk menjaga stabilitas perubahan ke arah yang lebih baik. Perkembangan yang tidak terencana bisa mengarah kepada kerusakan dan negatif. Dalam Alquran Allah swt. berfirman:

30Abd al-Rahmân ibn Khaldun,Târîkh Ibn Khaldun, (Beirut:

Muassasah Jammal li al-Thabâ`ah wa al-Nasyr, 1979). 31Al-Thabarî,Tafsîr,Juz XI, h. 591.

32Muhammad Syarif Ahmad,Tajdîd al-Mawqif al-Islâmî fi

al-Fiqh wa al-Fikr wa al-Siyâsah, (Damaskus: Dâr al-Fikr, 2004). 33 Penafsiran ini didasarkan kepada bahwa perubahan

jasmani malah sebaliknya, yaitu manusia tidak bisa menahan perubahan yang terjadi pada dirinya dan alam lingkungannya, dari keadaan fisik yang kecil, lalu menjadi besar, kuat, lalu berubah menjadi lemah, tua, dan akhirnya mati.

13) Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Laki-laki dan perempuan berbeda dalam kesatuan. Prestasi tiap individu dinilai lewat ketakwaan mereka dan kemampuannya megimplementasikan manfaat yang besar untuk sesamanya. Tiap orang memiliki status yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab, berbagi tugas agar hidup yang dijalankan indah dan berkarakter. Rasulullah saw. bersabda Ketahuilah oleh kamu, setiap kamu itu adalah pemimpin dan setiap kamu bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang amir dalam masyarakatnya adalah pemimpin dan ia akan ditanya tentang kepemimpinannya, seorang suami adalah pemimpin terhadap keluarganya dan ia akan ditanya tentang mereka, seorang isteri adalah pemimpin terhadap rumah tangga suaminya dan anak-anaknya, dan ia akan ditanya tentang mereka, seorang hamba adalah pemimpin terhadap harta tuannya dan ia akan ditanya tentang itu. Sadarilah bahwa setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan diminta pertanggung-jawabannya tentang kepemimpinannya .26

Konsep Perubahan dalam Islam

Menurut Islam manusia adalah bagian dari alam semesta yang tersusun dan terorganisir dalam satu kesatuan sistem dan struktur. Jika alam senantiasa berubah, begitu juga manusia. Semua mengalir, bergerak pada garis edarnya,

wa kullun fî falakin yasbahûn.Heraklitus (540-480 sm) mengatakan ketika kita mandi di sebuah sungai untuk yang kedua kalinya, sungai telah berbeda.27

Kehidupan manusia disebut berubah karena adanya perubahan pada saat adanya perbedaan waktu. Perubahan terjadi pada individu dan kumpulannya.28 Menurut Ian Robertson perubahan

sosial terjadi dari bermacam-macam faktor seperti lingkungan, populasi, ide, peristiwa, inovasi kultur, aktifitas manusia, dan teknologi.29 Perubahan itu

26Abi Abd Allâh Muhammad ibn Ismail al-Bukhâri,al-Jâmi`

al-Shahîh, (Beirut: Dâr al-Fikr), Juz III, h. 1459.

27 Ahmad Amin, al-Akhlâq, (Mesir: Dar Kutub

al-Ilmiyyah, 1975), h. 92.

28Ian Robertson,Sociology,(New York: Worth Publisher,

Inc. 2ndEdition, 1981), h. 79.

29Ian Robertson,Sociology, h, 594.

juga yang menjadi sejarah.30

Perubahan itu bagian dari sifat alamiah yang terjadi dengan takdir Allah. Allah Swt. berfirman:

Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu dia dalam kesibukan .

Ketika Rasulullah saw membaca ayat ini, sahabat bertanya ya Rasulullah, apa yang dimaksud dengan sya n dalam ayat ini? ia

menjawab mengampuni dosa, melepaskan

kesulitan, dan mengangkat derjat suatu kaum dan merendahkan kaum yang lain .31

Ampunan adalah hasil perubahan dari maksiat menjadi taat, begitu juga kemudahan dan kemuliaan adalah hasil perubahan. Di belakang yang berubah itu ada wujud tunggal yang tidak berubah, Dia-lah asal segala sesuatu, kekal, senantiasa mengatur segala perubahan.32

Islam mengajarkan agar perubahan dilakukan dari diri sendiri menuju ke arah yang lebih baik, sebab Allah tidak akan merubahnya sampai individu itu merubah dirinya sendiri,33 Allah Swt.

berfirman:

Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri . (Q.S. Al-Ra`d [13]: 11).

Alquran juga mewajibkan adanya agen pe-rubahan yang diambil dari sebahagian komunitas kaum muslimin untuk menjaga stabilitas perubahan ke arah yang lebih baik. Perkembangan yang tidak terencana bisa mengarah kepada kerusakan dan negatif. Dalam Alquran Allah swt. berfirman:

30Abd al-Rahmân ibn Khaldun,Târîkh Ibn Khaldun, (Beirut:

Muassasah Jammal li al-Thabâ`ah wa al-Nasyr, 1979). 31Al-Thabarî,Tafsîr,Juz XI, h. 591.

32Muhammad Syarif Ahmad,Tajdîd al-Mawqif al-Islâmî fi

al-Fiqh wa al-Fikr wa al-Siyâsah, (Damaskus: Dâr al-Fikr, 2004). 33 Penafsiran ini didasarkan kepada bahwa perubahan

(7)

Junaidi Lbs:Elastisitas Hukum Islam dalam Merespons Perubahan Sosial

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. Al-Nahl[16]: 125)

Menurut Qâdî Iyâd seorang agen perubahan hendaklah melakukan perubahan berdasarkan berbagai aspek yang memungkinkan untuk menghilangkannya, baik perbuatan untuk menghancurkan alat-alat kebatilan secara langsung atau perkataan dengan menyuruh orang melakukannya..34 Perkembangan yang

mengarah kepada kemunduran disebut dengan kemungkaran, yang diukur dari tidak berjalannya norma-norma luhur yang diakui oleh hati nurani manusia sebagaimana yang diajarkan agama.35

Perkembangan yang baik disebut denganma`rûf,

yang menggiring masyarakat dalam suatuishlâh,

kebaikan, dan kemaslahatan. Norma inilah yang disebut dengan jalan Allah. Rasul sendiri merupakan agen perubahan sosial pertama yang ditugaskan Allah untuk memperbaiki manusia, mengangkat derajat mereka, dan menjadikan mereka manusia yang sempurna (insân kâmil).36

34Abu Zakaria Yahya ibn Syarf al-Nawawi,Shahîh Muslim

bi Syarh al-Naw wi, (Beirut: Dâr Ihyâ al-Turats al-`Arabi, 1392), Juz II, h. 25.

35Yaitu mengharuskan manusia bertauhid, menjalankan perintah, dan menjauhi larangan-Nya. Semua ini bertujuan untuk mengatur kehidupan manusia di dunia dan menggapai kebahagiaan yang kekal. Agen perubahan ini (Rasul) telah berlangsung berkesinambungan sampai datangnya Rasulullah saw. yang diutus Allah dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, agar membuktikan kebenarannya di atas agama yang lain (`Abd al-Rahmân ibn Hasan al-Jabarti,Târîkh Akhbâr, (Beirut: Dâr al-Jail, 1960), h. 17.

36Menurut William Montgomery Watt, banyak perubahan

sejarah dan peta dunia, yang disebabkan kehadiran Nabi Muhammad dan pengikutnya ini. Menurut analisis para ahli, alat utama yang digunakan Nabi untuk mempersatukan

Quraish Shihab mengatakan:

Kita semua tahu bahwa Alquran dan Sunnah melalui dakwahnya mengamanatkan nilai-nilai. Nilai-nilai itu ada yang bersifat mendasar, universal dan abadi, dan ada juga yang bersifat praksis, lokal, dan temporal, sehingga dapat berbeda antara satu tempat/waktu dengan tempat/ waktu yang lain. Perbedaan, perubahan, dan perkembangan nilai itu dapat diteriraa oleh Islam selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai universal .37

Menurut Quraish, Alquran mengisyaratkan kedua nilai di atas dengan kata al-khair dan

al-ma ruf. Al-khair adalah nilai universal yang diajarkan oleh Alquran dan Sunnah. Al-khair itu adalah ittiba` al-Qur ân wa sunnat al-rasûl, sedang

al-ma`rûf adalah sesuatu yang baik menurut pandangan umum satu masyarakat selama sejalan dengan al-khair.Adapun al-munkar maka ia adalah sesuatu yang dinilai buruk oleh masyarakat serta bertentangan dengan nilai-nilai ilahi.38 Quraish

menyimpulkan al-ma`rûf merupakan kesepakatan umum masyarakat. Karena ia merupakan kesepakatan suatu masyarakat, maka kesepakatan itu bisa berbeda antara satu masyarakat muslim dengan masyarakat muslim yang lain, bahkan antara satu waktu dan waktu lain dalam satu masyarakat tertentu .39

Jika perubahan tidak mungkin dilakukan maka agama menekankan agar keluar dari keadaan yang buruk tersebut ke daerah lain yang lebih baik, mereka harus bergeser dari satu tempat menuju ke tempat yang lain. Dalam hal ini, Alquran mengenalkan konsep perubahan tempat. Dalam Alquran Allah Swt berfirman:

Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan

bangsa manusia ialah agama Islam, yang telah menyatukan kabilah-kabilah Arab di bawah satu komando hanya dalam waktu 23 tahun, yang menjadi kekuatan dunia dan dapat mengalahkan Romawi dan Persia. Lihat William Montgomery Watt, Muhammad s Mecca, History in the Qur an,(Edinburgh: Edinburgh University Press, 1988), h. 24.

37M. Quraish Shihab,Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan, dan

Keserasian Al-Qur an (Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2000),

Cet. ke-1, Vol. 2, h. 163.

38Shihab,Tqfsir al-Mishbah...,Vol. 2, h.164. 39Shihab,Tqfsir al-Mishbah...,Vol. 2, h. 164.

73 |

Junaidi Lbs:Elastisitas Hukum Islam dalam Merespons Perubahan Sosial

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. Al-Nahl[16]: 125)

Menurut Qâdî Iyâd seorang agen perubahan hendaklah melakukan perubahan berdasarkan berbagai aspek yang memungkinkan untuk menghilangkannya, baik perbuatan untuk menghancurkan alat-alat kebatilan secara langsung atau perkataan dengan menyuruh orang melakukannya..34 Perkembangan yang

mengarah kepada kemunduran disebut dengan kemungkaran, yang diukur dari tidak berjalannya norma-norma luhur yang diakui oleh hati nurani manusia sebagaimana yang diajarkan agama.35

Perkembangan yang baik disebut denganma`rûf,

yang menggiring masyarakat dalam suatuishlâh,

kebaikan, dan kemaslahatan. Norma inilah yang disebut dengan jalan Allah. Rasul sendiri merupakan agen perubahan sosial pertama yang ditugaskan Allah untuk memperbaiki manusia, mengangkat derajat mereka, dan menjadikan mereka manusia yang sempurna (insân kâmil).36

34Abu Zakaria Yahya ibn Syarf al-Nawawi,Shahîh Muslim

bi Syarh al-Naw wi, (Beirut: Dâr Ihyâ al-Turats al-`Arabi, 1392), Juz II, h. 25.

35Yaitu mengharuskan manusia bertauhid, menjalankan perintah, dan menjauhi larangan-Nya. Semua ini bertujuan untuk mengatur kehidupan manusia di dunia dan menggapai kebahagiaan yang kekal. Agen perubahan ini (Rasul) telah berlangsung berkesinambungan sampai datangnya Rasulullah saw. yang diutus Allah dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, agar membuktikan kebenarannya di atas agama yang lain (`Abd al-Rahmân ibn Hasan al-Jabarti,Târîkh Akhbâr, (Beirut: Dâr al-Jail, 1960), h. 17.

36Menurut William Montgomery Watt, banyak perubahan

sejarah dan peta dunia, yang disebabkan kehadiran Nabi Muhammad dan pengikutnya ini. Menurut analisis para ahli, alat utama yang digunakan Nabi untuk mempersatukan

Quraish Shihab mengatakan:

Kita semua tahu bahwa Alquran dan Sunnah melalui dakwahnya mengamanatkan nilai-nilai. Nilai-nilai itu ada yang bersifat mendasar, universal dan abadi, dan ada juga yang bersifat praksis, lokal, dan temporal, sehingga dapat berbeda antara satu tempat/waktu dengan tempat/ waktu yang lain. Perbedaan, perubahan, dan perkembangan nilai itu dapat diteriraa oleh Islam selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai universal .37

Menurut Quraish, Alquran mengisyaratkan kedua nilai di atas dengan kata al-khair dan

al-ma ruf. Al-khair adalah nilai universal yang diajarkan oleh Alquran dan Sunnah. Al-khair itu adalah ittiba` al-Qur ân wa sunnat al-rasûl, sedang

al-ma`rûf adalah sesuatu yang baik menurut pandangan umum satu masyarakat selama sejalan dengan al-khair.Adapun al-munkar maka ia adalah sesuatu yang dinilai buruk oleh masyarakat serta bertentangan dengan nilai-nilai ilahi.38 Quraish

menyimpulkan al-ma`rûf merupakan kesepakatan umum masyarakat. Karena ia merupakan kesepakatan suatu masyarakat, maka kesepakatan itu bisa berbeda antara satu masyarakat muslim dengan masyarakat muslim yang lain, bahkan antara satu waktu dan waktu lain dalam satu masyarakat tertentu .39

Jika perubahan tidak mungkin dilakukan maka agama menekankan agar keluar dari keadaan yang buruk tersebut ke daerah lain yang lebih baik, mereka harus bergeser dari satu tempat menuju ke tempat yang lain. Dalam hal ini, Alquran mengenalkan konsep perubahan tempat. Dalam Alquran Allah Swt berfirman:

Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan

bangsa manusia ialah agama Islam, yang telah menyatukan kabilah-kabilah Arab di bawah satu komando hanya dalam waktu 23 tahun, yang menjadi kekuatan dunia dan dapat mengalahkan Romawi dan Persia. Lihat William Montgomery Watt, Muhammad s Mecca, History in the Qur an,(Edinburgh: Edinburgh University Press, 1988), h. 24.

37M. Quraish Shihab,Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan, dan

Keserasian Al-Qur an (Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2000),

Cet. ke-1, Vol. 2, h. 163.

38Shihab,Tqfsir al-Mishbah...,Vol. 2, h.164. 39Shihab,Tqfsir al-Mishbah...,Vol. 2, h. 164.

73 |

Junaidi Lbs:Elastisitas Hukum Islam dalam Merespons Perubahan Sosial

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. Al-Nahl[16]: 125)

Menurut Qâdî Iyâd seorang agen perubahan hendaklah melakukan perubahan berdasarkan berbagai aspek yang memungkinkan untuk menghilangkannya, baik perbuatan untuk menghancurkan alat-alat kebatilan secara langsung atau perkataan dengan menyuruh orang melakukannya..34 Perkembangan yang

mengarah kepada kemunduran disebut dengan kemungkaran, yang diukur dari tidak berjalannya norma-norma luhur yang diakui oleh hati nurani manusia sebagaimana yang diajarkan agama.35

Perkembangan yang baik disebut denganma`rûf,

yang menggiring masyarakat dalam suatuishlâh,

kebaikan, dan kemaslahatan. Norma inilah yang disebut dengan jalan Allah. Rasul sendiri merupakan agen perubahan sosial pertama yang ditugaskan Allah untuk memperbaiki manusia, mengangkat derajat mereka, dan menjadikan mereka manusia yang sempurna (insân kâmil).36

34Abu Zakaria Yahya ibn Syarf al-Nawawi,Shahîh Muslim

bi Syarh al-Naw wi, (Beirut: Dâr Ihyâ al-Turats al-`Arabi, 1392), Juz II, h. 25.

35Yaitu mengharuskan manusia bertauhid, menjalankan perintah, dan menjauhi larangan-Nya. Semua ini bertujuan untuk mengatur kehidupan manusia di dunia dan menggapai kebahagiaan yang kekal. Agen perubahan ini (Rasul) telah berlangsung berkesinambungan sampai datangnya Rasulullah saw. yang diutus Allah dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, agar membuktikan kebenarannya di atas agama yang lain (`Abd al-Rahmân ibn Hasan al-Jabarti,Târîkh Akhbâr, (Beirut: Dâr al-Jail, 1960), h. 17.

36Menurut William Montgomery Watt, banyak perubahan

sejarah dan peta dunia, yang disebabkan kehadiran Nabi Muhammad dan pengikutnya ini. Menurut analisis para ahli, alat utama yang digunakan Nabi untuk mempersatukan

Quraish Shihab mengatakan:

Kita semua tahu bahwa Alquran dan Sunnah melalui dakwahnya mengamanatkan nilai-nilai. Nilai-nilai itu ada yang bersifat mendasar, universal dan abadi, dan ada juga yang bersifat praksis, lokal, dan temporal, sehingga dapat berbeda antara satu tempat/waktu dengan tempat/ waktu yang lain. Perbedaan, perubahan, dan perkembangan nilai itu dapat diteriraa oleh Islam selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai universal .37

Menurut Quraish, Alquran mengisyaratkan kedua nilai di atas dengan kata al-khair dan

al-ma ruf. Al-khair adalah nilai universal yang diajarkan oleh Alquran dan Sunnah. Al-khair itu adalah ittiba` al-Qur ân wa sunnat al-rasûl, sedang

al-ma`rûf adalah sesuatu yang baik menurut pandangan umum satu masyarakat selama sejalan dengan al-khair.Adapun al-munkar maka ia adalah sesuatu yang dinilai buruk oleh masyarakat serta bertentangan dengan nilai-nilai ilahi.38 Quraish

menyimpulkan al-ma`rûf merupakan kesepakatan umum masyarakat. Karena ia merupakan kesepakatan suatu masyarakat, maka kesepakatan itu bisa berbeda antara satu masyarakat muslim dengan masyarakat muslim yang lain, bahkan antara satu waktu dan waktu lain dalam satu masyarakat tertentu .39

Jika perubahan tidak mungkin dilakukan maka agama menekankan agar keluar dari keadaan yang buruk tersebut ke daerah lain yang lebih baik, mereka harus bergeser dari satu tempat menuju ke tempat yang lain. Dalam hal ini, Alquran mengenalkan konsep perubahan tempat. Dalam Alquran Allah Swt berfirman:

Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan

bangsa manusia ialah agama Islam, yang telah menyatukan kabilah-kabilah Arab di bawah satu komando hanya dalam waktu 23 tahun, yang menjadi kekuatan dunia dan dapat mengalahkan Romawi dan Persia. Lihat William Montgomery Watt, Muhammad s Mecca, History in the Qur an,(Edinburgh: Edinburgh University Press, 1988), h. 24.

37M. Quraish Shihab,Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan, dan

Keserasian Al-Qur an (Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2000),

Cet. ke-1, Vol. 2, h. 163.

38Shihab,Tqfsir al-Mishbah...,Vol. 2, h.164. 39Shihab,Tqfsir al-Mishbah...,Vol. 2, h. 164.

(8)

malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri (kepada mereka) malaikat bertanya dalam keadaan bagaimana kamu ini? . mereka menjawab Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah) . para malaikat berkata: Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu? . Orang-orang itu tempatnya neraka jahannam, dan jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. (Q.S. Al-Nisâ`[4]: 97).40

Unsur kedua adalah penyerapan budaya lokal menjadi hukum Islam. Alquran membuka diri untuk menerima pemikiran bernas dari cerdik cendekia masyarakat menjadi hukum. Banyak ketentuan hukum yang diserahkan Alquran pembatasannya berdasarkan akal yang jernih, yang disebut `urf. Dalam institusi perkawinan misalnya, Islam menekankan agar kehidupan rumah tangga dijalankan dengan baik tanpa memberikan batasan dan standar kebaikan itu apa. Islam meyerahkannya kepada pertimbangan akal dengan istilah bi al-ma`rûf yaitu dengan penggunaan `urf. Imam Qurthubi berpendapat bahwa `urf itu ialah segala keadaan yang baik yang diterima akal, dan jiwa merasa damai.41 Apabila

para pemikir dan cerdik cendekia sepakat pada satu konklusi tentang kebaikan, maka berlakulah ketentuannya sebagai norma yang menjadi dasar bagi sebuah perilaku dalam masyarakat tersebut. Inilah yang lebih akrab dikenal sebagai hukum adat. Imam Qarafi mengatakan:

Pengertian `urf itu adalah baharu, tidak terpaku pada naskah tertulis dalam kitab-kitab yang habis usia membacanya. Apabila datang seorang bertanya kepadamu yang bukan dari ahli iklimmu jangan berikan ia `urf daerahmu, tetapi tanyalah tentang `urf negerinya, lalu berikanlah fatwa sesuai dengan `urfnya tersebut, bukan `urf daerahmu yang termaktub dalam kitab-kitabmu. Inilah kebenaran yang nyata. Terpaku pada pendapat lama adalah suatu kekeliruan dalam

agama dan tidak mengerti dengan tujuan para ulama terdahulu .42

Ali Ahmad al-Nadwi mengatakan dalam teori fikih diyatakan sesuatu yang tidak ada batasannya dalam syara dan bahasa maka pengukurannya kembali kepada pertimbangan akal yang disebut `urf.43 Teori ini kelihatannya muncul sebagai hasil

dari analisis terhadap kesulitan satu hukum untuk merangkul satu persoalan pada kondisi yang bermacam-macam. Sesungguhnya kehidupan manusia yang telah panjang di muka bumi telah mengenal berbagai aturan yang mereka lahirkan dari kekuatan akal ini, baik tinggal dalam kesepakatan yang tidak tertulis maupun yang diundangkan secara tertulis. Hanya saja, sifat dari perubahan yang terjadi pada kehidupan manusia terkadang tidak mengiringi perubahan yang terjadi pada hukum tersebut, yang mungkin telah tidak sesuai lagi, karena kepentingan pragmatis dari pihak dominan yang mempertahankannya.

Dalam konteks keindonesiaan, sesungguhnya kemampuan akal fa`alpara cendekiawan Indonesia sangat hebat sekali jika disatukan untuk memajukan rakyat. Sejak Indonesia merdeka peranannya sebagai pemimpin dunia dikagumi berbagai bangsa di tiga benua. Kelemahan yang terjadi dari para cendekiawan saat ini adalah ketidak mampuan mereka mengglobalisasi diri, senantiasa terikat dengan sekat-sekat sempit yang mempengaruhi pemikiran dan tindakan mereka. Ada sekat primordialisme, kepartaian, mazhab, dan lainnya menyebabkan hasil pemikiran mereka terkadang tidak layak dijadikan urf yang dapat dipromosikan menjadi hukum Islam. sementara jumlah yang menjadi virus begitu dominan berperan dan mewarnai pemikiran publik.

Elastisitas Penerapan Hukum Islam

Sepanjang sejarah manusia hukum senantiasa terikat oleh ruang, waktu, dan kepentingan.44

40 Ayat ini menceritakan orang-orang muslimin Mekah

yang tidak mau hijrah bersama nabi sedangkan mereka sanggup. Mereka ditindas dan dipaksa oleh orang-orang kafir untuk ikut bersama mereka pergi ke perang Badar berperang melawan Rasulullah saw., akhirnya di antara mereka ada yang terbunuh dalam peperangan itu.

41Muhammad ibn Ahmad ibn Abi Bakr ibn Farakh Abû

`Abd Allah al-Qurthûbî ,al-Jâmi` li Ahkâm al-Qur ân, (Qahirah: Dâr al-Sya`bi, 1372 H), Juz VII, h. 346.

42Muhammad Salîm al-Awwa, al-Fiqh al-Islâmî , h. 13.

43Ali Ahmad al-Nadwi,al-Qâ`idah al-Fiqhiyyah, (Damaskus: Dâr al-Qalam, 1991), h. 259.

44 Menurut Ahmad Amin, hewan tidak melihat hukum

(9)

Junaidi Lbs:Elastisitas Hukum Islam dalam Merespons Perubahan Sosial

Manusia tidak dapat membuat hukum yang mengikat secara universal. Karena itu Allah Swt. memberikan petunjuk agar manusia membuat aturan yang adil berdasarkan kemanusiaan, inilah yang tak akan berubah sampai kapanpun. Untuk aturannya hukum senantiasa berubah, hukum itu sendiri alat untuk merubah. Yang tidak bisa berubah secara sukarela akan berubah dengan dipaksa hukum. Kaedah mengatakan tidak diingkari perubahan hukum karena perubahan zaman .45 Ibn Khaldun mengatakan

keanekaragaman keadaan fisik, watak, mental, dan perilaku manusia itu dipengaruhi oleh faktor geografis.46

Sebuah kelompok manusia mestilah memiliki dua hal, yaitu pemimpin dan aturan. Imam Mawardi mengatakan manusia adalah makhluk lemah dan paling banyak kebutuhannya, sehingga untuk memenuhinya mereka harus melakukan kerjasama, kebersamaan melahirkan perkumpulan,

perkumpulan membentuk masyarakat,47

masyarakat yang besar disebut negara. Tanpa negara, menurut Ibn Khaldun, eksistensi manusia tidak akan sempurna, sebagaimana kehendak Allah menjadikan mereka sebagai khalifah-Nya untuk memakmurkan dunia ini.48 Dalam saling

memenuhi kebutuhan manusia memerlukan aturan agar tidak saling berselisih. Untuk menegakkan aturan diperlukan adanya pemimpin. Oleh karena itu pemimpin haruslah memiliki kekuasaan.49

Kekuasaan pemimpin dalam menentukan aturan dan kebijakan menjadi hukum pula yang wajib dipatuhi.

Alquran tidak membatasi siapa pemimpin yang seharusnya, dari kelompok mana, bagaimana cara mengangkatnya, sampai berapa lama ia

boleh membunuh anggota kelompok, jika terjadi pembunuhan maka akan dikenakan sanksi sesuai ketentuan, tetapi jika pembunuhan terhadap anggota kelompok lain tidak dipandang sebagai sebuah pelanggaran. Ahmad Amin,al-Akhlâq ,h. 127. 45 Muhammad Amin al-Hasân al-Majdadî al-Barkatî,

Qawâ id al-Fiqh, (Karaci: Al-Shadaf, 1407 /1986), h. 113. 46Ibn Khaldun,Muqaddimah, h. 17.

47Ali ibn Muhammad ibn Habib al-Bisrî al-Mawardî,Adab

al-Dunya wa al-Dîn, (Beirut: Dâr al-Kutub al-`Ilmiyyah, 1993), h. 16. dalam Surat Al-Nisâ`[4]: 28 Dia menjadikan manusia itu lemah .

48Ibn Khaldun, Abd al-Rahmân,Muqaddimah,(Beirut: dar

al-Fikr, t.th.), h. 41.

49Abd al-Wahhab al-Najjar,al-Khulafâ` al-Râsyidûn,(Beirut:

Dâr al-Fikr, 1990), 5.

menjalankan tugasnya, meskipun memberikan kualifikasi dan persyaratan yang kuat untuk dapat dianggap sebagai pemimpinnya ummat Islam. paling tidak sekualitas dengan seorang nabi, yaitu jujur, amanah, menyampaikan, dan cerdas. Jika kualifikasi ini dimiliki oleh seorang pemimpin maka ia adalah wakil Tuhan di muka bumi, memiliki kewenangan yang dipinjamkan Tuhan kepadanya.50 Allah Swt. berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul, dan ulil amri di antara kamu .

(Q.S. Al-Nisâ [4]: 59)

Tehnik seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya disebut siasat. Siyasah ialah perbuatan yang menghasilkan manfaat dan menghindarkan kerusakan. Kemaslahatan yang tertinggi ialah tegaknya keberadaan agama secara sempurna dan terciptanya kedamaian serta ketenteraman dalam masyarakat. Padanan kata

siyâsah ialah politik.51 Sedangkan negara, dalam

bahasa Arab disebut bald,52 dengan pengertian

tanah, yaitu negeri, tempat manusia berdomisili. Muhammad Syarif Ahmad mengatakan: urusan mengatur negara adalah urusan duniawi. Semua perbuatan manusia memerlukan siyasah yang ditujukan untuk mencapai ridha Allah .53

Dalam sejarah, pertimbangan maslahat dan logika perubahan sosial sering menjadi alasan kepala negara membatalkan ketentuan yang jelas dari nas lewat kekuasaan politik. Misalnya

50al-Qurthûbî,Al-Jâmi` li Ahkâm al-Qur ân, Juz V, h 249.

51 Siyasah berasal dari kata sâsa, yasûsu, siy sah,

maknanya ri`âyah (mengatur) dan ishlâh (memajukan), orang yang menjalankannya disebutsâ is.Di Indonesia orang yang mengendalikan delman disebut sais. Tetapi istilah ini tidak dipakai di Arab untuk menyebut kepala negara karena banyaknya istilah lain yang lebih populer, seperti raja (malik), sultan, imam, dan setelah Islam muncul istilah khalifah.

52Baldmaknanya hamparan tanah yang luas, dihuni orang

atau tidak, ramai atau sepi, bahagian-bahagiannya disebut

baldah, jamaknya buldan (Muhammad ibn Mukarram ibn

Manzûr al-Anshârî al-Afriqi al-Misri,Lisân al-`Arab, (Mesir: Dâr al-Mishriyyah, 1980), Juz III, 94).

53Ahmad,Tajdîd al-Mawqif, h. 76). Al-Ghazali berpendapat

bahwa pembentukan khilafah adalah wajib syar`i. Dasarnya ijma` umat dan kategorinya fardhu kifayah. Abu Hamîd al-Ghazâlî, Al-Iqtîshâd fi al-I`tiqâd, (Mesir: Maktabat al-Jund, 1972), h. 118.

(10)

dalam kebolehan laki-laki muslim menikahi wanita kitabiyah, di masa Umar kebolehan ini tidak berlaku lagi berdasarkan keputusan politik. Sejarah manusia meletakkan perkawinan sebagai persoalan yang paling dihormati. Perkawinan mencerminkan harkat dan martabat manusia yang berbeda dari species hewan lainnya. Perkawinan menjanjikan keindahan dan kedamaian yang diperlukan dalam kehidupan, dapat mempererat tali persaudaraan, dapat merekatkan hati yang retak karena permusuhan, dan dapat menjanjikan satu kekuatan masa depan dengan banyak-nya anggota dari sebuah keluarga. Pecahbanyak-nya perkawinan dapat menimbulkan keretakan, permusuhan, dan peperangan. Umar melarang kaum muslimin menikahi wanita kitabiyah yang lebih molek dari wanita Arab agar jangan ada kecenderungan tentaranya yang berada di daerah taklukan lebih tertarik menikahi mereka dari pada kembali ke isteri-isteri mereka. Umar menjaga agar wanita muslimah tidak kehilangan suami mereka karena menikah dengan wanita Kitabiah, dan bagi yang gadis masih ada peluang untuk menikah dengan para pejuang Islam yang gagah saat mereka kembali ke kampung halaman. Bagaimanapun wanita muslimah pada saat itu lebih baik dari wanita Kitabiah. 54

Begitu juga soal penerapan sanksi khamar. Ketika diangkat kasus orang yang minum minuman keras yang tahan terhadap empat puluh kali jilid, Umar menambahinya menjadi 80 kali cambuk, sebab jumlah sebelumnya tidak lagi efektif untuk memberinya pelajaran. Ia membawa kasus ini dalam musyawarah. Ali mengusulkan agar hukuman itu ditambahi menjadi 80 kali cambuk. Alasannya: siapa yang minum akan mabuk, kalau ia mabuk akan memfitnah, hukuman orang yang memfitnah 80 kali cambuk .55

Umar menyetujui pendapat ini, tetapi tidak menerapkannya secara umum. Untuk orang yang lemah dilaksanakan 40 kali, bahkan orang tua yang pemabuk yang tidak mungkin lagi dirubah perilakunya Umar mengasingkannya dari pergaulan

54 Muhammad ibn Muni` ibn Sa ad al-Hasyimi Abû

Abd Allah (168-230 H), al-Thabaqât al-Kubrâ, (Madinah al-Munawwarah: Maktabah al-`Ulûm wa al-Hikam, 1408), tahqiq Ziyad Muhammad Mansur, Cet. ke-2, Juz III, h. 285.

55Ali Hasballah,Ushûl al-Tasyrî`,h. 83.

umum agar tidak menularkan tabiatnya. Hukuman 80 kali cambukan ini merupakan hukuman jilid maksimal.56

Persoalan khamar telah ditetapkan Alquran dengan nas yang jelas, baik tentang dosanya maupun pengakuan manfaatnya. Tetapi dalam Alquran tidak ada sanksinya, sanksi ditetapkan oleh Sunnah, bahwa Nabi memukul orang yang mabuk dengan sendal. Umar memberikan aspek jera kepada pelaku dengan menambahi kadar hukumannya, dan dengan alat cambuk.

Ketentuan nas yang sudah pasti dalam persoalan ini bukanlah sebagai diktum hukum, tetapi sebagai sumber normatif yang dijadikan premis untuk melahirkan pernyataan baru. Ali menjawab pertanyaan Umar jika ia minum ia mabuk, jika mabuk ia meracau, jika meracau ia memfitnah, jika memfitnah, orang yang memfitnah dihukum 80 kali jilid akhirnya, kesimpulan 80 kali jilid menjadi keputusan negara terhadap persoalan khamar.57 Apa yang dilakukan Umar

ini sesungguhnya masih diperdebatkan. Orang mabuk juga bisa berzina, atau membunuh, mengapa antisipasinya sebatas memfitnah dengan pengertian qadzaf.

Para ulama belakangan melihatnya berbeda, di antaranya mengatakan angka 40 adalah hak Allah, sedangkan 40 berikutnya adalah ta`zîr, yaitu kebijakan yang diserahkan kepada peguasa untuk menentukannya sebagai usaha rehabilitasi dan pembelajaran. Ada pula yang melihat penerapan Umar itu sebagai kasuistis, sehingga harus didudukkan dalam peristiwa yang tertentu pula. Sementara saat itu perubahan perilaku di masyarakat sedang berlangsung karena percampuran penduduk yang sudah berada di bawah naungan wahyu dengan penduduk baru hasil dari penaklukan yang terjadi.58

56Nashir ibn `Aqil Jasir Al-Tharafî,Al-Qadhâ`î `Ahdi Umar ibn

al-Khattâb(Jeddah: D r al-Madani, 1987/1406), Cet. ke-1, h. 40. 57al-Qurhtubi,Al-Jâmi` li Ahkâm al-Qurân, Juz VI, h, 273. 58 Memang ada juga yang menyebutkan bahwa

Referensi

Dokumen terkait

Karena bertolak dari sini, maka dengan bantuan suatu senyawa penyidikjaringan yang sesuai akan dapat ditentukan apakah suatu em- brio dalam kandungan itu masih hidup atau telah

Oyong Novareza S.T, M.T, Ph.D Dr Devi NuralinahS.T, M.T Gunawan Prayitno M.T, Ph.D Ir Djarot B Darmadi M.T, Ph.D Dr.Eng I Nyoman Suluh Wijaya S.T, M.T.. Hadi Suyono S.T, M.T,

salah satu solusi yang tepat dalam hal penanggulangan pengemis yang memasuki kampus adalah dengan mengoptimalkan kinerja satpam atau pihak keamanan kampus yang

Jamur diinduksikan dibagian tengah media agar yang masing-masing terdiri dari kontrol, media agar yang ditambahkan metanol dan media agar yang ditambahkan larutan

Selain itu juga dilihat dari lingkungan ruang produksi yang sangat bising dan juga lantai produksi yang kotor oleh sisa benang produksi sehingga untuk menanganin

DEA adalah suatu model pemrograman matematis yang digunkan untuk menghitung efisiensi relatif suatu unit dibandingkan dengan unit-unit lain menggunakan berbagai macam input

kemauan siswa untuk mau menjawab pertanyaan dari guru, biasanya saya mengingatkan kembali pelajaran-pelajaran sebelumnya sehingga siswa itu mampu dan biasanya mereka